Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG

IJTIHAD

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Agama Islam 1

Dosen Pengampu : Qurroti A’yun,S.PD.I,M.PD.I

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Munnawarah Mukadar (22001082089)


2. Riska Vidayanti (22001082109)

KELAS A3

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami kelompok 11 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Ijtihad .

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu : Qurroti A’yun, S.PD.I,M.PD.I pada bidang studi agama islam. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ijtihad bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami kelompok 11 menucapkan terima kasih kepada Bu Qurroti


A’yun,S.PD.I,M.PD.I selaku Dosen Agama Islam di Universitas Islam Malang yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami kelompok 11 juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman atas


perhatiannya selama kelompok kami presentasi tentang makalah Ijtihad ini.

Kami menyadari bahwa, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempuran. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnan makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMA SAMPUL ………………………………………………………………………. 1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………....2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..

1.1 Latar belakang………………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................

1.3 Tujuan penulisan ………………………………………………………………….....

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….

2.1 Pengertian Ijtihad ………………………………………………………………..

2.2 Ruang Lingkup Ijtihad………………………………………………………......

2.3 Syarat dan tingkatan mujtahid …………………………………………………

2.4 Mengenal para imam madzhab ………………………………………..........

2.5 Sebab – Sebab Perbedaan Pendapat Para Imam Mahzab ………………………

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….........

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hokum yang sudah ada
pada zaman Rasulullah SAW. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad
dilakukan oleh para sahabat ,tabi’in serta masa masa selanjutnya hingga
sekarang ini . Meskipun pada periode tertentu apa yang kita kenal dengan
masa taqlid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi pada masa periode tertentu
pula ( kebangkitan atau pembaharuan ), itihaddimulai kembali. Karen tidak
bias dipungkiri , ijtihad adalah suatu keharusan, untuk menanggapi tantangan
kehidupan yang semakin kompleks problematikanya.

Sekarang, banyak ditemui perbedaan-perbedaan mahzab dalam hukum


Islam yang itu disebabkan oleh ijtihad . Misalnya dipetakan Islam
Kontemporer, fundamental , ekstrimis,moderat, dan lain sebagainya. Semua
itu tidak lepas dari hasil ijtihad dan tentunya masing-masing mujtahid
berupaya untuk menemukan hokum yang terbaik. Justru dengan ijtihad , Islam
menjadi luwes, dinamis,fleksibel, cocok dalam segala lapis waktu ,tempat dan
kondisi. Dengan ijtihad pula, syariat islam menjadi “ tidak bisu” dalam
menghadapi problematika kehidupan yang semakin kompleks.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dari Ijtihad?


2. Bagaimana Ruang Lingkup Ijtihad?
3. Apa syarat dan tingkatan mujtahid?
4. Siapa para imam madzhab ?
5. Apa Sebab – Sebab Perbedaan Pendapat Para Imam Mahzab?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Ijtihad.
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Ijtihad.
3. Untuk mengetahui syarat dan tingkatan mujtahid
4. Untuk mengetahui para imam madzhab
5. Dan juga untuk mengetahui Sebab – Sebab Perbedaan Pendapat Para Imam
Mahzab
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijtihad

Ijtihad adalah suatu usaha yang sungguh-sungguh yang sebenarnya bisa dilakukan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang

Pengertian ijtihad menurut bahasa adalah bersungguh-sungguh dalam mencurahkan


pikiran. Sedangkan pengertian ijtihad menurut istilah adalah mencurahkan seluruh tenaga dan
pikiran dengan sungguh-sungguh dalam menetapkan hukum syariat. Orang yang melakukan
ijtihad disebut dengan mujtahid. Orang yang melakukan ijtihad (mujtahid) harus benar-benar
orang yang taat dan memahami benar isi Al-Qur’an dan hadis.

2.2 Ruang Lingkup Ijtihad

Ruang lingkup Ijtihad merupakan bahasan-bahasan apa saja yang masuk atau
boleh untuk dilakukannya ijtihad. Syeikh Muhammad Al-madani menjelaskan bahwa Ruang
ligkup ijtihad adalah  Hukum-hukum atau penalaran yang tidak ditetapkan secara jelas dan qat’i
baik periwatannya maupun artinya.
Ruang lingkup ijtihad ialah furu' dan dhoniah yaitu masalah-masalah yang tidak
ditentukan secara pasti oleh nash Al-Qur'an dan Hadist. Hukum islam tentang sesuatu yang
ditunjukkan oleh dalil Dhoni atau ayat-ayat Al-qur'an dan hadis yang statusnya dhoni dan
mengandung penafsiran serta hukum islam tentang sesuatu yang sama sekali belum ditegaskan
atau disinggung oleh Al-qur'an, hadist, maupan ijma' para ulama' serta yang dikenal dengan
masail fiqhiah dan waqhiyah.
Adapun ruang lingkup ijtihad adalah sebagai berikut:
1.Hukum yang dibawa oleh nash-nash yang zhanny, baik dari segi wurud-nya maupun dari segi
pengertiannya (dalalah) yaitu hadis ahad. Sasaran ijtihad ini adalah dari segi sanad dan
penshahihannya serta hubungannya dengan hukum yang akan dicari.
2. Hukum yang dibawa oleh nash qath’i, tetapi dalalahnya zhanny, maka obyek ijtihadnya hanya
dari segi dalalahnya saja.
3. Nash yang wurudnya zhanny, tetapi dalalahnya qath’i, maka obyek ijtihadnya adalah pada
sanad, kesahihan serta kesinambungannya.
4. Tidak ada nash dan ijma’, maka di sini ijtihadnya hanya dilakukan dengan segenap metode
dan cara.
Kemudian dalam ijtihad peristiwa-peristiwa yang dihadapi haruslah peristiwa yang
hukumnya tidak terdapat dalam nash. Dan berdasarkan ini, maka ruang ijtihad dapat meangkum
kegiatan-kegiatan panggilan hukum bagi peristiwa-peristiwa hukum baru pada saat tidak
terdapatnya nash. Hal itu dilakukan dengan jalan berpegang pada tanda-tanda yang telah
dipancangkan sebagai petunjuk bagi hukum, seperti Qiyas atau Istislah.  
berijtihad dalam bidang-bidang yang tak disebutkan dalam Al-qur'an dan hadist dapat ditempuh
dengan berbagai cara :

1. Qiyas atau analogi adalah salah satu metode ijtihad, telah dilakukan sendiri oleh
rosulullah SAW. Meskipun sabda nabi merupakan sunah yang dapat menentukan hukum
sendiri
2. Memelihara kepentingan hidup manusia yaitu menarik manfaat dan menolak madlarat
dalam kehidupan manusia. Menurut Dr. Yusuf qordhowi mencakup tiga tingkatan:

1.      Dharuriyat yaitu hal-hal yang penting yang harus dipenuhi untuk kelangsung hidup
manusia.
2.      Hajjiyat yaitu hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya.
3.      Tahsinat yaitu hal-hal pelengkap yang terdiri atas kebisaan dan akal yang baik[5]

2.3 Syarat dan Tingkatan Mujtahid

Syarat-Syarat Menjadi Mujtahid


Adapun syarat menjadi mujtahid diantaranya yaitu:

 Mengetahui ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum.


 Mengetahui masalah-masalah yang telah di ijma’kan oleh para ahlinya
 Mengetahui Nasikh dan Mansukh.
 Mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya dengan sempurna.
 Mengetahui ushul fiqh
 Mengetahui dengan jelas rahasia-rahasia tasyrie’ (Asrarusyayari’ah).
 Mengetahui kaidah-kaidah ushul fiqh
Mengetahui seluk beluk qiyas.

Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
Adapun tingkatan-tingkatan Ijtihad, diantaranya yaitu:

Ijtihad Muthlaq
Ijtihad Muthlaq adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan
menemukan ‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur’an dan sunnah,
dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara’, serta setelah lebih dahulu
mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.

Ijtihad fi al-Madzhab
Ijtihad fi al-Madzhab adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai
hukum syara’, dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam
mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara’ yang tidak terdapat dalam
kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut,
maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat. Secara lebih sempit, ijtihad fi
al-Madzhab ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan, diantaranya yaitu:

a. Ijtihad at-Takhrij, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab
tertentu untuk melahirkan hukum syara’ yang tidak terdapat dalam kumpulan hasilijtihad imam
mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam
mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum
pernah difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid
imam mazhabnya.

b. Ijtihad at-Takhrij, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam
dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat
imam mazhab lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat,
dan tidak melakukan istinbath hukum syara’.

c. Ijtihad al-Futya, yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat hukum
imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat tersebut kepada
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada
memfatwakan pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan
istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.

2.4 Mengenal para Imam Mahzab


1) Madzhab Hanafi,
Mazhab Hanafi atau Hanafiah didirikan oleh Nu'man bin Tsabit atau yang lebih
terkenal dengan nama Abu Hanifah. Ia wafat 767 masehi. Pemikiran hukumnya bercorak
rasional. Mazhab ini berasal dari Kufah, sebuah kota yang telah mencapai kemajuan yang
tinggi di Iraq. Sehingga persoalan yang muncul banyak dipecahkan melalui pendapat,
analogi, dan qiyas khafi. Karyanya yang terkenal adalah Fiqh Al-Akbar.
Mazhab Hanafi merupakan mazhab fiqih dengan jumlah pengikut terbesar di
dunia dengan jumlah pengikut sebanyak 675 juta jiwa. Negara-negara dengan pengikut
terbanyak mazhab ini adalah Pakistan, India, Bangladesh, Turki, Afganistan, dan
Uzbekistan.
Pada masa Turki Utsmani, mazhab ini merupakan mazhab resmi kerajaan. Murid
atau pengikutnya yang terkenal adalah Abu Yusuf yaitu guru Imam Ahmad, asy-Syaibani
yaitu guru Imam Syafi'i, Abu Mansur Al-Maturidi, Jalaluddin Al-Rumi, dan Bahauddin
Naqsyaban.
2) Madzhab Maliki
Mazhab Maliki atau Maliki adalah mazhab yang didirikan oleh Malik bin Anas
atau yang biasa dikenal dengan nama Imam Malik. Imam Malik wafat pada 797 Masehi.
Sepanjang hidupnya Malik tidak pernah meninggalkan Madinah, kecuali untuk keperluan
ibadah haji. Pemikiran hukumnya banyak dipengaruhi sunnah yang cenderung tekstual.
Imam Malik juga termasuk periwayat hadist. Karyanya yang terkenal adalah al-
Muwattha', yaitu hadis yang bercorak fiqih. Imam Malik juga dikenal sebagai seorang
Mufti dalam kasus-kasus yang dihadapi. Salah satu fatwanya bahwa baiat yang
dipaksakan hukumnya tidak sah. Selain itu pemikirannya juga banyak menggunakan
tradisi bangsa Madinah.
Mazhab Maliki merupakan mazhab fiqih dengan pengikut yang terkonsentrasi
pada wilayah Afrika Utara dan Afrika Barat dengan jumlah pengikut sebanyak 270 juta
jiwa. Negara-negara dengan pengikut terbanyak mazhab ini adalah Maroko, Al-Jazair,
Mesir, Sudan, Nigeria, dan Tunisia. Murid atau pengikutnyayang terkenal adalah Imam
Syafi'i, Yahya Al-Laitsi, Ibnu Rusdi, AI Qurthubi, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.
3) Madzhab Syafi’i
Mazhab Syafi'i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi'i. Ia
wafat pada 767 masehi. Selama hidup Beliau pernah tinggal di Baghdad, Madinah, dan
terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara
rasionalis dan tradisionalis.
Selain berdasarkan pada Al Quran, sunnah, dan ijma, Imam Syafl'i juga
berpegang pada qiyas. Beliau disebut juga sebagai orang pertama yangmembukukan ilmu
usul Fiqih. Karyanya yang terkenal adalah AI-Umm dan Ar-Risalah.
Pemikirannya yang cenderung moderat diperlihatkan dalam Qaul Qadim
(pendapat yang baru) dan Qaul Jadid (pendapat yang lama). Untuk penyebarannya
mazhab Syafl'i diikuti oleh 495 juta jiwa. Negara-negara dengan mayoritas pengikut
mazhab ini adalah Indonesia, Ethiopia, Malaysia, Yaman, Mesir, dan Somalia.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Ahmad AI Ghazali, lbnu
Katsir, lbnu Majah, An Nawawi, Ibnu Hajar al-'Asqalani, Abu Hasan Al Asy'ari, dan Said
Nursi.
4) Madzhab Hambali
Mazhab Hambali atau Hanabilah didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin
Hambal atau dikenal dengan nama Imam Hambali. Ia wafat pada 855 masehi. Pada masa
mudanya beliau berguru kepada Abu Yusuf dan Imam Syafi'i.
Corak pemikirannya tradisionalis, selain berdasarkan pada Al Quran, sunnah, dan
ijtihad, Beliau juga menggunakan hadits Mursal dan Qiyas jika terpaksa. Selain sebagai
seorang ahli hukum, beliau juga seorang ahli hadist. Karyanya yang terkenal adalah
Musnad Ahmad, kumpulan hadis-hadis Nabi SAW.
Mazhab Hambali merupakan mazhab fiqih dengan pengikut terkonsentrasi di
wilayah Teluk Persia dengan jumlah pengikut sebanyak 41 juta jiwa. Negara-negara
dengan pengikut terbanyak mazhab ini adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Bukhori, Abdul Qodir Al
Jailani, lbnu Qudammah, lbnu Taimiyah, Ibnu Qaiyyim Al jauziyyah, Adz-Dzahabi, dan
Muhammad bin Abdul Wahab.

2.5 Sebab-sebab perbedaan pendapat para imam madzhab

1. Faktor internal
 Karena kedudukan suatu hadis
Suatu hadis yang diterima seorang imam bisa ditanggapi secara beragam. Ada
menyakininya lalu mengamalkannya, ada juga yang meragukannya dan tidak
mengamalkannya.
 Karena tidak sampainya suatu riwayat
Adanya riwayat yg banyak jumlahnya tidak selalu diketahui oleh imam-imam. Dengan
bahasa lain perbendaharaan hadis antara satu dengan lainnya tidaklah sama.
 Berbeda dalam mengartikan kata-kata nash
Dalam bahasa Arab ada kata-kata yang disebut musytarak, yakni suatu kata yang
memiliki makna lebih dari satu. Disamping itu, ada kata dengan arti majazi dan hakiki
yang dalam menentukan makna yang dimaksud membuka peluang untuk berbeda
pendapat.
 Perbedaan penggunaan kaidah-kaidah ushul dan kaidah fiqhiyah
Ada imam yang menggunakan istihsan dan ada yang tidak. Demikian juga dalam
penggunaan ijma’ ahlu madinah, qiyas, maslahat mursalah, istishab, fatwa sahabat dan
lain-lain. Lafadz amr (suruhan) oleh sebagian dipahami sebagai perintah wajib, dan oleh
sebagian dipahami sebagai sunah, dan terkadang dipahami dengan makna lain. Demikian
pula makna nahy (larangan) ada yang memahaminya dalam arti haram, ada yang makruh
dan mungkin dengan makna lain.
 Perbedaan metode para ulama dalam menghadapi dalil-dalil yang secara tekstual
bertentangan (Ta’arud).
2. Faktor Eksternal
 Berbeda dalam perbendaharaan hadis.
Jumlah hadist yang ribuan bahkan ratusan ribu yang tersebar seiring dengan tersebarnya
para sahabat ke berbagai kota-kota besar kala itu, membuat tidak samanya
perbendaharaan dan penguasaan hadis di kalangan imam-imam mujtahid yang akhirnya
akan menghasilkan sejumlah perbedaan dalam berfatwa.
 Berbeda dalam bidang politik
Adanya faksi-faksi yang mempengaruhi perbedaan pendapat dalam masalah hukum
islam. Misalnya golongan Khawarij, Syi’ah, Ahlussunah wal Jamaah dan Muktazilah
masing-masing mempunyai falsafah dan pandangan hidup sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ijtihad adalah mencurahkan segenap
tenaga dan pikiran secara bersungguh- sungguh untuk menetapkan suatu hukum dasar yang
dijadikan ijtihad bersumber dari Al- Qur'an dan hadis sebagaimana dijelaskan diatas.Objek yang
bisa dijadikan lapangan ijtihad yaitu hukum yang didasarkan pada dalil-dalil yang bersidat
dzanni, baik maksudnya petunjuknya, serta hukum-hukum yang belum ada nashnya dan ijma'
para ulama'.Didalam melakukan ijtihad tidak sembarang orang bisa melakukannya, seorang
mujtahid yang ingin melakukan ijtihad diharuskan memenuhi syarat- syarat yang sudah
ditentukan.

DAFTAR PUSAKA

https://www.pelajaran.co.id/2018/19/pengertian-ijtihad-tujuan-syarat-fungsi-manfaat-macam-
dan-tingkatan-ijtihad-lengkap.html#:~:text=Pengertian%20ijtihad%20menurut%20bahasa
%20adalah,sungguh%20dalam%20menetapkan%20hukum%20syariat.

http://catatan-purnomo.blogspot.com/2011/11/ruang-lingkup-ijtihad.html

http://chaerulfuad.blogspot.com/2015/04/perbedaan-madzhab-dan-sebab-sebabnya.html

https://www.malangtimes.com/baca/34943/20190111/110500/sejarah-dan-karakteristik-4-
mazhab-fiqih

Anda mungkin juga menyukai