IJTIHAD
Disusun oleh :
Kelompok 11
KELAS A3
PRODI AKUNTANSI
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami kelompok 11 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Ijtihad .
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu : Qurroti A’yun, S.PD.I,M.PD.I pada bidang studi agama islam. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ijtihad bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami menyadari bahwa, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempuran. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnan makalah ini.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hokum yang sudah ada
pada zaman Rasulullah SAW. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad
dilakukan oleh para sahabat ,tabi’in serta masa masa selanjutnya hingga
sekarang ini . Meskipun pada periode tertentu apa yang kita kenal dengan
masa taqlid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi pada masa periode tertentu
pula ( kebangkitan atau pembaharuan ), itihaddimulai kembali. Karen tidak
bias dipungkiri , ijtihad adalah suatu keharusan, untuk menanggapi tantangan
kehidupan yang semakin kompleks problematikanya.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Ijtihad.
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Ijtihad.
3. Untuk mengetahui syarat dan tingkatan mujtahid
4. Untuk mengetahui para imam madzhab
5. Dan juga untuk mengetahui Sebab – Sebab Perbedaan Pendapat Para Imam
Mahzab
BAB II
PEMBAHASAN
Ijtihad adalah suatu usaha yang sungguh-sungguh yang sebenarnya bisa dilakukan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang
Ruang lingkup Ijtihad merupakan bahasan-bahasan apa saja yang masuk atau
boleh untuk dilakukannya ijtihad. Syeikh Muhammad Al-madani menjelaskan bahwa Ruang
ligkup ijtihad adalah Hukum-hukum atau penalaran yang tidak ditetapkan secara jelas dan qat’i
baik periwatannya maupun artinya.
Ruang lingkup ijtihad ialah furu' dan dhoniah yaitu masalah-masalah yang tidak
ditentukan secara pasti oleh nash Al-Qur'an dan Hadist. Hukum islam tentang sesuatu yang
ditunjukkan oleh dalil Dhoni atau ayat-ayat Al-qur'an dan hadis yang statusnya dhoni dan
mengandung penafsiran serta hukum islam tentang sesuatu yang sama sekali belum ditegaskan
atau disinggung oleh Al-qur'an, hadist, maupan ijma' para ulama' serta yang dikenal dengan
masail fiqhiah dan waqhiyah.
Adapun ruang lingkup ijtihad adalah sebagai berikut:
1.Hukum yang dibawa oleh nash-nash yang zhanny, baik dari segi wurud-nya maupun dari segi
pengertiannya (dalalah) yaitu hadis ahad. Sasaran ijtihad ini adalah dari segi sanad dan
penshahihannya serta hubungannya dengan hukum yang akan dicari.
2. Hukum yang dibawa oleh nash qath’i, tetapi dalalahnya zhanny, maka obyek ijtihadnya hanya
dari segi dalalahnya saja.
3. Nash yang wurudnya zhanny, tetapi dalalahnya qath’i, maka obyek ijtihadnya adalah pada
sanad, kesahihan serta kesinambungannya.
4. Tidak ada nash dan ijma’, maka di sini ijtihadnya hanya dilakukan dengan segenap metode
dan cara.
Kemudian dalam ijtihad peristiwa-peristiwa yang dihadapi haruslah peristiwa yang
hukumnya tidak terdapat dalam nash. Dan berdasarkan ini, maka ruang ijtihad dapat meangkum
kegiatan-kegiatan panggilan hukum bagi peristiwa-peristiwa hukum baru pada saat tidak
terdapatnya nash. Hal itu dilakukan dengan jalan berpegang pada tanda-tanda yang telah
dipancangkan sebagai petunjuk bagi hukum, seperti Qiyas atau Istislah.
berijtihad dalam bidang-bidang yang tak disebutkan dalam Al-qur'an dan hadist dapat ditempuh
dengan berbagai cara :
1. Qiyas atau analogi adalah salah satu metode ijtihad, telah dilakukan sendiri oleh
rosulullah SAW. Meskipun sabda nabi merupakan sunah yang dapat menentukan hukum
sendiri
2. Memelihara kepentingan hidup manusia yaitu menarik manfaat dan menolak madlarat
dalam kehidupan manusia. Menurut Dr. Yusuf qordhowi mencakup tiga tingkatan:
1. Dharuriyat yaitu hal-hal yang penting yang harus dipenuhi untuk kelangsung hidup
manusia.
2. Hajjiyat yaitu hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya.
3. Tahsinat yaitu hal-hal pelengkap yang terdiri atas kebisaan dan akal yang baik[5]
Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
Adapun tingkatan-tingkatan Ijtihad, diantaranya yaitu:
Ijtihad Muthlaq
Ijtihad Muthlaq adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan
menemukan ‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur’an dan sunnah,
dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara’, serta setelah lebih dahulu
mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.
Ijtihad fi al-Madzhab
Ijtihad fi al-Madzhab adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai
hukum syara’, dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam
mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara’ yang tidak terdapat dalam
kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut,
maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat. Secara lebih sempit, ijtihad fi
al-Madzhab ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan, diantaranya yaitu:
a. Ijtihad at-Takhrij, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab
tertentu untuk melahirkan hukum syara’ yang tidak terdapat dalam kumpulan hasilijtihad imam
mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam
mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum
pernah difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid
imam mazhabnya.
b. Ijtihad at-Takhrij, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam
dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat
imam mazhab lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat,
dan tidak melakukan istinbath hukum syara’.
c. Ijtihad al-Futya, yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat hukum
imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat tersebut kepada
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada
memfatwakan pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan
istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.
1. Faktor internal
Karena kedudukan suatu hadis
Suatu hadis yang diterima seorang imam bisa ditanggapi secara beragam. Ada
menyakininya lalu mengamalkannya, ada juga yang meragukannya dan tidak
mengamalkannya.
Karena tidak sampainya suatu riwayat
Adanya riwayat yg banyak jumlahnya tidak selalu diketahui oleh imam-imam. Dengan
bahasa lain perbendaharaan hadis antara satu dengan lainnya tidaklah sama.
Berbeda dalam mengartikan kata-kata nash
Dalam bahasa Arab ada kata-kata yang disebut musytarak, yakni suatu kata yang
memiliki makna lebih dari satu. Disamping itu, ada kata dengan arti majazi dan hakiki
yang dalam menentukan makna yang dimaksud membuka peluang untuk berbeda
pendapat.
Perbedaan penggunaan kaidah-kaidah ushul dan kaidah fiqhiyah
Ada imam yang menggunakan istihsan dan ada yang tidak. Demikian juga dalam
penggunaan ijma’ ahlu madinah, qiyas, maslahat mursalah, istishab, fatwa sahabat dan
lain-lain. Lafadz amr (suruhan) oleh sebagian dipahami sebagai perintah wajib, dan oleh
sebagian dipahami sebagai sunah, dan terkadang dipahami dengan makna lain. Demikian
pula makna nahy (larangan) ada yang memahaminya dalam arti haram, ada yang makruh
dan mungkin dengan makna lain.
Perbedaan metode para ulama dalam menghadapi dalil-dalil yang secara tekstual
bertentangan (Ta’arud).
2. Faktor Eksternal
Berbeda dalam perbendaharaan hadis.
Jumlah hadist yang ribuan bahkan ratusan ribu yang tersebar seiring dengan tersebarnya
para sahabat ke berbagai kota-kota besar kala itu, membuat tidak samanya
perbendaharaan dan penguasaan hadis di kalangan imam-imam mujtahid yang akhirnya
akan menghasilkan sejumlah perbedaan dalam berfatwa.
Berbeda dalam bidang politik
Adanya faksi-faksi yang mempengaruhi perbedaan pendapat dalam masalah hukum
islam. Misalnya golongan Khawarij, Syi’ah, Ahlussunah wal Jamaah dan Muktazilah
masing-masing mempunyai falsafah dan pandangan hidup sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ijtihad adalah mencurahkan segenap
tenaga dan pikiran secara bersungguh- sungguh untuk menetapkan suatu hukum dasar yang
dijadikan ijtihad bersumber dari Al- Qur'an dan hadis sebagaimana dijelaskan diatas.Objek yang
bisa dijadikan lapangan ijtihad yaitu hukum yang didasarkan pada dalil-dalil yang bersidat
dzanni, baik maksudnya petunjuknya, serta hukum-hukum yang belum ada nashnya dan ijma'
para ulama'.Didalam melakukan ijtihad tidak sembarang orang bisa melakukannya, seorang
mujtahid yang ingin melakukan ijtihad diharuskan memenuhi syarat- syarat yang sudah
ditentukan.
DAFTAR PUSAKA
https://www.pelajaran.co.id/2018/19/pengertian-ijtihad-tujuan-syarat-fungsi-manfaat-macam-
dan-tingkatan-ijtihad-lengkap.html#:~:text=Pengertian%20ijtihad%20menurut%20bahasa
%20adalah,sungguh%20dalam%20menetapkan%20hukum%20syariat.
http://catatan-purnomo.blogspot.com/2011/11/ruang-lingkup-ijtihad.html
http://chaerulfuad.blogspot.com/2015/04/perbedaan-madzhab-dan-sebab-sebabnya.html
https://www.malangtimes.com/baca/34943/20190111/110500/sejarah-dan-karakteristik-4-
mazhab-fiqih