Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN SOSIAL DAN BAM

“MEDIA SOSIAL DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU”

Oleh kelompok 1:

Wafiq Zahra 1930109054


Abdul Halif 2130109001
Media Padilla 2130109027

Dosen Pengampu:
Susi Ratna Sari, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT, yang mana beliau telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga dengan rahmat itulah kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini dengan judul "MEDIA SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU".

Shalawat dan salam tidak lupa kita berikan kepada junjungan kita yakni nya Nabi Muhammad
Saw yang mana beliau telah bersusah payah menggulungtikar kekhafiran dan mengembangkan
permadani islami seperti yang kita rasakan hingga saat sekarang ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberi dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan makalah ini. Kami memahami bahwa makalah ini masih banyak
kesalahannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembac
auntuk kami jadikan bahan evaluasi.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lapau dan Fungsinya

Lapau selain tempat makan dan minum, bagi masyarakat Minangkabau juga merupakan
tempat bersosialisasi dan bersenda gurau. Bagi generasi muda, lapau merupakan tempat belajar
bidang pergaulan untuk tahap menuju kedewasaan (Sahrul N, 2015:26). Sebelum adanya
teknologi seperti radio, telepon genggam,dan televisi, lapau juga menjadi salah satu sarana
untuk memberikan informasi kepada masyarakat serta menjadi tempat pertukaran informasi
antara pengunjung lapau yang satu dengan yang lainnya. Orang-orang yang datang ke lapau
sangat beragam. Ada yang muda, tua, beda pekerjaan, dan beda jabatan. Di dalam lapau
disediakan meja, kursi untuk pelanggan yang datang untuk makan, minum, dan sebagainya. Di
dalam lapau juga terdapat katuak-katuak dan tongtong. Katuak-katuak/tong-tong akan
dibunyikan oleh pemilik lapau, apabila terjadi kebakaran, kematian, dan peristiwa lainnya.
Maka, dalam hal ini lapau juga berfungsi untuk memberikan informasi bagi masyarakat
Minangkabau sebelum adanya teknologi komunikasi seperti saat ini.

Mushra Dahrizal juga menambahkan, bahwa lapau juga menjadi tempat untuk urang
sumando mengenalkan diri kepada masyarakat/warga di sekitar (rumah istrinya) agar dikenal
oleh orang banyak (wawancara, 29 April 2016). Lapau yang harus dikunjungi oleh urang
sumando biasanya direkomendasikan oleh niniak mamak si istri. Bagi laki-laki di Minangkabau,
tidak meluangkan waktu di lapau merupakan suatu hal yang dianggap tabu dan sumbang,
apalagi bagi laki-laki yang sudah mempunyai istri. Laki-laki yang bergabung dengan istri, mertua,
adik ipar, kakak ipar untuk menonton siaran televisi di rumah istrinya dianggap tabu. Oleh sebab
itu, lapau menjadi tempat menghabiskan waktu dan menjadi ruang tempat bertemunya sesama
urang sumando (lelaki di rumah istri) menjelang mertua dan keluarga istrinya terlelap tidur.
Lapau adalah budaya yang identik dengan kaum ’laki-laki’, karena jarang ditemukan ada kaum
perempuan yang terlibat intens dalam aktivitas di lapau. Kalau pun ada, paling-paling urang
lapau (si pemilik lapau).

 Aktivitas di Lapau

Mengunjungi lapau seperti memasuki tempat yang ajaib, eksklusif, dan penuh dengan
kejutan. Kita akan merasakan bertemu dengan seseorang yang mempunyai keahlian
ajaib/khusus seperti tokoh film kartun ‘si kucing’ bernama “Doraemon”. Dengan pintu ajaibnya,
Doraemon bisa pergi ke tempat yang ia sukai dan menceritakan pengalamannya setelah
mengunjungi tempat tertentu dan memberikan nasehat/wejangan kepada sahabatnya Nobita.
Atau berjumpa dengan “John Titor” yang mengaku memiliki mesin waktu yang bisa
digunakannya untuk ber-anjangsana ke masa silam dan bernostalgia dengan masa kecilnya
dahulu, berjumpa dengan ibunya yang sudah meninggal, bahkan ia bisa pergi ke masa depan
untuk melihat kejadian yang akan terjadi.
Selain yang dipaparkan di atas, di lapau juga ditemui aktivitas berkesenian, seperti:
basaluang, bakecapi, dan barandai. Ery Mefri juga menambahkan bahwa, ia sering menyaksikan
bapaknya bersilat, dan menyaksikan orang bermain kecapi di luar lapau milik keluarganya
(wawancara,1 Mei 2016). Dari fenomena yang telah dipaparkan dan pengalaman empirik di
atas, pengkarya merasakan adanya fenomena musikal. Bunyi yang terjadi di lapau,mahota
(berbicara) danaktivitas berkesenian yang terjadi di dalam dan di luar lapaudigarap dan disajikan
dalam satu pertunjukan komposisi musik secara utuh.

Fungsi Lapau

Tempat saudagar singgah atau bermalam


Tempat menginap para saudagar yang dating dari pedalaman
Di lapau ini pula kadang-kadang transaksi dengan saudagar lain mereka lakukan
Sebagai media sosial masa lalu

Selain itu di lapau ini pula mereka saling berbagi informasi baik mengenai barang
dengan yang di bawa, fruktasi harga, kondisi pasar, pengalaman dalam berniaga. Di lapau
berbagai informasi tentang ke adaan sosial politik di daerah-daerah yang mereka lalui. Topic
atau isi yang di bicarakan tidak fokus, berubah-rubah longgar dan tergantung pada apa yang
paling actual saat itu.

B. Tapian, Pincuran dan Fungsinya


C. Surau dan Fungsinya
Surau adalah salah satu isntitusi yang berperanan penting dalam pengembangan nilai-
nilai moral agama dan juga adat istiadat budaya Minangkabau. Dari suraulah cikal bakal
ketumbuhan dan keutamaan masyrakat Minangkabau yang bermatabat dan beragama
dijalankan secara bersama. Keberhasilan dalam proses pendidikan anak-anak Minangkabau
di surau di tandai dengan pandai mengaji, taat beribadah, berakhlak, dan berkepribadian
luhur. Mampu memakai tata krama adat, pandai petatah petitih adat, menguasai kesenian
anak nagari serta bela diri (silat). Falsafah Adat basandi syara', syara` basandi kitabullah.
Syara` mangato adat mamakai dapat kita lihat dari kehidupan surau.
Pada masa sekarang ini peranan surau tidaklah sepenting yang dulu lagi, hal ini
dikarenakan perkembangan zaman dan era globalihsasi menurut taufik abdullah (2002)
mederniasi sistem pendidikan mempunyai kecenderungan ke arah sekularisasi.
Kecenderungan ini merupakan monumental yang terjadi dalam suatu sistem pendidikan
tanpa disadari perubahan tersebut telah menindih kearifan-kearifan yang ada dalam sistem
pendidikan lama. Pada akhirnya pengaruh modrenisasi ini melahirkan kaum intelektual yang
modernis-rasionalis. Kaum intelektual ini memainkan peran penting dalam berbagai bidang
kehidupan kondisi tersebut mempengaruhi pola pikir masyarakat Minangkabau sehingga
sekolah-sekolah modern cepat diakses dan dijadikan sebagai institusi pilihan. Sementara itu
pembinaan surau yang tidak efektif semakin pemperlemah eksistensi surau di tengah-
tengah arus sistem pendidikan modren tersebut yang kemudian peranan surau sebagai
tempat pendidikan non formal di Minangkabau mulai di tinggalkan dan tidak lagi diminati
oleh anak nagari.
 Fungsi Surau
Fungsi surau secara umum
Pada masa ini eksistensi surau di samping tempat sholat di gunakan Syekh Burhanuddin
sebagai tempat mengajarkan ajaran islam, khususnya tharekat (suluk).

Fungsi Surau di MK
Tempat Beribadah
Wirid Adat
Bermusyawarah Kaum Sesuku
Tempat Tinggal Pemuda
Mengumumkan Hasil Musyawarah
Dan lain-lain

D. KAN dan Fungsinya


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Syafputra,Yandri. 2017. Jurnal pengalaman empiris menjadi sebuah ide dalam penciptaan musik.
Lapau. Vol. 12 No.1,Juli 2017

Arifan,Rahmat. 2001. Alih peranan surau dalam kehidupan masyarakat Minangkabau

Anda mungkin juga menyukai