Anda di halaman 1dari 9

Kajian Lingkungan Hidup Stategis

Kelompok 1

Mata Kuliah:

Kajian Lingkungan Hidup Bt8 I

Dosen:

Dra. BALIANA AMIR M.Pd

Anggota:

Amelia Putri_D10121163
Tasya Audi Syabina Faisal_D10121344
Ridha Nayllah_D10121577
Widya Cahya Nabila_D10121176
Ferdi_D10121374
Hairul Bahri_D10121371
Suryadi_D10121427

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
SEMESTER GENAP 2021/2022
Daftar isi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT,karena atas ridho-Nya lah tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu
yang disediakan. Tidak lupa pula kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW serta para umatnya yang sampai akhir zaman.
Tugas ini guna melengkapi nilai dan materi yang telah di tentukan pada
semester genap ini. Tugas ini, merupakan Mata kuliah Kajian Lingkungan
Hidup tentang Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dalam penyusunan tugas ini, kami semua banyak mendapatkan
petunjuk serta pelajaran yang bermanfaat bagi kami. Tugas yang
sederhan ini jauh dari sempurna, penulis mengharapkan kritik atau saran
dari pembaca guna untuk memperbaiki kekurangan kekurangan tugas ini.
Demikian Makalah ini disusun dengan harapan. Mudah-mudahan guna
dan manfaat bagi kita semua khususnya insan pencipta dunia pendidikan
dan penulis sangat selalu berharap mudah-mudahan Allah selalu meridhai
kita semua.

Amiin...

 
Palu,7 Maret 2022

KELOMPOK 1
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan dan pencemaran lingkungan di Indonesia yang terjadi secara masif
memerlukan satu upaya menyeluruh untuk pencegahan dan pengendalian.
Kompleksnya permasalahan lingkungan dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu mulai
dari faktor demografis, etika, sosial, ekonomi, budaya, hingga faktor
institusi/kelembagaan dan politik. Khusus untuk faktor kelembagaan, yang
dimaksud adalah Kebijakan, Rencana atau Program (KRP) yang selama ini masih
berorientasi bias ekonomi. Di Indonesia lingkungan Hidup diposisikan sebagai
penyedia sumber daya alam dibandingkan sebagai modal alam dengan
kemampuan dan Kemudian penyebab lainnya adalah lingkungan tidak
diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap formulasi
kebijakan, rencana, dan program-program pembangunan. Oleh karena itu salah
satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) atau Strategic Environmental Assessment (SEA). KLHS
diharapkan mama menjadi tindakan strategis yang dapat menuntun, mengarahkan
dan menjamin lahirnya kebijakan, rencana dan program-program yang secara
inheren mempertimbangkan efek negatif terhadap lingkungan dan menjamin
keberlanjutan.

Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan


dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang [UU 24/1992], yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 [UU 26/2007]. Kebijakan tersebut ditujukan untuk
mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-
undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Namun, setelah lebih dari 25 tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas
tata ruang masih belum memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru
yang belakangan ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan
kualitas dan daya dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan
bahkan makin terlihat secara kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di
kawasan perdesaan.  
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka
tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi
produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.  Oleh karena itu, penegasan sanksi atas
pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007 menuntut proses
perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan
pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang
wilayah. Guna membantu mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang
wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis [KLHS] atau Strategic
Environmental Assessment [SEA] menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui
perbaikan kerangka pikir [framework of thinking] perencanaan tata ruang wilayah
untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian KLHS .
2.Untuk mengetahui manfaat KLHS
3.Untuk mengetahui Undang-undang mengenai KLHS.

1.3 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian KLHS ?
2.Apa manfaat KLHS?
3.Apa Saja Undang-undang mengenai KLHS?
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS)
Saat ini pencemaran dan kerusakan lingkungan terus berlangsung karena
instrumen lingkungan yang ada saat ini belum memadai. AMDAL saat ini
merupakan salah satu instrumen yang dikenal untuk mengintegrasikan lingkungan
hidup di dalam proses pembangunan. Namun AMDAL  memiliki keterbatasan di
dalam mengupayakan keberlanjutan pembangunan, karena banyak permasalahan
lingkungan yang timbul diluar cakupan yang ada di dalam studi AMDAL. Hal ini
terjadi karena dalam penyusunan kebijakan,  rencana dan program (KRP) belum
berwawasan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, lahirlah aplikasi kajian
lingkungan hidup strategis (KLHS) atau strategis environmental assessment
(SEA). KLHS merupakan instrumen untuk pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan melalui intervensi terhadap kebijakan/rencana/program. 

Landasan hukum pelaksanaan klhs tercantum dalam undang-undang no. 32


tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Menurut
undang-undang tersebut, kajian lingkungan hidup strategis adalah rangkaian
analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Pengertian KLH Ssuatu proses sistematis untuk mengintegrasikan prinsip-


prinsip keberlanjutan lingkungan hidup dan mengevaluasi pengaruh lingkungan
hidup dari rencana, kebijakan dan program (KRP) di negara-negara maju dikenal
dengan SEA (strategic environmental assessment), mengintegrasikan aspek
lingkungan padatahapan awal pengambilan keputusan.

Definisi KLHS di Indonesia Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,


dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. " (UU PPLH Pasal 1 angka 10)

Aspek lingkungan dalam penataan wilayah memang sangat penting,


meskipun peraturan penataan ruang telah memasukkan unsur-unsur pengelolaan
lingkungan dalam aturan dan petunjuk pelaksanaan penataan ruang tetapi belum
mampu diaplikasikan mengingat beragamnya kondisi yang ada di setiap wilayah
Indonesia.  Wilayah pantai, rawa, dataran rendah, perukitan dan  wilayah
pegunungan akan memiliki cara berbeda dalam rangka melakukan upaya
penyelamatan lingkungan menuju pembangunan yang lestari. Wilayah hutan
alami, hutan sekunder, savanah dan wilayah karst akan juga berbeda perencanaan
ruangnya. Perbedaan ini hanya bisa dilakukan dengan melakukan perencanaan
ruang dengan mengaplikasikan KLHS.

Ambil contoh mengenai aturan sebelumnya yang melarang aktifitas


disepanjang wilayah sungai. Padahal ratusan tahun masyarakat di wilayah
Indonesia baik di barat maupun timur hidup di pinggiran sungai dengan berbagai
alasan yang relevan dengan kondisi masyarakat itu sendiri.

Highlight tentunya tetap pada kapasitas perencanaan di daerah, ketika


penerapan tata ruang di kabupaten belum lagi merata kapasitasnya, UU no 32
2009 mengenai pengelolaan lingkungan hidup mengamanatkan penerapan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis / KLHS.  Ini menjadi tambahan tugas  baru buat
daerah yang harus difollow up dengan beberapa kegiatan.

2.2 Manfaat Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis diperlukan sebagai sebuah
instrument/tools dalam rangka self assessment untuk melihat sejauh mana KRP
yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah
mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan diharapkan KRP
yang dihasilkan dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menjadi
lebih baik.Adapun beberapa manfaat KLHS yaitu:

1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan


keputusan, 
2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui
pengkajian sistematis dan cermat atas opsi pembangunan yang tersedia, 
3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada
jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi, 
4. Mencegah kesalahan investasi dengan berkat teridentifikasinya peluang
pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak dini 
5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak
(stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi
dan partisipasi 
6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna
menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan, 
7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi
pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak
lingkungan.
Dalam konteks pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan Nasional (UU SPPN), KLHS menjadi kerangka integratif untuk:
o    Meningkatkan manfaat pembangunan.
o    Menjamin keberlanjutan rencana dan implementasi pembangunan.
o    Membantu menangani permasalahan lintas batas dan lintas sektor, baik di
tingkat Kabupaten, Provinsi maupun antarnegara (jika diperlukan) dan
kemudian menjadi acuan dasar bagi proses penentuan kebijakan, perumusan
strategi, dan rancangan program.
o    Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada
awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.
o    Memungkinkan antisipasi dini secara lebih efektif terhadap dampak negatif
lingkungan di tingkat proyek pembangunan, karena pertimbangan lingkungan
telah dikaji sejak awal tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program
pembangunan.
Sedangkan dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran KLHS dibutuhkan
saat ini: pertama, KLHS mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan
kedua, KLHS merupakan instrumen yang lebih efektif untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan (Briffetta et al 2003). Manfaat lebih lanjut yang dapat
dipetik dari KLHS adalah (OECD 2006; Fischer 1999; UNEP 2002):
1.     Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan
keputusan;
2.      Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui
pengkajian secara sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang
tersedia;
3.      Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada
jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi;
4.      Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil
keputusan akan adanya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak
tahap awal proses pengambilan keputusan;
5.      Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya
keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan
melalui proses konsultasi dan partisipasi;
6.      Melindungi aset-aset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guns menjamin
berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;
7.      Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi
pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak
lingkungan.
KLHS merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang
diterapkan pada tingkat/tataran hulu. Dengan dilakukannya KLHS pada tataran
hulu KRP maka potensi dihasilkannya KRP yang tidak sejalan dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan yang pada akhirnya berimplikasi pada
terjadinya kerusakan lingkungan hidup dapat diantisipasi sejak dini. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh dengan melakukan
KLHS adalah dihasilkannya KRP yang lebih baik dan sejalan dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai