Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ IJTIHAD SEBAGAI SUMBER HUKUM KE TIGA “


MATA KULIAH METODE STUDI ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


NAMA  NIM
AZNIR : 215120067
ARIFIN : 215120054
MOH FAHRUL : 215120058
DOSEN PENGAMPUH : MUNARIF, S.Ag., M.H

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESY2)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ Ijtihad Sebagai Hukum ke Tiga” ini
dapat diselesaikan dengan baik.Tidak lupa sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia
dan membimbing kita semua menuju agama yang benar disisi Allah SWT yaki agama Islam.
Adapu maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “ metode studi islam “ selain itu dapat memberikan pengetahan dasar
tentang “ijtihad sebagai hukum ke tiga “
Terima kasih kami sampaikan kepada bapak Munarif, S. Ag., M.H selaku dosen mata
kuliah Metode Studi Islam. yang dengan bimbinganya selama ini sehingga penyusunan
makalah ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Dan terima kasih kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah metode studi islam ini,
sehingga kami dapat menyadari bahwa pentingnya akan sumber bacaan dan referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntutan bagi generasi muda
dalam mempelajari Metode Studi Islam, Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua. Amiin ya rabbal alamin

Donggala, Sepember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan............................................................................................................................ 1
C. Tujuan penulisan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. Pengertian Ijtihad.............................................................................................................. 3
B. Hukum ijtihad.................................................................................................................... 4
C. Fungsi Ijtihad..................................................................................................................... 5
D. Macam-macam Ijtihad...................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 8
A. Kesimpulan.......................................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Permasalahan umat manusia yang ada di sekitar kita selalu menarik untuk diamati
dan dikritisi. Tak terkecuali dengan hal-hal yang berhubungan dengan syara atau
ibadah.Mungkin masih banyak umat Islam yang belum tahu apa itu pengertian ijtihad,
walaupun sudah cukup sering mendengarnya. Ijtihad secara bahasa memiliki pengertian
mencurahkan pikiran dengan bersungguh-sungguh.
Untuk itu, dalam mencari suatu kunci pemecahan masalah para ulama biasanya
menggunakan alat antara lain al-Qur’an, sunnah, ijma dan qiyas. Di samping itu, mereka
juga harus melakukan ijtihad untuk memecahkan masalah tersebut. Sekarang, banyak
ditemui perbedaan-perbedaan mazhab dalam hukum Islam yang disebabkan dari ijtihad.
Misalnya, muncul aliran seperti Islam liberal, fundamental, ekstremis, moderat dan lain
sebagainya. Itu semua tidak lepas dari hasil ijtihad dan sudah tentu masing-masing
mujtahid berupaya untuk menemukan hukum yang terbaik. Justru dengan ijtihad, Islam
menjadi luwes, dinamis, fleksibel sesuai dengan dinamika zaman. Dengan ijtihad pula,
syariat Islam menjadi “tidak bisu” dalam menghadapi problematika kehidupan yang kian
kompleks. Oleh karena itu, sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui
hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama, yaitu al-Qur’an dan al-hadis dengan jalan
istinbat. Berikut adalah pengertian selengkapnya mengenai ijtihad, fungsi ijtihad dan lain-
lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah :
1. Apa yang di maksud dengan Ijtihad ?
2. Sebutkan hukum ijtihad sebagai sumber hukum ke tiga ?
3. Sebutkan fungsi Ijtihad sebagai sumber hukum ke tiga ?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui Ijtihad sebagai sumber hukum ke tiga.
2. Untuk mengetahui hukum, fungsi, syarat dan tujuan ijtihad sebagai sumber hukum ke
tiga.
3. Untuk menambah wawasan tentang ijtihad sebagai sumber hukum ke tiga setelah Al-
Qur’an dan hadist

Adapun manfaat makalah ini ialah


1. Sebagai ilmu pengatuhan yang dapat membuat mahasiswa lebih memahami hukum
Ijtihad sebagai sumber hukum ke tiga
2. Mengetahui fungsi dan syarat ijtihad.
3. Dan dapat mengetahui berbagai macam ijtihad

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijtihad
Secara terminologis, berijtihad merupakan mencurahkan semua kemampuan dalam
mencari syariat dengan menggunakan metode tertentu. Ijtihad sendiri dipandang sebagai
sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits. Ijtihad juga menjadi
pemegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Orang yang melaksanakan
Ijtihad disebut dengan Mujtahid, dimana orang tersebut adalah orang yang ahli tentang Al-
quran dan hadits.
Ijtihad secara bahasa memiliki pengertian mencurahkan pikiran dengan
bersungguh-sungguh jadi, bisa dikatakan ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah
Al-Quran dan Hadits. Ijtihad berasal dari bahasa Arab yaitu kata ijtahada yajtahidu
ijtahadan yang berarti ‟mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri dalam
menanggung beban.” Kata Tersebut kemudian berkembang menjadi bahasa hukum Islam
yang menunjuk pada upaya maksimal dalam rangka memperoleh ketetapan hukum
berdasarkan sumber-sumber ajaran Islam, Alquran dan sunnah/hadis.
Menurut bahasa, ijtihad dapat di artikan dengan bersungguh-sungguh dalam
mencurahkan semua isi pikiran. Sedangkan untuk pengertian ijtihad dilihat dari isitilah
adalah proses penetapan hukum syariat dengan mencurahkan seluruh tenaga serta pikiran
dan bersungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Maka dari itu tidak disebut
ijtihad jika tidak adanya unsur kesulitan pada suatu pekerjaan.
Dengan demikian, ijtihad lebih merupakan sebuah metode pengambilan ketetapan
hukum mengenai masalah-masalah Tertentu yang berkemabang di masyarakat, yang
dilakukan dengan mengacu pada Alquran dan sunnah atau hadis. Seperti halnya sunnah
atau hadis, seperti akan Dijelaskan kemudian, ijtihad sebagai satu metode pengambilan
hukum juga mengenai Perkembangan sejalan dengan persoalan-persoalan baru yang terus
berkembang Dikalangan Muslim.
Pada periode Islam awal istilah ijtihad memiliki pengertian yang lebih sempit dan
khusus, yakni berarti pertimbangan yang bijaksana atau pendapat seorang ahli atau ulama.
Selama ini, cerita mengenai keputusan khalifah Umar tentang waktu buka puasa dipahami
sebagai awal mula istilah ijtihad digunakan. Umar mengumumkan bahwa waktu berbuka
telah tiba, karena matahari telah terbenam. Namun setelah beberapa saat, Ia diberi tahu
bahwa matahari terlihat kembali di ufuk barat. Berdasarkan hal ini diceritakan bahwa ia
berkata : „‟ kami sudah berijtihad (qad ijtihadna) „‟. Dengan ungkapan lain, Umar berkata
bahwa ia telah mengeluarkan satu kebijaksanaan yang didasarkan pada pertimbangan yang
rasional.

3
Oleh karena itu dalam periode awal sejarah hukum Islam pertimbangan pendapat
pribadi ra‟y, diakui merupakan sarana utama pelaksanaan ijtihad. Penting dijelaskan,
dikalangan masyarakat Arab saat itu istilah ra‟y memang mengacu pada pendapat yang
diketengahkan oleh seorang pribadi tertentu, yang dianggap sebagai orang yang bijaksana
dan berpengaruh dalam masyarakat. Oleh karena itu, bangsa Arab memiliki satu istilah
khusus untuk mereka yang dikenal memiliki persepsi mental dan pertimbangan yang
bijaksana, dzu „I-ray, khususnya dalam memberitakan pengutusan hukum atas persoalan-
persoalan yang berkembang dimasyarakat. Kemudian istilah dzu „I-ray dipertentangkan
dengan istilah mufannad, sebutan yang dialamatkan kepada mereka yang dikenal memilki
kelemahan dalam pertimbangan dan tidak bijaksana dalam berfikir.

B. Hukum Ijtihad
Penjelasan ulama besar kelahiran Mesir, Prof Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi
(1911-1998) sebagaimana disampaikan Al-Habib Ahmad bin Novel Jindan. Kata Beliau,
tujuan dari petunjuk, bimbingan, dan ajaran Allah ialah memelihara kelestarian alam dan
seluruh makhluk isinya agar tidak terjadi benturan-benturan, kerusakan, atau kehancuran.
Untuk kepentingan itu, pasti ada perintah dan larangan. Apa yang tidak termasuk perintah
dan larangan, tergolong dalam lingkungan dibolehkan atau mubah. Lingkungan
dibolehkan atau mubah tidak menimbulkan sesuatu pengaruh yang merugikan. Kalau saja
ada pengaruhnya, tentu sudah beralih kepada perintah atau larangan (wajib atau haram).
Perintah dan larangan terbagi dalam dua bentuk,
1. Suatu nash hukum yang jelas dan tegas tidak mungkin bisa dikeluarkan dari
lingkungan 'perintah dan larangan'. Tidak boleh ada upaya ijtihad untuk
mengubahnya. Kalau terjadi perubahan, hukum dunia akan rusak binasa. Jumhur
ulama sepakat bahwa apabila dalam nas tidak dijumpai hukum yang akan
diterapkan pada suatu kasus, maka seorang mujtahid boleh melakukan ijtihad sesuai
dengan metode yang telah disepakati bersama.
Mayoritas Ulama fiqih dan usul , diperkuat oleh atTaftazani dan
ar-Ruhawi mengatakan, “ijtihad tidak boleh dalam masalah qat’iyyat dan masalah
akidah”. Minoritas Ulama (al.Ibnu Taimiyah dan Al-Hummam) membolehkan
adanya ijtihad dalam akidah. Hukum melakukan ijtihad bagi orang yang telah
memenuhi syarat dan kriteria ijtihad:
a. Fardu ‘ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri
danA ia harus mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri.
b. Fardu ‘ain juga untuk menjawab permasalahan yang belum ada hukumnya.
Dan bila tidak dijawab dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam
melaksanakan hukum tersebut, dan habis waktunya dalam mengetahui
kejadian tersebut.

4
c. Fardu kifayah jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak
dikhawatirkan akan habis waktunya, atau ada lagi mujtahid yang lain yang
telah memenuhi syarat.
d. Dihukumi sunnah, jika berijtihad terhadap permasalahan yang baru,
baik ditanya ataupun tidak.
e. Hukumnya haram terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara
qat’i karena bertentangan dengan syara’.

2. Termasuk juga dalam lingkungan 'perintah dan larangan' tetapi ketetapan hukumnya
kurang jelas dan tegas dan memungkinkan bagi akal untuk membahasnya. Dalam hal
yang tergolong bentuk kedua ini, ijtihad untuk memahami ketetapan hukum itu dapat
diterima dan tidak akan merusak kelestarian alam semesta. Tetapi syarat-syaratnya
harus dipenuhi.
Ketetapan hukum dari seorang mujtahid yang memenuhi persyaratan, akan
menentukan dan memastikan syariat pengamalannya. la tidak boleh mengatakan
bahwa inilah yang hak, yang lain batil. Dia harus mengatakan bahwa ini yang benar,
tetapi bisa juga keliru atau salah. Dan yang lain itu mungkin mengandung kebenaran
Pada dasarnya, hukum itu membuka kesempatan untuk berbeda pendapat dan
beda penafsiran, asal tidak keluar dari batas hukum itu sendiri, seperti mengenai bi itu.
Ketetapan hukum yang sudah jelas dan tegas tidak dapat lagi diijtihadkan apalagi dengan
alasan kebutuhan zaman yang sudah tidak sesuai sehingga produk hukum itu dianggap tak
sesuai lagi atau perlu pembaruan. Kalau alasan perubahan itu diterima, berarti ketetapan
hukum itu yang mengatur adalah zaman. Syariat Allah bertujuan meningkatkan
kebutuhan zaman untuk kepentingan manusia. Bukan mengurangi atau menurunkan
kualitas hukum demi keperluan, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat yang makin
merosot alau makin mundur iman, akhlak, dan ibadahnya

C. Fungsi Ijtihad
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam dipandang sebagai sumber hukum ketiga setelah Al Quran dan hadits. dungsi
ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk mendapatkan sebuah solusi hukum jika
ada suatu masalah yang harus di tetapkan hukumnya, akan tetapi tidak di temukan baik di
Al-Quran atau hadits. Berikut Ini Fungsi Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam!
Fungsi ijtihad adalah untuk mendapatkan sebuah solusi hukum jika ada suatu
masalah yang harus di tetapkan hukumnya, akan tetapi tidak di temukan baik di Alquran
atau hadis.Oleh karena itu, dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad
memiliki kedudukan dan legalitas dalam Islam.

5
Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak dapat di lakukan oleh sembarang
orang artinya hanya orang-orang tertentu saja, yang memenuhi syarat khusus yang
boleh berijtihad. Beberapa Syarat tersebut di antaranya adalah :
a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
b. Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh,
dan tarikh (sejarah)
c. Paham cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas.
d. Mempunyai akhlaqul qarimah.
Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk
kehidupan umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukuk
ketiga setelah Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak
bisa sembarangan orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam akan
mempengaruhi semua orang Islam di dunia. Untuk itu, dalam mencari suatu kunci
pemecahan masalah para ulama biasanya menggunakan alat antara lain Al Qur’an,
sunnah, ijma dan qiyas. Di samping itu, mereka juga harus melakukan ijtihad untuk
memecahkan masalah tersebut.
Salah satu contoh ijtihad adalah suatu peristiwa yang pernah terjadi di zaman
Khalifah Umar bin Khattab, yang mana pada saat itu para pedagang muslim mengajukan
suatu pertanyaan kepada Khalifah yakni berapa besar cukai yang wajib dikenakan kepada
para pedagang asing yang melakukan perdagangan di wilayah Khalifah. Jawaban dari
pertanyaan tersebut belum termuat secara terperinci di dalam Al-Quran atau hadis, maka
Khalifah Umar bin Khattab selanjutnya melakukan berijtihad dengan menetapkan
bahwasanya cukai yang dibayarkan oleh pedagang adalah dengan disamakan dengan taraf
yang umumnya dikenakan kepada para pedagang muslim dari negara asing, di mana
mereka berdagang.
Sedangkan contoh yang lebih dekat lagi dengan kehidupan sehari-hari, yaitu
penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Proses penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, di
mana para ulama berdiskusi berdasarkan hukum Islam untuk menentukan dan
menetapkannya merupakan salah satu contoh ijtihad yang nantinya diikuti oleh seluruh
umat Islam.

D. Macam-Macam Ijtihad
Setelah mengetahui fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, kamu juga perlu
mengenal berbagai macam bentuk ijtihad. Dengan fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam yang sangat penting, pengetahuan tentang ijtihad tentunya juga harus dimiliki oleh
setiap muslim. Berikut jenis atau macam-macam ijtihad:
1. Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para
ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.

6
2. Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah ada
sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah
lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.
3. Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada
pertimbangan manfaat dan kegunaannya.
4. Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh atau
haram demi kepentingan umat.
5. Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat
untuk mengubah ketetapan tersebut.
6. Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.
7. Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya
karena adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa
dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu
perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan
akal sehat dan pertimbangan matang. Mungkin masih banyak umat Islam yang belum
tahu apa itu pengertian ijtihad, walaupun sudah cukup sering mendengarnya. Ijtihad
secara bahasa memiliki pengertian mencurahkan pikiran dengan bersungguh-sungguh.
Sedangkan menurut istilah, pengertian ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat
dengan mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga secara bersungguh-sungguh. Dengan
pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa ijtihad merupakan penetapan salah satu
sumber hukum Islam. Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia
akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada
suatu waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid"dan Mujtahid itu
adalah orang yang melakukan ijtihad
Fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk menetapkan suatu
hukum di mana hal tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits. Jadi, bisa
dikatakan, ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Quran dan Hadits.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak mengharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, H. Mohammad Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
di Indonesia. Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007.
2. al-Ansari, Ahmad bin Muhammad Umar, Athar ikhtilafati al-fuqaha fi al-Syari’ah,
cet. 1. Riyad: Maktabah al-Rushd,1996.
3. al-Jizani, Muhammad Ibn Husayn Ibn Hasan, Mu’alim usul fiqh ’inda ahl
sunnahwa al-jama’ah (Riyad}: Dar ibn al-Jauzy, 1998.
4. Burhanudin, Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
5. Hasil webMengenal Fungsi Ijtihad, Sumber Hukum Ketiga dalam Agama Islam
6. Hanafi, A., Pengantar dan sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
7. https://m.merdeka.com › jatim › me...
8. https://kumparan.com › sumber...
9. https://www.kompas.com › read
10. https://m.liputan6.com/hot/read/4050903/fungsi-ijtihad-sebagai-sumber-hukum-islam-
beserta-jenis-dancontohnya#:~:text=Ijtihad%20sendiri%20dipandang%20sebagai%
20sumber, tentang%20Al-quran%20dan%20hadits
11. https://www.google.com/search?
q=Ijtihad+sebagai+sumber+ajaran+ke+tiga&oq=i&aqs=chrome.1.69i59l2j69i57j69i6
0l2.14830j0j9&client=ms-android-vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8
12. Mu’allim, Amir dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta:
UII Press, 2001
13. Sumber Hukum Pokok Ajaran Islam Halaman all - Kompas.com
14. Sumber Hukum Islam Ketiga Ijtihad Sebagai Legalitas dalam Islam
15. Watt, William Montgomery, Butir-butir Hikmah Sejarah Islam. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002)

Anda mungkin juga menyukai