Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RAGAM, KARAKTERISTIK,
DAN CARA MEMBANGUN KETERAMPILAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
Dosen Pengampu : Wevi Lutfitasari, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Intan Seffia Nuraini (210621100048)
2. Hidayatul Chasanah (210621100065)
3. Saski Kirana Nabila Putri (210621100077)
4. Muhammad Anugerah Syadda Saffa (21062110084)
5. Vina Nairurrohmah (210621100088)
6. Indah Dwi Khoiroh (210621100049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNJOYO MADURA
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, dan inayat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun judul
makalah ini adalah “ RAGAM, KARAKTERISTIK, DAN CARA MEMBANGUN
KETERAMPILAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
Dosen Pengampu mata kuliah Retorika yaitu, Ibu Wevi Lutfitasari, M.Pd. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat, bimbingan, saran dan ide yang sangat membantu kami dalam
penulisan makalah ini. Teman-teman kelas 6B yang telah memberikan dukungannya
sehingga makalah ini bisa diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu
disempurnakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran beserta kritik yang
membangun demi mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Harapan
penulis, kiranya makalah ini bisa memberi manfaat yang berguna bagi para pembaca
dan penulis.

ttd
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 5
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. RAGAM BERBICARA DI DEPAN PUBLIK ............................................................... 6
B. KARAKTERISTIK KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK .................. 7
C. CARA MEMBANGUN KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK .......... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
B. SARAN ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara adalah kemampuan mental dan motorik. Ketika kita berbicara, tidak hanya organ
bicara kita yang bekerja sama secara harmonis untuk menghasilkan suara, tetapi aspek mental
juga terlibat dalam ucapan. Bagaimana bunyi suatu bahasa berhubungan dengan gagasan yang
dimaksudkan oleh pembicara merupakan suatu keterampilan tersendiri. Secara logika berbicara
memiliki arti lebih dari sekadar pengucapan suara atau kata-kata belaka. Berbicara adalah suatu
alat untuk menyampaikan suatu gagasan yang dirangkai serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa
yang bermakna. Kebermaknaan menjadi satu keharusan jika bunyi bahasa tersebut ingin
dikategorikan sebagai kegiatan berbicara. Secara umum, berbicara merupakan proses
penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan
perwujudan dari gagasan yang sebelumnya berada pada tataran ide.
Kemampuan berbicara merupakan sesuatu yang hakiki dalam hidup manusia. Kemampuan
berbicara dengan baik mutlak diperlukan oleh seorang komunikator. Salah satu ukuran
kesuksesan seorang komunikator adalah keberhasilannya dalam mempengaruhi publik yang
dilakukan melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan sama pentingnya
dengan komunikasi tulis. Dalam hal ini kemampuan bertutur memiliki daya tarik dan
kelebihannya tersendiri. Daya tariknya tentu saja terletak pada figur itu sendiri, konten atau isi
pembicaraan, gaya bicara atau bahasa, dan tentunya bahasa tubuh.
Banyak orang mengakui bahwa berbicara di muka umum merupakan sebuah keterampilan
yang penting dalam hidup sehari-hari maupun dalam kerja. Namun banyak orang yang merasa
kurang percaya diri untuk berbicara di muka umum. Padahal sebenarnya public speaking sama
seperti pelajaran lainnya, bisadipelajari dan dilatih, karena public speaking adalah
keterampilan. Semakin sering kita melakukannya maka kita semakin terampil dan percaya diri.
Kesadaran akan pentingnya public speaking sendiri telah dikenali dalam peradaban manusia
sejak berabad-abad lampau. Sejarah mencatat bahwa kegiatan public speaking telah dilakukan
di Yunani dan Romawi Kuno dalam bentuk retorika, terutama saat sistem politik demokratis
diterapkan di sana. Keterampilan public speaking diajarkan di sekolah-sekolah karena
dibutuhkan saat rapat politik dan proses pengadilan pada masa itu.
Menurut Hariyadi dan Zamzami (1996/1997:13) mengatakan bahwa berbicara pada
hakekatnya adalah proses komunikasi, karena di dalamnya terjadi interaksi antara pembicara
dan pendengar dalam menyampaikan pesan-pesan yang berasal dari satu sumber ke sumber
lainnya. Oleh sebab itu, berbicara dapat dikatakan sebagai suatu proses mengungkapkan,
menyatakan, dan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ragam berbicara di depan publik memengaruhi interaksi dan persepsi
audiens?
2. Apa saja karakteristik yang memengaruhi kemampuan berbicara di depan publik?
3. Bagaimana cara yang efektif dalam membangun kemampuan berbicara di depan publik
bagi individu yang memiliki tantangan dalam hal tersebut?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui ragam berbicara di depan publik memengaruhi interaksi dan persepsi
audiens
2. Untuk mengetahui karakteristik yang memengaruhi kemampuan berbicara di depan
publik
3. Untuk mengetahui cara yang efektif dalam membangun kemampuan berbicara di depan
publik bagi individu yang memiliki tantangan dalam hal tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

A. RAGAM BERBICARA DI DEPAN PUBLIK


1. Berbicara untuk melaporkan (informative speaking)
Jenis berbicara ini bersifat intelektual. Adapun berbicara untuk melaporkan memiliki
beberapa tujuan yaitu:
a. Memberi pengetahuan,
b. Menetapkan hubungan antara benda-benda,
c. Mendeskripsikan suatu proses,
d. Menafsirkan suatu tulisan atau persetujuan.
Menurut Powers (1951; 195-197) terdapat situasi-situasi dalam ragam berbicara informatif
yang terdiri atas:
a. Kuliah, ceramah (lecture)
b. Ceramah tentang perjalanan (travelogue)
c. Pengumuman, pemberitahuan, serta maklumat (announcement)
d. Laporan (report)
e. Instruksi, pelajaran, dan pengajaran (instruction)
f. Pengambaran suatu adegan (description of a scene
g. Pencalonan, pengangkatan, dan penunjukan (nomination)
h. Pidato atau kata pujian mengenai orang yang telah meninggal dunia (eulogy)
i. Anekdot, lelucon, lawak (anecdote)
j. Cerita, kisah, dan riwayat (story)
2. Berbicara secara kekeluargaan
Jenis berbicara ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang bersifat kekeluargaan, sehingga
tujuannya adalah untuk menunjukkan keramah-tamahan. Berbicara jenis ini juga digunakan
untuk menunjukkan kegembiraan yang dinikmati bersama. Suasana yang dihasilkan saat
pembicaraan berlangsung adalah menyenangkan dan rasa bangga.
Berbicara secara kekeluargaan menurut Powers (1951: 208) dapat dilakukan dalam
beberapa kesempatan yang meliputi :
a. Pidato sambutan selamat datang
b. Pidato perpisahan.
c. Pidato penampilan, penyajian, dan perkenalan.
d. Pidato jawaban.
e. Pidato sambutan dalam pembukaan.
f. Pidato untuk peringatan hari jadi.
4. Berbicara untuk meyakinkan (persuasif speaking)
Sesuai dengan namanya jenis berbicara ini digunakan untuk membujuk pendengar untuk
melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan apa yang pembicara sampaikan. Pada jenis
berbicara ini audien mendapatkan stimulus berupa daya tarik emosional, sehingga tergerak
untuk melakukan suatu aksi. Sejalan dengan hal tersebut Schwab and Beatty menyarankan
adanya tujuh cara penggunaan daya tarik dasar (basic appels) untuk mendapatkan aksi.
Ketujuh cara tersebut sebagai berikut:
a. Ajukanlah suatu penawaran: dapat dilakukan dengan menawarkan brosur,
contoh, harga perdana, dll.
b. Batasi waktu penawaran: pembatasan waktu digunakan untuk melihat
kepercayaan audien pada pembicara.
c. Persediaan terbatas.
d. Jaminan atau garansi
e. Harga terus meningkat.
f. Penurunan harga.
g. Keuntungan atau kerugian.
5. Berbicara untuk merundingkan (deliberative speaking)
Tujuan dari berbicara untuk merundingkan adalah membuat keputusan dan rencana.
Berbicara untuk merundingkan akan menghasilkan refreksi atau keputusan. Adapun
beberapa unsur yang digunakan untuk meyakinkan menurut Powers (1951; 214-242)
sebagai berikut:
a. Kejelasan, kemurnian, atau kecerahan (clarity)
b. Ketertiban, kerapian, atau keteraturan (orderliness)
c. Fakta-fakta, bukti, dan petunjuk (evidence)
d. Alasan, bantahan, penjelasan, dan argumen atau opini (arguments)
e. Pikiran yang jujur dan terus terang (straight thinking)

B. KARAKTERISTIK KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK


1. Bersifat formal, public speaking adalah bentuk komunikasi yang bersifat resmi dan formal.
Pembicara harus menggunakan bahasa yang tepat, mengikuti aturan tata bahasa, dan
menjaga etika dalam berbicara di depan public, artinya kegiatan ini dilakukan dalam
konteks yang diatur dan memiliki aturan tertentu yang harus diikuti oleh pembicara.
a. Bahasa yang tepat: Dalam public speaking, penggunaan bahasa yang tepat sangat
penting. Pembicara harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks dan
audiensnya. Bahasa yang digunakan harus jelas, lugas, dan mudah dipahami oleh
semua orang yang hadir. Selain itu, pembicara juga harus menghindari penggunaan
kata-kata kasar atau tidak pantas yang dapat mengganggu audiens.
b. Mengikuti aturan tata bahasa: Dalam public speaking, pembicara harus memperhatikan
aturan tata bahasa yang berlaku. Hal ini meliputi penggunaan tenses yang tepat,
penggunaan kata benda dan kata kerja yang sesuai, serta penggunaan tata bahasa yang
benar secara umum. Dengan mengikuti aturan tata bahasa, pembicara dapat
menyampaikan pesan dengan lebih jelas dan efektif.
c. Menjaga etika berbicara: Sebagai pembicara, menjaga etika berbicara sangat penting.
Pembicara harus menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyinggung atau
melukai perasaan audiens. Selain itu, pembicara juga harus menghormati pendapat dan
pandangan orang lain, serta menghindari melakukan diskriminasi atau stereotip
terhadap kelompok tertentu. Dengan menjaga etika berbicara, pembicara dapat
menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan bagi audiens.
2. Selalu direncanakan, sebelum melakukan public speaking, pembicara harus merencanakan
dan mempersiapkan pidatonya dengan baik. Hal ini meliputi penentuan topik, pemilihan
kata-kata yang tepat, dan pengaturan waktu agar pesan dapat disampaikan secara efektif.
a. Penentuan topik: Sebelum melakukan public speaking, pembicara harus memilih topik
yang relevan dan menarik bagi audiens. Topik yang dipilih harus sesuai dengan tujuan
komunikatif pembicara dan dapat menarik perhatian serta memotivasi audiens untuk
mendengarkan.
b. Pemilihan kata-kata yang tepat: Pembicara harus memperhatikan pemilihan kata-kata
yang tepat dalam pidatonya. Kata-kata yang digunakan harus jelas, padat, dan mudah
dipahami oleh audiens. Pembicara juga harus memperhatikan gaya bahasa yang
digunakan, apakah lebih formal atau lebih santai, tergantung pada konteks dan audiens
yang dituju.
c. Pengaturan waktu: Salah satu aspek penting dalam perencanaan public speaking adalah
pengaturan waktu. Pembicara harus memperkirakan berapa lama akan berlangsung dan
membagi waktu dengan baik. Hal ini penting agar pesan dapat disampaikan secara
efektif tanpa terburu-buru atau terlalu lama.
3. Selalu digunakan untuk menyampaikan ide tertentu yang dimiliki oleh pembicara, public
speaking selalu digunakan untuk menyampaikan ide tertentu yang dimiliki oleh pembicara.
Hal ini menekankan bahwa tujuan utama dari public speaking adalah untuk
mengomunikasikan informasi, gagasan, atau pandangan yang dimiliki oleh pembicara
kepada audiens. Pesan yang disampaikan dapat berupa apapun, mulai dari memberikan
informasi, memotivasi, menghibur, atau meyakinkan.
a. Mengomunikasikan informasi: Salah satu tujuan utama dari public speaking adalah
untuk menyampaikan informasi kepada audiens. Pembicara dapat menggunakan public
speaking untuk mengedukasi audiens tentang topik tertentu, memberikan pengetahuan
baru, atau membagikan hasil penelitian atau temuan yang relevan. Dengan
menyampaikan informasi yang berharga, pembicara dapat memberikan manfaat
kepada audiens dan meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu topik.
b. Memotivasi audiens: Public speaking juga dapat digunakan untuk memotivasi audiens.
Pembicara dapat menggunakan kata-kata yang inspiratif, cerita yang menginspirasi,
atau contoh-contoh sukses untuk menggerakkan audiens agar mencapai tujuan mereka,
mengatasi hambatan, atau mengubah pola pikir mereka. Dengan memotivasi audiens,
pembicara dapat memberikan inspirasi dan dorongan kepada mereka untuk mencapai
potensi terbaik mereka.
c. Menghibur audiens: Selain menyampaikan informasi dan memotivasi, public speaking
juga dapat digunakan untuk menghibur audiens. Pembicara dapat menggunakan
humor, cerita lucu, atau anekdot yang menghibur untuk menciptakan suasana yang
santai dan menyenangkan. Dengan menghibur audiens, pembicara dapat menciptakan
ikatan emosional dengan mereka dan membuat pesan yang disampaikan lebih mudah
diterima.
d. Meyakinkan audiens: Salah satu tujuan penting dari public speaking adalah untuk
meyakinkan audiens. Pembicara dapat menggunakan argumen yang kuat, data dan
fakta yang relevan, serta contoh-contoh yang meyakinkan untuk mempengaruhi
pandangan atau sikap audiens terhadap suatu topik. Dengan meyakinkan audiens,
pembicara dapat mencapai tujuan persuasifnya dan mengubah pandangan atau
tindakan audiens.
4. Terdapat audiens tertentu yang menjadi sasaran dari komunikasi yang dilakukan, public
speaking ditujukan untuk audience yang spesifik. Pembicara harus memahami karakteristik
audiensnya, seperti latar belakang, pengetahuan, dan minat mereka. Degan memahami
audiens, pembicara dapat menyampaikan pesan dengan cara yang relevan dan menarik bagi
mereka.
a. Pembicara harus memahami latar belakang audiens. Ini termasuk usia, pendidikan,
pekerjaan, budaya, dan nilai-nilai mereka. Dengan memahami latar belakang audiens,
pembicara dapat menyesuaikan bahasa, konteks, dan referensi dalam pidatonya agar
lebih relevan dan mudah dipahami.
b. Menyesuaikan tingkat pengetahuan: Setiap audiens memiliki tingkat pengetahuan yang
berbeda-beda tentang topik yang akan disampaikan. Sebagai pembicara, penting untuk
menyesuaikan level pengetahuan dalam pidato agar sesuai dengan audiens. Jika
audiens memiliki pengetahuan yang terbatas, pembicara harus menjelaskan konsep
dasar dan menghindari penggunaan istilah-istilah teknis yang sulit dipahami.
Sebaliknya, jika audiens memiliki pengetahuan yang mendalam, pembicara dapat
menyampaikan informasi yang lebih mendalam dan kompleks.
c. Penting bagi pembicara untuk menarik minat audiens dengan pesan yang relevan dan
menarik. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan contoh-contoh sesuai minat
audiens, mengaitkan topik dengan kehidupan sehari-hari mereka, atau menggunakan
cerita menarik. Dengan menarik minat audiens, pembicara dapat menciptakan
keterlibatan yang lebih besar dan membuat pesan lebih berkesan.

C. CARA MEMBANGUN KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN PUBLIK


Menurut Mudjia Rahardjo dalam buku Fitriana Utami Dewi yang berjudul Public Speaking
KunciSukses Bicara di depan Publik – Teori dan Praktek (2013:100) ada delapan cara untuk
mengatasi rasa takut dan supaya lebih percaya diri saat menjadi pembicara sebagai berikut.
1. Kuasai topik yang akan disampaikan. Dengan menguasai materi atau topik pembicaraan,
seseorang akan merasa lebih percaya diri dalam menyampaikan materinya. Percaya diri
merupakan modal penting bagi seseorang untuk bisa bicara dihadapan publik dengan
tenang dan meyakinkan. Jika pembica merasa ragu dengan materi yang disampaikan,
pendengar akan mempertanyakan pula mengenai materi yang disampaikan. Maka dari itu,
menguasai topik merupakan hal penting agar pembicara yakin dengan topik yang
disampaikan benar adanya dan agar topik tidak kehilangan arah.
2. Kenali siapa pendengarnya. Mengenali pendengar merupakan langkah awal untuk
mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap topik yang dibahas. Mengenali pendengar
dapat dilakukan dengan mengetahui banyaknya peserta yang akan hadir, alasan orang-
orang hadir, tingkat pengetahuan pendengar terkait tema yang dibahas, harapan pendengar,
jenis kelamin dan usia pendengar. Dengan melakukan hal-hal tersebut, pembicara dapat
mengatur tingkat kesulitan materi yang disampaikan dan ragam bahasa yang dipakai.
3. Sebelum memulai, tatap mata dan sapa para pendengar. Melakukan tatapan mata dan
menyapa beberapa peserta menjadikan mereka merasa diperhatikan dan dihormati. Dengan
melakukan kontak mata, pendengar dapat lebih fokus memperhatikan pembicara. Ciptakan
suasana yang nyaman dan hilangkan kesan yang seakan ada jarak antara pembicaradengan
peserta. Dengan menjadi bagian dari mereka, seorang pembicaraakan diterima dengan baik
oleh mereka meski mungkin tema pembicaraan tidak begitu berbobot.
4. Pandai-pandai menggunakan bahasa tubuh dan penampilan secara tepat. Albert Mehrabian,
psikolog sekaligus pakar komunikasi di Amerika Serikat, berpendapat bahwa ucapan
dipengaruhi 7% oleh isi, 38% oleh suara, dan 55% oleh gerak tubuh. Senyum, gerakan
tangan, berjalan mendekati peserta dan berpakaian yang tepat merupakan jenis-jenis bahasa
non verbal yang penting untuk diperhatikan oleh seorang pembicara di depan publik.
5. Jangan merendahkan diri sendiri. Beberapa orang mungkin akan menggunakan kalimat
“saya masih memiliki kekurangan…” tapi sayangnya ibi bukanlah situasi yang tepat untuk
mengungkapkan rasa rendah hati. Jika seorang pembicara sudah ada di depan umum,
pembicara tersebut pasti seseorang yang dipercaya untuk menyampaikan topik tersebut.
Hargai diri sendiri saat tampil sebagai pembicara di depan umum. Jadikan materi dan
presentasi anda berharga dan dibutuhkan oleh peserta yang hadir.
6. Hindari pembicaraan berbau SARA (suku, agama, dan ras). Pembicaraan berbau Sara
bukan hal yang tepat untuk dibicarakan di depan umum. Membicarakan topik terkait SARA
dan menjadikan sebagai bahan pelecehan tidak menjadikan pembicara menjadi terlihat luar
biasa. Justru, hal tersebut dapat menjatuhkan pendangan negatig peserta terhadap
pembicara.
7. Jangan membuat humor tentang seks. Humor memang diperlukan dalam public speaking,
untuk mencairkan dan menyegarkan suasana. Namun perlu disadari bahwa tidak semua
orang senang dan terbuka tentang humor seks. Hindari sejauh mungkin humor dan
pembicaraantentang seks, karena hal-hal yang bersifat privat, seperti tentang seks, tidak
patut disampaikan di depan publik.
8. Jangan menyudutkan seseorang dalam pembicaraan. Setiap manusia pasti ingin dihargai
dan dihormati. Menyudutkan atau mempermalukan seseorang di depan orang banyak,
adalah perbuatan yang tidak terpuji. Tindakan menyudutkan tersebut juga akan
menjadikan reputasi yang kurang bagus dalam penilaian peserta lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-
ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelumnya berada pada
tataran ide. Kemampuan berbicara merupakan sesuatu yang hakiki dalam hidup manusia.
Kemampuan berbicara dengan baik mutlak diperlukan oleh seorang komunikator. Namun
banyak orang yang merasa kurang percaya diri untuk berbicara di muka umum. Padahal
sebenarnya public speaking sama seperti pelajaran lainnya, bias dipelajari dan dilatih,
karena public speaking adalah keterampilan. Ketika berbicara di depan publik terdapat
ragam yang dapat memengaruhi interaksi dan persepsi audiens antara lain: presentasi,
pidato, MC (master of ceremony), dan moderator. Adapun karakteristik dari kemampuan
berbicara di depan public yaitu bersifat formal, selalu direncanakan, digunakan untuk
menyampaikan ide tertentu, dan terdapat audiens tertentu yang menjadi sasaran. Selain itu,
ada cara yang dapat membangun kemampuan berbicara di depan public menurut Mudjia
Rahardjo ada 8 cara untuk mengatasi rasa takut dan supaya lebih percaya diri saat menjadi
pembicara yaitu: kuasai topic yang akan disampaikan, kenali siapa pendengarnya, sebelum
memulai tatap mata dan sapa para pendengar, pandai-pandai menggunakan bahasa tubuh
dan penampilan secara tepat, jangan merendahkan diri sendiri, hindari pembicaraan berbau
SARA (suku, agama, dan ras), jangan membuat humor tentang seks, dan jangan
menyudutkan seseorang dalam pembicaraan.

B. SARAN
Berkaitan dengan paparan makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
mendalam tentang pentingnya kemampuan berbicara di depan publik, dapat memberikan
panduan praktis bagi pembaca untuk meningkatkan keahlian berbicara mereka. Selain itu,
cara membangun kemampuan berbicara di depan publik setidaknya harus dikuasai, agar
tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agha, Aba, M. 2022. Cepat dan Mudah Lancar Public Speaking. Yogyakarta: Checklist.
Coopman, Stephanie J & Lull, James. 2012. Public Speaking: The Evolving Art. Wadsworth
Cengage Learning: Boston, USA.
Dewi, Fitriana Utami. 2018. Public Speaking: Kunci Sukses Berbicara di Depan
Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Guntur, T. H. (2015). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hyang, O.S. 2018. Bicara Itu Ada Seninya: Rahasia Komunikasi yang Efektif. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Susanti, Evi. 2020. Keterampilan Berbicara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai