Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Usul Fiqh
Disusun oleh
Siti Nuradiati Adila 11190360000013
Adela Dwi Marliani 11190360000022
Meri Rahmadani 11190360000044
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
A. PENGERTIAN QIYAS.................................................................................2
B. QIYAS SBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM............................................4
C. RUKUN DAN SYARAT QIYAS SERTA PEMBAGIANNYA..................8
BAB III.................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Qiyas merupakan suatu cara penggunaan ra'yu untuk menggali hukum syara'
dalam hal-hal yang nash al-Qur'an dan Sunnah tidak menetapkan hukumnya
secara jelas.
Pada dasamya ada dua macam cara penggunaan ra'yu, yaitu: penggunaan ra'yu
yang masih merujuk kepada nash dan penggunaan ra'yu secara bebas tanpa
mengaitkannya kepada nash. Bentuk pertama secara sederhana disebut qiyas.
Mesikipun qiyas tdak menggunakan nash secara langsung, tetapi karena merujuk
kepada nash, maka dapat dikatakan bahwa qiyas jugs sebenarnya menggunakan
nash, namun tidak secara langsung.
Dasar pemikiran qiyas itu ialah adanya kaitan yang erat antara hukum dengan
sebab. Hampir dalam setiap hukum di luar bidang ibadat, dapat diketahui alasan-
rasional ditetapkan hukum itu oleh Allah. Alasan hukum yang rasional itu oleh
ulama disebut "illat". Di samping itu dikenal pula konsep mumatsalah, yaitu
kesamaan atau kemiripan antara dua hal yang diciptakan Allah. Bila dua hal itu
sama dalam sifatnya, tentu sama pula dalam hukum yang menjadi akibat dari sifat
tersebut. Meskipun Allah SWT hanya menetapkan hukum terhadap satu dari dua
hal yang bersamaan itu, tentu hukum yang sama berlaku pula pada hal yang satu
lagi, meskipun Allah dalam hal itu tidak menyebutkan hukumnya.
Hal-hal atau kasus yang ditetapkan Allah hukumnya sering mempunyai kesamaan
dengan kasus lain yang tidak ditetapkan hukumnya. Meskipun kasus lain itu tidak
dijelaskan hukumnya oleh Allah, namun karena ada kesamaan dalam hal sifatnya
dengan kasus yang ditetapkan hukumnya, maka hukum yang sudah ditetapkan itu
dapat diberlakukan kepada kasus lain tersebut. Dalam hal usaha mengistinbath dan
penetapan hukum yang menggunakan metode penyamaan ini disebut ulama ushul
1
dengan qiyas (analogi).
1
Amir Syarifudin, USHUL FIQH Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.158
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QIYAS
Secara bahasa lArair aiAoaliAra r۞ra “ ,mengukur atau membandingkan sesuatu dengan
Menghubungkan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada nash nya dari Al
Qur’an dan sunah dengan peristiwa yang lain yang ada nash hukumnya karena
keduanya berserikat dalam ‘illat hukum.2
Al-Ghazali dalam al Mustashfa memeberi definisi Qiyas :
۞a Dra \DȎ N۞ a l N\ D a Ƣ NƯ a rƷ N\ Da
۞ria Dra N\۞ \DȎ Nr۞i a D 䁕 rDa D 䁕 r r 〨 r N\ Da
Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu lain yang diketahui,
karena keduanya berserikat dalam ‘illat hukum menurut pandangan ulama yang
menetapkan.
Definisi Qiyas menurut Shadru al-Syari’ah :
rKDra \ ri 礀 ºlara lra 䁕 i۞ lroalA lD 䁕 a a۞ra a 〨 KrXa l \
DȎ rAo 䁕 ri۞
2
‘Abdullah Rafi’i S.Ag Dkk, Usul al-Fiqh, Ma’had Daru as-Salam Gontor Ponorogo Indonesia,
Cetakan kedua h.38-39
2