Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LITERASI SASTRA PADA ANAK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd.

Disusun oleh:
Nama : Nur Cahyono
NIM : 202425015
Prodi : PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
Literasi Sastra Pada Anak ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd. pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana menggali potensi sastra pada anak-anak serta membaca karakter
mereka melalui karya sastra bagi para pembaca dan juga penulis. Melalui berbagai
sumber saya mencoba mengeksplorasi bagaimana sebuah sastra itu hadir sebagai
bekal awal dalam mengapresiasi dalam dunia anak sesuai dengan topik
pembahasan mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu Hakikat dan Bekal Awal
Apresiasi Sastra.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Nuning Budiarti,


M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Cilacap, 5 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Apresiasi dan Sastra 3
B. Tujuan Mengapresiasi Sastra di Sekolah Dasar 4
C. Kegiatan Mengapresiasi Sastra Dunia Anak 6
D. Nilai Karya Sastra 7
E. Ragam Topik dan Fungsi Sastra pada Anak 8
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tentunya diarahkan


untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar di dalamnya juga termasuk
pembelajaran sastra.

Upaya pemahaman unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat


dilepaskan dari persoalan membaca. Sebab itu sebelum melaksanakan
kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami unsur-unsur intrinsik
dalam teks sastra, persoalan membaca sedikit banyak harus dipahami oleh
para calon apresiator sebagai bekal awal.

Pengajaran sastra di sekolah dasar diarahkan terutama pada proses


pemberian pengalaman bersastra. Siswa diajak untuk mengenal bentuk dan isi
sebuah karya sastra melalui kegiatan mengenal dan mengakrabi cipta sastra
sehingga tumbuh pemahaman dan sikap menghargai cipta sastra sebagai suatu
karya yang indah dan bermakna.

Apresiasi sastra adalah proses pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan


penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subjektif serta
eksisitensial, khusuk dan kafah, serta total supaya memperoleh sesuatu dari
padanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpelihara kepedulian,
kepekaan, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra yang diharapkan
dapat tercermin pada anak sekolah dasar.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian apresiasi dan sastra?

2. Apa tujuan mengapresiasi sastra di sekolah dasar ?

3. Bagaimana mengapresiasi ragam sastra dunia anak?

4. Seperti apa nilai karya sastra anak?

5. Apa ragam topik dan fungsi sastra pada anak?

C. Tujuan

1. Dapat memahami pengertian apresiasi dan sastra

2. Memahami tujuan mengapresiasi sastra anak di sekolah dasar

3. Dapat mengapresiasi ragam sastra dunia anak

4. Mengerti nilai karya sastra anak


5. Memahami ragam topik dan fungsi sastra pada anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Apresiasi dan Sastra

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti


“mengindahkan” atau “menghargai”. Konteks yang lebih luas dalam istilah
apresiasi menurut Gove mengandung makna:

1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan


2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.

Pendapat lain, Squire dan Taba menyimpulkan bahwa apresiasi sebagai


suatu proses yang melibatkan tiga unsur inti, yaitu:

a) aspek kognitif,
b) aspek emotif, dan
c) aspek evaluatif.

Kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu


menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya,
menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi
itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu
memuaskan ruhaniahnya.(Aminuddin, 1995).

3
Sastra anak adalah sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang
anak. Sastra tentang anak bias saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi
sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak
selaku pembacanya.(ABDUL FATAH, 2018)

Hermeneutika Ricoeur adalah suatu jenis pembacaan yang bersifat


merespon otonom teks dengan menggambarkan secara bersama elemen
pemahaman serta penjelasan dan menggabungkannya dalam satu proses
intepretasi yang kompleks. (Raffiek. 2012)

Secara konsep, sastra anak tidak berbeda jauh dengan sastra orang
dewasa. Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan
dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang
membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan
yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut. Sastra merupakan
bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang
menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang
dewasa ataupun anak-anak.

Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa
yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk
kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987)
mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-anak tidak perlu
dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan pada
kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-

4
anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak
melalui pandangan anak-anak (Norton,1993).

B. Tujuan Mengapresiasi Sastra di Sekolah Dasar


Salah satu tujuan utama pembelajaran sastra di SD ialah memberi
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari bacaan, serta
masuk dan terlibat di dalam suatu buku. Pembelajaran sastra harus membuat
anak merasa senang membaca, membolak-balik buku, dan gemar mencari
bacaan.

Psikologi perkembangan adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk


menjelaskan perubahan, pertumbuhan, dan konsistensi kehidupan seorang
manusia. Psikologi perkembangan membahas pola pikir seseorang, perasaan,
dan perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari. Teori – teori dalam
Psikologi perkembangan difokuskan pada perkembangan di masa anak –
anak, sebab ini merupakan periode atau fase-fase penting dalam rentang
kehidupan seorang anak ketika mengalami perubahan ke arah pendewasaan.
Sastra anak adalah sastra yang diperuntukkan hanya untuk anak- anak dengan
tujuan agar anak mendapatkan banyak manfaat dan juga pengalaman yang
berguna bagi kehidupan di masa mendatang. Sastra anak memiliki beberapa
genre yang hampir sama dengan sastra pada umumnya, seperti prosa, puisi,
dan drama. Selain itu, sastra anak juga memiliki peran untuk menumbuhkan
karakter melalui tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita anak.(Rokhayati &
Nafilah, 2021)

Melalui sastra anak, anak-anak lebih mudah mengekspresikan diri, berani


berpendapat, berani berpikir yang berbeda, dan lebih terbangun dalam
mengembangkan imajinasi. Pemanfaatan sastra anak hendaklah menjadi
bahan yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan dan pengajaran anak-
anak dalam setiap jenjang usia dan pendidikan.(NILAI-NILAI MORALITAS

5
DAN BUDAYA ASING DALAM SASTRA ANAK TERJEMAHAN MELALUI
PEMAKNAAN SASTRA ANAK OLEH ANAK | Irawati | Lingua, n.d.)

Cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada buku menurut Huck
(1987) ialah memberi siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang
baik. Beri mereka waktu untuk membaca atau secara teratur guru
membacakan buku untuk mereka. Perkenalkan mereka pada berbagai ragam
bacaan prosa dan puisi, realisme dan fantasi, fiksi historis dan kontemporer,
tradisional dan modern. Beri mereka waktu untuk membicarakan buku-buku,
menceritakan buku itu satu sama lain dan menginterpretasikannya melalui
berbagai macam aktivitas respons kreatif. Satu hal penting yang juga
disarankan oleh Huck ialah siswa harus diberi kesempatan mengamati atau
melihat orang-orang dewasa menikmati buku (Pendidikan et al., 2014).

C. Kegiatan Mengapresiasi Sastra Dunia Anak

Pendidikan sastra melalui proses pembelajarannya merupakan


pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi
sastra, kritik sastra dan proses kreatif sastra. Kompetensi apresiasi adalah
kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra.(Susanti, n.d.)

Sastra mengandung eksplorasim engenai kebenaran kemanusiaan. Sastra


juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk
berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru
berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk
akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilai-
nilai kemanusiaan, mempertahankan,serta menyebarluaskannya termasuk
kepada anak- anak.(Ikhwan, 2013)

6
Bercerita atau membaca sebuah cerita termasuk dunia bermain bagi anak.
Sebagaimana jenis permainan lain, mendengar cerita atau membaca cerita
mempunyai keasyikan yang sama. Melalui bercerita orang tua bisa menjalin
kedekatan dengan anak. Bercerita bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
(Kartika, 2015)

Apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak


pernah terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang
di dalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara
konkret. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat dibedakan antara perilaku
kegiatan secara langsung dan kegiatan perilaku secara tidak langsung.

Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau


menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung.
Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung dapat terwujud dalam
perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra,
baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra
berupa puisi.

Kegiatan langsung yang terwujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra


pada performansi, misalnya saat Anda melihat, mengenal, memahami,
menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi,
cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di
panggung terbuka. Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini perlu
dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat melatih

7
dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka
mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan,
lisan, maupun visual.

Pembelajaran sastra di SD terdiri atas (a) apresiasi sastra reseptif dan


(b) apresiasi sastra produktif. Apresiasi sastra reseptif menekankan pada
proses penikmatan yang dapat dilakukan melalui kegiatan membaca,
mendengarkan atau menonton pertunjukan drama dan pembacaan puisi.
Sedangkan apresiasi sastra ekspresif atau produktif dapat dilakukan dengan
melatih siswa untuk menulis dan membaca puisi, menulis cerita atau
sinopsis, dan bermain drama.(Productions, 2008)

D. Nilai Karya Sastra

Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi


pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara
intrinsik maupun ekstrinsik. Kedudukan sastra anak menjadi penting bagi
perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif
akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang
imajinatif dapat menghasilkan respons secara intelektual dan emosional
dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang
ditimbulkan, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban,
kelucuan, kesedihan dan ketidak adilan.

Kreativitas anak yang perlu dikembangkan dan digali hingga mencapai


potensi yang maksimal dapat diperoleh melalui dunia imajinasi. Ranah
imajinasi ini menjadi begitu penting sebab seluruh penciptaan yang dilakukan
manusia bermula dari sini.(Nasional et al., n.d.)

8
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk
mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan
anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak
pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan
pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri dan orang lain.(Azkiya, 2014)

E. Ragam Topik dan Fungsi Sastra pada Anak

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun
kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam karya sastra anak memuat amanat
tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi
dan kreativitas, serta memberi pengetahuan ketrampilan praktis bagi anak.
Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa gembira atau
senang membaca, senang mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan dan dapat memperoleh kenikmatan atau kepuasa batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya.(Fitriana, 2008)

Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil


dunianya merupakan satu alat bagi anak untuk memahami dunia kecil yang
belum diketahuinya. Sastra anak dapat dijadikan sebagi alat untuk
memperoleh gambaran dan kekuatan dalam memandang dan merasakan serta
menghadapi realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang
ada di luar dirinya. Dunia anak-anak yang berkisar antara masa kanak-kanak
yang tumbuh menuju ke masa remaja, diantara keluarga dan teman sebaya
yang penuh dengan pengalaman pribadi membawa warna baru dalam dunia
sastra anak-anak khususnya pada cerita realistik. Menurut Trimansyah (1999)

9
yang menjadi satu titik kelemahan dalam perkembangan proses kreatif sastra
anak atau novel anak adalah tidak berkembangnya tema.( Sugihastuti. 2011)

Cerita yang nyata sebagai salah satu jenis sastra anak adalah cerita yang
sarat dengan isi dengan mengarahkan pada proses pemahaman dan
pengenalan di atas. Isi yang dimaksud tergambar dalam inti pokok tema-tema
cerita yang diungkap. Berbagai tema tersebut dapat dibagi dalam beberapa
jenis; tema keluarga, hidup dengan orang lain, tumbuh dewasa, mengatasi
masalah manusiawi dan hidup dalam masyarakat majemuk yang memuat
perbedaan individu dan kelompok. Masalah keluarga merupakan topik yang
sangat dekat dengan kehidupan anak. Dalam keluarga, pribadi anak dilatih,
mereka tumbuh seiring dengan pemahamannya akan cinta dan benci, takut
dan berani, serta suka dan sedih. Cerita yang memusatkan pada hubungan
keluarga yang hangat, terbuka, dan tanpa rasa marah akan membantu anak
memahami dirinya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra anak memang banyak memainkan peranan penting. Disamping
menghibur, sastra anak juga mendidik. Banyak peran sastra anak dalam
mendidik antara lain mampu memperkaya kosa kata, menanamkan nilai-nilai
luhur, memperluas pengalaman, meningkatkan imajinasi. Anak-anak adalah
masa depan bangsa, dan meneliti pesan apa yang dimasukkan ke dalam
bacaan mereka sangat perlu dilakukan karena akan memberikan gambaran ke
arah mana anak-anak ini dituntun. Pada gilirannya, perlu pula dilakukan
upaya-upaya untuk menentukan apakah cerita rakyat tertentu masih relevan
diberikan kepada anak-anak di zaman ini ataukah perlu dilakukan langkah
rekonstruksi agar lebih relevan bagi perkembangan zaman supaya minat
sastra pada anak meningkat.

11
DAFTAR PUSTAKA

ABDUL FATAH, R. (2018). PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL


MAHAMIMPI ANAK NEGERI TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.
Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 4(1).
https://doi.org/10.22202/JG.2018.V4I1.2412

Azkiya, H. (2014). PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ANAK DI


SEKOLAH DASAR. Jurnal CERDAS Proklamator, 2(1).
https://doi.org/10.37301/JCP.V2I1.4287

Fitriana, I. (2008). Penerjemahan Karya Sastra Anak. 2003, 15.

Ikhwan, W. K. (2013). Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran


Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di
SDN Banyuajuh 4. Widyagogik, 1(1), 70–84.

Kartika, P. C. (2015). Sastra Berupa Dongeng ( Kajian Sastra Anak ). Stilistika,


8(2), 102–112.

Nasional, S., Anak, S., Karakter, M., Melalui, A., & Yoesoef, M. (n.d.).
REKAYASA MENCIPTA SASTRA ANAK ENGINEERING THE CREATING
OF CHILDREN LITERATURE.

NILAI-NILAI MORALITAS DAN BUDAYA ASING DALAM SASTRA ANAK


TERJEMAHAN MELALUI PEMAKNAAN SASTRA ANAK OLEH ANAK |
Irawati | Lingua. (n.d.). Diambil 5 November 2021, dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/2592

Pendidikan, U., Kampus, I., Mayor, S. J., & 211 Sumedang, A. N. (2014).
PEMBELAJARAN SASTRA DI SD DALAM GAMITAN KURIKULUM 2013

12
Dadan Djuanda. 1.

Productions, C. (2008). IEEE Paper Template in A4 (V1). In Web (hal. 1–9).


papers2://publication/uuid/3FD7B1FD-3042-44B6-A94E-62CE75886716

Rokhayati, R., & Nafilah, I. (2021). Perkembangan psikologi anak dan


pengenalan sastra anak. 04(02), 205–211.

Susanti, R. D. (n.d.). PEMBELAJARAN APRESISASI SASTRA DI SEKOLAH


DASAR. http://johnherf.wordpress.com/2007/03/13/
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Raffiek. 2012. Teori Sastra:Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Sugihastuti. 2011.Teori Apresiasi Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

13

Anda mungkin juga menyukai