Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MARFUATUL ASMA (FAIL)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Oleh :
Abdul Aziz - 221012100231
Lia Atsari Sujud - 221012100264
Hafidzah Nawafil - 221012100400
Sabirah Sayidatun N - 221012100289
Munita Indah - 221012100235
Amelia - 221012100254
Abdul Muchyi - 221012100216

Dosen Pengampu :
Arief Suci, M.Pd
0402089202

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG SELATAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Dengan judul ‘‘Marfuatul Asma (Fail)’’ Dan kami berterima kasih kepada Bapak
Arief Suci,M.Pd, selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami, dan kami juga berterimakasih kepada teman teman yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, masukan, bahkan kritik yang terbangun dari segala pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membacanya, dan
untuk perkembangan dunia pendidikan.

Tanggerang, 24 November 2022

Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ……….…………………………………………………….……… iii

BAB I........................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................5
1. Latar Belakang....................................................................................................5
2. Rumusan Masalah...............................................................................................5
3. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
BAB II ……………………………………………………………………………. 6

PEMBAHASAN.......................................................................................................6
1. Pengertian I’rob...................................................................................................6
2. Pengertian Fail....................................................................................................6
a) Klasifikasi Fail……………………………………………………………...7
3. Hukum Hukum yang berakaitan dengan fail......................................................8
a) Hukum Fail………………………………..…………………………………8
b) Hukum Fiil Fail……………………………..……………………………….8
4. Pengertian Nakiroh dan Ma’rifah. ……………………………………………..9
a) Ciri-ciri Nakiroh dan Ma'rifah……………………………..……………….10
BAB III...................................................................................................................12
PENUTUPAN........................................................................................................12
1. Kesimpulan.......................................................................................................12
2. Saran..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bahasa Arab merupakan bahasa yang penting karena bahasa arab ialah
bahasa Alquran dan hadits yang dimana Alquran dan hadits ialah pedoman
umat muslim, bahasa arab juga merupakan bahasa komunikasi dan informasi
umat islam, Bahasa Arab juga merupakan kunci untuk mempelajari ilmu-ilmu
lain, dikatakan demikian karena buku-buku bermacam-macam ilmu
pengetahuan pada zaman dahulu banyak ditulis dengan menggunakan Bahasa
Arab, jadi jika ingin menguasai ilmu dalam buku-buku tersebut terlebih dahulu
harus bisa berbahasa Arab.

Dalam fase perkembangannya, yakni pada tahun 1973, Bahasa Arab telah
dijadikan sebagai bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang sekaligus untuk meningkatkan kedudukan Bahasa Arab itu sendiri,
karena itulah tidak berlebihan jika pengajaran Bahasa Arab sekarang ini perlu
mendapatkan penekanan dan perhatian seksama, mulai dari tingkat dasar
sampai pada lembaga pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta, umum
maupun agama untuk digalakkan dan diajarkan, Dalam pengajarannya tentu
harus sesuai dengan taraf kemampuan dan perkembangan siswa.

Membaca dan mempelajari bahasa Arab memang tidak mudah. Dalam hal
ini dibutuhkan beberapa persyaratan, diantaranya mempelajari ilmu Nahwu dan
Balaghah. Pada makalah ini kami akan menjelaskan, memberi gambaran
tentang salah satu materi yang ada di Nahwu yaitu fa’il. Mengenai apa itu fa’il ,
klasifikasinya dan juga aplikasinya dalam kalimat.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan I’rob?
b) Apa yang dimaksud dengan pengertian dan klasifikasi  fa’il?
c) Apa sajakah hukum-hukum yang berkaitan dengan fa’il?

3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui pengertian dari I’rob.
b) Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi fa’il.
c) Untuk mengetahui hukum hukum yang berkaitan dengan fa’il.
5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian I’rob
Para ulama nahwu mendefinisikan I’rob dengan berbagai bentuk yang
berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut mengarah pada tujuan dan maksud
yang sama. Menurut Syekh Zaini Dahlan dalam kitab matan al-jurumiyyah,
I’rob adalah perubahan keadaan akhir kata karena perbedaan berapa amil atau
penyebabperubahan akhir kata yang menyertainya, baik secara lafal maupun
perkiraan. Hal ini serupa dengan pendapat Musthafa Al-Ghalayain dan Ahmad
Al-Hasyimi. Mereka mengatakan bahwa I’rob adalah perubahan akhir kata
karna perbedaan ami-amil yang masuk pada kata yang dimaksud. Dari
pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa segala sesuatu yang berubah
karena suatu amil maka disebut Mu’rob.

2. Pengertian Fail
Fail dalam Bahasa Indonesia juga disebut dengan pelaku atau subjek
pekerjaan. Materi ini pasti dibahas di semua kitab dengan definisi yang berbeda
beda tetapi tetap berhubungan dan mengandung inti yang sama. Untuk lebih
jelas mengenai definisi fail, berikut adalah definisi fail dengan beberapa kitab
nahwu:
a) Dalam kitab nahwu al-wadhih, definisi fail adalah ;
‫ َو َد َّل َعلَى الَّ ِذ فَ َع َل الفِ ْع َل‬،ٌ‫ع تَقَ َّد َمهُ فِ ْعل‬ \ٌ ْ‫ ا ْس ٌم َمرْ فُو‬: ‫الفَا ِع ُل‬
Fail adalah isim dibaca rofa’ yang didahului fi’il dan menunjukkan pelaku
pekerjaan.
b) Dalam kitab Al- Ajurrumiyyah, definisi fail adalah :
ُ‫ع ال َم ْذ ُك ُر قَ ْبلَهُ فِ ْعلَه‬
ُ ْ‫الفَا ِع ُل هُ َو اِإل ْس ُم ال َمرْ فُو‬
Fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya.
c) Dalam kitab Mutammimah Al-Ajurumiyyah, fail adalah :
‫َاوي ِْل الفِع ِْل‬ِ ‫ع قَ ْبلَهُ فِ ْع ٌل اَوْ َمافِ ْي ت‬ \ُ ْ‫هُ َو اِإل ْس ُم ال َمرْ فُو‬
Fail adalah isim yang dibaca rofa’ , yang jatuh sesudah fi’il atau kata yang
takwil sebagai fi’il.
d) Dalam kitab Alfiyah, fail adalah :
‫ َز ْي ٌد ُمنِ ْيرًا َوجْ هُهُ نِ ْع َم الفَتَى‬... ‫َي‬ ْ ‫الفَا ِع ُل الَّ ِذيْ َك َمرْ فُوْ ع‬
Fail adalah kalimat isim yang seperti rofa’nya dua kalimat‫ اَتَي‬dan ‫نِ ْع َم الفَتَى‬
fa’il terletak setelah fi’il.

6
Dari definisi yang berbeda-beda di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dinamakan fail adalah isim yang dibaca rofa’ yang terletak setelah fiil
atau kata yang ditakwil sebagai fiil, yang menunjukkan pelaku pekerjaan.

A. Klasifikasi Fail
Fail diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : Fail Isim Dzahir dan Fail Isim
Dhamir. Berikut penjelasannya :

a) Fail Isim Dzahir


Fail dzahir ialah fail yang tampak terdiri dari isim zhahir. Dalam kitab
Ajjurumiyyah, yang dinamakan fail isim zhahir adalah :

‫فَا الظَا ِه ُر َما َعلَى َد َّل ُم َس َّماهُ بِالَ قَ ْي ٍد َك َز ْي ٍد َو َر ُج ٍل‬

Fail isim dzahir ialah lafadz yang menunjukkan kepada yang Di-
sebutkan tanpa ikatan seperti lafadz ‫َز ْي ٌد‬ (zaid) dan ‫َر ُج ٌل‬ (laki laki ). Contoh
fa’il isim dzahir seperti :

.‫ قَا َم ُغالَ ِمى تَقُوْ ُم ِه ْن ٌد‬,‫ك‬


َ ْ‫ َوقَا َ\م اَ ُخو‬,‫ قَا َم ُم َح َّم‬,‫قَا َل َر ُجالَ ِن‬

b) Fa’il isim dhamir


Fa’il isim dhamir adalah fail yang terdiri dari isim dhamir.
Dalam kitab Ajjurumiyyah dijelaskan mengeni definisi fail isim dhamir :
ٍ َ‫َما َد َّل َعلَى ُمتَ َكلِ ٍم اَوْ ُمخَاط‬
‫ب اَو غَاِئب‬
Fail isim dhamir adalah yang menunjukkan kepada pembicara
(mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghoib.
Contoh fail isim dhamir adalah seperti perkataan :
: َ‫ نَحْ ُو قَوْ لُك‬،‫َوال ُمضْ َم ُ\ر ْاثنَا َع َش َر‬
،‫ض َر ْبتُ َّن‬
َ ‫ َو‬،‫ض َر ْبتُ ْم‬
َ ‫ َو‬،‫ض َر ْبتُ َما‬
َ ‫ َو‬،‫ت‬ِ ‫ض َر ْب‬ َ ‫ َو‬،‫ض َر ْبنَا‬ َ ‫ َو‬،‫ْت‬ ُ ‫ض َرب‬َ "
" َ‫ض َر ْبن‬ َ ‫ َو‬،‫ض َربُوا‬ َ ‫ َو‬،‫ض َربَا‬ َ ‫ َو‬،‫ت‬ ْ َ‫ض َرب‬
َ ‫ َو‬،‫ب‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫َو‬
Fail isim dhamir itu sebagai contoh sebagaimana disebutkan di atas,
yaitu:
ُ ‫ض َرب‬
‫ْت‬ َ = aku telah memukul
\‫ض َر ْبنَا‬
َ = kami atau kita telah memukul
َ‫ض َربْت‬ َ = kamu laki laki telah memukul
7
ِ ‫ضر ْب‬
‫ت‬ َ = kamu perempuan telah memukul
ُ
\‫ض َر ْبت َما‬ َ = kamu berdua ( laki laki atau perempuan ) telah memukul
ُ‫ض َر ْبت ْ\م‬ َ = kalian ( laki laki ) telah memukul
َّ‫ض َر ْبتُن‬ َ =kalian ( perempuan ) telah memukul
‫ب‬ َ ‫ض َر‬ َ = dia laki laki telah memukul
ْ‫ض َربَت‬ َ = dia perempuan telah memukul
\‫ض َربَا‬ َ = mereka berdua ( laki laki ) telah memukul
\‫=ض َر ْبتَا‬ َ mereka berdua ( perempuan ) telah memukul
\‫ض َربُوا‬ َ = mereka ( laki laki ) telah memukul
َ‫ض َر ْبن‬ َ = mereka ( perempuan telah memukul
3. Hukum Hukum yang berakaitan dengan fail
Penggunaan fail memiliki beberapa hukum-hukum dan aturan yang harus
diperhatikan, berikut adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan fail :

A. Hukum Fail
Fail itu mempunyai beberapa hukum, antara lain :
 Tidak boleh dibuang, sebab fail adalah pokok kalimat (pelaku), baik
fail itu berupa isim dzahir seperti : ‫ قَا َم ُم َح َّم ٌد‬atau isim dhamir, seperti
‫َان قَا َما‬
ِ ‫ زَ ْيد‬apabila tidak tampak, maka fail berupa dhamir mustatir.
 Tidak boleh mendahului fiilnya. Apabila ada lafal yang dzahirnya
menjadi fail yang mendahului fiilnya, maka harus menakdirkan fail
berupa dhamir mustatir. Sedangkan isim, yang mendahului fiil tadi,
mungkin berstatus Sebagai mubtada’ atau failnya yang dibuang, contoh
‫ ُم َح َّم ٌد قَا َم‬kata ‫ ُم َح َّم ٌد‬jadi mubtada’ , sedangkan ‫ قَا َم‬menjadi khabar. Adapun
fiil fail ‫ قَا َم‬, berupa dhamir mustatir. ‫ َوِإ ْن َأ َح ٌد ِمنَ ال ُم ْش ِر ِك ْينَ ا ْستَ َجا َرك‬Kata ‫َأ َح\ ٌد‬
adalah berstatus fail dari fiil yang dibuang, yang bentuknya seperti fiil
yang ada pada sesudahnya. Hal demikian ini disebabkan huruf syarat itu
tidak dapat masuk pada mubtada’.
B. Hukum Fiil Fail
Diantara hukum yang berkaitan dengan fail adalah :

 Fiil dari fail yang harus tetap mufrod, meskipun failnya berupa tatsaniyah
atau jamak. Contohnya :
َ‫ال الظَّالِ ُموْ ن‬
َ َ‫ ق‬, َ‫َجا َء ال ُم َع ِذرُوْ ن‬
Sebagian masyarakat arab yang memberi tanda tatsaniyah dan jamak. Apabila
fail berupa tatsaniyah atau jamak, maka mereka berkata :

8
ِ ‫ قُ ْمنَ ال ِه ْندَا‬, َ‫ قَا ُموا\ زَ ْي ُدوْ ن‬,‫قَا َما زَ ْيدَا ِن‬
‫ت‬

Kata ‫ قَام‬diberi tanda tatsaniyah berupa alif, karena failnya tatsaniyah.


Kata ‫ قَا ُموا‬diberi tanda jamak berupa wawu, karena failnya berupa muzakkar,
dan kata َ‫ قُ ْمن‬diberi tanda jamak mu’annats berupa nun, karena failnya terdiri
dari jamak mu’annats.

 Fiil dari fail itu diberi tanda mu’annats, berupa ta’ mati berupa fiil madhi
dan berupa ta’ mudhara’ah ada fiil mudhari’ , apabila fail berupa mu’annats
hakiki. Contoh :
‫ تَقُوْ ُم ِه ْن ٌد‬,‫ت ِه ْن ٌد‬
ْ ‫قَا َم‬

Boleh tidak memasang tanda mu’annats pada fiil fail yang mu’annats majazi
seperti :
‫ت اِالَّ ُم َكا ًء‬
ِ ‫صالَتُهُم\ ِع ْن َد البَ ْي‬
َ َ‫ َو َما َكان‬,‫طَلَ َع ال َش ْمس‬
Shalat mereka dibaitullah, hanyalah siulan belaka.
Kata ُ‫ ال َش ْمس‬dan ‫صالَتُهُ ْم‬
َ adalah muannats majazi, bukan muannats hakiki.
Oleh sebab itu fiilnya yang berupa ‫ طلع‬dan َ‫ َك\\ان‬, tidak perlu diberi tanda
muannats.Adapun hokum fail tsaniyah dan jamak muzakkar salim dan jamak
muannats itu, seperti hukum fail yang mufrod. Yakni tidak perlu diberi tanda
ْ ‫ قَا َم‬,‫ت ال ُم ْسلِ َمتَا ِن‬
ُ ‫ت ال ُمسل َم‬
tsaniyah atau jamak. Contohnya : ‫ات‬ ْ ‫ قَا َم‬, َ‫ قَا َم ال َّز ْي ُدوْ ن‬, ‫قَا َم ال َّز ْيدَا ِن‬
Sedangkan jamak taksir, hukumnya seperti kata yang muannats majazi, yakni
ْ ‫ قَا َم‬,ُ‫قَا َم ال ِّر َجال‬
fiilnya boleh diberi tanda muannats atau tidak. Contohnya : ,‫ت الرِّ َجال‬
ْ ‫ قَا َم‬,ُ‫قَا َم الهُنُوْ د‬.
‫ت الهُنُو ُد‬

4. Pengertian Nakiroh dan Ma’rifah


Isim (kata benda) itu dibagi  menjadi dua, yaitu: umum dan khusus, yang
dalam bahasa Arab dinamakan  juga dengan isim nakirah (umum) dan makrifah
(khusus). Isim nakirah ialah  isim yang masih umum atau global, kata benda
yang mana, yang seperti apa, terdapat dimana, kepunyaan  siapa, dan lain
sebagainya,sehingga tidak bisa mengindikasikan  benda tersebut, sebab 
maknanya umum. Isim makrifah ialah  kata benda yang berarti khusus dan
memiliki  kandungan arti  tertentu sehingga membuat  mutakallim (orang yang
berbicara)  dan pendengar sudah memahami  apa yang dimaksud.

9
A. Ciri-ciri Nakiroh dan Ma'rifah
Berikut ini adalah beberapa poin yang harus kita ketahui tentang ciri-ciri
nakiroh dan ma'rifah di bawah ini :

a) Nakirah
 Isimnya bertanwin (ًٌٍ)
 Biasanya tidak ditandai dengan huruf   Alif-Lam ( ‫) ال‬
 Menunjukan kata umum, bukan nama orang tertentu.

Contohnya :

َ ِ‫َذل‬
ٌ‫بَ ْيت‬ ‫ك‬

Itu adalah sebuah rumah [Kata ‫ْت‬ ٌ ‫ بَي‬merupakan isim nakiroh, karena
terlihat jelas ciri-cirinya terdapat tanwin di akhir huruf, tidak terdapat alif-lam,
maka menunjukan sesuatu yang umum]

b) Ma'rifah
 Diimbuhi dengan huruf   Alif-Lam ( ‫ ) ال‬di awalnya
Contohnya :

َ  ‫الولَ ُد‬
‫صالِ ٌح‬ َ
‘Anak itu adalah anak sholeh’
[kata  ‫الولَ ُد‬
َ termasuk isim Ma'rifah, karena terdapat huruf alif-lam di awalnya].
 Dalam suasana  idhafah
Idhafah ialah dua isim yang digabung menjadi satu, sehingga
menimbulkan makna  yang baru, isim pertama menjadi mudhof dan isim kedua
menjadi mudhof ilaih, contoh kata :
 ‫ِكتَابُ َز ْي ٍد‬
‘Kitab milik Zaid'
Kedua kata di atas sebenarnya dua kata yang berbeda, tapi setelah
digabungkan dan mengikuti aturan main idhofah, maka keduanya menjadi
ma'rifah atau kata khusus 'kitab milik zaid' sudah dapat diketahui bersama
bahwa kitab tersebut adalah milik Zaid.
 Jika kata yang di-idhafat-kan untuk  kata tunjuk (isim isyarah)
Contohnya :
‫ت‬ِ ‫ ٰ َه َذا ا ْلبَ ْي‬  َّ‫فَ ْليَ ْعبُدُوا\ َرب‬
Maka hendaklah mereka menyembah tuhan empunya  rumah ini (Ka’bah)

10
[isim isyaroh ‫ َذا‬F‫ ٰ َه‬ beridhofah dengan kata ‫ت‬
ِ ‫ ا ْلبَ ْي‬, maka otomatis kata ‫ َذا‬F‫ٰ َه‬
ِ ‫ا ْلبَ ْي‬  sudah menjadi ma'rifah, walaupun sebenarnya kata ‫ت‬
‫ت‬ ِ ‫ا ْلبَ ْي‬  saja itu sudah
ma'rifah karena ia mempunyai alif-lam.
 Jika kata ganti (isim dhamir)
Contohnya :
‫كاتب الدرس‬ ‫أنَا‬
‘Saya adalah orang yang mencatat  pelajaran’

11
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Definisi fail adalah isim yang dibaca rofa’ yang terletak setelah fiil atau kata
yang ditakwil sebagai fiil, yang menunjukkan pelaku pekerjaan.
2. Fail diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : Fail Isim Dzahir dan Fail Isim
Dhamir. Fail isim dzahir ialah lafadz yang menunjukkan kepada yang
disebutkan tanpa ikatan seperti lafadz Ϊiί (Zaid) dan t 3 ‫(ج‬laki-laki).
Sedangkan Fail isim dhamir adalah yang menunjukkan kepada pembicara
(mutakallim) atau yang diajak bicara (mukhathab) atau ghoib.
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan fail adalah Hukum Fail tidak boleh
dibuang dan tidak boleh mendahului fiil. Hukum fiil fail, Fiil dari fail itu
harus tetap mufrad dan Fiil dari fail itu harus diberi tanda muannats, berupa
ta’ mati pada akhir fiil madhi dan berupa ta’ mudhara’ah ada awal fiil
mudhari’, apabila fail berupa muannats hakiki. Posisi fail itu ada tiga yaitu
fail itu berada sesudah fiilnya sebelum maf’ul, fail itu jatuh sesudah maf’ul,
dan fail dan fiilnya itu jatuh sesudah maful.

B. SARAN
Adapun saran-saran yang ingin diungkapkan penulis yaitu :
1. Diharapkan agar pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan
fail dalam kalimat secara benar.
2. Diharapkan agar pembaca dapat melanjutkan memaparkan lebih detail
mengenai isim dhomir.
3. Diharapkan agar pembaca dapat melanjutkan memaparkan lebih detail
mengenai posisi fail dalam kalimat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Aziz, Saifullah. Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam


Terjemahan Kitab Al Juruiyah dan Nadham Al-Imrithy. 2005.
Surabaya : Terbit Terang.
Al-Jarim, Ali dan Musthofa Amin. An-Nahwu Al-Wadhih. Surabaya :
Maktabah Al-Hidayah.

Malik, Ibnu. Al-Juz Al-Awwal minal Alfiyah . Jombang : Bahrul Ulum.

Muhammad, Syamsuddin Arra’ni. Ilmu Nahwu Terjemah


Mutammimah Ajjurumiyah. 2003. Surabaya : Al-Hidayah.

13

Anda mungkin juga menyukai