Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu :
Sutrisno, M.Pd.

Disusun Oleh :
Naila Durrotun Nafisah (20229001039)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


STAI KH.MUHAMMAD ALI SHODIQ TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT, atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah Bangsa
Arab Sebelum Islam ” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Semoga dengan
hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
agung Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT untuk
kita semua .

Penyusun menyadari tanpa bantuan dari segenap pihak, penulisan makalah


ini mungkin tidak dapat terlaksana dan terselesaikan. Oleh karena itu, Penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Drs. KH. Muhammad Fathurrouf Syafi’i selaku rektor STAI KH.


ALI SHODIQ yang telah memberikan sarana dan prasana dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Sutrisno, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam yang telah membina dan mengarahkan penyusun
untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.

Berikut ini tim penyusun mempersembahkan makalah dengan harapan


semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kita semua.
Penyusun sadar bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, tim penyusun
mengharapkan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Penyusun
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa syukur dan terima kasih.

Tulungagung, 21 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Geografi Semenanjung Arab.............................................................. 2


B. Politik Bangsa Arab sebelum Islam ........................................... 2
C. Ekonomi Bangsa Arab sebelum Islam .............................................. 3
D. Sosial Budaya Bangsa Arab Sebelum Islam ..................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................6
B. Saran ......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa sebeelum islam, khususnya Kawasan jazirah Arab, disebut
masa jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbengkalainya
moral masyarakat arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu
dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup
berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang
penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat
jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih
kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan
peperangan dengan alas an harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini
terus berlangsung hingga dating islam ditengah-tengah mereka.
Namun demikian bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu
sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya islam
dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah
misalnya pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini
diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
persimpangan jalan penghubung jalur perdangan dan jaringan bisnis dari
Yaman ke Syiria. Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya islam
merupakan hal yang sangat pentinguntuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada
satu pun peristiwa didunia yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-
peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwadengan peristiwa lainnya
terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
hubungan islam dengan situasi dan kondisi Arab pra islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Geografi Semenanjung Arabia?
2. Bagaimana sejarah Politik bangsa Arab sebelum islam?
3. Bagaimana Ekonomi Bangsa Arab sebelum Islam?
4. Bagaimana keadaan Sosial Budaya Bangsa Arab sebelum Islam?

1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui keadaan Geografis Simenanjung Arabia
2. Dapat mengetahui sejarah Politik Masyarakat Arab sebelum islam
datang

3. Dapat mengetahui Ekonomi pada Masyarakat Arab sebelum Islam


4. Dapat mengetahui keadaan Sosial Budaya Masyarakat Arab
sebelum Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Geografi Semenanjung Arabia
Bangsa arab bertempat tinggal dan mendiami simenanjung
terbesar didunia yaitu, Simenanjung Arabia. Terletak di Asia Barat Daya,
luasnya 1.027.000 mil persegi Sebagian besar ditutupi padang pasir dan
merupakan salah satu tempat terpanas didunia. Tidak terdapat sungai yang dapat
dilayari atau airnya yang terus menerus mengalir ke laut, yang ada hanya
lembah-lembah yang digenangi air di waktu musim hujan
Simenanjung Arabia terdiri atas dua bagian, pertama, daerah
pedalaman, merupakan daerah padang pasir yang keringkarena kurang dituruni
hujan dan sedikit penduduk karena daerahnya tandus. Kedua, daerah pantai
dipinggir laut, dibagian tengah dan selatan, hujan turun teratur sehingga subur
ditanami, yaitu daerah Hijaz, Yaman, Hadramaut, Oman, dan Bahrain. Diantara
daerah itu Yaman yang paling subur, sehingga disebut negeri barkah. 1
Berdasarkan letak geografis bangsa Arab ini, mereka yang tinggal
mengembara dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa segala miliknya,
berhenti bila menemukan air dan padang rumput untuk ditinggalkan lagi bila
sumber kehidupan mereka habis. Pekerjaan utama mereka memelihara ternak
unta, domba dan kuda serta berburu dan tidak tertarik pada perdagangan,
pertanian dan kerajinan
Adapun mereka yang tinggal di daerah pantai disebut penduduk
penetap (alh-al hadhar). Mereka sudah tahu pertanian. Seperti cara mengolah
tanah yang cocok. Mereka juga berdagang, bahkan dengan orang luar negeri.
Oleh sebab itu, mereka lebih berbudaya dari Arab badui. 2

1
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, c. 9, j. 1 (Jakarta:PT. Alhusna Zikra, 1997), h.
30-36
2
Yusuf Rahman, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Pekanbaru: IAIN Susqa Pekanbaru, 1987),

3
B. Politik
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk JazirahArab dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu Qathaniyun (keturunan Qathan) dan
Adnaniyun (keturunan Ismail bin Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara
diduduki golongan Adnaniyun dan wilayah selatan diduduki golongan
Qathaniyun. Akan tetapi lama-kelamaan kedua golongan itu membaur karena
perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya. 3
Masyarakat, baik nomadic maupun menetap, hidup dalam budaya kesukuan
badwi. Organisasi dan identitas social berakar pada keanggotaan dalam suatu
rentang komunitas yang luas, kelompok beberapa keluarga membentuk suku
(tribe) dan pemimpin oleh seorang Syaikh. Mereka sangat menekankan
hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi
sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Mereka suka berperang, dalam masyarakat suka berperang tersebut, nilai
wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai
agama islam lahir. Akibat peperangan yang terus-menerus, kebudayaan mereka
tidak berkembang. Golongan Qathaniyun, misalnya, pernah mendirikan
kerajaan Saba’ dan kerajaan Himyar di Yaman. Bagian selatan Jazirah Arab.
Kerajaan Saba’ inilah yang membangun bendungan Ma’rib sebuah bendungan
raksasa yang menjadi sumber air untuk wilayah kerajaan.
Pada masa kejayaannya, kemajuan kerajaan Saba’ dibidang kebudayaan
dan peradabannya, dapat dibandingkan dengan kota-kota dunia lain saat itu.4
Orang-orang Arab terdiri dari orang-orang pedalaman dan perkotaan.
Pemikiran politik orang-orang yang berada di pedalaman tentu saja
sangat berbeda dengan orang-orang yang berada diperkotaan5
Kabilah-kabilah Badwi (pedalaman) adalah orang-orang yang hidup
sebagai kabilah-kabilah kecil yang terpencar- pencar didusun yang diikat oleh
ikatan darah dan fanatisme. Maka, sangatlah sulit membangun ikatan untuk bisa
membangun sebuah kerajaan karena, adanya tradisi

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta :PT Raja Grafindo,1993) 10-11
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta :PT Raja Grafindo, 1993) 13
5
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003) 63

4
pembakangan ditengah-tengah mereka serta, ketidak tundukan kabilah yang
satu atas kabilah yang lain.
Kerajaan Kindah (480-529M) adalah satu-satunya kerajaan berdiri
ditengah-tengah Jazirah Arab diantara yang diatur berdasarkan kabilah. Namun
kerajaan ini berumur sangat pendek. Imrul Qais adalah salah seorang pengarang
syair -syair masa jahiliyah menisbatkan dirinya pada raja-raja Kindah, dia telah
berusaha membangun kembali kerajaan leluhurnya namun gagal. 6
Kerajaan-Kerajaan di Perkotaan:
1. Kerajaan-Kerajaan di Yaman antara lain: Kerajaan Ma’in dan Kerajaan
Qatban, Kerajaan Saba’, Kerajaan Himyar, Penduduk Romawi di Yaman,
Penduduk orang-orang Persia atas Yaman.
2. Kerajaan-Kerajaan Jazirah Arab antara lain: Kearajaan Anbat, Kerajaan
Tadmur, Kerajaan Hiroh, Kerajaan Ghasan.
3. Hijaz

C. EKONOMI
Pada masa pemerintahan Kerajaan Saba’ dan Himyar di Jazirah Arab
selatan, kegiatan perdagangan orang Arab meliputi laut dan darat.
Kegiatan perdagangan dilaut mereka pergi ke India, Tiongkok dan Sumatera dan
kegiatan perdagangan di darat ialah di Jazirah Arab. 7
Akan tetapi setelah Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan bangsa Persia,
maka kaum penjajah itu menguasai kegiatan perdagangan di laut, sedangkan
perdangan di darat berpindah ke tangan orang Makkah. Ada beberapa factor yang
menyebabkan Makkah berkembang menjadi kota perdagangan. Pertama, orang
Yaman banyak yang berpindah ke Yaman, sedang mereka berpengalaman dalam
perdagangan. Kedua, di kota Makkah dibangun ka’bah setiap tahun jama’ah-
jama’ah berdatangan ke Makkah melakukan Haji yang membuat Makkah semakin
masyhur. Ketiga, letak kota Makkah berada ditengah-tengah tanah Arab antara

6
Ibid, 64
7
Ahmad Syalabi, op.cit., h.52.

5
selatan dan utara. Keempat, daerahnya yang gersang membuat penduduknya suka
merantau untuk berdagang8
Ada empat putera Abd al-Manaf yang selalu mengadakan perjalanan
dagang ke empat tempat terpenting, yaitu Hasyim mengadakan perjalanan ke
negeri Syam, Abd Syam ke Habsyi, Abd al-Muththalib ke Yaman dan Naufal ke
Persia. Perdagangan-perdagangan orang Quraisy yang pergi ke negeri-negeri
tersebut mendapat perlindungan dari keempat putera Abd al-Manaf itu, karena itu
tidak ada seorangpun yang berani mengganggu mereka. 9
Dengan demikian, terdapat empat tempat perdagangan orang Quraisy, yaitu
ke utara dan selatan, mereka pergi ke Syam dan Yaman, kemudian ke barat dan
timur, mereka pergi ke Habsyi dan Persia. Sedangkan pusat perdagangan mereka
berada di Makkah. Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai adalah seorang negarawan
yang cakap, dia melakukan usaha-usaha memperkembangkan pemerintahan
Quraisy. Mengadakan persetujuan-persetujuan dagang dengan Negara-negara
tetangga, seperti Ghassani dan Bizantium, juga membuka jalur perdagangan baru
dan membentuk dua kabilah dagang yang dikirim, masing-masing ke Yaman pada
musim dingin dan ke Syria pada musim panas.
Dalam pemerintahan Hasyim ini kota Makkah benar benar berperan
sebagai pusat transito dagang yang sangat maju. Selain Hasyim, Abbas, Abu
Lahab, Abu Sofyan, Abu Thalib dikenal juga sebagai pedagang dari kalangan
orang Quraisy. Di Yaman, pada musim dingin kafilah dagang bangsa Arab
membawa minyak wangi, kemenyan, kain sutera, kulit, senjata, rempah-rempah,
cengkeh, palawija dan lain-lain. Di antara barang-barang tersebut ada yang
dihasilkan di Yaman, ada pula yang di datangkan dari Indonesia, India dan
Tiongkok.10
Di Syria atau Syam, kafilah-kafilah dagang tersebut di atas membawa
barang-barang dagangan mereka ke Syam. Di waktu kembali, kafilah-kafilah itu
membawa gandum, minyak zaitun, beras, jagung dan tekstil dari Syam. Abu
Thalib, paman Nabi juga pernah membawa Muhammad berdagang ke Syam.

8
Ibid., h. 53.
9
Ibid., h. 54-55
10
Ibid., h. 53.

6
Selain itu, Muhammad juga membawa barang dagangan Khadijah ke Syam yang
ditemani oleh hamba sahayanya, Maisyarah. Adapun barang-barang perdagangan
terpenting dalam jalur perdagangan timur barat, kafilah-kafilah dagang Arab
membawa rempah-rempah dari Habsyi untuk diperdagangkan di Persia, juga
mereka berdagang mutiara di Persia yang dikeluarkan dari Selat Persia.

D. Sosial Budaya
Kaum wanita memiliki posisi yang paling jelek dibanding wanita lain di
dunia ketika itu. Mereka dianggap sebagai benda mati yang tidak mempunyai hak
apapun, termasuk hak untuk dihormati. Seseorang bisa mengawini wanita berapa
pun dia suka, dan dapat menceraikannya kapan saja dia mau. Bila seorang ayah
diberi tahu bahwa anaknya yang lahir seorang wanita, dia sedih bercampur marah.
Kadang-kadang bayi wanita itu dikubur hidup-hidup. Kehidupan yang keras dan
menantang mendorong mereka untuk memiliki anak laki-laki saja. Walaupun
begitu, tidak semua perempuan mereka bunuh.
Lembaga perkawinan tidak teratur. Wanita boleh menikah lebih dari
seorang suami (poliandri). Sedang wanita bersuami memperbolehkan suaminya
berhubungan dengan wanita lain untuk memperoleh keturunan. Ibu tiri kadang-
kadang dikawini anak tirinya. Saudara laki-laki terkadang mengawini saudari
perempuannya. Gadis-gadis nakal terbiasa pergi ke daerah-daerah pinggiran untuk
bersenang-senang dengan laki-laki lain. Wanita tidak memiliki hak waris baik dari
suaminya, ayah maupun keluarganya.
Memiliki hamba sahaya menjadi salah satu ciri masyarakat Arab. Mereka
memperlakukan hamba sahaya secara tidak manusiawi. Karena mereka memiliki
hak penuh atas hidup matinya, fisik maupun mentalnya. Kehidupan jahiliyah
sesungguhnya manifestasi dari kehidupan barbarisme, karena ketimpangan sosial,
penganiayaan, meminum minuman keras, perjudian, pelacuran dan pembunuhan
merupakan pemandangan yang biasa dalam kehidupan sosial mereka sehari-hari.
Dalam bidang budaya, bangsa Arab terkenal dengan kefasihan lidahnya.
Ciri khas manusia ideal bangsa Arab, adalah “kefasihan lidah, pengetahuan tentang
senjata dan kemahiran menunggang kuda”. Maka tidak mengherankan bila seni
sastra, terutama puisi sangat berkembang pesat di kala itu.

7
Para penyair memiliki kedudukan terhormat di kalangan sukunya. Batapa
besarnya peranan yang diemban para penyair, sejarah bangsa Arab dapat diketahui
melalui puisi-puisi mereka. Oleh karena itu, para penyair selain pemberi nasehat
dan juru bicara sukunya, mereka juga adalah ahli sejarah dan intelektual sukunya.
Syair adalah salah satu seni yang paling indah dan sangat dimuliakan serta
dihargai oleh bangsa Arab. Mereka senang berkumpul mengelilingi para penyair
untuk mendengarkan syair-syair mereka. Sehingga ada beberapa pasar tempat
berkumpul para penyair, yaitu pasar ‘Ukaz, pasar Majinnah, dan pasar Zul Majaz. 11

11
Ibid., h. 57.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Keadaan Geografi Semenanjung arab pada saat itu menjadi pusat
perdagangan bertaraf internasional
2. Sistem Politik bangsa Arab sebelum datangnya islam seperti hukum
rimba siapa yang paling kuat maka dialah yang akan berkuasa.
3. Dari sisi Ekonomi bangsa Arab Sebagian besar mata pencahariannya
adalah pedagang
4. Bangsa Arab adalah bangsa yang kental dengan Budaya, salah satu
yang paling mencolok adalah kepiawaian mereka dalam Menyusun syair.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan. Kami menyadari
bahwa dalam peyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
Oleh karena itu, saya megharapkan kritik dan saran yang kontruktif
untuk memperbaiki makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi
pengetahuan kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. (Yayasan Pusaka Riau). Sejarah Peradaban Islam. 2013.

Herlinawati, D., Lailatul N, D. R., & Yunilaili, D. (2014, 08 02). Arab Pra Islam.
Retrieved from SCRIBD: https:\\id.scribd.com\doc\280359388\ARAB-
PRA-ISLAM-makalah-sejarah-peradaban-islam

10
11

Anda mungkin juga menyukai