Disusun Oleh:
Kelompok 10
PENDIDIKAN MATEMATIKA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kami ucapka atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kelapangan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Ijtihad dan Dinamika Pemikiran Islam”.
Dalam pembuatan makalah ini kami mengambil dari beberapa sumber berupa buku
dan jurnal sebagai bahan pembelajaran serta rujukan. Kami berharap pembaca dapat
memahami isi dari makalah yang kami perbuat dan dapat menambah wawasan atau
pengetahuan bagi kita semua. Sekiranya materi yang kami sajikan ini dapat membantu
dalam proses belajar mengajar.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan kami sangat
menyadari bahwasannya makalah yang kami buat masih terdapat beberapa kekurangan.
Jika terdapat beberapa kata-kata yang salah maka mohon untuk dimaafkan, kami juga
sangat menerima masukan berupa kritik dan saran yang ingin disampaikan yang berguna
untuk memperbaiki makalah yang kami buat. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad..................................................................................................5
B. Urgensi dan Kedudukan Ijtihad..........................................................................6
C. Syarat-Syarat Mujtahid.......................................................................................7
D. Ruang Lingkup Ijtihad........................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................9
Daftar Pustaka..............................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hukum yang sudah ada pada zaman
Rasulullah SAW. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad dilakukan oleh para
sahabat, tabi’n serta masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini. Meskipun pada
periode apa yang kita kenal dengan masa taqklid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi
pada masa periode tertentu pula, ijtihad mulai dibuka kembali. Karena tidak bisa
dipungkiri, ijtihad adalah suatu keseharusan, untuk menanggapi tantangan
kehidupan yang semakin kompleks problematikanya.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah sebagai tambahan pemahaman mengenai
ijtihad dan juga sebagai penyelesaian salah satu mata kuliah Metode Study Islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad
a. Ijtihad ( ) االجتهادdari segi bahasa berasal dari kata ijtihada ( )اجتهدyang berarti
bersungguh-sungguh, rajin, giat atau mencurahkan segala kemampuan (jahada).
Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berupaya serius dalam berusaha atau
berusaha yang bersungguh-sungguh. Sementara secara istilah, para ulama ushul
mendefinisikan ijtihad sebagai berikut:
1. Wahbah al-Zuhaili
Ijtihad adalah melakukan istimbath hukum syari`at dari segi dalildalilnya yang
terperinci di dalam syari`at.
2. Imam al-Ghazali ِ
Ijtihad adalah suatu istilah tentang mengerahkan segala yang diushakan dan
menghabiskan segenap upaya dalam suatu pekerjaan, dan istilah ini tidak
digunakan kecuali terdapat beban dan kesungguhan. Maka dikatakan dia
berusaha keras untuk membawa batu besar, dan tidak dikatan dia berusaha
(ijtihad) dalam membawa batu yang ringan. Dan kemudian lafaz ini menjadi
istilah secara khusus di kalangan ulama, yaitu usaha sungguh-sungguh dari
seorang mujtahid dalam rangka mencari pengetahuan hukum-hukum syari`at.
Dan ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap usaha dalam rangka untuk
melakukan penncarian, sehingga sampai merasa tidak mampu lagi untuk
melakukan tambahan pencarian lagi.
Ijtihad menurut ulama ushul merupakan pokok syari’at yang ditetapkan oleh Allah
AWT dan rasul-Nya, dan dapat diketahui melalui kitabnya, Alquran dan al-Sunnah. Seperti
pada surah An-Nisa’ : 105 “Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab
dengan benar agar engkau menetapkan di antara manusia dengan jalan yang telah
ditunjukkan oleh Alloh kepadamu. ”
Ayat ini menunjukan ketetapan ijtihad dengan jalan menetapkan hukum melalui
Alquran dan al-Sunnah. Cara seperti ini, menurut para ulama adalah ijtihad dengan jalan
qiyas, yaitu menyamakan ketentuan hukum yang sudah ada ketetapannya di dalam nash
dengan kasus yang terjadi yang belum ada ketentuanya hukumnya dengan melihat
persamaan illat di antara keduanya.2
Sementara ketentuan ijtihad dari al-Sunnah sebagaimana yang dikutip oleh Imam Asy-
Syafi’iy di dalam kitabnya Al-Risalah. Beliau meriwayatkan dengan sanad yang berasal
dari Amr bin Ash yang mendengar dari Rasulullah saw bersabda:
اذا حكم الحاكم فاجتهد فأصاب فله أجران واذا حكم فاجتهد ثم اخطأ فله اجر واحد
1
Wahbah al-Zuhaili. Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh. (Bairut: dar al-fikr al-Mu’ashir, 1999), hlm 231.
2
Muhammad Khudlari. Ushul al-Fiqh. (Bairut-Libanon: dar al-fikr, 1988), hlm. 368
6
Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan ijtihad di dalam hal itu, kemudian ia
benar maka ia mendapatkan dua pahala, akan tetapi apabila ia menetapkan hukum,
berijtihad dan ia salah as mendapatkan satu pahala saja.
Menurut Syeikh Muhammad Khudlari Bik dalam kitabnya Ushul Al-Fiqh, bahwa
hukum ijtihad itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Wajib ‘Ain, yaitu bagi seseorang yang ditanya tentang sesuatu masalah dan masalah
itu akan hilang sebelum hukumnya diketahui. Atau ia sendiri mengalami suatu peristiwa
yang ia sendiri juga ingin mengetahui hukumnya.
2) Wajib kifayah, yaitu apabila seseorang ditanya tentang sesuatu dan sesuatu itu tidak
hilang sebelum diketahui hukumnya, sedangkan selain dia masih ada mujtahid lain.
Apabila seorang mujtahid telah menyelesaikan dan menetapkan hukum sesuatu tersebut,
maka kewajiban mujtahid yang lain telah gugur. Namun bila tak seorang pun mujtahid
melakukan ijtihadnya, maka dosalah semua mujtahid tersebut.
3) Sunnah, yaitu ijtihad terhadap suatu masalah atau peristiwa yang belum terjadi.3
Ijtihad merupakan tugas besar dan berat bagi seorang mujthid. Oleh karena itu para
ulama ushul menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang yang
akan melakukan ijtihad, baik syarat-syarat yang menyangkut pribadi maupun syarat-syarat
keilmuan yang harus dimilikinya. Menurut Abdul hamid Hakim bahwa seorang mujtahid
harus memenuhi empat syarat ijtihad, yaitu:
3
Hakim, Abdul Hamid. al-Bayan. (Jakarta: Penerbit Sa’adiyah Putra, tt). hlm.171
7
Tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka sesorang tidak dapat dikategorikan
sebagai mujtahid yang berhak melakukan ijtihad. Ulama mujtahid menurut ahli ushul
dibedakan tingkatanya tergantung pada aktivitas ijtihad yang dilakukanya.4
Dilihat dari sisi ruang lingkupnya, ijtihad dapat dibedakan dalam dua kategori
yaitu:
4
Abd, Salam Arief. Pembaharuan Pemikiran Hukum Islam Antara fakta dan realita: kajian Pemikiran
Hukum Syaikh Mahmud Syaltut. (Yogyakarta: LESFI, 2003). hlm. 37-38.
5
Wahbah al-Zuhaili, Al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, (Damaskus: Dar al-Fikr, ), hlm. 594
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan kepada pembaca, agar
dapat memanfaatkan makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna jika ada
kesalahan itu dari saya sendiri karena manusia tidak luput dari kesalahan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Salam Arief. 2003. Pembaharuan Pemikiran Hukum Islam Antara fakta dan realita:
kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut. Yogyakarta: LESFI.
Wahbah al-Zuhaili. 1999. Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh. Bairut: dar al-fikr al-Mu’ashir.
10