Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SUMBER HUKUM ISLAM


“IJITIHAD”

Dosen Pengampu:
Rima Yuni Saputri, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. Depa Eka Saputra 2314231012


2. Euis Rahmawati 2314231016
3. HanissaMeidina 2314231048

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalahini dengan judul
“Sumber Hukum Islam: Ijtihad” tepat pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada guru pengampu yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya.Penulisanmakalahini,kami buat sebagaitugaskelompokmata Pelajaran
Pendidikan agama islamdengantemaAlHadits/Al Sunnah/Ijtihad. Yang manadidalammakalah
ini kami menjelaskanmengenaiIjtihad yang merupakansumberhukumislam yang
tidakdapatdipisahkanmenjadipedomansertapetunjukbagiumatislam. Tidak hanya itu,
kamiberharap makalahini dapat bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalahini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalahini.SemogakaryaPenulis ini dapatbermanfaatbagikitasemua.Aamiin.

Bandar Lampung, 22September 23,


2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………...……….…………………….…………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1

BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ijtihad……………......………………….………….…….....2
2.2 Macammacam ijtihad…………………...……...……………………....2
2.3 Syaratsayaratmujtahid………..………...……...…………………….... 2
2.4 Fungsi ijtihad…………..………………...……...…………………….... 2
2.5 Hukum melakukanijtihad..……………...……...…………………….... 2

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…….. ii
BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnyasumberhukumislamada dua, yaitu: Al-Qur’an dan Hadist, namunada jugayang disebut
Ijtihad sebagaisumberhukum yang ketigaberfungsi untuk menetapkansuatuhukum yang
tidaksecarajelasditetapkandalam Al-Qur’an maupunHadist.
Namundemikian,tidakbolehbertentangandenganisikandungan Al-Quran dan Hadist.

Al-Qur’an merupakansumberhukum Islam yang pertama dan utama. Sementara Sunnah


merupakansumberhukum Islam yang kedua. Akan tetapi,
kaummusliminmenyadaribahwaumumnyaketentuanhukum yang terdapatdalam al-Qur’an dan
Sunnah masihbersifatumum dan ijmal, tidakmencakupirincian yang menyeluruh dan
mendetail, makadirasa sangat perluakanadanya ijtihad untuk meresponberbagaipersoalan
yang muncul.Proses pengembanganhukum Islam tentunyatidakterlepasdarikaidah-
kaidahkeilmiahan, dalam arti hukum Islam harusdikembangkansecarailmiyah. Oleh karenaitu,
proses pengembanganhukum Islam tidakbisamenafikanpemikiranhukum yang sebelumnya.
Pengembanganhukum Islam dapatdilakukanmelaluibeberapa model ijtihad
sepertiijthadjama’idan ijtihad fardi, serta ijtihad intiqa’idaninsya’i.

1.2 RumusanMasalah
1. Apaitu ijtihad?
2. Apasajamacammacam ijtihad?
3. Apasyaratsyarat mujtahid?
4. Apafungsi ijtihad?
5. Apahukummelakukan ijtihad?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijtihad


Ijtihad Kata ijtihad berasaldari kata “al-jahd” atau “al-juhd” yang berarti “al-masyoqot”
(kesulitan atau penderitaan) dan “athoqot” (kemampuan dan kemungkinan)
berdasarkanfirman Allah SWT dalam QS. Yunus:
9:
Itu berarti:
...."dan (menyalahkan) orang-orang yang tidakmenerima (sesuatusedekah) di
luarkemampuannya." Demikian pula hal ini terlihat pada kata masdar il madhiyaitu
“ijtihada”, penambahanhamzah dan ta’ pada kata “jahada” menjadi “ijtihada” pada
wazanifta’alaartinyaberusahalebihserius. Seperti “kasaba” menjadi “iktasaba” yang
artinyausaha yang lebihkuat dan serius. Jadi, “ijtihada” berartiusaha yang berat atau
usaha yang berat. Ijtihad dalam arti lain adalahberusahamemaksimalkankekuatan dan
usaha yang dimiliki.1 Oleh karena itu, ijtihad
dapatdijadikansebagaiupayapenyelesaianpermasalahan yang berkaitandenganhukum
Islam. Namunmakna ijtihad dapatdilihatdari dua aspek, yaituetimologis dan terminologis.
Dalam hal ini, konteksnyaberbeda. Ijtihad secaraetimologisberarti:
“usahadengansegenapkemampuan untuk mencapaisesuatu yang sulit.”
Sedangkandarisegiterminologinyaadalah “mencari, berpikir untuk mendapatkansesuatu
yang paling dekatdengan Kitab Allah (syara) dan Sunnah Nabi atau yang lain untuk
mendapatkanteksma'qu; sehinggadiketahuimaksud dan tujuan hikmah
syariatsecaraumumkemaslahatannya.
Para ahliushulfiqhmenambahkan kata “al-faqih” pada definisi ini untuk mendefinisikan
ijtihad sebagaianugerah yang dilakukan oleh seorang faqih denganseluruhfakultasnya.
Oleh karena itu, Imam Syaukaniberkomentarbahwapenambahan faqih ini perludilakukan.
Sebabpencurahan yang dilakukan oleh orang yang bukan faqih tidakdisebut ijtihad
menurutistilah ini.
Penjelasanlainnya, ijtihad merupakanupayamenemukanhukum yang sudahadasejak
zaman Nabi Muhammad SAW. Hinggaperkembangannya, ijtihad dilakukan oleh para
sahabat, tabi’in dan pada masa-masa selanjutnyahinggasaat ini. Meskipun pada periode-
periodetertentu, yang disebutperiodetaklid, ijtihad tidakdiperbolehkan, namun pada
periode-periodetertentu (dilanjutkan atau diperpanjang), ijtihad mulaidibukakembali.
Karena tidakdapatdipungkiri, ijtihad diperlukan untuk menjawabtantangankehidupan
yang semakinkompleks. Sementara itu, Imam al-Amidi mengatakanbahwa ijtihad
harusmencurahkanseluruhkemampuannya untuk mencarihukum-hukumsyariat yang
bersifatdhanni, hinggamerasatidakmampumencarikemungkinan-kemungkinantambahan.
Sementara itu, Imam al-Ghazali memperkenalkanpembatasan ini
sebagaibagiandaripengertian al-ijtihad attaam (ijtihad sempurna). Sementara itu, Imam
Syafi'imenegaskan,
jangansampaikitamengatakantidakmengetahuisuatupersoalantanpamempelajarinyasecara
serius. tentangasalusulhukumpermasalahantersebut. Demikian pula, iatidakbolehberpura-
pura mengetahuinyasebelumsecaraseriusmendalamisumberhukumnya. Artinya, seorang
mujtahid juga harusmampudalamberbagaiaspek sesuai kriteriaseorang mujtahid agar
hasilijtihadnyadapatmenjadipedomanbagibanyak orang.
Ijtihad secaraumumberartikekuatan atau kemampuan untuk menciptakangagasan yang
baik untuk kemaslahatanumat. Ada sebagianpendapat yang menyatakanbahwa ijtihad
adalahmobilisasiseluruhkemampuanseorangahlihukum atau mujtahid untuk
memahamisyariat (hukum Islam).(AbdWafiHas,2013)

2.2 Macam Macam Ijtihad


1. ijma'
Yaitu kesepakatan atau kesepahaman tentang sesuatu yang berkaitan dengan hukum
syariah dari suatu peristiwa setelah wafatnya Nabi.
2. Qiyas
Qiyas menyamakan, membandingkan, atau menentukan hukum suatu peristiwa atau
fakta yang tidak ada dasarnya dalam teks dengan hukum yang hukumnya ditentukan
berdasarkan teks.
3. Ihtisan
Kesatuan hukum Ihtisan telah ditetapkan berdasarkan suatu peristiwa atau kejadian
yang ditetapkan atas dasar bukti-bukti dan syara'.
4. maslahah mursalah
Adalah suatu kelebihan.
5.Urf
Kebiasaan yang banyak diketahui orang dan sudah menjadi tradisi.
6. Istishab
Menentanghukumterhadapsesuatuberdasarkankeadaansebelumnyasampaiterdapatbukt
i yang merujuk pada perubahan

2.3 Syarat-Syarat mujtihad


Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan syarat-syarat yang harusdipenuhi oleh
seorang mujtahid. Mujtahid adalah orang yang mampumelakukan ijtihad melaluiistinbath
(mengambilhukumdarisumber syariah) dan tatbiq (menerapkanhukum). Selain
menyebutkansyarat-syaratseorang mujtahid, terlebihdahulukitaperlumengetahuirukun
ijtihad, rukun ijtihad adalahsebagaiberikut:
1) al-Waqi', yaituperkara yang terjadi atau didugaterjadi dan tidakdijelaskan oleh teks,
2) Mujtahid adalah orang yang melakukan ijtihad dan mampumelakukan ijtihad
dalamkondisitertentuMujtahid adalahhukum syariah yang hakikatnyaamali (taklifi) .
3) Dalil syariah untuk menentukanhukumbagi mujtahid dll.

Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid dan harusmemenuhisyarat-


syarattertentu. Muhammad Musa mengelompokkantuntutan mujtahid menjadi lima
kelompok, yaitu:
Pertama.

Syarat dan ketentuannyameliputi:


1. Baliqh
2. Bersikapmasukakal
3. Memilikikesehatanfisik dan mental yang baik.
4.Daya nalarnya sangat kuat.
5. Beriman

menurut Fakhir al Din Muhammad bin Umar bin Husain,syarat-syarat Mujtahid adalah:
a. Mukallaf, karena hanya mukallaf yang dapat melakukan penetapan hukum.
b. Mengetahui makna-makna lafadz dan rahasianya
c. Mengetahui keadaan Mukhatab yang merupakan sebab pertama terjadinyaperintah
larangan.
d. Mengetahui keadaan lafadz; apakah meimliki qarimah apa tidak.
e. Memahami tujuan-tujuan syara’ (maqashid al syariah), yaitu dlaruriyat yang mencakup
pemeliharaan agama, pemeliharaan jiwa, pemeliharaan akal,pemeliharaan keturunan dan
pemeliharaan harta.
f. Mampu melakukan penetapan hukum
g. Memahami Bahasa Arab dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya.
h. Akhaqul karimah

2.4 Fungsi Ijtihad


urgensi ijtihad dapat dilihat dari fungsi ijtihad itu sendiri yang terbagi dalam
tiga macam, yaitu:
1. Fungsi al-ruju’ atau al- i’adah (kembali), yaitu mengembalikan ajaran-ajaran Islam
kepada sumber pokoknya, yakni Al-Qur’an dan Al-Sunnah segala interpretasi yang
dimungkinkan kurang relevan;
2.Fungsi al-ihya’ (kehidupan), yaitu menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai
dan semangat ajaran Islam agar mampu menjawab dan menghadapi tantangan zaman,
sehingga Islam mampu berfungsi sebagai furqan, hudan dan rahmat lil ‘alamin;
3. Fungsi al-ibanah (pembenahan), yaitu membenahi ajaran-ajaran yang telah
diijtihadi oleh ulama terdahulu yang dimungkinkan adanya kekurang sesuaian
menurut konteks zaman, keadaan dan tempat yang kini kitahadapi.

2.5 Hukum Melakukan Ijtihad

Hukum melakukan ijtihad bagi orang yang telah memenuhi syarat dan kriteria
ijtihad: a. Fardu 'ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan ia harus
mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri. b. Fardu 'ain juga untuk menjawab permasalahan
yang belum ada hukumnya.

Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum. Dasar -dasar
ijtihad atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur'an dan sunnah

Ijtihad menjadi wajib 'ain apabila seorang mujtahid dihadapkan kepada peristiwa baru dan
ia tidak mengetahui hukumnya, atau apabila ia ditanyakan mengenai suatu peristiwa yang
terjadi dan tidak ada mujtahid lain selain dia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ijtihad merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh


menggunakan berbagai metode yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telah
ditentukan untuk menggali dan mengetahui hukum Islam yang akan diimplementasikan
dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan melakukan ijtihad yaitu untuk pemenuhan
kebutuhan akan hukum karena permasalahan manusia semakin hari semakin kompleks di
mana membutuhkan hukum Islam sebagai solusi terhadap problematika tersebut. Jenis-
jenis ijtihad adalah ijma’, qiyas, dan maslahah mursalah.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Sholehah,M.Urgensi Ijtihad Dalam Hukum Islam, ditulis dalam sebuah makalah

Has,A,W.2013. Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam.Jurnal Ijtihad


Alat Pemecahan.8(1):89-112

Sulaiha,S.,Nurfadilah,S.2017.Pengantar Studi Hukum Islam. Jember: Institut Agama


Islam

Jafar,U.2019.Ijtihad dan Urgensinya.Jurnal Al-Risalah.19(2):179-186.

Safaruddin.2021.Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah.Ummul Ayman Pidie Jaya.

Badi,A.2013.Ijtihad:Teori dan Penerapannya.24(2):28-47.

Hanafi,A.,Pengantar dan Sejarah Hukum Islam.Jakarta:Bulan Bintang,1995.

Anda mungkin juga menyukai