Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU FAWATIHUL SUWAR


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Ibu Zulaikhah Fitri Nur Ngaisah, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

1. Lutfiyanah 4319053
2. Lizianil Azizah 4321044
3. Liza Septiyani 4321060

KELAS B
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " ILMU FAWATIHU SUWAR"
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, semoga kita semua bisa mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir nanti. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zulaikha Fitri Nur
Ngaisah,M.Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Quran yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat tugas makalah ini. Terima kasih juga kepada penulis
buku dan jurnal-jurnal online yang menjadi sumber referensi bagi kami dalam menulis makalah
ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah menyempatkan waktunya
untuk membaca makalah ini.

Kami menyadari betul makalah bertema ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu
kami secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
agar makalah ini dapat lebih baik.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, ataupun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Akhir
kata terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaaat.

Pekalongan, Oktober 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an ada berbagai bentuk yang digunakan oleh allah dalam memulai
firman-Nya. Terkadang sebuah surat diawali dengan tahmid, tasbih, nida, sumpah, amr
dan lai-lain. Dalam beberapa surat ternyata Allah membuka firman-Nya dengan kalimat
berbeda yang sering disebut dengan al-ahruf al-muqatta’ah sehingga menimbulkan rasa
ingin tahu karena sulit dipahami maknanya di balik beberapa kalimat pembuka yang
berbeda diluar kebiasaan itu.
Pembahasan Fawatihul Suwar sampai saat ini masih menjadi pembicaraan yang
unik, menarik dan belum selesai. Fawatihul Suwar seringkali dipahami hanya terbatas
pada huruf-huruf muqatta’ah saja, padahal terdapat jenis Fawatih as-suwar lainnya. Satu
alasan mendasar yang diajukan oleh para ilmuan yang menaruh minat tinggi untuk
mengungkap misteri huruf muqatta’ah yaitu mereka yakin bahwa al-Qur’an diturunkan
tidak lain untuk dikaji manusia. Sehingga dari kajian itu diperoleh petunjuk, baik
petunjuk keimanan, keilmuan, dan petunjuk-petunjuk lainnya.1
Dalam Catatan As-Syuyuthi kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan dengan
persoalan Fawatihul suwar. Ragam Fawatihul As-Suwar di tinjau dari struktur kalimatnya
terdapat 11 macam. Fawatih as-suwar juga memiliki fungsi utama yaitu untuk
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca dan untuk mengantarkan pokok
bahasan atau topik yang dikupas.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Fawatihul Suwar ?
2. Apa saja macam – macam ilmu Fawatihul Suwar ?
3. Bagaimana Pendapat Ulama tentang Fawatih Suwar ?
4. Apa saja manfaat yang dapat diambil dari mempelajari ilmu Fawatihu Suwar ?

1
Dr.H.Moh.Zahid, M.Ag. “Ragam Fawatih As-suwar Keindahan, kesan dan Pesan”, Pamekasan.
November 2021
2
Ibid,
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan ilmu fawatihul suwar
2. Dapat mengetahui macam – macam ilmu fawatihul suwar
3. Supaya dapat mengetahui pendapat para ulama tentang ilmu Fawatihul Suwar
4. Supaya tahu manfaat dari mempelajari Ilmu Fawatihul Suwar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatihul Suwar

Istilah “fawatih” adalah jamak dari kata “fatih” atau “fatihah” yang berarti
pembuka. Sedangkan “suwar” adalah jamak dari kata “surah” sebagai sebutan dari
sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang di beri nama tertentu. Jadi “ fawatih Al-suwar”
berarti pembukaan-pembukaan surah, karena posisinya berada di awal surag-surah dalam
Al-Qur’an. 3

Al Qur'an karim merupakan kitab suci yang keautentikannya dijamin oleh Allah,
dan ia merupakan kitab yang senantiasa dipelihara hingga hari kiamat. Hal itu ditegaskan
oleh Allah dalam firman-Nya:
‫إنا نحن نزلنا الذكرى وإنا له لحفظون‬

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Alquran, dan Kamilah yang memeliharanya”.


(QS. 15:9).

Demikianlah Allah menjamin keautentikan Alquran, jaminan yang diberikan atas


dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan
oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap
muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Alquran tidak berbeda
sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta
dibaca oleh para sahabat Nabi saw.

Apabila kita membaca Alquran, yang diturunkan kepada manusia secara global,
akan kita dapati bahwa ayat-ayat Alquran itu ada yang bersifat muhkam dan ada juga
yang mutasyabihat. Boleh jadi kita mengatakan bahwa semua ayat Al-qur’an adalah
muhkam, dan kita pun dapat mengatakan bahwa semua ayat Alquran mutasyabihat. Hal
ini ini berlandaskan kepada

3
Nur Alfiyatur Rochmah, “Fawatihus Suwar”, Surabaya 2013 .
a. Surah Hud ayat 1 (untuk muhkam)

‫بِس ِْم ٱهَّلل ِ ٱلرَّحْ َم ٰـ ِن ٱل َّر ِحيم‬

‫ت ِم ْن لَّد ُْن َح ِكي ٍْم خَ بِي ۙ ٍْر‬


ْ َ ‫صل‬ ْ ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰتبٌ اُحْ ِك َم‬
ِّ ُ‫ت ٰا ٰيتُهٗ ثُ َّم ف‬

Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, )Inilah(“
”(yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana, Mahateliti

b. Surah Az Zumar ayat 23 (untuk mutasyabihat).

‫بِس ِْم ٱهَّلل ِ ٱلرَّحْ َم ٰـ ِن ٱل َّر ِحيم‬

َ ِ‫ث ِك ٰتبًا ُّمتَ َشابِهًا َّمثَانِ ۙ َي تَ ْق َش ِعرُّ ِم ْنهُ ُجلُوْ ُد الَّ ِذ ْينَ يَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم ۚ ثُ َّم تَلِيْنُ ُجلُوْ ُدهُ ْم َوقُلُوْ بُهُ ْم اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ ٰۗذل‬
‫ك هُدَى‬ ِ ‫ُ نَ َّز َل اَحْ َسنَ ْال َح ِد ْي‬
‫هّٰللَا‬

‫هّٰللا ِ يَ ْه ِديْ بِ ٖه َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۗ َو َم ْن يُّضْ لِ ِل هّٰللا ُ فَ َما لَهٗ ِم ْن هَا ٍد‬

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-
ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang
dapat memberi petunjuk”

Fawatih Suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah, ia


merupakan bagian dari ayat Mutasyabihat, Karena ia bersifat mujmal, mu'awwal, dan
musykil. Di dalam Alquran terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam
bentuk yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu ciri kebesaran Allah dan
kemahatahuan-Nya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut. Dengan
adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Alquran itu, maka semakin luas
pengetahuan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan ilmu tafsir yang kita
lihat hingga sekarang ini. Di sini hanya dikemukakan deskripsi tentang fawatih suwari
sebagai salah satu kajian tafsir, dengan mengemukakan macam-macam bentuk serta
pendapat ulama tentang hal tersebut.

Fawatihul Suwar merupakan bagian penting dari stryktur surah dalam al-Mushaf.
Banyak di pengaruhi cara memulai firman-Nya pada setiap surah dalam Al-Qur’an yang
disebut dengan fawatih as-suwar. Kebenaran Fawatih as- suwar terbukti efektif
mempengaruhi komunikan dengan sangat kuat terutama pada efek primernya yaitu
menarik perhatian pembaca. 4

B. Macam-macam Fawatih Suwar

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (Al-Istiftah bi Al-tsana)

a. Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan hamdalah yang dibuka


dengan ‫ احمــد هللا‬yang terdapat pada lima surah, yaitu Al-Fatihah,Al-An'am, Al-
Khafi, Saba, dan Fathir. Menggunakan lafad ‫كتبا‬yaitu surah Al-Furqan dan Al-
Mulk.

b. Mensucikan Allah dari sifat-sifat negative dengan menggunakan lafal tasbih yang
terdapat 7 surah, yaitu Al-Isra, Al-A'la. Al-Hadid, Al Hasyr, Al-shaff, Al-jum'ah,
dan Al-Taghabun.

2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al-ahruf Al muqatha'ah).


Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14
huruf tanpa di ulang.

a. Kelompok sederhana, yakni pembukaan yang hanya satu huruf, terdapat pada tiga
surah, yakni ‫(ص‬surah shad), ‫(ق‬surah Qaf), dan ‫(ن‬surah Al-Qalam)

b. Kelompok yang terdiri atas dua huruf, terdapat pada 9 surah, yakni ‫( حم‬surah Al-
Mu'min, Asy-Synura, Al-Zukhruf, Al-dukhan, Al-Jatsiyah dan Al-Ahqaf),
‫(طه‬surah Thaha)‫( طس‬Surah Al-Naml), dan ‫(يس‬surah Yasin).

c. Kelompok yang terdiri atas tiga huruf, terdapat pada 13 surah, yakni ‫( الم‬surah Al-
Baqarah, Alilmran, Al-Rum. Luqman dan Sajdah), ‫(الر‬surah Yunus, Hud, Ibrahin,
Yusuf, dan Al-Hijr), ‫(طيم‬Surah Al-Qashash dan Al-Syu'araa).

d. Kelompok yang terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua surah yakni ‫المر‬
(surah Al-Ra'd), dan‫( المص‬surah al-A'raf).

3. Kelompok yang terdiri atas lima huruf, terdapat pada dua surah, ‫( كهيعص‬surah
Maryam), dan ‫( عصقحم‬surah Al-Syura).
4
Shofaussamawati ,“Konsep Fawatih As-Suwar Imam Al-Marigi Dalam Tafsir Al-Marigi” Kudus, Desember
2015.
4. Pembukaan dengan panggilan (af-istifah bi Al-nida)

a. Nida untuk Nabi dengan term ‫ يا أيها النبي‬surah Al-Ahzab Al Tahrim, Al-Thalaq.

b. Nida untuk Nabi dengan term ‫ يا ايها المزمل‬pada surah Al-Muzammil.

c. Nida untuk Nabs dengan term ‫ يا ايها المدثر‬pada surah Al-Mudassir .

d. Nida untuk orang-orang beriman dengan term ‫يــا ايهــا الــذ ين امنــوا‬pada surah Al-
Maidah, Al-hujurat, dan Al-Mumtahanah.

e. Nida untuk orang-prang secara umum dengan term ‫ اايها النــاس ي‬pada surah Al-
Nisadan Al-Hajj.

5. Pembukaan dengan katmat berita (Al-istiftah Al-Khabariyah)

a. Kalimat Nomina (Al-jumlah Al-ismiyah) Kalimat Nomina (Al-jumlah Al-


ismiyah) Kalimat ini terdapat pada 11 surah, yaitu surah At-Taubah An-Nur, Al-
Zumar, Muhammad, Al-fath, Al-Rahman, Al-Haqqah, Nuh. Al-Qadar, Al-Qariah
dan Al-kautsar.

b. Kalimat Verba (Al-jumlah Al-fi liyah) Kalimat ini terdapat pada 12 surah yaitu
Al-Anfal, An-Nahl Al-Qomar, Al-Mu'minun, Al-Anbiya, Al-Mujadalah, Al-
Ma'arij, Al-Qiyamah, Al Balad, Abasa, Al-Bayinah, Al-Takatsur.

6. Pembukaan dengan sumpah (Al-istiftah bi Al-qasam).

Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surah surah Al-Qur'an ada 3 macam dan
terdapat dalam 15 surah.

7. Pembukaan dengan syarat (Al-istftahbill-syarth).

Syarat-syarat yang digunakan dalam pembukaan surah-surah Al Qur'an ada dua


macam dan digunakan dalam 7 surah, yakni surah Al takwir, Al-Infithar, Al-
isyiqaq,Al-Waqi'ah, Al-Munafiqun, Al-Zalzalah dan Al-Nashr.

8. Pembukan dengan kata kerja (Al-istiftah bi Al-amr).

Berdasarkan penelitihan pura ahli ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi
pembukaan sunah-sunah Al-quran yaitu pada surat Al-alaq, Jin, Al-kafirun, Al-ikhlas
Al-falaq dan Al-Nas.
9. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-istiftah bi Al-istifham)

a. Pertanyaan positif yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif


pertanyaan dalm bentuk ini digunakan pada 4 surah yaitu surah Al-dahr ,Al-
naba,Al-ghasyah dan Al- ma'un.

b. Pertanyaan negatif yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif yang


hanya terdapat pada du surah yaitu surah Al-insyirah dan Al-fil.

10. Pembukaan dengan doa (Al-istiftah bi Al-du'a ).

Pembukan dengan doa ini terdapat pada 3 surah yaitu surah Al-muthaffifin, Al-
humazah dan Al-Lahab.

11. Pembukaan dengan alasan (Al-istiftah bi Al-ta'lil).

Pembukan dengan alasan ini hanya terdapat dalam Quraisy.Selanjutnya As suyuthiy


mengatakan : pembukaan dengan doa dapat saja dimasukan ke dalam pembagian Al-
khabar,begitu juga pembukaan dengan pujian seluruhnya dapat dimasukan ke dalam
jenis Al-khabar keculi surah Al-A'la dapat dimasukan ke dalam bagian Al-amt dan
ayat yang didahului dengn subhna dapat mengandung Al-amr dan Al-khabar (lihat
Al-suyuthiy,Al-Itqan fi'ulum Al Quran,l/tt:06).

C. Pendapat Ulama tentang Fawatih Suwar

Dari keterangan di atas, terlihat bahwa fawatih suwar (pembuka-pembuka surah)


ada 29 macam, yang terdiri dari tiga belas bentuk. Adapun huruf yang paling banyak
digunakan secara berurutan ialah: alif, lam, mim, ha (diringankan), ra, sin, tha, shad, ha
(diberatkan), ya, ain, qaf, nun. Huruf-huruf awalan yang tidak disebut semuanya
berjumlah empat belas. Itu berarti separo jumlah huruf hijaiyah (alfabet).

Fawatih Suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab, bahwa Alquran diturunkan
dengan mempergunakan huruf-huruf yang mereka kenal. Ini merupakan teguran keras
bagi mereka dan sekaligus mem buktikan ketidakmampuan mereka membuat semisal
Alquran. Kajian tentang fawatih suwari telah dikembangkan oleh para ahli tafsir
terdahulu semisal Zamakhsyari. Kemudian diikuti oleh Baidhawi. Demikian pula Ibnu
Taimiyyah dan muridnya yang bernama Al-Hafidz Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih suwari,
maka kita akan dapati:

a. Golongan huruf-huruf halq' (yang suaranya keluar dari kerongkongan).


b. Golongan huruf-huruf mahmusah(yang suaranya seperti bisikan).
c. Golongan huruf-huruf mahjurah (yang suaranya dikeraskan) ialah hamzah,
miim, lam, 'ain, thaa, qhaf, ya, nun.
d. Golongan huruf syafahi (suaranya di bibir) ialah mim.
e. Golongan huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila dimatikan) ialah qaf dan
tha.

Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal
surah berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa,
melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-
Qur'an.

Karena kehati-hatian nya, mereka tidak berani memberikan penafsuran dan tidak
berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu.Dan mereka
berkeyakinan bahwa Allah sendiri yang mengetahui tafsir nya.Hal ini menjadi suatu
kewajaran yang berlaku bagi ulama salaf karena mereka dalam hal teologi pun menolak
terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang suci seperti ungkapan nya,"istiwa Allah
adalah cukup di ketahui hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid'ah".

Sebagaimana yang di katakan oleh Asy-Sya'bi yang di kutip oleh Subuh Solig
menyatakan:"huruf awalan itu adalah rahasia Al-Qur'an."

Hal ini di perjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib:


‫ان لكل كتا ب صفو ة و هذاا لكتا ب حروف التهجي‬

"Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya.Saripati Al-Qur'an ini ialah huruf-
huruf Hijaiyah"

Abu bakar Ash-Shiddiq pernah berkata:


‫في كل كتا ب سرو سره في القرآن أوا ئل السور‬

"DI tiap-tiap kitab ada rahasia nya . Rahasia dalam Al-Qur'an ialah permulaan-permulaan
surah".
Ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas'ud dan empat Khulafaur Rosyidin (abu
bakar,Umar,Usman,dan Ali) mereka berpendapat: "Huruf-huruf awalan yang
sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang terselubung yang
di khususkan Allah."

Kajian-kajian tentang Alquran telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-


ilmu tafsir dan atau Ulumul Alquran, yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak
penafsiran sebuah ayat boleh jadi akan berbeda satu dengan yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa jika digali ayat-ayat Alquran itu secara lebih mendalam, maka akan
semaki hiduplah Alquran itu.

Untuk lebih jelasnya dari apa yang telah dikemukakan di atas, kita akan melihat
pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawath suwari, di antaranya adalah:

1. Mufassir dari Kalangan Tasawuf

Ulama tasawuf berpendapat bahwa fawatih suwari, adalah huruf-huruf yang


terpotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau yang tiap-tiap
hurufnya merupakan pengganti dan suatu kalimat yang berhubungan dengan yang
sesudahnya, atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah yang
surah itu dimulai dengan huruf-huruf yang terpotong-potong itu.

Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas (w. 65 H)mengenai makna
kaaf, haa, yaa, 'ain, shaad. Huruf kaaf (‫ )ك‬berasal dari kata karim (Maha Penyantun),
huruf haa (‫) ه‬dari kata hadin (Maha Penuntun), yaa (‫)ي‬berasal dari kata 'Aliim ( Maha
Mengetahui ) dan huruf shaad(‫)ص‬berasal dari kata shaadiq (tidak berdusta).
Mengenai tiga huruf awal alif laam raa, Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan
anallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf awalan alif laam miim shaad
ditakwilkani ‫( أنا هللا أ فصل‬Aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga
orang mentakwilkan tiga huruf awalan thaa siin miim dengan thursina wa Musa
(Bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah yang masing-masing diawali
dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah Nabi yang menerima Taurat (Musa)
di Bukit Thursina.

2. Mufassir Orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang
orientalis yang bernama Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu
tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-nama para sahabat Nabi.
Misalnya, huruf sin adalah dari nama Sa'ad bin Abi Waqash, mim adalah huruf depan
dari nama al-Mughirah, huruf nun adalah huruf akhir dari nama Usman Bin Affan,
dan lain-lain.

3. Al-Khuwaibi

Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi.


Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.

4. Rasyid Ridha

Ungkapan Rasyid Ridha, sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan Al-
Khuwaibi. Rasyid Ridha berpendapat bahwa tanbih yang dimaksud di atas adalah
dihadapkan kepada orang orang musyrik di Mekah, kemudian kepada Ahli Kitab di
Madinah.

5. Mufassir dari Kalangan Syi'ah

Kelompok Syi'ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah
dihapus ulangan-ulangannya maka akan bearti ‫"صــراط علي على حق‬Jalan Ali adalah
kebenaran yang kita pegang teguh". Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh
kelompok Ahlu Sunnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka
peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga dihapus ulangan-ulangannya, dengan
mengatakan "benarlah jalanmu ber sama kaum Ahlu Sunnah".

Dari pendapat para ahli tentang fawatih suwari, dapat dilihat bahwa pentakwilan
sebuah ayat sangat banyak macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikan dan
ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Alquran secara
lebih luas. Pada prinsipnya tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk
melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan il1.mu yang mendukung dan
memadai bagi seorang mufassir.

D. Manfaat mempelajari Ilmu Fawatihul Suwar


Fawatihul Suwar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan
kebahsaan. Fawatihul Suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang
terdapat di dalam Al-Qur’an. Pemamaran tentang fawatihul suwar, khususnya
menyamgkut Al-Huruf Al Muqottah’ah, tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang
berhasil mengungkapkan latar belakang ataupun keteranganyang valid secara historis bisa
membuktikan hubungan-hubungan fawatihul suwar. Dari segi makna, memang banyak
sekali penafsiraan-penafsiran spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu
tidak didahului pengungkapan historisnya. Lain halnya dengan fawatihul suwar dalam
bentuk lain mislanya Al Qosam (sumpah), An Niba’ (seruan), Al Amr (perintah), Al
Istifham (pertanyaan) dan lain-lain. Urgensi terhadap Fawatihul Suwar tidak terlepas dari
konteks penafsiran Al-Qur’an. Penggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu akan
memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada historis yang konkrit ataupun
penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu kita tetap menyikini ekstensi Al-
Qur’an, kebersarannya, keagungannya , juga rahasia kemu’jizatannya.
Adapun manfaat urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatihl Suwar. Adapun.
Sebagian dari manfaatnya sebagai berikut:
1. Sebagai Tanbih (peringatan) dan dapat memberikan perhatian baik bagi nabi, maupun
umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam Fawatih
Al-Suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah yang kita
tidak dapat mengetahuinya.
3. Sebagai motivasi untuk selalu mencari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dengan cara beriman dan beramal shaleh dan menambah keyakinan kita bahwa
Al-Qur’an itu adalah benar-benar kalam Allah SWT.
Untuk menghilangkan keraguan terhadap Al-Qur’an terutama bagi kaum muslimin
yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan musuh-
musuh islam yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah buatan Muhammad Saw.
Dengan mengkaji Fawatih Al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa Al-
Qur’an itu sendiri bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah SWT.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Al Qur'an karim merupakan kitab suci yang keautentikannya dijamin oleh Allah,
dan ia merupakan kitab yang senantiasa dipelihara hingga hari kiamat. Demikianlah
Allah menjamin keautentikan Alquran, jaminan yang diberikan atas dasar
kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh
makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Apabila kita membaca Alquran, yang
diturunkan kepada manusia secara global, akan kita dapati bahwa ayat-ayat Alquran itu
ada yang bersifat muhkam dan ada juga yang mutasyabihat. Boleh jadi kita mengatakan
bahwa semua ayat Alquran adalah muhkam, dan kita pun dapat mengatakan bahwa
semua ayat Alquran mutasyabihat.

Fawatih Suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah, ia


merupakan bagian dari ayat Mutasyabihat, Karena ia bersifat mujmal, mu'awwal, dan
musykil. Di dalam Alquran terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam
bentuk yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu ciri kebesaran Allah dan
kemahatahuan-Nya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut. Fawatih
Suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab, bahwa Alquran diturunkan dengan
mempergunakan huruf-huruf yang mereka kenal. Ini merupakan teguran keras bagi
mereka dan sekaligus mem buktikan ketidakmampuan mereka membuat semisal Alquran.
Kajian tentang fawatih suwari telah dikembangkan oleh para ahli tafsir terdahulu semisal
Zamakhsyari. Kemudian diikuti oleh Baidhawi. Demikian pula Ibnu Taimiyyah dan
muridnya yang bernama Al-Hafidz Al-Mizi.

Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal
surah berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa,
melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-
Qur'an. Kajian-kajian tentang Alquran telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-
ilmu tafsir dan atau Ulumul Alquran, yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak
penafsiran sebuah ayat boleh jadi akan berbeda satu dengan yang lain.

Dalam Fawatihul Suwar merupakan gambaran tekhnik membuka pelajaran yang


baik. Membuka pelajaran merupakan bagian dari kegiatan untuk menciptakan kesiapan
mendal siswa secara maksimal supaya siswa dapat menyiapkan diri dengan apa yang
dipelajarinnya dan di sampaikan oleh guru. Nilai pendidikan lain yang terdapat pada
Fawatihul Suwar adalah metode pemberian pertanyaan. Seperti halnya Allah SWT
membuka salah satu Al-Qur’an dengan kalimat pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA

Nur Alfiyatur Rochmah, “Fawatihus Suwar”, Surabaya 2013 .


https://www.academia.edu/8480331/FAWATIHUS_SUWAR
Dr.H.Moh.Zahid, M.Ag. “Ragam Fawatih As-suwar Keindahan, kesan dan Pesan”,
Pamekasan. November 2021
http://repository.iainmadura.ac.id/506/1/Ragam%20Fawatih%20Ed%202%20lowres.pdf
Shofaussamawati , “Konsep Fawatih As-Suwar Imam Al-Marigi Dalam Tafsir Al-
Marigi” Kudus, Desember 2015.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Hermeneutik/article/viewFile/872/809
Mohammad Gufron, M.Pd.& Rahmawati, MA,Cet. Ulumul Qur'an:Praktis dan Mudah,
Yogyakarta,2013.
Drs.H. Ahmad Syadali & Drs.H.Ahmad Rofi'i .Ulumul Qur'an I, Bandung 1997
Drs. Aby Anwar,M.A.Ag.Ulumul Qur'an Sebagai Pengantar, Pekanbaru, 2002.
Amin Efendi, Nilai Pendidikan Dalam Fawatih As-Suwar, STAIN Jurai Siwo Metro,
Januari – Juli 2014.
https://core.ac.uk/download/pdf/235260333.pdf
http://istiqomahiain.blogspot.com/2015/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai