MAKALAH
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi Sejarah Kebudayaan
Islam yang diampu oleh Bapak Tri Wibowo, M.Pd.I.
Disusun oleh :
1. Nadia Takhsinia Bilqis (2017405052)
2. Nur Isnaini (2017405064)
3. Aulya Putri Listiyani (2017405077)
4. Fani Komala Dewi (2017405089)
Kelas : 3 PGMI B
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang kami beri judul ‘’Kehidupan Masyrakat Arab Pra Islam’’. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedatangan Islam dan pembawanya, Muhammad S.A.W di tengah masyarakat
Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu masyarakat yang
cendrung mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan, Islam dengan al-Qur’an sebagai
sumber utamanya mampu merubahnya dalam waktu yang relatif singkat. Sebelum
Islam datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang mengabaikan atau
mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang
berlangsung selama puluhan tahun, penguburan anak-anak perempuan hidup-
hidup, penyembahan kepada berhala, serta penindasan terhadap warga yang
mempunyai status sosial rendah oleh para bangsawan merupakan bagian dari
hidup mereka. Seolah-olah itu semua merupakan pandangan hidup mereka.
Kondisi masyarakat yang demikian tentunya tidak dapat dikatakan sebagai
masyarakat ideal mengingat hal-hal tersebut tidak mencerminkan
masyarakat yang beradab.
Makna kata jahiliah secara bahasa berarti kebodohan atau tidak tahu. Ini tidak
berarti penggunaan kata tersebut pada masa pra Islam menunjukkan orang yang
hidup pada masa itu adalah orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan sebagai
lawan dari orang yang pandai. Ahmad Amin menjelaskan bahwa arti dari kata
jahiliah adalah kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja mata pencaharian masyarakat Arab pra islam ?
2. Apa agama yang dianut masyarakat Arab pra islam ?
3. Kepercayaan apa saja yang diyakini oleh masyarakat Arab pra islam ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari mata pencaharian masyarakat Arab
pra islam
2. Untuk mengetahui agama yang dianut oleh masyarakat Arab pra islam
3. Untuk mengetahui kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Arab pra
islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Prof. Dr. Phil Kamaruddin A, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta : Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2020)
3
pribadi atau milik sendiri, dan ada pula mereka yang
menggembala ternak milik orang lain.
2. Bertani
Jazirah arab sebagian besar daerahnya adalah padang
pasir yang sangat luas. Keadaan di padang pasir itu sangat panas
dan gersang. Di padang pasir juga hamper tidak ada pepohonan.
Tetapi juga ada sebagian tanah yang subur, lahan-lahan yang
subur itu terletak di lembah-lembah yang tedapat mata air (oase)
dan sering turun hujan. Sehingga lahan tersebut dimnfaatkan
oleh masyarakat arab untuk bertani sebagai sumber mata
pencaharian. Tanah pertanian mereka ditanami dengan berbagai
sayuran dan buah-buahan, kemudian hasilnya akan dijual ke
kota-kota, seperti Mekkah dan Madinah.
Adapun masyarakat perkotaan yang tinggal didaerah
yang subur, seperti yaman, Thaif, dan Madinah mereka juga
menggantungkan sumber penghasilan mereka dari bertani.
Meskipun wilayah Arab di kelilingi lautan pada ketiga sisinya,
namun wilayah ini nyaris tidak mempunyai sungai kecil, jikalau
ada hanyalah sungai kecil yang tidak berfungsi sebagai
pelayaran.2
3. Berdagang
Suku-suku yang mendiami daerah perkotaan seperti
Mekkah dan Madinah mayoritas mata pencaharian mereka
adalah berdagang. Pada zaman jahiliyah perdagangan mereka
2
Suyud Lukman Hakim, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta :Direktorat KSKK
Madrasah, Kementrian Agama RI 2020) hal.18
4
sudah maju dan berkembang. Bahkan mereka berdagang
sampai ke luar negeri. Perjalanan dagang mereka menggunakan
unta, kuda, atau juga dilakukan dengan jalan kaki. Negeri yang
mereka tuju antara lain : Syam (Syiria), Yaman, Persia, habsyi
dan Mesir. Negeri yang mereka tuju sangatlah jauh dari Mekkah
sehingga membutuhkan perjalanan sampai berhari-hari
melewati padang pasir. Biasanya mereka akan berangkat secara
berombongan untuk menghindari perompak di perjalanan. Para
romgongan pedagang itu disebut dengan kafilah. Karena jarak
yang sangat jauh mereka terkadang menempuh perjalanan
berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Barang
dagangan yang mereka bawa antara lain : kemenyan, kain sutra,
barang logam, kulit dan minyak wangi, dan sewaktu kembali,
mereka akan membawa gandum, minyak zaitun, beras, jagung
dan pakaian untuk dijual di Mekkah dan Madinah. Pusat
perdagangan yang terkenal di Mekkah adalah pasar Ukazh yang
terletak didekat Ka’bah, pasar Dzil Majad dan pasar Majnah.
Suku Quraisy merupakan penduduk Mekkah yang
berperan penting dalam peniagaan Jazirah Arab. Mereka
mendapat pengalaman itu dari orang-orang Yaman yang pindah
ke Mekkah, orang yaman terkenal dengan keahliannya
berdagang.
Pusat perdagangan seperti pasar, tidak hanya digunakan
sebagai jual beli saja, tetapi juga menjadi pusat peradaban,
kekayaan bahasa dan transaksi global. Dalam bidang ekonomi
riba sudah dianggap lazim bagi masyarakat jazirah arab. Hal ini
terjadi karena pengaruh dari sistem perdagangan dari bangsa
lain, dan alat transportasi utama saat itu adalah unta, karena unta
5
dianggap kendaraan yang mampu menahan haus dan mampu
menempuh perjalanan sangat jauh.3
3
Ibid, hal 20-21
4
Andika, “Bangsa Arab Sebelum Islam”, (Jakarta: Nasional 2018)
6
1. Agama Yahudi
Konon, masuknya agama Yahudi di jazirah Arab pertama kali
eksis di daerah Yaman lewat perantara penjual jerami bernama As’ad
bin Abi Karb. Ketika itu, dia pergi berperang ke Madinah dan di sanalah
dia memeluk agama Yahudi. Dia lalu membawa serta dua ulama Yahudi
dari suku Bani Quraizhah ke Yaman. Agama Yahudi tumbuh dan
berkembang pesat di sana, terlebih lagi ketika anaknya, Yusuf bergelar
Dzu Nuwas menjadi penguasa di Yaman.
Pemeluk agama Yahudi terdapat di Taima, Wadil-Qura, Fadak,
Khaibar, dan Yatsrib.
2. Agama Nasrani
Masuknya agama Nasrani ke jazirah Arab melalui pendudukan
orang-orang Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang
Habasyah kali pertama terjadi di Yaman sekitar tahun 340-378 M.
Ketika itu, terjadilah gerakan Kristenisasi di permukiman di Yaman.
Pemeluk agama Nasrani terdapat di Hirah, Ghassan, serta Najran.
3. Agama Shabi’ah
Menurut berbagai literatur dan penelusuran berbagai
peninggalannya di Irak, agama Shabi’ah menunjukkan bahwa agama ini
dianut oleh kaum Ibrahim Chaldeans. Mayoritas pemeluk agama ini
adalah penduduk Syam dan Yaman pada zaman dahulu. Barulah agama
ini mulai punah dan kehilangan eksistensinya setelah datangnya agama
Yahudi dan Nasrani.
4. Agama Majusi
Perkembangan agama ini lebih banyak di kalangan orang-orang
Arab yang bertetangga dengan orang-orang Persia yaitu orang-orang
7
Arab di Irak, Bahrain, Hajar dan kawasan tepi pantai teluk Arab. Agama
Majusi juga dipeluk oleh elite-elite politik Yaman pada masa
pendudukan Bangsa Persia terhadap Yaman.5
5
Hadi Mulyono, “Agama-Agama Arab Pra Islam”, ( Jakarta: Akurat.co 2019 )
8
terbuat dari emas, jika orang miskin, patungnya dari kayu. Menurut Ibnu Kalbi
yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala dan batu, ialah barang
siapa yang meninggalkan kota Mekkah harus membawa batu yang diambil dari
batu-batu yang ada di tanah Haram Ka’bah. Hal itu mereka lakukan dengan
maksud untuk menghormati tanah Haram dan untuk memperlihatkan cinta
mereka terhadap kota Mekkah. Kemudian di setiap tempat persinggahan,
mereka meletakan batu itu dan bertawaf mengelilinginya seperti mengelilingi
Ka’bah. Proses ini berlangsung terus menerus dan akhirnya mereka
menyembah apa yang mereka sukai dan yakini. Bangsa Arab mulai menyembah
berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang
dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari keturunan Khuza’ah datang ke
Mekkah dan berhasil mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Luay al Khuzai
meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik
berwarna merah berbentuk patung manusia, yang ditempatkan di sisi Ka’bah.
Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz supaya menyembah berhala itu.
Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai
pemimpin dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah :
1. Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan
berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di
Ka’bah, kemudian
2. Latta, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta ini
adalah berhala yang paling tua,
3. Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya sesudah Hubal, serta
4. Manath tempatnya di dekat kota Madinah. Manath ini dimuliakan oleh
penduduk Yatsrib, berhala ini yang paling terkenal dan paling banyak
disembah masyarakat Arab.
9
dapat mendatangkan bahaya bila tidak disembah. Mereka setiap tahun
mengadakan perlombaan membuat patung untuk ditempatkan pada dinding
Ka’bah. Di sekeliling Ka’bah banyak patung yang diletakkan oleh masyarakat
Arab. Mereka mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan mereka dan
memujanya karena dianggapnya hebat. Mereka menyembah berhala-berhala itu
sebagai perantara kepada Tuhan. Untuk mendekatkan diri kepada dewa atau
Tuhan-Tuhan itu, mereka rela berkorban dengan menyajikan binatang ternak.
Bahkan pernah pada suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai
korban kepada dewa-dewa dan Tuhan mereka. Kepada berhala-berhala itu,
mereka mengadukan nasibnya, persoalan, atau permasalahan hidupnya serta
meminta pendapat atau memohon restunya jika akan mengerjakan sesuatu yang
penting. Padahal, patung-patung tersebut jika ditendang atau dipukul tidak bisa
membela diri karena patung-patung tersebut benda mati. Dari empat patung
tersebut, Hubal adalah patung yang paling besar. Oleh karena itu, ia dianggap
sebagai pemimpin para patung
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas,
yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As merupakan
patung-patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah itu.
Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul
Jandal. Suwa adalah sesembahan HuZail.Yagus sesembahan suku Murad,
kemudian berpindah ke Bani Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”
Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahan suku
Himyar dan keluarga Zikila’. Padalah nama-nama itu adalah nama-nama orang
salh di jaman Nabi Nuh As. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum
yang saleh supaya dibuat patung-patung mereka di tempat-tempat pertemuan
dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung patung itu tidak
disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari
situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala mulai.
10
Disamping kepercayaan terhadap penyembahan berhala, ada kepercayaan
lain yang berkembang di Makkah, yaitu beberapa bentuk pemujaan yang dianut
oleh bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam:
11
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan
keyakinan untuk menambah kekuatan.
3. Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput
kering pada ekor kambing
Pada abad ke-6 Masehi, bangsa Arab pada umumnya belum bisa
membaca dan menulis, serta mengandalkan hafalan dalam mengingat peristiwa
yang penting. Sehingga banyak peristiwa tidak dapat ditulis oleh sejarah. Oleh
karena itu mereka disebut Arab Jahiliyah. Arab Jahiliyah ini bukan hanya
karena buta aksara, akan tetapi lebih dari itu adalah bangsa yang tidak
mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan (norma). Meskipun demikian,
masyarakat pra Islam juga memiliki beberapa sifat yang baik, terutama bangsa
Arab sebelah utara keturunan Adnan. Mereka berwatak pemurah, ramah, jarang
melanggar amanat, dan sangat taat pada kepercayaannya, ingatannya tajam
sehingga dengan mudah mereka mengingat syair-syair yang indah. Dengan
realitas seperti inilah sehingga pada masa Rasulullah Saw, mampu
menumbuhsuburkan ilmu periwayatan hadis yang merupakan bagian signiikan
bagi khazanah hukum dan keilmuan Islam.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa Arab pra Islam
tidak seburuk yang dibayangkan dan tidak semuanya berperilaku biadab dan
bodoh. Hal tersebut dikarenakan bangsa Arab telah menjalin hubungan yang
12
sangat baik dengan bangsa lain seperti bangsa Romawi. Di samping itu, pada
saat itu juga bangsa Arab telah mempunyai badan-badan yang mengurusi
berbagai hal dalam suatu kabilah atau masyarakat, hanya saja belum bisa
mempergunakannya dengan baik.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan masyarakat pra islam dibagi menjadi 2 suku yaitu, suku Badui
(penduduk yang tinggal di desa) dan suku Hadary (penduduk yang tinggal di
kota), mata pencaharian masyarakat arab pra-islam antara lain :
1) Beternak
menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat jahiliyah. Mereka
akan berpindah-pindah untuk menggiring ternak mereka daerah yang
sedang mengalami musim hujan atau padang rumput.
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan juga menjadikan beternak
sebagai mata pencaharian, ada yang menggembalanya secara pribadi
atau milik sendiri, dan ada pula mereka yang menggembala milik orang
lain.
2) Bertani
Tanah yang subuh dimnfaatkan oleh masyarakat arab untuk bertani
sebagai sumber mata pencaharian. kemudian hasilnya akan dijual ke
kota-kota, seperti Mekkah dan Madinah.
3) Berdagang
Suku-suku yang mendiami daerah perkotaan seperti Mekkah dan
Madinah mayoritas mata pencaharian mereka adalah berdagang. Pada
zaman jahiliyah perdagangan mereka sudah maju dan berkembang alat
transportasi utama yang mereka gunakan adalah unta.
14
Islam datang yang dipercaya oleh bangsa Arab yaitu Agama Yahudi, Agama
Nasrani, Agama Shabi’ah, Agama Majusi
Dari sekian banyak berhala ada empat berhala yang dianggap sebagai
pemimpin dari berhala-berhala yang lain. Empat berhala tersebut adalah Latta,
Uzza, Manat dan Hubal. Patung-patung tersebut sangat dihormati dan ditakuti
masyarakat Arab karena mereka meyakini patung-patung itu dapat memberikan
manfaat dan dapat mendatangkan bahaya bila tidak disembah.
15
B. Saran
Mengingat penulis masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan koreksi
kami kedepannya agar menjadi lebih baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://adoc.pub/queue/peradaban-bangsa-arab-sebelum-kedatangan-islam.html
Prof. Dr. Phil Kamaruddin A, ‘’Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam’’, (Jakarta :
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2020)
Ula, M. dkk. 2014. Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X MA. Jakarta:
Kementrian Agama 2014. X, 98 hlm.
17