Anda di halaman 1dari 11

QIYAS SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM SYARA’

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Usul Fiqh

Dosen pengampu : 1. Prof. Dr. H. Said Agil Husain Al Munawwar M.A. d


2. Khairul Insan, M.SI

Disusun oleh
Siti Nuradiati Adila 11190360000013
Adela Dwi Marliani 11190360000022
Meri Rahmadani 11190360000044

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
membibing hamba-Nya dan memberikan nikmat sehat dalam menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Ushul Fiqh dengan judul “Qiyas
Sebagai Metode Penggalian Hukum Syara’ “
dengan penuh kemudahan. Karena tanpa perkenan dan ridho-Nya tidak mungkin
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan kita.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. H. Said Agil Husain Al
Munawwar M.A. dan Khairul Insan, M.SI. selaku dosen Ushul Fiqh yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sulawesi Barat, 09 April 2021


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
A. PENGERTIAN QIYAS.................................................................................2
B. QIYAS SBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM............................................4
C. RUKUN DAN SYARAT QIYAS SERTA PEMBAGIANNYA..................8
BAB III.................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Qiyas merupakan suatu cara penggunaan ra'yu untuk menggali hukum syara'
dalam hal-hal yang nash al-Qur'an dan Sunnah tidak menetapkan hukumnya
secara jelas.
Pada dasamya ada dua macam cara penggunaan ra'yu, yaitu: penggunaan ra'yu
yang masih merujuk kepada nash dan penggunaan ra'yu secara bebas tanpa
mengaitkannya kepada nash. Bentuk pertama secara sederhana disebut qiyas.
Mesikipun qiyas tdak menggunakan nash secara langsung, tetapi karena merujuk
kepada nash, maka dapat dikatakan bahwa qiyas jugs sebenarnya menggunakan
nash, namun tidak secara langsung.
Dasar pemikiran qiyas itu ialah adanya kaitan yang erat antara hukum dengan
sebab. Hampir dalam setiap hukum di luar bidang ibadat, dapat diketahui alasan-
rasional ditetapkan hukum itu oleh Allah. Alasan hukum yang rasional itu oleh
ulama disebut "illat". Di samping itu dikenal pula konsep mumatsalah, yaitu
kesamaan atau kemiripan antara dua hal yang diciptakan Allah. Bila dua hal itu
sama dalam sifatnya, tentu sama pula dalam hukum yang menjadi akibat dari sifat
tersebut. Meskipun Allah SWT hanya menetapkan hukum terhadap satu dari dua
hal yang bersamaan itu, tentu hukum yang sama berlaku pula pada hal yang satu
lagi, meskipun Allah dalam hal itu tidak menyebutkan hukumnya.
Hal-hal atau kasus yang ditetapkan Allah hukumnya sering mempunyai kesamaan
dengan kasus lain yang tidak ditetapkan hukumnya. Meskipun kasus lain itu tidak
dijelaskan hukumnya oleh Allah, namun karena ada kesamaan dalam hal sifatnya
dengan kasus yang ditetapkan hukumnya, maka hukum yang sudah ditetapkan itu
dapat diberlakukan kepada kasus lain tersebut. Dalam hal usaha mengistinbath dan
penetapan hukum yang menggunakan metode penyamaan ini disebut ulama ushul
1
dengan qiyas (analogi).

1
Amir Syarifudin, USHUL FIQH Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.158
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QIYAS
Secara bahasa lArair aiAoaliAra r۞ra “ ,mengukur atau membandingkan sesuatu dengan

yang semisalnya, dikatakan : DND ADNtA ‫؀‬ 〨۞a


ANaA 〨礀, si fulan

membandingkan dengan si fulan, artinya menyamakannya atau


mempermisalkannya.
Secara istilah terdapat beberapa definisi yang berbeda yang saling berdekatan
artinya. Di antara definisi-definisi itu adalah :
\D a lDa N\ D a lar cr \DȎ Da Ì Dr a rƷ \
D\traD NADra l 礀 ۞ a r‫ ؀‬ǾN “

Menghubungkan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada nash nya dari Al
Qur’an dan sunah dengan peristiwa yang lain yang ada nash hukumnya karena
keduanya berserikat dalam ‘illat hukum.2
Al-Ghazali dalam al Mustashfa memeberi definisi Qiyas :

۞a Dra \DȎ N۞ a l N\ D a Ƣ NƯ a rƷ N\ Da
۞ria Dra N\۞ \DȎ Nr۞i a D 䁕 rDa D 䁕 r r 〨 r N\ Da

Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam


menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dari keduanya
disebabkan ada hal yang sama antara keduanya, dalam penetapan hukum atau
peniadaan hukum.
Al-Baidhawi mendefinisikan Qiyas :

e۞fna oDa \D a lDa N\ Ʀar rar ŭ D


䁕r D 䁕 r \DȎ 〨 f N ۞ a

Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu lain yang diketahui,
karena keduanya berserikat dalam ‘illat hukum menurut pandangan ulama yang
menetapkan.
Definisi Qiyas menurut Shadru al-Syari’ah :
rKDra \ ri 礀 ºlara lra 䁕 i۞ lroalA lD 䁕 a a۞ra a 〨 KrXa l \

DȎ rAo 䁕 ri۞
2
‘Abdullah Rafi’i S.Ag Dkk, Usul al-Fiqh, Ma’had Daru as-Salam Gontor Ponorogo Indonesia,
Cetakan kedua h.38-39
2

Anda mungkin juga menyukai