Anda di halaman 1dari 15

STUDI KAWASAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Islam

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

KHOIRUNNISAH BATUBARA (0305202099)


WAHYU RIZALDY SIREGAR (0305202100)

KELAS/SEMESTER : PMM-3/IV

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022?2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Studi Kawasan”.
Makalah yang dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh nilai tugas pada
mata kuliah Metode Studi Islam akhirnya dapat selesai dengan bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis telah berupaya
dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tugas ini, namun penulis
menyadari bahwa ini belum sempurna, baik dari segi isi, tulisan maupun
kualitasnya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki tugas makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan semoga tugas ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu
pengetahuan.

Medan, Mei 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Islam di Afrika Timur ................................................................................. 4
2.2 Islam di Asia Tenggara.................................................................................7
2.3 Islam di china .............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi kawasan islam ialah kajian yang menjelaskan tentang situasi yang terjadi
di berbagai ara mengenai kawasan islam di dunia dan ruang lingkup yang ada
didalamnya, mulai dari pertumbuhan, perkembangan serta ciri-ciri karakteristik
sosial budaya yang ada di dalamnya. Dan dalam makalah ini akan di uraikan
tentang studi Kawasan Islam
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam di Afrika Timur?
2. Bagaimana Islam di Asia Tengata?
3. Bagaimana Islam di China?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Islam di Afrika Timur
2. Mengetahui Islam di Asia Tenggara
3. Mengetahui Islam di China

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam di Afrika Timur


Sebelum menguraikan lebih jauh tentang dunia Islam di Afrika timur, alangkah
baiknya kita menggambarkan dahulu tentang benua Afrika secasra geografis. Setelah itu
kita mencoba melihat bagaimana pengaruh geografis ini terhadap penyebaran Islam di
Afrika umumnya dan Afrika Timur khususnya.
Gambaran Umum Benua Afrika
Luas benua afrika adalah 30.295.000 km 2 atau seperlima dari perrmukaan daratan
bumi. Benua ini tidak banyak memiliki pulau- pulau dan teluk- teluk, sehingga nampak
memiliki kesatuan yang utuh.
Penduduk Benua Afrika tahun 1998 berjumlah 763.000.000 jiwa dan sebahagian
besar merupakan bangsa Negro. Bangsa Negro di Afrika dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu Negro Sudan dengan kulit lebih hitam dengan bibir tebal, dan Negro
Batu yang kulitnya lebih terang dari Negro Sudan. Kegiatan ekonomi penduduknya
sebahagian besar bersumber dari sektor pertanian, pertambangan dan perindustrian.
Sektor pertanian meliputi karet, kapas, kopi, coklat, tebu, kelapa sawit, tembakau,
gandum dan kurma. Dalam sektor pertambangan dan perindustrian, Afrika memiliki
barang tambang yang melimpah dengan hasil tambang utama intan ( 98 % ), krom ( 35
%), mangan (25 % ), dan tembaga (20 % ).
Penyebaran Islam di Afrika, umumnya tidak terlepas dari latar belakang sejarah
penyebaran Islam pada zaman awal kejayaan Islam. Zaman itu dimulai pada masa
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin, terutama di awali pada masa pemerintahan Umar bin
Khathab. Pada saat itu peta wilayah kekuasaan Islam di Afrika sudah menyebar sampai
ke Mesir. Ketika Islam sudah masuk Mesir, komunitas kaum muslimin berkembang
dimana mereka menikahi para peduduk setempat dan bercampur dengan mereka.Ada
banyak tarikat yang muncul di Afrika, di antaranya al-Murabithun dan ak-Muwahiddun
(Ali Mufradi, 1997 :112 ) yang silih berganti menguasai dan menyebarkan Islam di
Afrika.Ketika keberadaan umat Islam di spanyol runtuh, masyarakat Islam di sudan sudah
mulai terancam pula keberadaannya yang pada gilirannya bangsa Afrika mulai tercabik-
cabik oleh penjajah Barat yang kemudian ramai-ramai berdatangan ke benua ini.

4
Negara-Negara Afrika Timur
Dalam membahas dunia Islam di wilayah Afrika timur, karena keterbatasan sumber
yang dimiliki, maka kita mencukupkan diri pada negara – negara, diantaranya : Sudan,
Somalia, dan Ethiopia.
1. Sudan
Sebenarnya dilihat dari sisi wilayahnya, Sudan memiliki wilayah yang luas
mencakup bagian timur, tengah dan barat benua Afrika. Namun, negara Sudan modern
hanya ada di bagian timur saja. Hal ini bisa difahami karena Islam tersebar bukan dari
Afrika utara melain dari Mesir, disamping itu karena komunitas Islam Sudan timur telah
terbentuk lebih awal (Ira M. Lapidus 1999 : 802}Migrasi bangsa Arab pertama terjadi
pada abad sembilan ketika bangsa Mesir berkerumun di wilayah selatan sampai akhirnya
mereka menemukan ladang emas di Allaqi yang terletidak di antara Sungai Nil dan Laut
Merah. Baru pada Abad dua belas dan tiga belas gelombang migrasi Arab Badui
meningkat. MerekaPenyebaran Islam dikerajaan funj di samping meraksuk dikalangan
elit penguasa dan komunitas perdagangan, juga karena adanya migrasi ulama dan orang-
orang suci muslim ke daerah ini. kerajaan Funj ini menarik perhatian para Ulama dari
Mesir, Afrika Utara dan Arabia, yang secara lokal mereka menyandang predikat keahlian
di bidang Alqur`an, hukum Islam, dan Sufi.Para faqih (para ulama itu) memiliki pengaruh
yang kuat karena Kerajaan untuk bernegosiasi dan mengkritik penguasa. Mereka
mendirikan tempat-tempat pendidikan untuk mengajarkan Alqur`an, hukum dan teologi
kepada pemuda semejak dini. Para faqih di timur Sudan ini merangkap sebagai anggota
tarikat-tarikat sufi. Ada beberapa tarikat yang tersebar di negeri ini, diantaranya tarikat
Shahiliyah tersebar di wilayah ini pada abad lima belas, tarikat Qadiriyah pada
pertengahan abad enam belas, dan tarikat Majdhubiyah pada abad delapan belas.Pada
akhir abad delapan belas para pedagang dan tokoh suci muslim mendapat kekuasaan baru
dari dinasti Darfur untuk memerintah secara semi independent. Dengan demikian,
akhirnya mereka secara partikular berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan lokal mereka.
Islamisasi Sudan bagian timur ini berjalan dengan baik berkat dorongan para faqih
sehingga pada abad sembilan belas sultan memasukannya ke dalam kontrol
birokrasiPokok-pokoknya, semua itu berpangkal pada dua permasalahan utama, yakni
reformasi Islam dan penyatuan wilayah utara – selatan yang umumnya non muslim, di
mana hal ini merupakan perkara yang saling berkaitan yang harus segera diselesaikan.
Namun, di utara walaupun partai – partai Islam telah dilumpuhkan kapasitasnya, tetapi
beberapa kelompok dan program baru bermunculan untuk
5
melancarkan gerakan Islamisasi negara dan masyarakat dalam meningkatkan muatan
Islam dalam identitas nasional. Kelompok ini banyak mendapat dukungan dari
mahasiswa dan elit terdidik.Tumbuhnya sentimen Islam di wilayah utara bisa
mempertinggi arus integrasi dan islamisasi wilayah selatan. Meskipun demikian, secara
lebih pragmatis tokoh-tokoh militer telah menyelesaikan integrasi wilayah selatan dan
utara walaupun kenyataan yang pahit yang benar-benar harus ditelan, adalah kesulitan
warga selatan yang masih tetap berpikir dalam kapasitas regoional dan lokal. (Ira. M.
Lapidus 1999 ; 480 )
Setelah kita memaparkan perjalanan sejarah Islam di Sudan sampai dengan
sekarang, tampak bahwa kaum muslimin di sana masih terjebak pada simbol-simbol
keagamaan yang pada gilirannya selalu terjadi benturan keras dengan mereka yang
memiliki simbol lain. Oleh karena itu, wajar jika kestabilan politik di Sudan ini belum
bisa di pecahkan. Di samping mungkin karena kultur tiap masyarakat sangatlah berbeda-
beda dalam mengaplikasikannya. Namun, lepas dari kenyataan itu semua, tentunya
dengan mempertimbangkan kondisi sosial yang ada, maka mengaplikasikan ajaran Islam
secara substantif dengan tidak melibatkan simbol-simbol secara sementara, mungkin bisa
menjadi penawar atas problematika politik di Sudan.
Somalia
Masyarakat Somalia seluruhnya adalah masyarakat muslim yang terbagi atas dua
kelompok keturunan, yaitu Somali dan Sab yang kemudian terbagi lagi oleh sistem
segmenter yang komplek menjadi sejumlah konfederasi, sub konfederasi, suku dan
pecahan suku lainnya.Sejumlah partai politik terbentuk pada tahun 1950-an baik di
Somalia yang dikuasai Inggris maupun yang dikuasai Italia yang didasarkan pada unsur
klan. Somaliland national Society dibentuk berdasar kelompok Isaq, sedangkan United
Somali Party dibentuk berdasarkan kelompok Dir dan Darod. Namun demikian,
perkembangan ragam tulis baru membantu menciptidakan sebuah simbol bagi
identitas nasional.Ada tiga tarikat yang berkembang di Somalia, yaitu Qadiriyah,
Ahmadiyah, dan Salihiyah. Qadiriyah diperkenalkan ke Harar sejak awal abad ke- 15.
Salah satu cabang tarikat tersebut, yakni Uway siyah, merupakan tarikat yang sangat aktif
di penjuru wilayah Afrika timur. Ahmadiyah didirikan oleh Ahmad bin Idris al-Fasi (
1760 – 1837 ) dan dibawa ke Somalia oleh Ali Maye Durogha. Tarikat Sahiliyah
didirikan oleh Muhammad bin Salih pada tahun 1887, memiliki beberapa permukiman
diantara perairan Juba dan Sheballe. Ia merupakan tarikat yang melahirkan Muhammad
bin Abdullah, yang sekembalinya dari Makkah mengajarkan purifikasi Islam. Ia
6
mengumumkan perang melawan Kristen dan pemerintahan Inggris, tetapi pada tahun
1908 ia menyepakati sebuah perjanjian temporer yang mengizinkan dirinya menjalankan
negara kecil semi otonom di negara Somali. Namun, pada tahun 1920 pihak Inggris
mengalahkan pergerakan ini.

B. Islam di Asia Tenggara


Dunia kebudayaan Melayu membentang dari Malaysia dan Indonesia sampai ke
Filipina Selatan (kepulauan Mindano). Ia merupakan kawasan kebudayaan yang
berdasarkan etno-linguistik sangat luas dan beragam. Sekalipun secara ethnologis
penduduk di kawasan ini lebih homogen pada ras Melayu, namun dalam kenyataannya
realitas sosial dan budaya yang berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman, atau
heterogen yang amat sangat. Islam telah memiliki sejarah yang amat panjang di kawasan
Melayu ini. Sekalipun demikian, proses islamisasi masih terus berlanjut terutama di
daerah-daerah pedalaman 1 , khususnya bagi suku-suku primitif tertutup di Indonesia
yang masih menganut animisme. Sampai sekarang, kita masih bisa menyaksikan
pengenalan Islam terhadap suku Kubu di Jambi, Baduy di Banten, apalagi suku-suku di
sekitar Lembah Balim, Irian Barat.
Islam datang di kawasan Melayu diperkirakan pada sekitar abad ke-7 M2 .
Mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal,
diperkirakan terjadi pada sekitar abad ke 13 M. Awal kedatangannya diduga akibat
hubungan dagang antara pedagang- pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir,
Yaman atau Teluk Persia) atau dari wilayah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar atau
Bangladesh), dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau
dengan Majapahit di Jawa. Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-
15 ditandai dengan banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka,
Aceh maupun di Jawa seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak dan
sebagainya.
Secara bertahap Islam menyebar di Jawa mengantikan tempat-tempat kerajaan
Hindu- Budha yang ketika itu memang dari dalam sendiri sedang mengalami
kemerosotan, namun pada sisi yang lain pola kebudayaan yang pernah ia bangun tetap
meninggalkan arti penting di daerah ini sampai saat ini. Penyebarannya sebelum abad ke-
13 M dilakukan oleh para saudagar dan secara intensif sejak sekitar abad ke-16 M
dilakukan oleh para sufi terutama yang terkenal dengan para “wali sanga” atau kelompok
wali yang jumlahnya tidak kurang dari sembilan orang . Di samping pengaruh Arab yang

7
cukup kuat bagi kebudayaan dan perkembangan linguistik Melayu, juga hampir
sepenuhnya kebudayaan Persia cukup menduduki peran sentral terutama pada dimensi
pemikiran politik dan bahasa-bahasa agama Melayu. Pemikiran politik Persia terasa betul
pada tradisi kesultanan di Melayu yang berakar dari konsep kekhalifahan yang
berkembang di Abbasiyah Baghdad (750-1258) yang menganut sistem “theokrasi”.
Seorang pemimpin merupakan wakil tuhan di muka bumi (dzillullah fi ardihi) kemudian
di serap oleh tradisi Turki Seljuk pada wacana kesultanan, yang juga mengembangkan
logika yang sama. Dari sini akhirnya diserap oleh tradisi kesultanan Mughol di India,
dimana Sultan Muhammad ibn Tughluq dari Delhi selalu menyatakan: “siapa yang
mematuhi sultan, ia mematuhi Tuhan”.
Karena itu menjelang islamisasi di Asia Tenggara secara umum, pada saat yang
bersamaan sedang terjadi sebuah perluasan galaksi kebudayaan politik Persia, dimana
para sultan muslim yang ke-Persia-persiaan (Persianized) telah memberi pengaruh dan
memainkan peran bagi kebudayaan Melayu terutama dalam memberi gelar-gelar raja
muslim Nusantara, dimana sebelumnya pengaruh India Hindu yang cukup dominan.
Pengaruh Persia-Mughol akan terasa saat kita melihat bentuk-bentuk istana dan gelar-
gelar sultan di Aceh dan Riau, disamping gaya- gaya arsitektur dan pakaian-pakaian
kebesarannya . Berbeda dengan di Jawa, para sultan masih tetap mempertahankan esensi
tradisi Persia, namun kemudian mereka olah sendiri dalam wujudnya yang khas dimana
mereka memasukkan unsur-unsur pewayangan dalam menggambarkan tugas-tugas
kepemimpinan, seperti halnya konsep-konsep astabratha (depalan tugas kepemimpinan
dalam wujud alam semesta; suryo, chondro, samudro, segoro, bumi, geni, banyu, dan
angin). Sehingga gelar-gelar sultan harus mencerminkan sebagai “sayyidin kalifatullah
nabdulrasul ing alogo ponoto gomoI”
Hasil dari kekuatan-kekuatan yang kompleks ini, kawasan Melayu Nusantara
akhirnya menjadi suatu kawasan kebudayaan yang dalam banyak hal sangat unik bagi
keseluruhan Dunia Islam lainnya. Kompleksnya Malaysia – Indonesia sebagai penganut
hukum madzhab Syafi’i sebagai ciri pokok, --dalam aspek-aspek yang lebih jauh
dibanding dengan kawasan-kawasan dunia Islam lainnya—sekalipun penggunaannya
hanya sebatas pada hukum-hukum keluarga saja. Kekuatan madzhab ini dalam aspek
lainnya belum pernah dicoba secara maksimal seperti sebagai hukum resmi negara,
mungkin akibat satu hal betapa dominannya kolonialisme Eropa yang bisa mencegah ke
arah ini. Satu hal yang cukup unik, seringkali terjadi di daerah-daerah tertentu di kawasan
ini pemakaian Islam seringkali bergerak dari dimensi esoteris kemudian ke eksoteris. Hal
8
ini dimungkinkan terutama di kalangan ahli kebatinan yang telah mendapatkan
pengajaran secara intensif dari warisan para leluhur mereka sebelum Islam, atau mungkin
akibat faktor lain yakni karakteristik kontemplatif yang sangat dominan khusunya bagi
komunitas masyarakat Jawa dalam mempelajari Islam.

C. Islam di China
Masyarakat Cina telah menganut beberapa bentuk kepercayaan keagamaan
antara lain: Kong Hu Cu atau Konfusianisme yang berdasarkan kepada ajaran-ajaran
Nabi Konfusius atau lebih dikenal dengan sebutan sang guru. Agama Kong Hu Cu sendiri
merupakan kepercayaan asli penduduk setempat, yang lahir pada masa Kekaisaran
Dinasti Chou (1027-256 SM), sedangkan ajarannya sendiri mulai dikenal oleh
masyarakat Cina sekitar tahun 531 SM, agama kedua adalah agama Tao atau yang
dikenal dengan sebutan Taoisme, sama halnya dengan Kong Hu Cu, Taoisme merupakan
kepercayaan asli penduduk setempat yang lahir di Cina. Ajaran Taoisme dibawa oleh Lao
Tzu, yang lebih dengan sebutan sang guru tua lahir pada tahun 640 SM.
Teori masuknya Islam ke Cina pada masa awal Islam, merupakan suatu
pendapat tradisional di kalangan masyarakat Cina. Islam masuk ke Cina pada masa
Rasulullah saw., yakni dipenghujung akhir Kekaisaran Dinasti Sui dan awal Dinasti
Tang, diperkirakan sekitar tahun 617 M. Adapun yang memperkuat teori ini dikarenakan
pada masa sebelumnya telah pada abad ke 5 M, terjadi hubungan interaksi perdagangan
antara bangsa Arab dengan pemerintahan Kekaisaran Cina, yang telah dijelaskan
sebelumnya di atas. Menurut Bromhall untuk pertama kalinya duta besar Persia datang ke
Cina pada tahun 461 M.6 Maka tidak heran jika Islam masuk ke Cina sekitar tahun 618
M, karena jauh sebelumnya telah terjadi hubungan relasi perdagangan antara kedua belah
pihak. Disamping terdapat perbedaan pendapat kapan masuknya Islam ke Cina, di dalam
teori inipun terdapat beberapa pendapat dan perbedaan siapa yang terlebih dahulu
mengenalkan Islam di Cina.
Islam masuk dan menyebar di wilayah daratan Cina melalui dua saluran
penyebaran yakni, kontak perdagangan dan perkawinan, atau yang lebih dikenal dengan
asimilasi budaya. Aktivitas perdagangan yang dibawa oleh saudagarsaudagar Arab ke
Cina pada masa itu terbagi melalui dua jalur perdagangan yaitu, Jalur Darat dan Jalur
Laut. Sebelum Islam masuk ke Cina, terlebih dahulu hubungan perekonomian telah
digalakan antara bangsa Arab, Persia dan Cina. Bahkan sebelum agama Islam lahir di
Mekah, orang-orang Arab dan Persia telah terlebih dahulu bermukim dan menetap di

9
wilayah Bandar Perdagangan (Kanton, Fukkien, Chang Chow dan Chuan Chow)
pelabuhan Cina selatan. Bahkan jauh Sebelum Islam masuk ke Cina, para saudagar-
saudagar dari Arab dan Persia telah menjalin hubungan perekonomian dengan bangsa
Cina, melalui rute perdagangan laut, hal ini sesuai dengan kebiasaan orang-orang Arab
yang selalu berpergian untuk berdagang. Jalur ini pula yang telah menjadi gerbang
persentuhan pertama Islam masuk ke Cina. Pada masa Dinasti Tang, Sung, Yuan dan
Dinasti Ming. Jalur laut ini masih tetap digunakan oleh umat Islam, yang notabene adalah
para saudagar-saudagar Arab dan Persia. Salah satunya melalui jalur inilah Islam masuk
dan berkembang di wilayah daratan Cina.
Xinjiang, pengislaman telah dimulai dari abad ke-8 sehingga wilayah tersebut
telah dirangkumi sepenuhnya oleh Islam pada abad ke 15-16 M. secara keseluruhan
semua penduduk dari latar belakang etnis yang berbeda-beda telah memeluk agama
Islam. Hal ini merupakan suatu kemajuan yang besar di dalam sejarah Islam di negeri
Cina. Berkembangnya Islam di Wilayah Xinjiang dapat dilihat melalui perkembangan
Islam ke daerah-daerah Qinghai, Gansu dan Ninxia.14 Jalur Sutera merupakan, suatu
jalur yang berperan dan memiliki pengaruh besar atas menyebarnya Islam di wilayah
daratan Cina. Biasanya dua jalur perdagangan ini (Jalur Laut/Lada dan Jalur Darat/Silk
Road) sampai di Provinsi Fukkien dan Provinsi Kanton, pada masa itu Fukkien dan
Kanton merupakan pusat Bandar Perdagangan Internasional. Lambat laun Islam
berkembang di Cina karena berbagai sebab, antara lain karena adanya perkawinan antara
para pedagang Islam dengan wanita masyarakat Cina setempat, atau yang kita kenal
dengan istilah asimilasi budaya. Disamping penyebaran Islam terjadi akibat kontak
hubungan perdagangan dan perkawinan.
Pada abad modern, meskipun negeri Cina merupakan negeri Komunis, namun
perkembangan umat Islam terus meningkat. Buktinya, di negeri itu sudah ada 40.000
masjid pada tahun 2010. Lebih banyak daripada jumlah setahun sebelumnya yang
mencapai 35.000 masjid. Di China, kaum Muslimin berjumlah 23 juta orang. Menurut
Ketua Asosiasi Islam China Guo Chengzhen, terdapat sekitar 40.000 mesjid di China.
Namun data tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2009 sebanyak 35.000 mesjid telah
dibangun, selebihnya masih dalam tahap pembangunan. Seiring dengan pertumbuhan
ekonomi, terutama di propinsi yang mayoritas muslim seperti di Xinjiang dan Ningxia ,
serta provinsi yang ada penduduk Muslimnya, jumlah masjid di China terus bertambah.
Pemerintah China juga mulai meningkatkan pembangunan ekonomi di propinsi bagian
barat negara itu, tempat mayoritas penduduk muslim tinggal serta mendorong warga
10
muslim yang tinggal di bagian barat untuk pindah ke provinsiprovinsi yang
pembangunanya pesat di bagian timur. “Berbagai kemudahan untuk bekerja atau
membuka usaha dan restoran diberikan pemerintah China. Sebagai contoh, di Provinsi
Shenzen, bagian timur China, ada 6.000-7.000 muslim. Di Kota Yiwu, Provinsi Zhe
Jiang, juga sudah ada masjid yang besar serta 45.000 imam di China dapat memenuhi
kebutuhan ibadah kaum Muslim di China.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Umumnya di beberapa negara yang berpotensikan keberagaman agama, maka pada
proses unifikasinya yang mengatasnamakan paradigma ras dan kebudayaan menjadi
permasalahan yang sangat krusial sehingga walaupun unifikasi itu terbentuk, maka
kestabilan politik akan tetap sulit dicapai. Hal ini, sebagaimana terjadi di Sudan dan
Ethiopia. Di sisi lain, kaum muslimin umumnya senantiasa terjerumus pada simbol-
simbol keagamaan yang akhirnya konplik politik sulit untuk di hentikan. Oleh karena itu,
perlu adanya alat yang bisa menjembatani dan mengakomodir ajaran Islam dalam bentuk
yang lebih substantif sehinggga pada gilirannya nilai-nila Islam bisa dimiliki oleh
pluralitas masyarakat.

Dunia kebudayaan Melayu membentang dari Malaysia dan Indonesia sampai ke Filipina
Selatan (kepulauan Mindano). Ia merupakan kawasan kebudayaan yang berdasarkan
etno-linguistik sangat luas dan beragam. Sekalipun secara ethnologis penduduk di
kawasan ini lebih homogen pada ras Melayu, namun dalam kenyataannya realitas sosial
dan budaya yang berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman, atau heterogen yang
amat sangat. Islam telah memiliki sejarah yang amat panjang di kawasan Melayu ini.
Sekalipun demikian, proses islamisasi masih terus berlanjut terutama di daerah-daerah
pedalaman 1 , khususnya bagi suku-suku primitif tertutup di Indonesia yang masih
menganut animisme. Sampai sekarang, kita masih bisa menyaksikan pengenalan Islam
terhadap suku Kubu di Jambi, Baduy di Banten, apalagi suku-suku di sekitar Lembah
Balim, Irian Barat.

Ditinjau dari aspek historis perkembangan Islam di Cina, terdapat dua teori sebagai
kerangaka analisa historisnya antara lain; 1) Teori Islam Masuk ke Cina Pada Masa Akhir
Dinasti Sui dan Awal Dinasti Tang 617-907 M, merupakan suatu pendapat tradisional di
kalangan masyarakat Cina,yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Cina pada masa
Rasulullah saw., dipenghujung akhir Kekaisaran Dinasti Sui dan awal Dinasti Tang,
diperkirakan sekitar tahun 617 M. Adapun yang memperkuat teori ini dikarenakan pada
masa sebelumnya telah pada abad ke 5 M, terjadi hubungan interaksi perdagangan antara
bangsa Arab dengan pemerintahan Kekaisaran Cina. 2) Teori Islam Masuk ke Cina Pada
Dinasti Tang Tahun 651 M, merupakan teori yang umum dan banyak dikutip oleh para

12
sarjana, hal ini dikarnakan adanya bukti otentik. Menurut catatan resmi annals pada masa
Kekaisaran Dinasti Tang 618-906 M, untuk pertama kalinya terjadinya kontak diplomatik
antara negara Islam dengan pemerintahan Kekaisaran Cina. Khalifah Utsman Ibn Affan
mengirimkan mengirimkan delegasinya Sa’ad ibn Abi Waqqas, sebagai duta besar dari
Kekhalifahan Islam untuk menghadap Kaisar Yong Hui di Cina

3.2 Saran
Demikianlah makalah tentang Studi wilayah islam yang telah dijelaskan
diatas. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan pemakalah,
semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elan Sumarna. “ Dunia Islam di Afrika Timur”. Sebuah Pebandingan Historis “Sosio-
Cultural” atas Pluralistisnya Nilai dan Budaya indonesia.
Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. (2011). “ Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-
Linguistik dan Geo-Politik”. (Depok : PT Rajagrafindo Persada).
Iqbal. (2018). “ Islam di China dalam Tinjauan Historis”. Tajdid: Jurnal Pemikiran
Keislaman dan Kemanusiaan. Vol. 2 No.2

14

Anda mungkin juga menyukai