IJTIHAD
Disusun oleh:
Naufal Afif Fadhlurrohman (2011502057)
Arya Satya Ardhan (2011502008)
Fakhri Setiawan (2011502073)
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah di deskripsikan maka
dalam penelitian ini dapat di rumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1. Apa pengertian Ijtihad?
2. Syarat dan metode ijtihad
3. Apa saja fungsi dari Ijtihad?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
6
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa' Ayat
59).
Pengertian ijtihad sendiri dapat dilihat dari dua sisi, yakni
pengertian ijtihad secara etimologi dan pengertian ijtihad secara
terminologi.
Pengertian ijtihad secara etimologi memiliki pengertian:
“pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
sulit”. Sedangkan pengertian ijtihad secara terminologi adalah
penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat
pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk
memperoleh nash yang ma’qu; agar maksud dan tujuan umum dari
hikmah syariah yang terkenal dengan maslahat.
7
3. mempunyai pengetahuan komprehensif tentang sunah Nabi
Muhammad SAW, khususnya enam kitab hadis induk yaitu Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan
Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah, serta kitab-kitab lainnya, seperti Sunan
Baihaqi, Sunan Daraqutni, Sunan Thabrani, Sunan Darimi, dan
sebagainya.
4. mengetahui ijmak atau kesepakatan ulama sebelumnya. Jangan
sampai seorang mujtahid mengeluarkan suatu hukum yang
bertentangan dengan ijmak sebelumnya.
5. mengetahui ilmu usul fikih, mencakup kaidah ijtihad, metodenya,
dan prinsip-prinsip dasar seperti maqashid syariah, al-urf (adat
kebiasaan penduduk setempat), maslahah mursalah, dan sebagainya.
6. mengetahui objek yang akan diijtihadi. Seorang mujtahid harus
memahami secara penuh kasus yang ia hadapi, sehingga ia tidak keliru
memutuskan hukum syariat atas perkara umat Islam.
8
1. Ijma’
Ijma merupakan kesepakatan seluruh mujtahid di suatu massa setelah
Rasulullah SAW wafat dan berkaitan dengan hukum syara yang tidak
terdapat dalam Alquran dan hadist. Adapun contoh ijma’ adalah ijma’
sahabat, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW.
2. Qiyas
Qiyas merupakan hukum tentang suatu peristiwa yang diterapkan
dengan cara membandingkannya dengan hukum peristiwa lain yang
sudah ditetapkan sesuai nash. Contohnya adalah mengqiyaskan
pembunuhan yang menggunakan alat berat dengan pembunahan
menggunakan senjata tajam.
3. Istihsan
Istihsan merupakan berpindahnya mujtahid dari satu ketentuan hukum
ke hukum lainnya karena terdapat dalil yang menuntutnya. Contohnya
adalah wasiat. Meski secara qiyas tidak diperbolehan, namun karena
terdapat dalam Alquran, maka wasiat diperbolehkan.
4. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada
kemaslahatan yang lebih besar dibandingkan mengesampingkan
kemudaratan karena tidak ada dalil yang menganjurkan maupun
melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta kelahiran,
dan sebagainya.
9
5. Istishab
Istishad merupakan metode yang dilakukan dengan menetapkan
hukum yang sudah ada sebelumnya sampai ada dalil yang
merubahnya. Contohnya adalah setiap makanan boleh dikonsumsi
hingga ada dalil yang mengharamkannya.
6. ‘Urf
‘Urf merupakan suatu perkataan yang sudah dikenal oleh masyarakat
dan dilakukan turun menurun. Contohnya adalah halal bi halal yang
dilakukan saat hari raya.
7. Saddzui Dzariah
Sadzzui dzariah merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi
bisa mengarah ke kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang
mengarah ke perjudian.
8. Qaul Al-Shahabi
Qaul al-shahabi merupakan pendapat sahabat yang berkaitan dengan
perkara yang dirumuskan setelah Rasulullah SAW wafat. Contohnya
adalah pendapat Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa kesaksian anak
kecil tidak diterima.
9. Syar’u Man Qablana
Syar’u man qablana merupakan hukum Allah SWT yang disyariatkan
untuk umat terdahulu melalui nabi-nabi sebelum Rasulullah.
Contohnya adalah kewajiban untuk berpuasa.
10
2.3 Fungsi Ijtihad
Dasar dari ijtihad adalah Al Quran dan Sunnah. Jadi para ulama
tidak sembarang menentukan hukum dari suatu permasalahan. Allah
SWT berfirman dalam ayatnya yang artinya,
“Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena (membela)
orang-orang yang khianat”. (QS. An-Nisa’: 105).
11
BAB III
PENUTUP
A . KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ijtihad
adalah mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan.
Dalam ushul fiqh, para ulama ushul fiqh mendefinisikan ijtihad secara
berbeda-beda. Misalnya menurut Imam Al-Ghazali ijtihad meupakan
upaya maksimal seorang mujtahid dalam mendapatkan pengetahuan
tentang hukum-hukum syara. Kedudukan ijtihad sebagai sumber
hukum islam adalah sebagai sumber hukum ketiga setelah Al-Quran
dan Al-Hadist. Jenis-jenis ijtihad antara lain adalah: ijma’, qiyas,
mashalihul mursalah, istishab, sududz dzariyah, urf,dan istishan.
B. SARAN
Istilah yang dapat kami paparkan dalam makalah ini, yang tentunya
pembahasan tentang ijtihad. Pada pembahasan tersebut kami selaku
pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membaangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya danpembaca umumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kumpulanpengertian.com
https://id.m.wikipedia.org
https://bersamadakwah.net
https://dalamislam.com
https://kumparan.com
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id,index.php/tribakti/article/download/
173/140/
13
14