DOSEN PENGAMPU:
HJ. MAISARAH, S.Pd.I, M.Pd.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan.................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Definisi Ijtihad .......................................................................................... 3
B. Macam-macam Istijhad ............................................................................. 5
C. Istijhad Menurut Tingkatannya ................................................................. 6
D. Syarat-syarat Mujtahid .............................................................................. 7
E. Tingkatan Mujtahid ................................................................................... 8
F. Fungsi Istijhad Sebagai Sumber Hukum Islam Ketiga ............................. 11
G. Istijhad Sebagai Gaya Pengembangan hukum Islam ................................ 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Simpulan ................................................................................................... 14
B. Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijtihad ialah berupaya serius dalam berusaha atau berusaha yang
bersungguh-sungguh. ijtihad selalu dilakukan oleh para sahabat, tabi'in hingga
sekarang ini. Meskipun pada periode tertentu apa yang kita kenal dengan masa
taqlid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi pada masa tertentu pula (kebangkitan
atau pembaharuan), ijtihad mulai dibuka kembali. Karena tidakBisa dipungkiri,
ijtihad adalah suatu keharusan, untuk menanggapi tantangan kehidupan
yangproblematikanya semakin kompleks.Saat ini, banyak ditemui perbedaan-
perbedaan madzab dalam hukum Islam yang itudisebabkan dari ijtihad. Justru
dengan ijtihad, Islam menjadi luwes, dinamis, fleksibel, cocok dalam segala
hallapis waktu, tempat dan kondisi. ijtihad membuat syariat islam mampu
menghadapi problematika kehidupan. Adapun mujtahid ituialah ahli fiqih yang
menghabiskan atau mengerahkan seluruh kesanggupannya untukmemperoleh
persangkaan yang kuat terhadap sesuatu hukum agama. Oleh karena itu kita
harusTerima kasih kepada para mujtahid yng telah menyumbangkan waktu,
tenaga, dan pikiranuntuk menggali hukum tentang masalah-masalah yang
dihadapi umat Islam dengan baiksudah lama terjadi di zaman Rasullullah
maupun yang baru terjadi.
B. Rumusan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari istijhad?
2. Apa saja macam-macam dari istijhad?
3. Apa saja tingkatan istijhad?
4. Apa saja syarat mujtahid?
5. Apa saja tingkatan mujtahid?
6. Apa saja fungsi istijhad sebagai sumber hukum islam ketiga?
7. Bagaimana istijhad sebagai gaya pengembangan hukum islam?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa makna dari istijhad
2. Untuk mengetahui macam macam dari istijhad
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tingkatan istijhad
4. Untuk mengetahui syarat-syarat mujtahid
5. Untuk mengetahui tingkatan mujtahid
6. Untuk mengetahui fungsi istijhad sebagai sumber hukum islam ketiga
7. Untuk mengetahui cara istijgad sebagai gaya pengembangan hukum islam
8. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang ijtihad
9. Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ijtihad
Ijtihad dari segi bahasa berasal dari kata ijtihada yang berarti
bersungguh-sungguh, rajin, giat atau mencurahkan segala kemampuan (jahada).
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit." Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berupaya
serius dalam berusaha atau berusaha yang bersungguh-sungguh. Pengertian
ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah mencurahkan tenaga (memeras
pikiran) untuk menemukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’,
dan tanpa cara-cara tertentu. Sementara secara istilah, para ulama ushul
mendefinisikan ijtihad sebagai berikut:
3
seorang mujtahid dalam rangka mencari pengetahuan hukum-hukum
syari`at. Dan ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap usaha dalam
rangka untuk melakukan penncarian, sehingga sampai merasa tidak
mampu lagi untuk melakukan tambahan pencarian lagi.
5. Menurut Abdul hamid Muhammad bin Badis al-shanhaji, Ijtihad adalah
mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan istibath hukum dari
dalil syara’ dengan kaidah-kaidah. Dan orang melakukan ijtihad tersebut
adalah orang yang pakar dalam bidang ilmu-ilmu al-Quran dan al-
sunnah, memiliki pengetahuan yang luas tentang maqasid syariah
(tujuan-tujuan hukum islam), dan memiliki pemahaman yang benar
terkait dengan bahasa Arab.
4
signifikansi ijtihad dalam proses pembinaan dan pembaruan hukum Islam guna
menemukan kepastian hukum.
B. Macam-macam Ijtihad
Macam macam istijhad menurut beberapa buku dan jurnal yang peneliti
temukan adalah sebagai berikut:
5
C. Ijtihad Menurut Tingkatannya
b. Ijtihad Madzhab, yaitu para mujtahid yang mengikuti salah sati madzhab
dan tidak membentuk suatu madzhab tersendiri, madzhab yang dalam
beberapa hal berbeda pendapat dengan imamnya, misalnya Imam Syafi’i
tidak mengikuti pendapat gurunya Imam Malik, dalam beberapa masalah.
d. Ijtihad mustaqil ialah yang mampu secara independen membuat kaidah dan
kesimpulan sendiri dalam masalah hukum agama, diantaranya para imam
mazhab
f. Ijtihad fatwa ialah yang mengikuti pendapat salah satu mazhab dan dapat
di bedakan mana pendapat yang kuat dan lemah, tetapi memiliki
keterbatasan dalam menetapkan dalil atau pendapatnya secara indpenden
6
g. Ijtihad Muqalid ialah yang bertaklid atau cukup mengikuti pendapat yang
telah dirumusan oleh para ulam
D. Syarat-syarat Mujtahid
1. Seorang mujtahid harus menguasai ilmu syara’, mampu melihat nas yang
zhanni secara cermat, mendahulukan apa yang wajib didahulukan serta
mengakhirkan apa yang mesti dikemudiankan.
2. Seorang mujtahid hendaknya seorang yang adil, menjauhi segala yang
maksiat.
Asy Syatibi mengemukakan dua syarat bagi seorang mujtahid:
1. Seorang mujtahid itu harus benar-benar mengetahui maqasid asy syari’ah
(tujuan syari’ah) dengan sempurna.
2. seorang mujtahid harus mampu melakukan istimbal hukum berdasarkan
pemahaman dan pengertiannya terhadap tujuan syari’ah tersebut.
Pada umumnya ulama ushul mensyaratkan secara rinci mengenai seorang yang
melakukan ijtihad sebagai berikut :
7
6. Mengetahui permasalahan yang telah disepakati dan permasalahan yang
masih kontroversial.
7. Mengenal qiyas. Dalam hal ini dapat melaksanakan qiyas dengan
memadukan ilmu ushul fiqh, mengetahui kaidah-kaidah qiyas dan
mengetahui metode-metode yang digunakan oleh ulama salafush yang
sejati untuk menegakkan illah sebagai landasan dalam membangun
hukum fiqhilyah.
8. Mengetahui tujuan ditetapkannya undang-undang agar dapat memberi
manfaat bagi umat manusia, dan inilah inti risalah Muhammad
sebagaimana tertuang dalam Firman Allah yang artinya: “Dan kamu
(Muhammad) tidak Kami utus kecuali sebagaimana Pemahaman dan
penilaian yang benar, yang digambarkan Al Asnawi adalah mengetahui
batasan dan mengetahui bagaimana menyusun pendahuluan dan
kesimpulan, agar tidak terjadi kesalahan yang tercampur dalam analisis
dan refleksi. Dalam hal ini sepertinya anda perlu mengetahui ilmu
mantiq.
9. Niat dan i'tiqadnya benar, hanya demi Allah untuk menunjang agama
yang benar.
10. Mukallaf.
11. Mengetahui pengertian lafadz dan rahasianya
12. Mengetahui kondisi Mukhatab penyebab pertama kemunculannya
melarang.
13. Mampu mengambil keputusan hukum
14. Akhaqul Karimah.
E. Tingkatan Mujtahid
8
mengkaji ketetapan hukum langsung dari Alquran dan sunnah, melakukan
qiyas, mengeluarkan fatwa, dan berwenang menggunakan seluruh metode
istidlal yang mereka ambil sebagai pedoman, tidak mengekor pada mujtahid
lain. Termasuk kategori ini adalah seluruh fuqaha sahabat, tabiin dan fuqaha
mujtahid.
2. Mujtahid Muntasid; mereka adalah mujtahid yang mengarnbil/memilih
pendapatpendapat imamnya dalam ushul dan berbeda pendapat dari
imamnya dalam cabang furu’, meskipun secara umum ijtihadnya
menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang hampir sama dengan hasil
ijtihad yang diperoleh imamnya.
3. Mujtahid Mazhab; mereka yang mengikuti imamnya baik dalam ushul
maupun furu’ yang lelah jadi. Peranan mereka terbatas melakukan istinbath
hukum terhadap masalah-masalah yang belum diriwayatkan oleh imamnya.
Menurut Maliki, tidak pernah kosong suatu masa dari mujtahid mazhab.
Tugas mereka dalam ijtihad adalah menerapkan illat-iliat fiqh yang telah
digali oleh para pendahulunya terhadap masalahmasalah yang belum
dijumpai di masa lampau. Dengan melakukan istinbath hukum didasarkan
pertimbangan yang sudah tidak relevan lagi dengan tradisi dan kondisi
masyarakat dan ulama mutaakhirin.
4. Mujtahid Murajjih, Mereka tidak melakukan istinbath hukum furu’,
melainkan mentarjih (mengunggulkan) diantara pendapat-pendapat yang
diriwayatkan imam dengan alat tarjih yang telah dirumuskan oleh mujtahid
pada tingkatan di atasnya. Mereka mentarjih sebagian pendapat atas
pendapat lain karena dipandang kuat dalilnya atau karena sesuai dengan
konteks kehidupan masyarakat pada masa itu atau karena alasan lain,
sepanjang tidak melakukan istinbath baru yang independen ataupun
mengikuti metode istinbath imamnya.
5. Mujtahid Muwazin; Mereka membanding-bandingkan beberapa pendapat
dan riwayat. Misalnya, mereka menetapkan bahwa qiyas yang dipakai
dalam pendapat ini lebih mengena dibanding penggunaan qiyas pada
9
pendapat lain. Atau pendapat ini lebih shahih riwayatnya atau lebih kuat
dalilnya.
6. Tingkatan Muhafizh ؛Mereka adalah yang mampu membedakan antara
pendapat yang terkuat, dhaif. Mereka tergolong tingkatan muqallid, hanya
saja mereka mempunyai hujjah dengan mengetahui hasil tarjih ulama
terdahulu. Bisa mengeluarkan fatwa, tetapi dalam lingkup terbatas.
7. Tingkatan Muqallid\ Tingkatan ini berada di bawah semua tingkatan yang
telah diuraikan di atas. Mereka adalah ulama yang mampu memahami kitab-
kitab, tetapi tidak mampu melakukan tarjih terhadap pendapat atau riwayat.
Tingkat keilmuannya belum cukup mendukung untuk bisa mentarjih
pendapat mujtahid murajjih dan menentukan tingkatan tarjih. Golongan
muqallid, cukup besar jumlahnya pada masamasa belakangan. Mereka
menerima ibarat yang terdapat dalam kitab-kitab sebagaimana adanya dan
tidakniampu mengklasifikasi dalil- dalil, pendapat-pendapat maupun
riwayat-riwayat.
10
Yusuf, Muhammad Saibani, Zufar dari kalangan Hanafiyah. Abd al-
Rahman bi Qasim dan Ashab bin Wahab, dari kalangan Malikiyah. Al-
Buwaiti, al-Za’farani, al-Muzani dari kalangan Syafi’iyyah. Al-qadhi Abu
Ya’la, Ibn Qudamah, Ibn Taimiyah, dan Ibn Qayyim dari kalangan
Hanabilah.
3. Mujtahid fi al-madhab
Mujahid fi al-mazhab adalah para mujtahid yng mengikuti sepenuhnya
imam mazhab mereka baik dalam kaidah istinbath ataupun dalam persoalan-
persoalan furu’iyyah. Mereka berijtihad pada masalah-masalah yang
ketentuan hukumnya tidak didapatkan dari imam mazhab mereka. Mereka
juga adakalanya meringkas kaidahkaidah istinbat yang dibangun oleh imam
mereka.
4. Mujtahid Murajih
Mujtahid murajih adalah mujtahid yang tidak mengistinbatkan hukum
furu’, mereka melakukan ijtihad hanya terbatas membandingkan beberapa
pemikiran hukum mujtahid sebelumnya, kemudian memilih salah satu yang
dianggap arjah (paling kuat)
1. Sebagai jawaban atas permasalahan kehidupan yang dialami oleh umat Islam,
yang tidak ada ketentuan hukumnya dalam al-Qur'an maupun dalam hadis.
Dalam menyelesaikan permasalahan, dengan syarat sesuai dengan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadis.
2. Sangat dihargainya peran akal dalam ajaran Islam. Penggunaan akal atau
pertimbangan dalam masalah agama memegang peran penting dalam agama
Islam. Al-Qur'an secara terang-terangan menghargai akal pikiran, salah satu
firman Allah dalam (Q.S. Ali Imran/3: 190-191)
11
G. Ijtihad Sebagai Upaya Pengembangan Hukum Islam
Ijtihad sebagai metode penemuan hukum yang bersandar pada hadits Nabi
yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ketika diutus sebagi seorang hakim ke
Yaman, yang bunyi hadits tersebut; Artinya: "Dari Mu'adz bin Jabal bahwasanya
Rasululloh SAW, ketika mengutusnya ke Yaman Bersabda: "bagaimana kamu
menetapkan hukum jika diajukan kepadamu sesuatu yang harus diputuskan,
Muadz menjawab saya akan memutuskan berdasarkan kitab Allah, Rasulullah
berkata:"jika kamu tidak menemukan dalam kitab Allah ? Muadz menjawab:
"saya akan memutus berdasarkansunnah Rasulullah. Rasululloh berkata: "jika
kamu tidak menemukan dalam sunnah Rasululloh, Muadz menjawab saya akan
berijtihad dengan pendapatku dan dengan seluruh kemampuanku. Maka
Rasulullah merasa lega dan berkata: Segala puji bagi Allah yang telah memberi
taufiq kepada utusan Rasulullah (muadz) dalam hal yang diridhoi oleh
Rasulullah. Hadits ini dijadikan oleh para ulama sebagai dasar pijakan eksistensi
ijtihad sebagai sumber dalam tatanan hukum Islam dan menggambarkan sumber
hukum Islam secara hirearkis yang meliputi al-Qur'an, Hadits dan Ijtihad.
Materi hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah adalah
bersifat umum dan Universal. Hukum yang demikian dapat diserap untuk
memperkaya dan menyempurnakan hukum nasional. Akan tetapi, untuk
mempermudah penyerapan tersebut diperlukan rumusan-rumusan yang jelas dan
rasional, sehingga dapat diterapkan secara real. Dengan demikian, untuk
mengembangkan upaya kontribusi hukum Islam terhadap hukum nasional
diperlukan pemikiran kembali ajaran hukum al-Qur’an dan sunnah. Atau
tegasnya, perlu adanya pembaharuan dibidang hukum Islam, guna menjawab
tantangan zaman.
12
interpretasi dari ulama salaf, akhirnya didapat sebuah kesimpulan bahwa kata
pembaharuan (tajdid) dalam Islam mengandung enam elemen, diantaranya:
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pembaharuan pada satu
sisi adalah upaya pembersihan ajaran agama dari berbagai hal yang bukan ajaran
agama, tetapi hanya berupa budaya yang dipahami sebagai ajaran agama dan
disisi lain pembaharuan sekaligus pula upaya menjawab tantangan zaman. Sisi
pertama, dapat dikatakan sebagai sebuah pemurnian ajaran agama, yang
dimaksud adalah memurnikan ajaran dari hal-hal yang berbau dari kemusyrikan,
khurafat, dan bid’ah, untuk dikembalikan kepada ajaran Islam yang asli, yang
diajarkan oleh al-Qur’an dan nabi Muhammad SAW. Maka bagian kedualah dari
elemen-elemen diatas yang dapat dikatakan sebagai sebuah pembaharuan dalam
agam.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ijtihad dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami semoga dapat dijadikan
suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H.M. Lathoif Ghozai. 2020. Dinamika Ijtihad Tidak Pernah Tertutup.
Surabaya: IMTIYAZ.
Agus Miswanto, S.Ag., MA. 2018. Usul Fiqih Metode Ijtihad Hukum Islam.
Magelang: UNIMMA PRESS
Dr. Moh. Bahrudin, M.Ag. 2019. Ilmu Ushul Fiqh.
Bandar Lampung: AURA.
Dr. A. Halil Thahir, MHI.. 2015. Ijtihad Maqasidi: Rekontruksi Hukum Islam
Berbasis Interkoneksitas Maslahah. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.
Ahmad Taufik, S.Pd.I, M.Pd. & Dra. Hj. Iim Halimah. 2019. PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Ahmad Badi’, 2013. IJTIHAD: Teori dan Penerapannya. https://ejournal.uit-
lirboyo.ac.id [Diakses pada 18 September 2023]
Imam Mustofa, 2011. Optimalisasi Perangkat dan Metode Ijtihad Sebagai Upaya
Modernisasi Hukum Islam. D:/Downloads/37015-ID-optimalisasi-
perangkat-dan-metode-ijtihad-sebagai-upaya-modernisasi-hukum-
islam%20(2).pdf [Diakses 18 September 2023]
Fauzul Iman, 2004. Ijtihad dan Mujtahid. D:/Downloads/1645-Article%20Text-
3885-1-10-20190222%20(1)%20(2).pdf [Diakses pada 18 September 2023]
Muslimatus Sholehah, 2014. Urgensi Ijtihad dalam Hukum Islam.
file:///D:/Downloads/Ushul%20Fiqh%202%20(4).pdf [Diakses pada 18
September 2023]
Afiful Huda, dkk, 2022. Ijtihad Sebagai Model Pengembangan Hukum Islam.
file:///D:/Downloads/2.+Afiful+Huda%20(3).pdf [Diakses pada 18
September 2023]
Sarmiji Asri, 2021. Apakah Mungkin Pada Masa Yang Akan Datang Lahirnya
Seorang Mujtahid. file:///D:/Downloads/4840-13658-1-SM%20(2).pdf
[Diakses pada 18 September 2023]
___,__. IJTIHAD: Sumber Dinamika Islam D:/Downloads/BAB%20VI%20(5).pdf
[Diakses pada 18 September 2023]
15