Anda di halaman 1dari 20

KEHIDUPAN MASYRAKAT ARAB PRA ISLAM

MAKALAH

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi Sejarah Kebudayaan
Islam yang diampu oleh Bapak Tri Wibowo, M.Pd.I.

Disusun oleh :
1. Nadia Takhsinia Bilqis (2017405052)
2. Nur Isnaini (2017405064)
3. Aulya Putri Listiyani (2017405077)
4. Fani Komala Dewi (2017405089)

Kelas : 3 PGMI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang kami beri judul ‘’Kehidupan Masyrakat Arab Pra Islam’’. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun makalah Materi Sejarah Kebudayaan Islam tentang “Kehidupan


Masyarakat Arab Pra Islam“ ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki masih terbatas sehingga


dalam makalah ini masih ditemukan banyak kekurangan. Maka kritik dan saran
dirasakan sangat dibutuhkan untuk kemajuan penulis di masa yang akan datang.
Penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pembaca.

Purwokerto, 15 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2

A. Pencaharian Masyarakat Arab Pra-Islam……………………………………..3


B. Agama Masyarakat Arab Pra-Islam…………………………………….…….6
C. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra-Islam……………………………….……8

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedatangan Islam dan pembawanya, Muhammad S.A.W di tengah masyarakat
Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu masyarakat yang
cendrung mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan, Islam dengan al-Qur’an sebagai
sumber utamanya mampu merubahnya dalam waktu yang relatif singkat. Sebelum
Islam datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang mengabaikan atau
mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang
berlangsung selama puluhan tahun, penguburan anak-anak perempuan hidup-
hidup, penyembahan kepada berhala, serta penindasan terhadap warga yang
mempunyai status sosial rendah oleh para bangsawan merupakan bagian dari
hidup mereka. Seolah-olah itu semua merupakan pandangan hidup mereka.
Kondisi masyarakat yang demikian tentunya tidak dapat dikatakan sebagai
masyarakat ideal mengingat hal-hal tersebut tidak mencerminkan
masyarakat yang beradab.
Makna kata jahiliah secara bahasa berarti kebodohan atau tidak tahu. Ini tidak
berarti penggunaan kata tersebut pada masa pra Islam menunjukkan orang yang
hidup pada masa itu adalah orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan sebagai
lawan dari orang yang pandai. Ahmad Amin menjelaskan bahwa arti dari kata
jahiliah adalah kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja mata pencaharian masyarakat Arab pra islam ?
2. Apa agama yang dianut masyarakat Arab pra islam ?
3. Kepercayaan apa saja yang diyakini oleh masyarakat Arab pra islam ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari mata pencaharian masyarakat Arab
pra islam
2. Untuk mengetahui agama yang dianut oleh masyarakat Arab pra islam
3. Untuk mengetahui kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Arab pra
islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mata Pencaharian Masyarakat Arab Pra-Islam


Bangsa arab memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dan
peternakan, perdagangan. peternakan menjadi sumber kehidupan bagi
masyarakat suku badui, suku badui adalah sebutan bagi peduduk yang tinggal
di daerah pedesaan dan suka berpindah-pindah tempat. Namun golongan inilah
yang jumlah nya terbesar dibanding dengan peduduk lainnya. Penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan disebut dengan suku Hadary artinya penduduk yang
menetap di kota. masyarakat perkotaan yang tinggal didaerah subur seperti,
Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar dan lainnya.1
Secara garis besar, mata pencaharian masyarakat arab pra-islam atau
masyarakat arab jahiliyah antara lain :
1. Beternak
Beternak menjadi sumber mata pencaharian bagi
masyarakat jahiliyah. Mereka akan berpindah-pindah untuk
menggiring ternak mereka daerah yang sedang mengalami
musim hujan atau padang rumput. ternak itu akan mereka
konsumsi daging dan bulunya setelah kebutuhan mereka
terpenuhi, mereka akan menjual ternak tersebut kepada orang
lain yang dianggap oleh mereka orang yang kaya berdasarkan
jumlah hewan ternak yang dimilikinya.
Selain arab Badui, sebagian dari masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan juga menjadikan beternak sebagai
mata pencaharian mereka.ada yang menggembalanya secara

1
Prof. Dr. Phil Kamaruddin A, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta : Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2020)

3
pribadi atau milik sendiri, dan ada pula mereka yang
menggembala ternak milik orang lain.

2. Bertani
Jazirah arab sebagian besar daerahnya adalah padang
pasir yang sangat luas. Keadaan di padang pasir itu sangat panas
dan gersang. Di padang pasir juga hamper tidak ada pepohonan.
Tetapi juga ada sebagian tanah yang subur, lahan-lahan yang
subur itu terletak di lembah-lembah yang tedapat mata air (oase)
dan sering turun hujan. Sehingga lahan tersebut dimnfaatkan
oleh masyarakat arab untuk bertani sebagai sumber mata
pencaharian. Tanah pertanian mereka ditanami dengan berbagai
sayuran dan buah-buahan, kemudian hasilnya akan dijual ke
kota-kota, seperti Mekkah dan Madinah.
Adapun masyarakat perkotaan yang tinggal didaerah
yang subur, seperti yaman, Thaif, dan Madinah mereka juga
menggantungkan sumber penghasilan mereka dari bertani.
Meskipun wilayah Arab di kelilingi lautan pada ketiga sisinya,
namun wilayah ini nyaris tidak mempunyai sungai kecil, jikalau
ada hanyalah sungai kecil yang tidak berfungsi sebagai
pelayaran.2

3. Berdagang
Suku-suku yang mendiami daerah perkotaan seperti
Mekkah dan Madinah mayoritas mata pencaharian mereka
adalah berdagang. Pada zaman jahiliyah perdagangan mereka

2
Suyud Lukman Hakim, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta :Direktorat KSKK
Madrasah, Kementrian Agama RI 2020) hal.18

4
sudah maju dan berkembang. Bahkan mereka berdagang
sampai ke luar negeri. Perjalanan dagang mereka menggunakan
unta, kuda, atau juga dilakukan dengan jalan kaki. Negeri yang
mereka tuju antara lain : Syam (Syiria), Yaman, Persia, habsyi
dan Mesir. Negeri yang mereka tuju sangatlah jauh dari Mekkah
sehingga membutuhkan perjalanan sampai berhari-hari
melewati padang pasir. Biasanya mereka akan berangkat secara
berombongan untuk menghindari perompak di perjalanan. Para
romgongan pedagang itu disebut dengan kafilah. Karena jarak
yang sangat jauh mereka terkadang menempuh perjalanan
berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Barang
dagangan yang mereka bawa antara lain : kemenyan, kain sutra,
barang logam, kulit dan minyak wangi, dan sewaktu kembali,
mereka akan membawa gandum, minyak zaitun, beras, jagung
dan pakaian untuk dijual di Mekkah dan Madinah. Pusat
perdagangan yang terkenal di Mekkah adalah pasar Ukazh yang
terletak didekat Ka’bah, pasar Dzil Majad dan pasar Majnah.
Suku Quraisy merupakan penduduk Mekkah yang
berperan penting dalam peniagaan Jazirah Arab. Mereka
mendapat pengalaman itu dari orang-orang Yaman yang pindah
ke Mekkah, orang yaman terkenal dengan keahliannya
berdagang.
Pusat perdagangan seperti pasar, tidak hanya digunakan
sebagai jual beli saja, tetapi juga menjadi pusat peradaban,
kekayaan bahasa dan transaksi global. Dalam bidang ekonomi
riba sudah dianggap lazim bagi masyarakat jazirah arab. Hal ini
terjadi karena pengaruh dari sistem perdagangan dari bangsa
lain, dan alat transportasi utama saat itu adalah unta, karena unta

5
dianggap kendaraan yang mampu menahan haus dan mampu
menempuh perjalanan sangat jauh.3

B. Agama Masyarakat Arab Pra-Islam


Sebelum Rasulullah saw diutus menjadi Nabi dan Rasul, bangsa Arab
sejatinya telah mengenal kepercayaan akan adanya zat yang memberi kekuatan
(yang mereka Tuhankan). Akan tetapi, karena jarak antara kenabian sebelum
Nabi Muhammad begitu jauh, bangsa Arab kemudian terjerembab pada
kesesatan hingga menyembah berhala.
Syekh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah
yang bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum menceritakan secara singkat
agama-agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Adalah Amru bin Luhai,
seorang pemimpin Bani Khuza’ah yang dikenal baik terhadap urusan agama
dan dianggap sebagai ulama besar.
Satu ketika, saat dirinya mengadakan perjalananke Syam, dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala dan menganggap hal itu adalah sesuatu
yang baik. Akhirnya, dia pulang sambil membawa Hubal (berhala) dan
meletakkannya di dalam Ka’bah untuk dijadikan sesembahan baru penduduk
Mekkah dan terjadilah kemusyrikan itu.
Bagi mereka, menyembah berhala adalah hal yang baik dan tidak
mengubah ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ketika
Rasulullah saw menaklukkan Mekkah, setidaknya terdapat 360 berhala di
sekitar Ka’bah dan kemudian dihancurkan.4
Setidaknya berikut adalah agama-agama sebelum Islam datang yang
dipercaya oleh bangsa Arab.

3
Ibid, hal 20-21
4
Andika, “Bangsa Arab Sebelum Islam”, (Jakarta: Nasional 2018)

6
1. Agama Yahudi
Konon, masuknya agama Yahudi di jazirah Arab pertama kali
eksis di daerah Yaman lewat perantara penjual jerami bernama As’ad
bin Abi Karb. Ketika itu, dia pergi berperang ke Madinah dan di sanalah
dia memeluk agama Yahudi. Dia lalu membawa serta dua ulama Yahudi
dari suku Bani Quraizhah ke Yaman. Agama Yahudi tumbuh dan
berkembang pesat di sana, terlebih lagi ketika anaknya, Yusuf bergelar
Dzu Nuwas menjadi penguasa di Yaman.
Pemeluk agama Yahudi terdapat di Taima, Wadil-Qura, Fadak,
Khaibar, dan Yatsrib.

2. Agama Nasrani
Masuknya agama Nasrani ke jazirah Arab melalui pendudukan
orang-orang Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang
Habasyah kali pertama terjadi di Yaman sekitar tahun 340-378 M.
Ketika itu, terjadilah gerakan Kristenisasi di permukiman di Yaman.
Pemeluk agama Nasrani terdapat di Hirah, Ghassan, serta Najran.

3. Agama Shabi’ah
Menurut berbagai literatur dan penelusuran berbagai
peninggalannya di Irak, agama Shabi’ah menunjukkan bahwa agama ini
dianut oleh kaum Ibrahim Chaldeans. Mayoritas pemeluk agama ini
adalah penduduk Syam dan Yaman pada zaman dahulu. Barulah agama
ini mulai punah dan kehilangan eksistensinya setelah datangnya agama
Yahudi dan Nasrani.

4. Agama Majusi
Perkembangan agama ini lebih banyak di kalangan orang-orang
Arab yang bertetangga dengan orang-orang Persia yaitu orang-orang

7
Arab di Irak, Bahrain, Hajar dan kawasan tepi pantai teluk Arab. Agama
Majusi juga dipeluk oleh elite-elite politik Yaman pada masa
pendudukan Bangsa Persia terhadap Yaman.5

C. Kepercayaan Masyarakat Arab Pra-Islam


Kepercayaan Arab sebelum islam datang merupakan masyarakat yang
sudah mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan akan tetapi melenceng
setelah Nabi Ismail wafat. Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah
mengikuti dan meyakini ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu
agama Hanifiyah, “hanif” artinya benar dan lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran
tauhid sudah mengakar di hati masyarakat Arab. Berkaitan dengan ini ayat al-
Qur’an menyebutkan bahwa sebenarnya mereka masih mempercayai keesaan
Allah Swt. sebagai pencipta pengatur dan pemelihara alam semesta. Jika
ditanyakan kepada orang Arab, mengapa menyembah patung dan berhala?
Mereka menjawab "semua itu dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah
Swt. sang pencipta." Tetapi pada saat itu orang-orang Arab mencampurnya
dengan agama-agama lain. Pembauran dan pergaulan dengan bangsa lain
mempengaruhi kepercayaan mereka, tetapi seiring berjalannya waktu, ajaran
tersebut mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan yang dilakukan
oleh para pengikutnya yang tidak bertanggung jawab. Kemudian muncul
berbagai ajaran yang meragukan dan akhirnya jatuh menjadi penyembah
berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay al Khuzai.
Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab banyak yang
menyembah berhala (patung). Tuhan mereka adalah patung. Patung adalah
benda mati yang tidak bergerak dan tidak dapat menolong seseorang. Mereka
menyembah patung yang terbuat dari kayu, batu, emas, maupun perak.
Tergantung dari kekayaan yang mereka miliki. Jika orang kaya maka patungnya

5
Hadi Mulyono, “Agama-Agama Arab Pra Islam”, ( Jakarta: Akurat.co 2019 )

8
terbuat dari emas, jika orang miskin, patungnya dari kayu. Menurut Ibnu Kalbi
yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala dan batu, ialah barang
siapa yang meninggalkan kota Mekkah harus membawa batu yang diambil dari
batu-batu yang ada di tanah Haram Ka’bah. Hal itu mereka lakukan dengan
maksud untuk menghormati tanah Haram dan untuk memperlihatkan cinta
mereka terhadap kota Mekkah. Kemudian di setiap tempat persinggahan,
mereka meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti mengelilingi
Ka’bah. Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka
menyembah apa yang mereka sukai dan yakini. Bangsa Arab mulai menyembah
berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang
dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari keturunan Khuza’ah datang ke
Mekkah dan berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai
meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik
berwarna merah berbentuk patung manusia, yang ditempatkan di sisi Ka’bah.
Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu.
Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai
pemimpin dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah :
1. Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan
berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di
Ka’bah, kemudian
2. Latta, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini
adalah berhala yang paling tua,
3. Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah Hubal, serta
4. Manath tempatnya di dekat kota Madinah. Manath ini dimuliakan oleh
penduduk Yatsrib, berhala ini yang paling terkenal dan paling banyak
disembah masyarakat Arab.

Patung-patung tersebut sangat dihormati dan ditakuti masyarakat Arab


karena mereka meyakini patung-patung itu dapat memberikan manfaat dan

9
dapat mendatangkan bahaya bila tidak disembah. Mereka setiap tahun
mengadakan perlombaan membuat patung untuk ditempatkan pada dinding
Ka’bah. Di sekeliling Ka’bah banyak patung yang diletakkan oleh masyarakat
Arab. Mereka mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan mereka dan
memujanya karena dianggapnya hebat. Mereka menyembah berhala-berhala itu
sebagai perantara kepada Tuhan. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau
Tuhan-Tuhan itu, mereka rela berkorban dengan menyajikan binatang ternak.
Bahkan pernah pada suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai
korban kepada dewa-dewa dan Tuhan mereka. Kepada berhala-berhala itu,
mereka mengadukan nasibnya, persoalan, atau permasalahan hidupnya serta
meminta pendapat atau memohon restunya jika akan mengerjakan sesuatu yang
penting. Padahal, patung-patung tersebut jika ditendang atau dipukul tidak bisa
membela diri karena patung-patung tersebut benda mati. Dari empat patung
tersebut, Hubal adalah patung yang paling besar. Oleh karena itu, ia dianggap
sebagai pemimpin para patung

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas,
yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As merupakan
patung-patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah itu.
Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul
Jandal. Suwa adalah sesembahan HuZail.Yagus sesembahan suku Murad,
kemudian berpindah ke Bani Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”
Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahan suku
Himyar dan keluarga Zikila’. Padalah nama-nama itu adalah nama-nama orang
salh di jaman Nabi Nuh As. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum
yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan
dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung patung itu tidak
disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari
situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.

10
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan
lain yang berkembang di Makkah, yaitu beberapa bentuk pemujaan yang dianut
oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam:

1. Menyembah Malaikat, di antara bangsa Arab ada yang menyembah berhala


dan menuhankan Malaikat. Di kota Mekkah ada sebagian bangsa Arab yang
menganggap bahwa Malaikat itu adalah putera-puteri Tuhan
2. Menyembah jin, ruh dan hantu sebagian bangsa Arab yang menyembah
hantu, jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau menganggap batu-batu sebagai
makluk yang terhormat. Bahkan di suatu tempat jin yang terkenal dengan
nama ”Darahim” mereka selalu mengorbankan binatang-binatang di tempat
itu agar selamat dan terhindar dari segala bencana.
3. Menyembah bintang-bintang, yang dimaksud bintang-bintang adalah
matahari, bulan dan bintang-bintang yang gemerlap cahayanya pada malam
hari, mereka menganggap bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan
penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam ini.
4. Menyembah berhala, sebagian bangsa Arab menyembah berhala atau arca-
arca yang terbuat dari batu, kayu dan logam yang mereka buat sendiri dan
dengan selera mereka sendiri uantuk kemudian mereka sembah.
5. Agama Yahudi dan Nasrani (Kristen), agama Yahudi mulai masuk ke
Jazirah
Arab tahun 1491 SM, mula - mula di Mesir pada zaman Nabi Musa as.
Sedangkan agama Nasrani (Kristen) masuk ke Jazirah Arab kira-kira abad ke-
4 M, agama Nasrani berkembang di Jazirah Arab karena mendapat bantuan
dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak percaya pada
takhayul, antara lain:
1. Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular
menggigit usus manusia.

11
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan
keyakinan untuk menambah kekuatan.
3. Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput
kering pada ekor kambing

Di saat-saat agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw akan


datang, beberapa orang sudah berusaha untuk tidak menyembah berhala lagi
dan berbalik menyebarkan ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim As.
Diantara mereka adalah Waraqah bin Naufal, Umayyah bin Salt, Qus Saidah,
Usman bin Khuwairis, Abdullah bin Jahsyi, dan Zainal bin Umar. Mereka
adalah kelompok yang menentang tradisi menyembah berhala. Namun mereka
meninggal sebelum datangnya Islam

Pada abad ke-6 Masehi, bangsa Arab pada umumnya belum bisa
membaca dan menulis, serta mengandalkan hafalan dalam mengingat peristiwa
yang penting. Sehingga banyak peristiwa tidak dapat ditulis oleh sejarah. Oleh
karena itu mereka disebut Arab Jahiliyah. Arab Jahiliyah ini bukan hanya
karena buta aksara, akan tetapi lebih dari itu adalah bangsa yang tidak
mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan (norma). Meskipun demikian,
masyarakat pra Islam juga memiliki beberapa sifat yang baik, terutama bangsa
Arab sebelah utara keturunan Adnan. Mereka berwatak pemurah, ramah, jarang
melanggar amanat, dan sangat taat pada kepercayaannya, ingatannya tajam
sehingga dengan mudah mereka mengingat syair-syair yang indah. Dengan
realitas seperti inilah sehingga pada masa Rasulullah Saw, mampu
menumbuhsuburkan ilmu periwayatan hadis yang merupakan bagian signiikan
bagi khazanah hukum dan keilmuan Islam.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa Arab pra Islam
tidak seburuk yang dibayangkan dan tidak semuanya berperilaku biadab dan
bodoh. Hal tersebut dikarenakan bangsa Arab telah menjalin hubungan yang

12
sangat baik dengan bangsa lain seperti bangsa Romawi. Di samping itu, pada
saat itu juga bangsa Arab telah mempunyai badan-badan yang mengurusi
berbagai hal dalam suatu kabilah atau masyarakat, hanya saja belum bisa
mempergunakannya dengan baik.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat pra islam dibagi menjadi 2 suku yaitu, suku Badui
(penduduk yang tinggal di desa) dan suku Hadary (penduduk yang tinggal di
kota), mata pencaharian masyarakat arab pra-islam antara lain :

1) Beternak
menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat jahiliyah. Mereka
akan berpindah-pindah untuk menggiring ternak mereka daerah yang
sedang mengalami musim hujan atau padang rumput.
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan juga menjadikan beternak
sebagai mata pencaharian, ada yang menggembalanya secara pribadi
atau milik sendiri, dan ada pula mereka yang menggembala milik orang
lain.
2) Bertani
Tanah yang subuh dimnfaatkan oleh masyarakat arab untuk bertani
sebagai sumber mata pencaharian. kemudian hasilnya akan dijual ke
kota-kota, seperti Mekkah dan Madinah.
3) Berdagang
Suku-suku yang mendiami daerah perkotaan seperti Mekkah dan
Madinah mayoritas mata pencaharian mereka adalah berdagang. Pada
zaman jahiliyah perdagangan mereka sudah maju dan berkembang alat
transportasi utama yang mereka gunakan adalah unta.

Syekh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah yang


bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum menceritakan secara singkat
agama-agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Agama-agama sebelum

14
Islam datang yang dipercaya oleh bangsa Arab yaitu Agama Yahudi, Agama
Nasrani, Agama Shabi’ah, Agama Majusi

Kepercayaan Arab sebelum islam datang merupakan masyarakat yang


sudah mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan akan tetapi melenceng
setelah Nabi Ismail wafat. Sebelum mengenal agama Islam, masyarakat Arab
banyak yang menyembah berhala (patung). Tuhan mereka adalah patung.
Patung adalah benda mati yang tidak bergerak dan tidak dapat menolong
seseorang. Mereka menyembah patung yang terbuat dari kayu, batu, emas,
maupun perak.

Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai
pemimpin dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah Latta,
Uzza, Manat dan Hubal. Patung-patung tersebut sangat dihormati dan ditakuti
masyarakat Arab karena mereka meyakini patung-patung itu dapat memberikan
manfaat dan dapat mendatangkan bahaya bila tidak disembah.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu


Abbas, yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As
merupakan patung-patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah
itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul
Jandal. Suwa adalah sesembahan HuZail.Yagus sesembahan suku Murad,
kemudian berpindah ke Bani Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”

Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada


kepercayaan lain yang berkembang di Makkah, yaitu Menyembah Malaikat,
Menyembah jin, ruh dan hantu, Menyembah bintang-bintang, menyembah
berhala atau arca-arca yang terbuat dari batu, kayu dan logam, Agama Yahudi
dan Nasrani (Kristen). Sebelum Islam, orang-orang Arab Quraisy juga banyak
percaya pada takhayul.

15
B. Saran
Mengingat penulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan koreksi
kami kedepannya agar menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://adoc.pub/queue/peradaban-bangsa-arab-sebelum-kedatangan-islam.html

Prof. Dr. Phil Kamaruddin A, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta :
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2020)

Suyud Lukman Hakim, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta


:Direktorat KSKK Madrasah, Kementrian Agama RI 2020) hal.18 Ibid, hal 20-21

Ula, M. dkk. 2014. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X MA. Jakarta:
Kementrian Agama 2014. X, 98 hlm.

17

Anda mungkin juga menyukai