DISUSUN OLEH :
ALFAN SYADDAD A.F
ACHMAD RIZAL
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERAITAS MADURA
TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama I, dengan judul “IJTIHAD
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak, yakni Bapak Syaiful Anam M. Pd,I selaku Dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama I, serta teman-teman mahasiswa Teknik Sipil yang dengan tulus
memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI……………………………………..……………………………………………3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Makna Ijtihad .............................................................................................................6
B. Metode berijtihad.........................................................................................................7
C. Hukum berijtihad.........................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
I. KESIMPULAN ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang memperhatikan umat-Nya dari
urusan-urusan yang penting. Hingga hal-hal kecil dalam kehidupan. Maka untunglah
bagi kaum muslimin, karena kehidupannya sudah diatur demikian rupa. Haileh agama
islam adalah al-quran dan sunnah yang menjadi dua sumber pedoman dalam hidup
seorang muslim.
Tapi sebagai salah satu sebuah agama terbesar apakah kamunia, umat islam juga
sering dihadapkan dengan berbagai topik, terutama yang berkaitan dengan syara atau
ibadah. Oleh karena itu, selain menggunakan al-quran dan sunnah, kamu juga
menggunakan ijma dan qiyas sebagai instrument untuk membantu memecahkan masalah
umat.
Selain itu, para ulama juga harus melakukan ijtihad dalam mencari solusi
permasalahan yang dihadapi umat islam. Berbagai perbedaan mazhab yang kita kenal saat
ini merupakan hasil dari ijtihad. Kita tau tidak ada yang salah dari mazhab-mazhab
tersebut karena itu semua merupakan hasil terbaik dari para mujtahid. Untuk menemukan
hukum terbaik.
Dengan adanya ijtihad, islam menjadi agama yang luas, dinamis, fleksibel sesuai
Berdasarkan sebuah latar belakang masalah yang sudah deskripsikan maka dalam
C.Tujuan Masalah
A. Pengertian Ijtihad
Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikiran manusia yang
memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran Islam. Di dalam kepustakaan,
sumber ajaran Islam yang ketiga ini disebut dengan istilah ar-ra'yu atau sering juga
disebut dengan kata ijtihad. Penamaan tersebut terakhir ini, kalau dihubungkan dengan
sumber ketiga yang bermakna akal seperti dikemukakan di atas, tidaklah begitu tepat,
karena makna (al) ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman
tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari, menemukan dan menetapkan nilai dan
norma yang tidak jelas atau tidak terdapat patokannya di dalam al-Quran dan al-Hadis. Ia
merupakan suatu proses, karena itu ijtihad dapat dilakukan bersama-sama oleh beberapa
orang (yang hasilnya menjadi ijma' atau konsensus dan dapat pula dilakukan oleh orang
tertentu yang hasilnya menjadi qiyas atau analogi). Perkataan ijma' dan qiyas dapat
dilihat dari berbagai sudut pandangan dalam proses pembentukan norma keislaman.
Karena itu, dalam kepustakaan, ia mungkin dianggap sebagai metode, mungkin juga
sebagai hasil atau produk, namun ada pula yang menganggapnya sebagai sumber ajaran
itu sendiri.1
1
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H. “Pendidikan Agama Islam” (PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Jakarta) Hal 121
B. Metode berijtihad
Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad dilakukan
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Di antara metode atau cara
berijtihad yaitu:
1. Ijma'
Ijma' adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat di suatu masa. Persetujuan itu diperoleh dengan suatu cara
2. Qiyas
Qiyas adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
di dalam Alquran dan As-Sunnah atau Al-Hadis dengan hal (lain) yang hukumnya disebut
dalam Alquran dan Sunnah rasul (yang terdapat dalam kitab-kitab hadis) karena
3. Istidal
4. Masalih al-mursalah
menemukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam
5. Istihsan
Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dari
6. Istisab
Istisab adalah menetapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya. Atau dengan perkataan lain dapat
dikatakan istisab adalah melangsungkan berlakunya hukum yang telah ada karena
Adat-istiadat atau 'urf yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dapat
dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Sepanjang adat-
istiadat itu tidak bertentangan dengan ketentuan Alquran dan As- Sunnah atau Al-Hadis,
dan transaksi di bidang muamalah itu didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak
serta tidak melanggar asas-asas hukum perdata Islam di bidang muamalah (kehidupan
sosial), menurut kaidah hukum Islam yang menyatakan "adat dapat dikukuhkan menjadi
hukum", hukum adat yang demikian dapat berlaku bagi umat Islam. 2
2
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H. “Hukum Islam” (PT RAJAGRAFINDO Persada, Depok) hal
119,120,121,,122,123
C. Hukum berijtihad
Hukum melakukan ijtihad, menurut Prof. Dr. TM Hasbie Ash Shidieqy, adalah
fardhu kifayah. Namun hukum ini tidak bersifat permanen. Sebab, bisa saja berubah
menjadi fardhu 'ain, atau bahkan mungkin berubah menjadi sunnah. Tergantung
Ijtihad menjadi berhukum fardhu 'ain jika masalah yang dihadapi akan
kehilangan manfaat dan momentumnya jika tidak segera dicari jawabannya. Ijtihad
menjadi berhukum fardhu kifayah jika di suatu tempat ada beberapa mujtahid yang
dapat mengambil peranan dalam menyelesaikan hukum atas suatu persoalan. Dan
Ijtihad sangat penting untuk dilakukan karena memang nash Al Qur'an dan
Hadits Nabi tidak memuat segala hal yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi
oleh ummat Islam semasa. Apa yang terdapat dalam sumber pokok hukum Islam (Al
Qur'an dan Hadits) terbatas jumlahnya. Selain itu, hasil tihad para ulama terdahulu
juga terbatas. Dan yang mendasar, syari'at Islam bukanlah sekumpulan hukum yang
pertimbangan-pertimbangan baru.
Prof. Dr. TM Hasbie Ash Shidieqy menyebut adanya dua syarat pokok yang harus
dipenuhi oleh seorang yang hendak berijtihad. Pertama, adil, supaya ijtihadnya dapat
dipercaya dan tidak berpihak. Kedua, mengetahui dengan luas dan mendalam tujuan-
tujuan syara' dan memiliki kemampuan untuk menarik hukum dari dalil-dalilnya. 3
3
Ngainun Naim “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM ISLAM” (TERAS, Komplek POLRI Gowok Blok D2 No.186,
YOGYAKARTA) Hal 126,127
BAB 3
KESIMPULAN
Perkembangan dan kemajuan zaman baik dalam bidang ilmu pengetahuan
Kemajuan tersebut disatu sisi menawarkan dan memberikan dampak positif bagi
bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi disisi lain, kemajuan
tersebut menimbulkan dan melahirkan berbagai masalah yang cukup komplek. Masalah
Melihat realita yang demikian, apabila hukum yang berlaku tidak mampu
ini dalam hukum tidak dibenarkan adanya kekosongan hukum tersebut. Maka dari itu,
seorang hakim dituntut untuk bisa mengisi kekosongan tersebut, dan harus bisa
yang muncul dengan muaranya adil dan membawa kemaslahatan bersama. Untuk
menjawab permasalahan tersebut kini telah ditemukan sebuah instrumen yaitu ijtihad.
bahkan mengadakan sebuah hukum baru apabila situasi dan kondisi membutuhkan.
Dengan adanya pembaharuan, hukum islam dapat memberikan solusi hukum yang adil
terhadapa berbagai maslah yang ada. Solusi hukum yang adil dan maslahat dalam
berbagai masalah yang muncul dalam masyarakat sebagai akses dari perubahan sosial
dewasa ini, semua upaya tersebut dapat sebagai bagian dari upaya pembaharuan
hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H. “Pendidikan Agama Islam” (PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Jakarta)
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H. “Hukum Islam” (PT RAJAGRAFINDO Persada, Depok)
Ngainun Naim “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM ISLAM” (TERAS, Komplek POLRI Gowok Blok D2
No.186, YOGYAKARTA)