Anda di halaman 1dari 22

GREEN EKONOMI AND TRADE

KAJIAN LINGKUNGAN
HIDUP STRATEGIS
Kelompok 10

Roifatul Afifah 2051010204


Selvyta Ramadhini 2051010159
Syamsi Nurhayati Safitri 2051010171
MATERI PEMBAHASAN
01 02 03
Pengertian Tujuan dan Jenis-jenis
KLHS Manfaat KLHS Aplikasi KLHS

04 05
Kelembagaan atau Studi Kasus
Pendekatan KLHS
01
Pengertian Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salah satu instrumen untuk memastikan bahwa prinsip
Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah, yang mampu
memberikan rekomendasi pertimbangan lingkungan pada tingkatan pengambilan keputusan yang bersifat strategis,
yaitu pada arah kebijakan, rencana dan program pembangunan (KRP).
UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa
Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah atau kebijakan, rencana dan program.
Sadler dan Verheem (1996) mendefinisikan KLHS sebagai proses sistematis untuk
mengevaluasi konsekuensi lingkungan hidup dari suatu usulan kebijakan, rencana, atau program sebagai
upaya untuk menjamin bahwa konsekuensi yang dimaksud telah dipertimbangkan dan dimasukan sedini
mungkin dalam proses pengambilan keputusan paralel dengan pertimbangan sosial dan ekonomi.
Therievel et al (1992) mendefinisikan KLHS sebagai proses yang komprehensif, sistematis
dan formal untuk mengevaluasi efek lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program berikut
alternatifnya, termasuk penyusunan dokumen yang memuat temuan evaluasi tersebut dan menggunakan
temuan tersebut untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang memiliki akuntabilitas publik.
Dua definisi KLHS di atas dapat dikatakan menggunakan kerangka fikir AMDAL yaitu
menelaah implikasi atau efek dari rancangan kebijakan, rencana atau program terhadap lingkungan
hidup. Pendekatan KLHS yang menyerupai AMDAL ini disebut juga sebagai ”EIAbased” SEA atau
KLHS yang berbasis pendekatan AMDAL (Partidario 1999).
Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu :

1. Definisi yang menekankan pada pendekatan telaah dampak 6 lingkungan (EIA-


driven).
Pada definisi ini, KLHS berfungsi untuk menelaah efek atau dampak lingkungan dari
suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan.

2. Definisi pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven).


Sedangkan definisi kedua, KLHS menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan
pengelolaan sumberdaya.
02
Tujuan Dan Manfaat Kajian
Lingkungan Hidup Strategis
Tujuan Dan Manfaat Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Tujuan KLHS yang banyak dirujuk oleh berbagai pustaka umumnya seputar hal berikut :

1. Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar keputusan yang


diambil berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan hidup, melalui:

a. identifikasi efek atau pengaruh lingkungan yang akan timbul


b. mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada, termasuk opsi praktek-praktek
pengelolaan lingkungan hidup yang baik
c. antisipasi dan pencegahan terhadap dampak lingkungan pada sumber persoalan
peringatan dini atas dampak kumulatif dan resiko global yang akan muncul
d. aplikasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
.
2. Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL, melalui:
a. identifikasi sejak dini lingkup dan dampak potensial serta kebutuhan informasi
b. identifikasi isu-isu dan pandangan-pandangan strategis yang berkaitan dengan justifikasi proyek
atau rencana usaha atau kegiatan
c. penghematan tenaga dan waktu yang dicurahkan untuk kajian.

3. Mendorong pendekatan atau cara baru untuk pengambilan keputusan, melalui:


a. integrasi pertimbangan lingkungan dan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses
pengambilan keputusan
b. dialog dan diskusi dengan para pihak yang berkepentingan dan penyelenggaraan konsultasi publik
c. akuntabilitas dan transparansi dalam merancang, memformulasikan dan memutuskan kebijakan,
rencana dan program.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari KLHS adalah :

a. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan,


b. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian secara sistematisa dan
cermat atas opsi-opsi pembangunan yang tersedia,
c. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan keputusan
yang lebih tinggi,
d. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil keputusan akan adanya peluang
pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan keputusan,
e. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan para pihak (stakeholders)
dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi,
f. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya
pembangunan berkelanjutan,
g. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan sumberdaya alam, dan
menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.
03
Jenis-jenis Aplikasi Kajian
Lingkungan Hidup Strategis
1. KLHS Sektor
2. KLHS Tata Ruang
3. KLHS Rencana Pembangunan Nasional (RPJM, RPJPN)
4. KLHS Rencana Pembangunan Daerah (RPJPD, RPJMD)
5. KLHS Regional (DAS, Kawasan Ekonomi Khusus)
6. KLHS Program Pengembangan Kota
7. KLHS Pengelolaan Sumber Daya Alam (Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota, Pulau)
8. KLHS untuk Kebijakan, Rencana dan Program Pembangunan Lainnya
04
Kelembagaan atau Pendekatan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis
Dalam dua dekade tahun terakhir KLHS telah menempuh tiga tahap evolusi, yakni pertama,
tahap formasi (1970-1988); kedua, tahap formalisasi (1989- 2000); dan, ketiga, tahap pengembangan (2001-
sekarang). Setelah berevolusi hampir empat dekade kini dijumpai empat kategori atau model kelembagaan
KLHS. Empat kategori atau model kelembagaan KLHS ini muncul sebagai refleksi atas adanya perbedaan
dalam menyikapi peraturan perundangan (UNEP 2002; Saddler 2005).

1. KLHS dengan Kerangka Dasar AMDAL (EIA Mainframe)


Dalam pola ini KLHS secara formal ditetapkan sebagai bagian dari peraturan perundangan AMDAL
(contoh, Belanda), atau ditetapkan melalui ketentuan atau kebijakan lain yang terpisah dari peraturan
perundangan AMDAL namun memiliki prosedur yang terkait dengan AMDAL (contoh, Canada).
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan (Environmental Appraisal Style
Dalam pendekatan ini KLHS diselenggarakan sebagai proses yang terpisah dengan sistem
AMDAL, dan menggunakan prosedur dan pendekatan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga menyerupai atau memiliki karakteristik sebagai penilaian lingkungan. Pola kelembagaan
semacam ini terbentuk karena terkait dengan proses pengambilan keputusan di Parlemen atau Kabinet.

3. KLHS sebagai Kajian Terpadu atau Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment/


Sustainability Appraisal)
Dalam pendekatan ini KLHS ditempatkan sebagai bagian dari kajian yang lebih luas yang
menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan hidup secara terpadu. Walau masih
terus mencari bentuk, pola kelembagaan semacam ini mulai dikembangkan oleh Komisi Eropa, Inggris
dan Hongkong. Sehingga banyak pihak yang menempatkan model kajian ini bukan sebagai KLHS
melainkan sebagai Integrated Assessment for Sustainability Assurance, ISA, atau Sustainability
Appraisal.
4. KLHS sebagai pendekatan untuk pengelolaan berkelanjutan sumberdaya alam (Sustainable
Resource Management).
Mengingat empat pendekatan atau kelembagaan KLHS tersebut satu sama lain saling
terkait atau tumpang tindih (overlapping), maka empat pendekatan tersebut lebih tepat dikatakan
sebagai spektrum pelembagaan pendekatan KLHS (Sadler 2005:16). Dengan cara pandang ini terlihat
adanya pergeseran pendekatan KLHS: dari yang semula spesifik dan memiliki prosedur yang terpisah,
ke pendekatan terpadu dimana secara substantif dan prosedural KLHS merupakan bagian dari proses
kebijakan/rencana atau penilaian yang lebih besar.
Pergeseran pendekatan KLHS tersebut secara grafis dapat digambarkan dalam satu
kontinum. Di ujung kontinum yang satu, KLHS masih berorientasi untuk menjamin keberlanjutan
sementara di ujung kontinum yang lain kajian dititik-beratkan pada penilaian terpadu (integrated 28
assessment) faktor lingkungan, sosial dan ekonomi secara seimbang.
Melihat perkembangan yang telah diutarakan, tampak bahwa pendekatan KLHS yang
tepat untuk Indonesia tidak dapat dibatasi hanya pada pendekatan yang berbasis AMDAL atau EIA
Mainframe atau EIA based SEA. Atau dengan kata lain pendekatan yang tepat untuk KLHS di
Indonesia harus kontekstual disesuaikan dengan: i) kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang menjadi fokus kajian; ii) lingkup dan karakter KRP pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota
yang akan ditelaah; iii) kapasitas institusi dan sumber daya manusia aparatur pemerintah; dan iv)
adanya kemauan politik (political will) yang kuat untuk menghasilkan KRP yang lebih bermutu.
05
Studi Kasus
Pembangunan Pabrik Semen Di Kabupaten Rembang
( Kawasan Pegunungan Kendeng Utara )
Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada
bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses geologi ini,
terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa mulai dari
pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah tanah,
hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks. Sumberdaya karst dapat
disebut sebagai sumberdaya yang tidak terbaharui karena memerlukan waktu hingga
jutaan tahun untuk membentuk bentang lahan tersebut.

Penetapan kawasan bentang lahan karst sebagai kawasan lindung geologi patut
diperhatikan dan diindahkan. Kawasan karst ditetapkan sebagai kawasan lindung
geologi melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 17 tahun
2012 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa Kawasan Karst merupakan kawasan
yang dilindungi karena memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
Salah satu kawasan kawasan Karst yang terdapat di Jawa Tengah adalah
Kawasan Pegunungan KendengUtara Karst yang terbentang luas dari kabupaten
grobogan di bagian Selatan, Rembang, Blora hingga Kabupaten Pati di bagian Utara.
Bentang alam karst Pegunungan Kendeng Utara meliputi hamparan bukit-bukit kapus
kerucut, ribuan mata air pada rekahan batuan dan sungai-sungai bawah tanah dalam
gua serta candid an fosil bersejarah.

Kawasan ini merupakan kawasan imbuhan air atau cekungan air tanah (CAT)
terbesar di Kabupaten Rembang yang sering dikenal sebagai Pegunungan Watuputih
atau Kawasan KarstWatuputih merupakan Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT)
Watuputih yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tentang
Penetapan Cekungan Airtanah dalam lampiran poin 124 dan sebagai kawasan lindung
geologi dalam Perda No 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang.
PT. Semen Indonesia akhirnya berhasil memperoleh lokasi tambang di Desa
Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Area Perbukitan kaya akan
kapur ini dinilai cocok untuk area penyediaan bahan baku semen. Lokasi
penambangan sekitar 5km dari permukiman warga, dengan kontur jalan yang
berkelok dan menanjak. Sepanjang jalan dari Desa Tegaldowo menuju lokasi
penambangan, tebing di kanan kiri jalan memang bertembok batu kapur warna abu-
abu dan putih.

Keberadaan pabrik semen di Tegaldowo diperkirakan bakal memberi


kesinambangunan pertumbuhan produksi semen BUMN dan secara langsung
menyerap sekitar 3.500 pekerja, yang sebagian besar akan direkrut dari angkatan
kerja sekitar pabrik serta tentu akan mendorong tumbuhnya sektor usaha lain
sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap bakal berlipat sehingga, meningkatkan
kesejahteraan warga.
Pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang dilihat dari prinsip pembangunan
berkelanjutan, yaitu :

1. Tinjauan berdasarkan peraturan yang ada


Jika ditinjau dari peraturan peraturan yang ada lokasi penambangan semen ini
seharusnya tidak berdiri, karena lokasi penambangan ini berdiri di kawasan
pegunungan Kendeng Utara dimana kawasan ini merupakan kawasan karst yang
berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 17 tahun 2012
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional kawasan karst merupakan kawasan yang
dilindungi.

2. Tinjauan Berdasarkan prinsip Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan pabrik semen ini terletak di Area Perbukitan kaya akan kapur
dan sebagai area penyediaan bahan baku semen. Dimana dibawah permukaan kapur
terdapat potensi sumber mata air yang melimpah dan goa goa yang terdapat stalaktit
yang digunakan untuk peririgasian petanian yang ada di sekitar daerah tersebut.
Artinya pembagunan pabrik semen ini akan berdampak pada kerusakan lingkungan,
pertumbuhan perekonomian pada sektor pertanian. Tidak hanya dari sektor pertanian
dan kerusakan alam namun juga dari kearifan lokal akan terancam hilang.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai