Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

KELAHIRAN ISLAM DAN PERJUANGAN NABI DI MEKKAH

DOSEN PENGAMPU: RAHMAT HASBI, M.Pd.I

DISUSUN OLEH:

RIZKY HAMDALA PUTRA : 2051010156

SELIN PUSPO JANAH : 2051010157

SELVYTA RAMADHINI : 2051010159

TRI LESTARIZA : 2051010174

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah
ini kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pada mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Adapun isi dari makalah ini mengenai Kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Perjuangan
Nabi di Mekkah.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing, serta
mendoakan untuk segala kebaikan penulis dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 13 Maret 2021

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Arab Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad Saw............ 2
2.2 Perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekkah ................................ 4
2.3 Nabi Muhammad Saw dalam Berdakwah di Mekkah ..................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Lahirnya kebudayaan dan pertumbuhan Islam tidak bisa di pisahkan dari kebudayaan yang
berkembang sebelumnya di Mekkah, karena sebagai sebuah kebudayaan Islam. Islam
dikemas dari kebudayaan yang sudah ada dan berkembang sebelumnya, begitu juga dengan
perkembangan kebudayaan Islam berikutnya.
Kemunculan kebudayaan Islam ini terkadang memang dikatakan muncul dimulai dengan
pengangkatan Rasulullah. Akan tetapi pendapat ini seakan menghapuskan nilai-nilai yang
telah ada dalam diri Rasulullah sebelum ia diangkat menjadi rasul. Adapun perjuangan yang
dicapai Rasulullah dalam mendakwahkan ajaran agama islam kepada penduduk zaman itu
sangatlah tidak mudah dan butuh strategi dan perjuangan yang luar biasa. Mulai beliau
diangkat menjadi rasul sampai terjadinya peperangan melawan kaum kafir Quraisy.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad Saw?
2. Bagaimana perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekkah
3. Apa saja kesulitan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah di Mekkah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad Saw.
2. Mengetahui perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekkah.
3. Mengetahui kesulitan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah di Mekkah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Arab Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Menjelang kelahiran Nabi Muhammad situasi mekah dan sekitarnya saat itu sedang
mengalami zaman kegelapan. Masyarakat Mekkah kehilangan kendali, tidak ada panutan yang
menuntun ke arah kebaikan, adanya hanyalah kehidupan jahiliah.

Perilaku masyarakat senantiasa bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Tidak ada yang
meyembah Allah. Masa itu lebih dikenal dengan zaman jahiliah, yakni zaman kebodohan atau
kegelapan terhadap kebenaran. Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang ada
hanyalah kehidupan rimba, yang kuat senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi
sasaran tindak kejahatan, dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada
masa itu.

Sejarah Arab secara umum terbagi ke dalam tiga periode (Hitti, 2010: 108), yaitu:

1. Periode Saba-Himyar, berakhir pada awal abad keenam masehi.


2. Periode Jahiliyah, dimulai satu abad menjelang kelahiran Islam.
3. Periode Islam, dimulai sejak kelahiran Islam sampai sekarang.

Hal yang menyebabkan bangsa Arab menjelang kelahiran Islam tidak memiliki peran
besar dan signifikan dalam peradaban manusia dikarenakan budaya jahiliyah mereka. Bangsa
Arab disibukkan dengan peperangan antar suku. Tidak jarang dikarenakan hal sepele mereka
melakukan perang besar yang berlangsung selama bertahun-tahun. Misalanya perang Basus yang
terjadi pada akhir abad kelima berlangsung sekitar 40 tahun. Perang ini melibatkan suku Bakr di
satu sisi dan suku Taghlib di sisi lainnya. Pemicu terjadinya perang ini sebenarnya adalah hal
kecil dan sepele yaitu karena seekor unta betina milik seorang perempuan tua suku Bakr bernama
Basus dilukai oleh kepala suku Taghlib. Kedua suku itu beragama kristen dan mengklaim
Bangsa Persia pada masa sebelum kelahiran Islam dikenal sebagai bangsa yang besar karena
mereka menguasai hampir semua wilayah di Timur Tengah. Bahkan, mereka juga berupaya
menganeksasi wilayah Yunani Kuno dan Romawi. Namun kebudayaan Persia itu runtuh

2
ditangan Islam, tepatnya pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab. Pasca penaklukan Islam
sampai sekarang bangsa Persia menjadi bangsa yang memeluk agama Islam. Mereka tidak lagi
meyakini agama Majusi yang sebelumnya menjadi agama resmi mereka. Islam tidak hanya
berhasil menaklukkan wilayah mereka tetapi juga berhasil menaklukkan hati, pikiran, dan
keyakinan mereka. Menurut legenda Ayyam al-Arab, perang itu berlangsung selama 40 tahun
dengan cara menyerang dan merampok satu sama lain. Sementara itu, api peperangan terus
dikobarkan lewat ungkapan-ungkapan puitis. Perang saudara itu berakhir pada 525 setelah kedua
belah pihak lelah berperang dan akhirnya didamaikan.

Perang lain yang terjadi tidak lama setelah perang Basus atau tepatnya pecah pada paruh
kedua abad keenam adalah Perang Dahis dan al-Ghabra. Peperangan ini melibatkan suku Abs
dan suku saudara perempuannya, yaitu Dzubyan di Arab Tengah. Sama halnya dengan pemicu
perang Basus, perang Dahis dan al-Ghabra ini juga dipicu oleh hal kecil dan tidak terlalu penting
yaitu adanya tindakan curang orangorang Dzubyan dalam sebuah balapan antara kuda yang
bernama Dahis milik kepala suku Abs dan keledai yang bernama al-Ghabra milik kepala suku
Dzubyan. Peperangan ini pecah pada paruh kedua abad keenam, tidak lama setelah tercapainya
perdamaian Basus, dan berhenti selama beberapa dekade hingga masa Islam.

Dari kedua perang di atas dapat dilihat bahwa hal kecil dan tidak terlalu penting dapat
menimbulkan peperangan bagi bangsa Arab sebelum Islam. Bagi mereka kehormatan adalah
segalanya. Mereka siap menutup mata untuk membela kehormatannya. Inilah yang dikenal
dengan membabi buta dalam membela kehormatan. Hal itulah yang membuat mereka terkenal
dengan sebutan bangsa jahiliyah. Hal itu pula yang membuat mereka tidak dikenal oleh bangsa-
bangsa lain ketika itu.

Tidak hanya dikenal sebagai bangsa yang hobby berperang, bangsa Arab juga memiliki
budaya yang tidak mencerminkan suatu kehidupan kebudayaan yang maju, baik diukur dengan
masa sekarang maupun masa saat itu. Mereka memiliki kebiasaan menikahi banyak perempuan,
tidak jarang sampai puluhan bahkan sampai ratusan. Belum lagi dalam hal kepemilikan budak
yang bisa digunakan kapan pun.

Dikarenakan stok perempuan terbatas maka mereka mau bertukar pasangan untuk
memenuhi hasrat nafsunya. Bahkan, mereka mewariskan istri-istri dari ayah tirinya yang telah
meninggal dunia. Tidak cukup sampai di situ, perempuan juga harus menerima kenyataan

3
dikubur hidup-hidup karena dianggap tidak membawa keuntungan atau kegunaan kecuali hanya
sebagai pemuas hawa nafsu. Jadi, perempuan pada masa Arab sebelum kelahiran Islam tidak
lebih berharga dari hewan ternak, bahkan perempuan lebih rendah dari hewan ternak karena
bangsa Arab tidak akan mau menguburkan hewan ternaknya hidup-hidup sementara mereka mau
menguburkan perempuan hidup-hidup.

Dalam situasi masyarakat semacam itulah Nabi Muhammad dilahirkan dan pada saatnya
akan menjadi pemimpin umat yang mampu membawa peradaban manusia ke arah kehidupan
yang lebih baik dan bermanfaat.

Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bangsawan Quraisy, ayahnya bernama


Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusai bin Kilab Murrah dari
golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Kilab
bin Murrah. Dilihat dari silsilah keturunan, antara ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW
keduanya berasal dari keturunan bangsawan dari kabilah Arab.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan yatim, ayahnya yang bernama
Abdullah meninggl di kala Nabi Muhammad SAW dalam kandungan ± 7 bulan. Nabi
Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiulawal tahun gajah atau tanggal 20 April 571 M.
Disebut tahun gajah karena pada saat kelahiran Nabi Muhammad bersamaan dengan peristiwa
pemberontakan yang dipimpin oleh Abrahah dengan segenap pasukannya dengan tujuan untuk
menghancurkan Kakbah.

2.2 Perjuangan Nabi Muhammad Saw di Mekkah

Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M, Nabi Muhammad saw menerima wahyu
pertama, yaitu ayat 1-5 surat Al-Alaq, sejak itu ia diangkat menjadi Nabi. Ketika ia menerima
ayat 1-7 surat Al-Muddatstsir maka Ia pun diangkat menjadi rasul. Setelah itu, wahyu terputus.
Nabi Muhammad merasa gelisah dan bertanya-tanya, apa yang harus disampaikan, bagaimana
menyampaikannya, dan kepada siapa disampaikan? Dalam kegelisahannya turunlah surat Ad-
Dhuha.

Pada awalnya Nabi berdakwah secara rahasia dan hanya mengajak orang-orang terdekat
saja. Orang pertama yang menerima dakwah Nabi adalah Khadijah, isterinya, kemudian Ali bin

4
Abi Thalib, sepupunya, dan Zaid bin Haritsah, bekas budaknya. Sementara itu, laki-laki dewasa
yang pertama memeluk Islam adalah Abu Bakar bin Quhafah. Melalui ajakan Abu Bakar
beberapa orang menerima ajakannya, yaitu Utsman bin ‘Affan, Abdur Rahman bin ‘Auf,
Thalhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair bin ‘Awwam. Setelah itu, Abu
‘Ubaidah bin Jarrah dan beberapa penduduk Mekah turut pula menyatakan keislamannya dan
menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Kegiatan dakwah secara rahasia ini
berlangsung selama tiga tahun.

Setelah perintah Allah turun melalui Surat al Syu’ara’(26:214-216) dan Surat al Hijir
(15: 94) maka Nabi pun melakukan dakwah secara terang-terangan (terbuka), Nabi Muhammad
mengumpulkan keluarganya di rumahnya. Setelah selesai makan, beliaupun menyampaikan
maksudnya. Tiba-tiba Abu Jahal menghentikan pembicaraan Nabi dan mengajak orang-orang
untuk meninggalkan tempat. Keesokan harinya, Nabi kembali megundang keluarganya. Setelah
makan Nabi pun menyampaikan maksudnya dan kembali Abu Jahal mengacaukan suasana dan
mereka yang hadirpun tertawa. Dalam keadaan riuh itu Ali bin Abi Thalib bangkit dan berkata:
“Wahai Rasulullah saya akan membantu anda, saya adalah lawan bagi siapa saja yang
menentangmu”

Gagal mengajak kerabatnya, Nabi pun mengalihkan dakwahnya kepada masyarakat


Quraisy. Ia naik ke bukit Safa dan menyeru manusia. Orang-orang pun berkumpul dan Nabi
Muhammad pun menyampaikan dakwahnya. Tiba-tiba Abu Jahal berteriak “Celakalah engkau
hai Muhammad, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?” Nabi Muhammad hanya
terdiam sambil memandangi pamannya. Sesaat kemudian turunlah surat Al-Lahab.

Dakwah Nabi mendapatkan tantangan dan perlawanan dari Quraisy. Nabi dan sahabat-
sahabatnya diejek, dicaci, dan disiksa. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga membujuk Nabi
dan menawarkan kekayaan, kehormatan, dan jabatan. Setelah ejekan, siksaan, dan ancaman tidak
dapat mencegah dakwah Nabi, orang-orang Quraisy memboikot Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Untuk menghindari siksaan Nabi memerintahkan sahabatnya hijrah ke Abisinia.

Setelah orang-orang Quraisy tidak mau menerima dakwah Nabi, iapun mengalihkan
dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar Quraisy. Nabi mencoba mengajak orang-orang

5
Taif namun ia ditolak, bahkan diejek, diusir, dan dilempari. Nabi tidak berputus asa. Beliau terus
menyampaikan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab yang datang berziarah ke Mekah setiap
tahunnya. Dakwah Nabi mendapat sambutan dari orang-orang Madinah dan Nabi pun
mengadakan perjanjian Aqabah (pertama dan kedua). Setelah perjanjian Aqabah kedua Nabi pun
berhijrah ke Madinah.

Dakwah Nabi di Mekah berlangsung selama 13 tahun. Selama itu Nabi menanamkan
nilai-nilai tauhid dan mengajarkan akhlak mulia. Nilai-nilai ketauhidan ini membuat Nabi dan
sahabat-sahabatnya tangguh menghadapi berbagi kesulitan dan rintangan serta tetap bersemangat
menyampaikan kebenaran.

2.3 Kesulitan Nabi dalam Berdakwah di Mekkah

Kaum Quraisy menentang dakwah Nabi dengan bertahap. Pertama, membujuk, karena
kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani itu. mereka meminta
Abu Thalib memilih satu di antara dua: yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti dari
dakwahnya atau menyerahkannya kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib mengharapkan
Muhammad agar menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “Demi
Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota
keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya.” Abu Thalib sangat terharu mendengarkan
jawaban keponakannya itu, kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus
membelamu.”

Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah
dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan untuk
dipertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib
“Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami
bunuh.” Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib. Kecewa dengan jawaban Abu Thalib
itu, mereka langsung kepada Nabi Muhammad SAW membujuknya dengan menawarkan tahta,
wanita dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Nabi
dengan mengatakan “Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini sehingga agama ini menang atau
aku binasa karenanya.”

6
Kedua, mengintimidasi. Karena gagal dengan cara membujuk, para pemimpin Quraisy
melakukan tindakan-tindakan kekerasan lebih intensif dari sebelumnya. Budak-budak yang
masuk Islam disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh setiap
keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.
Untuk menghindarkan kaum muslim dari tindakan kekerasan ini, Nabi memerintahkan mereka
hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rombongan pertama, pada tahun kelima dari kerasulannya, di
bawah pimpinan Usman bin Affan diikuti 15 orang (10 pria dan 5 wanita) berangkat ke
Habasyah, termasuk isteri Usman, Rukayah binti Muhammad. Rombongan kedua, di bawah
pimpinan Ja’far bin Abi Thalib diikuti 81 orang (80 pria dan 1 wanita, yaitu Ummu Habibah,
puteri Abu Sofyan). Mereka diterima raja Ethiopia, Negus.

Mengetahui hal itu Pimpinan Quraisy mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bni Abi
Rabi’ untuk membujuk raja Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana, tetapi Raja
menolak permintaan mereka . Di tengah kekejaman pemimpin Quraisy terhadap umat Islam
meningkat, dua orang kuat kaum Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar bin Khaththab yang
membuat posisi umat Islam semakin kuat.

Ketiga, memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Untuk melumpuhkan kekuatan kaum
muslimin, pemimpin Quraisy melakukan pemboikotan terhadap seluruh keluarga Bani Hasyim.
Karena menurut mereka kekuatan Nabi terletak pada keluarganya yang melindunginya, baik
yang belum maupun yang sudah masuk Islam. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan
dengan suku ini. Tidak seorang pun penduduk Makkah diperkenankan melakukan hubungan jual
beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak di antara keluarga Bani Hasyim yang menderita
kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa pemimpin Quraisy, pemboikotan ini dihentikan.
Tindakan pemboikotan ini dimulai pada tahun ke-7 dari kanabian hingga tahun ke-10 menjelang
Abu Thalib dan Khadijah meninggal, hal itu berlangsung selama 3 tahun.

Menurut Ahmad Syalabi ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menantang
dakwah Islam yang disampaikan Nabi itu. Pertama, Para pemimpin Quraisy tidak dapat
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Kedua, Mereka tidak
dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada
seruan Nabi Muhammad s.a.w. berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
Ketiga, Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang

7
Islam sebagai penghalang rezeki mereka. Keempat, Nabi Muhammad s.a.w. menyerukan
persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Hal ini tidak disetujui oleh kelas
bangsawan Quraisy. Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat
berakar pada bangsa Arab.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad
saw adalah nabi terakhir yang diutus Allah untuk membimbing kembali umat manusia
yang telah menyenceng dari fitrahnya. Sejarah Islam awal yang dilalui Rasulullah saw
sungguh berat lantaran harus berhadapan oleh suku Quraisy yang menguasai kota
Mekkah. Pengikut Rasulullah saw relatif sedikit dan fokus utama Rasulullah saw dalam
dakwah awalnya adalah mengenalkan ajaran Tauhid.
Ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menantang dakwah Islam yang
disampaikan Nabi itu. Pertama, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Kedua, Mereka tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada
seruan Nabi Muhammad s.a.w. berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib. Ketiga, Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung
memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka. Keempat, Nabi Muhammad s.a.w.
menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Hal ini tidak disetujui
oleh kelas bangsawan Quraisy. Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan
yang berurat berakar pada bangsa Arab.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis makalah menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
dan penyampaian materi dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriyadi, 1972-; Maman Abd. Djaliel. Sejarah peradaban Islam / Dedi Supriyadi ;
pengantar, H.I. Nurul Aen ; editor, Maman Abd. Djaliel. Bandung: Pustaka Setia, 2008
Syamruddin Nasution, (penulis). Sejarah peradaban Islam/ Prof. Dr. H. Syamruddin Nasution,
M.Ag.. Depok : Rajawali Pers, 2018.
http://pusdigsmkpgri1sby.com/2020/03/23/meneladani-perjuangan-rasulullah-saw-di-mekah/
[diakses pada 20 Maret 2021]
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/diskursus_islam/article/viewFile/9854/pdf [diakses
pada 20 Maret 2021]

http://repository.uin-suska.ac.id/10391/1/Sejarah%20Peradaban%20Islam.pdf [diakses pada 19


Maret 2021]

10

Anda mungkin juga menyukai