Anda di halaman 1dari 12

BAB

3 PENDEKATAN DAN
METODOLOGI

KLHS ditujukan untuk menjamin pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam


pembangunan. Tiga nilai penting dalam penyelenggaraan KLHS yang mencerminkan penerapan
prinsip pembangunan berkelanjutan adalah keterkaitan (interdependency), keseimbangan
(equilibrium) dan keadilan (justice).

a. Keterkaitan (interdependency) dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan


kebijakan, rencana atau program yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor,
antar wilayah, dan antar waktu. Nilai ini juga bermakna holistik dengan adanya
keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi.
b. Keseimbangan (equilibrium) bermakna agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai
keseimbangan antar kepentingan, seperti antara kepentingan sosial-ekonomi dengan
kepentingan lingkungan hidup, kepentingan jangka pendek dan jangka panjang dan
kepentingan pembangunan pusat dan daerah.
c. Keadilan (justice) dimaksudkan agar penyelenggaraan KLHS menghasilkan kebijakan,
rencana dan/atau program yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau
golongan tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap
sumber-sumber alam, modal atau pengetahuan.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan
berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan KLHS tidak
ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana dan/atau program,
melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana, dan/atau
program, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS bersifat “persuasif”
dalam pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran dan pemahaman para pemangku
kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program
agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

a. Penilaian Diri (Self Assessment)


Makna pendekatan ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri
pemangkukepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan kebijakan, rencana
dan/atau program agar lebihmemperhatikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap
keputusannya. KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut
terefleksikan dalam proses dan terformulasikan dalam produk pengambilan keputusan
untuk setiap kebijakan, rencana dan/atau program.
b. Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program
Pendekatan ini menekankan pada upaya untuk penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program. KLHS tidak menghambat proses perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan menjadi media atau katalisator untuk memperbaiki proses
dan produk kebijakan, rencana dan/atau program.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 1


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

c. Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial


Pendekatan ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan,
rencana dan/atauprogram harus menjadi media untuk belajar bersama khususnya
tentang isu-isu pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya
bagi para birokrat dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh
pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan kebijakan, rencana dan/atau
program untuk meningkatkan kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup dalam
keputusannya. Melalui KLHS, dapat dicapai masyarakat, birokrat, dan pengambil
keputusan yang lebih cerdas dan kritis dalam menentukan keputusan pembangunan agar
berkelanjutan.
d. Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan
Pendekatan ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada
pengambilan keputusan. KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan
kebijakan, rencana dan/atau program yang lebih menjamin pembangunan yang
berkelanjutan.
e. Akuntabel
Pendekatan ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan
bertanggungjawab, sehingga dapat dipertanggungjawabkan pada publik secara luas.Azas
akuntabilitas KLHS sejalan dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan, rencana
dan/atau program itu sendiri, sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang
baik (good governance). Pelaksanaan KLHS dapat lebih menjamin akuntabilitas
perumusan kebijakan, rencana dan/atau program bagi seluruh pihak.KLHS tidak
ditujukan untuk menjawab tuntutan para pihak, karena lingkup KLHS terbatas,
sedangkan tuntutan dapat berdimensi luas.
f. Partisipatif
Pendekatan ini menekankan bahwa KLHS dilakukan secara terbuka dan melibatkan
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip ini telah menjadi amanat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup, dan harus diwadahi dalam
penyelenggaraan KLHS. Dengan prinsip ini diharapkan proses dan produk kebijakan,
rencana dan/atau program semakin mendapatkan legitimasi atau kepercayaan publik.

3.1. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam


rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji
secara empiris dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan
oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit
analisis sebagai sasaran penelitian.

Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisi yang bersangkutan dalam
sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi
operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang
penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data yaitu indikator empiris dan pengukuran.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 2


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

Metode penelitian data (Sugiyono, 2002) yang umum digunakan dalam suatu penelitian
adalah observasi, wawancara dan kuisioner.

a. Metode Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka.

b. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku
objek sasaran. Menurut Nana Sudjana observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Teknik observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas,
observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilaksanakan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi metode
observasi diartikan sebagai pengamatan, pencatatan dnga sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki. Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data
dimana penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian. Dari pengertian di atas metode observasi dapat dimaksudkan
suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi atau
peristiwa yang ada dilapangan.

c. Kuisioner
Quesioner adalah “suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu
masalah/bidang yang akan diteliti”. Sementara menurut S. Nasution, kuesioner atau yang
sering disebut dengan angket adalah “daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk di isi
dan dikembalikan/dijawab dibawah pengawasan peneliti. Jadi quesioner adalah salah
satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan
kepada sampel untuk kemudian diisi sesuai dengan pengetahuannya.

3.2. METODE ANALISIS DATA

3.2.1. ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar
keduanya (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009). Konsep daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem secara operasional dilakukan dengan menggunakan
pendekatan keruangan yaitu menyusun peta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
jasa ekosistem sebanyak jenis jasa ekosistem yang dikaji (20 jasa ekosistem). Sesuai pasal 4
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.52/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 tentang Norma Standar Prosedur dan kriteria
Pengendalian Pembangunan Ekoregion pada pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion,
menyebutkan bahwa Ruang lingkup inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya
alam dan lingkungan hidup terdiri dari:

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 3


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

a. daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup wilayah pulau
dan kepulauan;
b. daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup sektor; dan/atau
c. daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup subyek lainnya
seperti daerah aliran sungai, karst, pesisir dan laut, danau, Kawasan Strategis Nasional
dan Kawasan Ekonomi Khusus, serta subyek ekosistem esensial lainnya.

Daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup disusun
berdasarkan: a. Pendekatan kemampuan kapasitas dan ketersediaan sumber daya alam; b.
Pendekatan kemampuan kapasitas biologi wilayah untuk memproduksi sumber daya dan
menyerap limbahnya; c. Pendekatan kemampuan layanan jasa ekosistem, meliputi jasa penyedia,
jasa pengatur, jasa pendukung dan jasa budaya; dan/atau d. Pendekatan lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup
dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan data dan informasi yang akan digunakan untuk
menyusun daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup. Adapun
Data dan infomasi, antara lain:

a. isu strategis di wilayah ekoregion;


b. potensi dan aktivitas sektor; atau
c. tutupan lahan, bentang lahan, dan potensi lahan.

Hasil inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang telah disusun menjadi bahan masukan bagi:

a. Penyusunan kebijakan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup nasional
dan daerah;
b. Penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup nasional dan
daerah;
c. Penyusunan rencana pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah
ecoregion.

3.2.2. ANALISIS TINGKAT KETAHANAN POTENSI KEANEKARAGAMAN


HAYATI

Keanekaragaman hayati merupakan gambaran terhadap keragaman jenis sumber daya


hayati dalam suatu ekosistem. Eksistem akan semakin mantap dalam suatu keanekaragaman
yang tinggi. Keanekaragaman hayati berperan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat seperti sandang, pangan, papan, obat-obatan dan bahan bakar. Sumber daya genetik
merupakan kekayaan keanekaragaman hayati sangat tinggi atau megadiversity yang potensi
tersebut dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran. Sumber daya genetik merupakan
wujud keanekaragaman hayati yang berupa bahan genetik yang terdiri dari tumbuhan, hewan,
dan jasad renik, yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat. Sebagai bangsa yang kaya
dengan keanekaragaman sumber daya genetik.

Hutan merupakan tempat sempurna untuk melestarikan keanekaragaman hayati.


Ekosistem hutan menyediakan situasi dimana flora dan fauna dapat bertahan hidup dan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 4


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

berkembang biak dengan baik. Hal ini seperti udara yang bersih, ketersediaan air yang melimpah,
zat hara, bahan makanan, beragamnya jenis flora dan fauna di kawasan hutan.

Pada vegetasi teratur atau pada perkebunan dodominasi oleh satwa yang sejenis,
sedangkan pada kawasan hutan memiliki satwa yang beragam. Hutan menyediakan kondisi alami
yang mendukung pembentuk lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan. Ranting pohon,
sampah daun, atau bangkai binatang menjadi pupuk alami untuk tumbuhan di hutan.
Keanekaragaman hayati berperan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
seperti sandang, pangan, papan, obat-obatan dan bahan bakar. Sumber daya genetik merupakan
kekayaan keanekaragaman hayati sangat tinggi atau megadiversity yang potensi tersebut
dimanfaatkan untuk sebesar besar kemakmuran. Sumber daya genetik merupakan wujud
keanekaragaman hayati yang berupa bahan genetik yang terdiri dari tumbuhan, hewan, dan jasad
renik, yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat. Sebagai bangsa yang kaya dengan
keanekaragaman sumber daya genetik

Analisis tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang


meliputi:
- Penetapan dan penggolongan yang dilindungi atau tidak dilindungi
- Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta habitatnya
- Pemeliharaan dan pengembangbiakan
- Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa liarnya
- Tingkat keragaman hayati dan keseimbangannya
b. Mengkaji ekosistem, yang meliputi :
- Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
- Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya tampung
c. Mengkaji genetik, yang meliputi :
- Keberlanjutan sumber daya genetik
- Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa.

3.2.3. ANALISIS SPASIAL JASA EKOSISTEM

Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia dari berbagai sumberdaya
dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu ekosistem (MA, 2005). Jasa
ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa penyediaan (provisioning), jasa
pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural), dan jasa pendukung (supporting) (MA, 2005).
Berdasarkan empat kategori ini dikelaskan ada 23 kelas klasifikasi jasa ekosistem, yaitu (De
Groots, 2002):

a. Jasa penyediaan: (1) bahan makanan, (2) air bersih, (3) serat, bahan bakar dan bahan
dasar lainnya (4) materi genetik, (5) bahan obat dan biokimia, (6) spesies hias.
b. Jasa Pengaturan: (7) Pengaturan kualitas udara, (8) Pengaturan iklim, (9) Pencegahan
gangguan, (10) Pengaturan air, (11) Pengolahan 19 limbah, (12) Perlindungan tanah, (13)
Penyerbukan, (14) Pengaturan biologis, (15) Pembentukan tanah.
c. Budaya: (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) Warisan dan indentitas budaya, (20) Spiritual
dan keagamaan, (21) Pendidikan.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 5


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

d. Pendukung: (22) Habitat berkembang biak, (23) Perlindungan plasma nutfah. Sistem
klasifikasi jasa ekosistem tersebut menggunakan standar dari Millenium Ecosystem
Assessment (2005). Berdasarkan Batasan konsep tersebut, daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup diukur dengan pendekatan jasa ekosistem. Untuk memperoleh
nilai jasa ekosistem digunakan dua penaksiran yaitu landscape base proxy dan landcover/
landused based proxy, yang selanjutnya digunakan dasar untuk melakukan pemetaan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Berdasarkan pengertian dan klasifikasi di atas, terdapat kesamaan substansi pengertian


jasa ekosistem dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dimana pengertian jasa
penyediaan, budaya lebih mencerminkan konsep daya dukung lingkungan dan jasa pengaturan
memiliki kesamaan subtansi dengan daya tamping lingkungan. Sedangkan jasa pendukung bisa
bermakna dua yaitu daya dukung maupun daya tampung lingkungan secara operasional, kajian
ini menetapkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan pendekatan konsep
jasa ekosistem, dengan pengembangan asumsi dasar sebagai berikut:

a. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya (lihat jasa penyediaan, Jasa budaya, dan pendukung).
b. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/ atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya (lihat jasa pengaturan).

Data dan indikator yang digunakan dalam penyusunan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup di lokasi studi terdiri dari dua konsep input data yang meliputi
landuse/landcover dan ekoregion dan satu konsep output yaitu jasa ekosistem. Selengkapnya
data dan indikator ketiga konsep tersebut disajikan dalam klasifikasi berikut (Tabel 1). Sistem
klasifikasi ekoregion mengikuti Verstappen dan klasifikasi liputan lahan menggunakan SNI 7645-
1 2014 dan one map policy. Ketiga data tersebut diilustrasikan pada tabel 3.1 berikut dengan
mengambil contoh skala 1:50.000.

Ta b el 3. 1 T iga Ko ns e p da n da ta u ta ma da l a m p e nyus u na n P eta D a ya Duk u n g da n Da ya


Ta m pu n g L i ngk u nga n H idu p B e r ba si s Ja sa Ek o sist e m
Ekoregion* Tutupan Lahan* Jasa Ekosistem
1. Kerucut Gunung api 1. Bangunan Bukan 1. Pangan
2. Lereng Gunung api Permukiman 2. Air bersih
3. Kaki Gunung api 2. Bangunan 3. Serat (fiber)
4. Pegunungan Patahan Permukiman/Campuran 4. Bahan bakar (fuel)
5. Pegunungan Lipatan 3. Danau/Telaga Kayu dan Fosil
6. Perbukitan Patahan 4. Hutan Lahan Rendah 5. Sumber daya genetic
7. Perbukitan Lipatan (Hutan lahan basah) 6. Pengaturan iklim
8. Lereng Kaki Patahan 5. Hutan Lahan Tinggi 7. Pengaturan tata aliran
9. Lereng Kaki Lipatan (HutanLahan Kering) air dan banjir
10. Lembah antar Patahan 6. Hutan Mangrove 8. Pencegahan dan
11. Lembah antar Lipatan 7. Hutan Rawa/Gambut perlindungan dari
12. Dataran Fluvio Gunung 8. Hutan Tanaman bencana alam
api 9. Kebun dan Tanaman 9. Pemurnian air
13. Dataran Aluvial Campuran (Tahunan dan 10. Pengolahan dan
14. Dataran Fluviomarin semusim) penguraian limbah
15. Pegunungan Solusional 10. Kolam air asin/payau 11. Pemeliharaan kualitas
16. Perbukitan Solusional udara

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 6


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

17. Lembah antar 11. Lahan Terbuka 12. Pengaturan


Perbukitan Pegunungan (hamparan pasir, lava) penyerbukan alami
Solusional 12. Lahan Terbuka (pollination)
18. Pegunungan Diusahakan 13. Pengendalian hama dan
Denudasional 13. Perkebunan penyakit
19. Perbukitan 14. Pertambangan 14. Tempat tinggal dan
Denudasional 15. Rawa Pesisir ruang hidup (sense of
20. Lereng kaki 16. Rawa Pedalaman place)
Perbukitan/Pegunungan 17. Savana/Padang rumput 15. Rekreasi dan
Denudasional 18. Semak dan belukar ecotourism
21. Lembah antar 19. Sungai 16. Estetika (Alami)
Perbukitan/Pegunungan 20. Tanaman Semusim 17. Pembentukan lapisan
Denudasional Lahan Basah (Sawah) tanah dan
22. Gumuk Pasir 21. Semusim LahanKering pemeliharaan
23. Padang Pasir (Tegalan/Ladang) kesuburan
24. Pantai (Shore) 22. Waduk dan Danau 18. Siklus hara (nutrient
25. Pesisir (Coast) Buatan cycle)
26. Pegunungan Glasial 23. Tambak/Empang 19. Produksi primer
27. Perbukitan Glasial 20. Biodiversitas
28. Lembah antar (perlindungan plasma
Perbukita/ Pegunungan nutfah)
Glasial
29. Dataran Gambut
30. Dataran Terumbu
31. Dataran Reklamasi

Sebagaimana Pasal 17 Undang-undang No 32 Tahun 2009, apabila hasil KLHS


menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, maka:

a. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai


dengan rekomendasi KLHS;
b. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.

3.2.4. ANALISIS PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang bersumber dari alam yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam itu sendiri dikategorikan berdasarkan
jenisnya yaitu sumber daya alam hayati (tumbuhan, hewan, perikanan) dan sumber daya alam
non hayati (air, angin, hasil tambang).

Sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung ketersediaan dan
pemanfaatan sumber daya alam. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat
bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya sering kali
merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah (Alayli, 2005).

Kajian ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat dijamin
keberlanjutannya yang dilakukan dengan cara :

a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan ketersediaannya;

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 7


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

b. Mengukur cadangan yang tersedia, tingkat pemanfaatannya yang tidak menggerus


cadangan, serta perkiraan proyeksi penyediaan untuk kebutuhan di masa mendatang;
dan;
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat dari sumber daya alam tersebut secara
ekonomi.

3.2.5. ANALISIS KETAHANAN RESIKO PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi secara signifikan terhadap unsur-unsur
iklim dan cuaca (curah hujan, angina, suhu) yang terjadi dalam rentang waktu berpuluh-puluh
tahun. Pada prinsipnya unsurunsur iklim dikendalikan oleh keseimbangan energy antara bumi
dan atmosfer. Radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi berupa cahaya tampak sebagian
di serap oleh bumi dan sebagian lagi dipantulkan ke atmosfer. Radiasi matahari yang dipancarkan
kembali ke atmosfer berupa radiasi panas dari sinar infra merah. Radiasi sinar infra merah
tersebut kemudian diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana
(CH4), nitrous oksida (N2O) yang ada di atmosfer (Murdiyarso, 2005). Meningkatnya gas rumah
kaca di atmosfer bersumber dari bahan bakar fosil. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi CO2 mempengaruhi peningkatan suhu bumi sebesar 0,5 °C (Murdiyarso, 2005).

Dampak yang dapat terjadi dari adanya perubahan iklim adalah kepunahan ekosisten,
produktivitas pertanian, ancaman banjir, kesehatan dan majamen air terganggu.

Analisis kerentanan resiko perubahan iklim dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim sesuai ketentuan yang berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi perubahan iklim.

3.2.6. ANALISIS DPSIR

DPSIR merupakan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis permasalahan terkait


lingkungan. Metode DPSIR diperkenalkan oleh European Environmental Agency. DPSIR (Driving
Force-Pressure-State-Impact-Respon) adalah suatu kerangka umum untuk mengumpulkan
informasi tentang keadaan lingkungan (Wang et al., 2018). Kerangka berpikir dalam proses
DPSIR merupakan model yang memberikan konteks secara general dan dapat diterapkan pada
berbagai masalah wilayah (Hafsaridewi, 2019).

Bowen & Riley dalam Hafsaridewi (2019) menyatakan bahwa model DPSIR bertujuan
mengidentifikasi aspek-aspek atau parameter-parameter kunci pada suatu sistem dan memantau
tingkat keberlanjutan dari pengelolaan dan berisi tentang pendekatan terintegrasi dengan
kerangka terstruktur yang melibatkan beberapa parameter untuk memberikan solusi terkait
suatu permasalahan yang ada ditinjau dari penyebab, dampak dan kebijakan. Metode analisis
terbagi menjadi lima bagian sebagai berikut.

a. Driving Force, diartikan sebagai faktor pendorong atau pemicu yang menjelaskan terkait
dengan isu atau permasalahan yang terjadi didalam suatu wilayah. Faktor pemicu ini

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 8


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

mengarah pada berbagai aktivitas atau kegiatan manusia yang memberikan tekanan
terhadap lingkungan
b. Pressure, merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan isu atau permasalahan yang
terjadipada suatu wilayah. Secara sederhana pressure atau tekanan ini adalah hal hal yang
terjadi akibat adanya suatu isu permasalahan atau dengan kata lain adalah efek langsung
yang muncul dari adanya pemicu (driver)
c. State, merupakan penjelasan dari kondisi yang terjadi pada saat ini yang kemudian akan
berdampak (impact) pada lingkungan dalam fungsinya sebagai ekosistem, dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat
d. Impact, secara umum merupakan dampak yang diterima dari adanya suatu permasalahan
atau isu. Dampak ini digunakan untuk menjelaskan terkait perubahan-perubahan yang
terjadi didalam kondisi yang ada dan pada akhirnya akan menimbulkan tanggapan
(response)
e. Response, merupakan tanggapan yang muncul dari dampak yang tidak diinginkan,
mengacu kepada respon masyarakat baik individu maupun kelompok.

Lima bagian pada model DPSIR dapat dilihat sebagai sebuah kerangka metode analisis
DPSIR sebagai berikut.

Ga m ba r 3. 1 K e ra ngk a M e to d e A na l is is D PS IR (Sta n n e r et a l . , 20 07)

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 9


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

3.3. TAHAPAN KEGIATAN KLHS

Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. 69 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, penyelenggaraan KLHS dilakukan dengan
tahapan:

a. pembuatan dan pelaksanaan KLHS.


b. penjaminan kualitas dan pendokumentasian KLHS.
c. validasi KLHS.

Pembuatan dan pelaksanaan KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Taiwang dilakukan melalui
tahapan dan mekanisme, meliputi:

a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan


hidup. Pengkajian ini dilaksanakan dengan tahapan:
1. identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan.
2. identifikasi materi muatan kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup.
3. analisis pengaruh dan perumusan materi muatan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup.
b. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program.
c. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

3.3.1. IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk: (1)


menentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek lingkungan hidup, sosial
dan ekonomi, serta bentuk keterkaitan antar ketiga aspek tersebut, (2) menentukan isu yang
paling strategis, prioritas atau menjadi akar masalah dari semua isu yang terjadi, dan (3)
membantu capaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang diharapkan.

Proses identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan hingga diperoleh isu-
isu yang paling strategis dan prioritas dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan seluas-luasnya meliputi isu lingkungan,


ekonomi dan sosial-budaya.

1. Metode yang digunakan untuk pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan yaitu:


Curah pendapat (brain storming) melalui diskusi kelompok terfokus (focus group
discussion, FGD) melibatkan masyarakat dan pemangku kepentigan. Teknik yang
digunakan mengidentifikasi dan mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan melalui
FGD yaitu curah pendapat (brain storming). Seluruh peserta FGD menuliskan paling
sedikit 5 isu pembangunan perkelanjutan dari perspektif pengetahuan teoritis dan
emperis, serta sesuai dengan latar belakang dan bidang urusan pekerjaannya. Selanjutnya

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 10


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

seluruh peserta FGD diberi kesempatan seluarluasnya untuk menyampaikan


pendapatnya dan berdiskusi tentang isu pembangunan berkelanjutan yang telah
terkumpul.
2. Analisis muatan (content analysis) dan telaahan literatur terhadap dokumendokumen
yang relevan dan laporan-laporan hasil penelitian/studi terkait.
3. Konsultasi publik.

b. Pelingkupan isu atau pemusatan isu pembangunan berkelanjutan.

Isu pembangunan berkelanjutan yang telah teridentifikasi dan terkumpul selanjutnya


dilakukan pemusatan atau telaah untuk menghasilkan isu yang paling strategis. Pelingkupan isu
dengan cara :

1. Menelaah sebab-akibat dengan memperhatikan :


 Isu lintas sektor
 Isu lintas wilayah
 Isu lintas pemangku kepentingan
 Isu lintas waktu
2. Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk pengayaan
dan penajaman isu pembangunan berkelanjutan.
3. Melakukan konfirmasi dari data atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Telahaan cepat hasil pelingkupan isu pembangunan berkelanjutan.

Telaahan cepat hasil pelingkupan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan


mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Karakteristik wilayah. Karakteristik wilayah yang dipertimbangkan sebagai variable


telaah isu strategis yaitu:
 Kelerengan
 Pola ruang/penggunaan lahan
 Tutupan lahan.
2. Tingkat pentingnya potensi dampak. Tingkat pentingnya potensi dampak yaitu potensi
perubahan lingkungan hidup yang mendasar dengan mempertimbangkan sifat dampak
dari isu yaitu:
 Luas atau sebaran dampak (sebaran secara lokal/setempat, mencakup wilayah satu
kabupaten, dan lintas kabupaten/kota)
 Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung.
 Sifat dampak kumulatif, permanen dan/atau berbaliknya dampak.
3. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan.
4. Keterkaitan dengan materi muatan KRP (Kebijakan, Rencana, dan/atau Program).
5. Hasil KLHS dari KRP pada hirarki di atasnya yang harus diacu.

Metode perumusan isu-isu paling strategis pembangunan berkelanjutan dengan


mempertimbangkan unsur-unsur di atas menggunakan pendekatan expert judgement, dengan
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. Dari daftar isu-isu pembangunan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 11


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023
LAPORAN AKHIR

berkelanjutan selanjutnya dipilih sejumlah isu-isu yang paling strategis berdasarkan


kesepakatan masyarakat dan pemangku kepentingan.

3.3.2. PERUMUSAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN STRATEGIS DAN


PRIORITAS

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 12


RDTR PERKOTAAN TALIWANG
Tahun 2023

Anda mungkin juga menyukai