Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Permasalahan lingkungan selama beberapa dekade ini cukup menjadi
perhatian di beberapa negara termasuk di Indonesia. Seiring berjalannya waktu
dan pesatnya pembangunan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan.
Efek dari degradasi lingkungan ini berpengaruh terhadap keberlanjutan sumber
daya alam serta lingkungan hidup di masa mendatang. Guna mengantisipasi
permasalahan lingkungan yang semakin kompleks dibutuhkan seperangkat
aturan serta pedoman dalam menanganinya. Hal ini bertujuan agar aspek
keberlanjutan sumber daya alam serta lingkungan hidup di masa mendatang
tetap terjaga serta dapat terus mendukung kehidupan manusia.
Sejalan dengan itu, maka muncul instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang salah satunya adalah Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (selanjutnya disebut dengan KLHS). Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup mengamanatkan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah agar wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program
(selanjutnya disebut dengan KRP). Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah (selanjutnya disebut dengan RTRW) beserta
rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (selanjutnya disebut
dengan RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (selanjutnya
disebut dengan RPJM) baik di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
dan terhadap KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko
lingkungan hidup.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai salah satu
institusi yang diberi amanat untuk mengembangkan dan memastikan
terlaksananya KLHS dalam perencanaan pembangunan di Indonesia
berkewajiban untuk mendukung Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam melaksanakan KLHS. Bentuk dukungan tersebut berupa penyusunan dan
penyiapan perangkat hukum dan pedoman pelaksanaan KLHS.
Kabupaten Tojo Una-una merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi perkembangan daerah yang dianggap baik, oleh karena itu Kabupaten
Tojo Una-una menerapkan kebijakan yang mendukung keberlanjutan sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Guna mengawal serta mendukung
implementasi kebijakan yang berkaitan dengan aspek lingkungan hidup yang
terdapat di dalam RTRW Kabupaten Tojo Una-una, maka dilaksanakanlah KLHS
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari dokumen RTRW Kabupaten Tojo
Una-una.
Sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan pembangunan di masa
depan dalam penyusunan perencanaan pembangunan adalah dengan
mengintegrasikan kepentingan lingkungan pada arah pengambilan keputusan
strategis yakni pada tataran KRP melalui aplikasi KLHS. KLHS tidak hanya
merupakan kajian dampak lingkungan yang bersifat formal dan mengikuti tata
prosedur tertentu, tetapi lebih dari itu, juga merupakan suatu kerangka kerja
untuk pengambilan keputusan yang terbaik. KLHS sendiri juga merupakan
pendekatan proaktif untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke
dalam KRP.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis merupakan instrument perencanaan
lingkungan yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam
pengambilan keputusan pada tahap kebijakan, rencana dan program untuk
menjamin terlaksananya prinsip lingkungan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Saat ini, pergeseran orientasi kebijakan pengelolaan lingkungan telah
mengarah pada intervensi di tingkat makro dan pada tingkat hulu dari proses
pengambilan keputusan pembangunan. Esensinya adalah bahwa kerjasama
antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
akan lebih efektif apabila lebih fokus pada upaya pencapaian pembangunan
berkelanjutan pada tingkat makro/nasional daripada terbatas pada pendekatan
di tingkat proyek.
Dalam konteks pergeseran strategi mewujudkan pembangunan
berkelanjutan inilah peran KLHS menjadi penting. Implementasi KLHS juga
diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya dampak lingkungan yang bersifat
lintas batas (cross boundary environmental effects) dan lintas sektor.
Penanganan dampak lintas wilayah dan lintas sektor ini diharapkan
dapat menjadi jalan keluar atas permasalahan lingkungan hidup yang
cenderung makin kompleks dengan dilaksanakannya, atau lebih tepatnya,
distorsi pelaksanaan Undang-Undang No. 34 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Daerah.
Dengan demikian, KLHS seharusnya tidak diartikan sebagai instrumen
pengelolaan lingkungan yang semata-mata ditujukan pada komponen-
komponen KRP, tapi yang lebih penting adalah sebagai suatu cara untuk
meyakinkan bahwa implikasi pelaksanaan Kebjakan Rencana dan Program
(KRP) terhadap lingkungan hidup telah dijadikan pertimbangan dalam setiap
tingkatan pengambilan keputusan, dan dengan demikian, keberlanjutan
pembangunan dapat lebih terjamin (Annandale dan Bailey, 1999).
Dengan kata lain, secara substansial, KLHS merupakan suatu upaya
sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya
pembangunan berkelanjutan melalui proses pengambilan keputusan yang
berwawasan lingkungan.Pengalaman proses pengambilan keputusan
menunjukkan bahwa ketidakpastian, kesenjangan informasi dan kendala
kognitif merupakan fenomena umum yang melatarbelakangi kegagalan
pengambilan keputusan/kebijakan pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks
ini, ketidakpastian terbesar adalah dalam memprakirakan besarnya dampak
Lingkungan Hidup yang timbul sebagai akibat implementasi KRP.
Pelaksana pembangunan atau pengambil kebijakan pembangunan yang
berbeda mengacu pada atau memberikan interpretasi terhadap KRP secara
berbeda pula sehingga menimbulkan persoalan dalam memprakirakan
besarnya dampak. Dalam hal ini, teori proses pengambilan keputusan
menawarkan pendekatan yang mampu mengdeskripsi dan memahami setiap
konteks pengambilan keputusan serta cara pelaksanaan KLHS.
Dalam studi KLHS, nilai-nilai dan kompleksitas persoalan harus difahami
dengan baik apabila mengharapkan aspek lingkungan hidup menjadi salah satu
faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengembangan kriteria untuk analisis pengambilan keputusan adalah penting
untuk menguatkan secara sistematik peran nilai-nilai sosial dan non-sosial
(alam) dalam pelaksanaan pembangunan.
Apabila fungsi KLHS adalah untuk memperbaiki proses pengambilan
keputusan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, maka
diperlukan kriteria untuk identifikasi kelemahan dan kesalahan dalam proses
pengambilan keputusan. Oleh karenanya, KLHS mempersyaratkan kriteria yang
didasarkan pada persepsi nilai-nilai masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Dalam hal ini, persoalan yang muncul adalah apakah terkait dengan
pandangan subyektif dalam proses pengambilan keputusan, melainkan lebih
pada apakah pandanganpandangan masyarakat tersebut telah diakomodir dan
diartikulasikan secara transparan dalam proses pengambilan keputusan.
Untuk dapat merespons secara memadai terhadap variasi faktor-faktor
lokal yang mempengaruhi bagaimana keputusan dibuat, kerangka kerja KLHS
harus diupayakan sedemikian sehingga mampu beradaptasi pada kondisi lokal
serta bersifat kontekstual. Pendekatan ini seringkali disebut pendekatan
“contingency/perencanaan LH. Suatu pendekatan pengelolaan LH yang sangat
diperlukan di wilayah dengan variasi karakteristik sosial-ekonomi dan biofisik
tinggi.
Efektivitas KLHS sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup
menuju pembangunan berkelanjutan diawali dengan salah satunya melalui
proses penjaringan/penentuan isu-isu pembangunan dan lingkungan yang
dapat dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) sekaliagus tahap awal
keputusan perencanaan. Pada tahap ini terdapat berbagai alternatif yang dapat
dituangkan menjadi isu-isu penting dan strategis yang dapat dilakukan oleh
pemangku kepentiangan. Dengan demikian, sebuah studi atau kajian lingkungan
hidup memberi kesempatan bagi elemen-elemen masyarakat dan pemangku
kepentingan memberikan isu-isu dalam proses perencanaan pada tahap KLHS
yang diawali dengan FGD.

I.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Kajian
Lingkungan Hidup Stretegis (KLHS) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Tojo Una-una adalah : menggali informasi dari elemen masyarakat
dan pemangku kepentingan terhadap isu-isu lingkungan dan mengintegrasikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam KRP pembangunan
Kabupaten Tojo Una-Una atas dasar prinsip keterkaitan, keseimbangan dan
keadilan agar menjadi KRP yang berwawasan lingkungan.

I.3. Waktu Pelaksanaan


Focus Group Discussion (FGD) Kajian Lingkungan Hidup Stretegis (KLHS)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tojo Una-una dilaksanakan
pada tanggal 27 Oktober 2019 di Kepulauan Togean yang dipusatkan di Desa
Boma Kecataman Batudaka Kabupaten Tojo Una-una.
4
BAB II
HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION KLHS- RTRW
KABUPATEN TOJO UNA-UNA

2.1. POKOK-POKOK KAJIAN

Focus Group Discussion (FGD) Kajian Lingkungan Hidup Stretegis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tojo Una-una menyajikan
isu-isu pembangunan yang terkait dengan lingkungan hidup pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Isu-isu Pembangunan dalam kajian awal KLHS-RTRW

Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Ketersediaan air tawar bagi para pengguna secara umum dan saat
kemarau (populasi perkotaan, irigasi, keperluan industri, dsb.)
Kualitas air secara umum dan saat kemarau
Habitat penting yang membutuhkan air (lahan basah, tempat
pemijahan) dan keterkaitannya
Spesies ekosistem air yang terancam punah ataupun
hampir punah
Badan Air Praktek penangkapan jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi/jenis
ikan yang bermigrasi (atau jenis ikan yang menjadi sumber mata
pencaharian dari penduduk setempat)
Praktek penangkapan jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi/jenis
ikan yang bermigrasi (atau jenis ikan yang menjadi sumber mata
pencaharian dari penduduk setempat)
Erosi tepian sungai dan sedimentasi
Banjir
Kualitas perairan pesisir secara umum dan saat kemarau
Habitat penting (mangrove, terumbu karang, dsb.) dan
keterkaitannya
Wilayah Pesisir Spesies ekosistem pesisir/laut yang terancam punah
Penangkapan jenis ikan laut yang bernilai ekonomi tinggi (atau jenis
ikan yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat)
Erosi pantai dan sedimentasi wilayah pesisir
Kawasan Hutan Habitat darat yang penting dan keterkaitannya
dan Deforestasi (total luasan, distribusi ruangnya) dan pemicu utama
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
deforestasi (pertambangan, perkebunan kelapa dsb.)
Rata-rata pemanenan hasil hutan (dibandingkan dengan kemampuan
regenerasi hutan)
Spesies ekosistem darat yang terancam punah atau hampir punah.
Ketersediaan lahan perkebunan
Akuisisi lahan perkebunan
Perkebunan
Kebakaran hutan
Akuisisi lahan hutan
Kualitas, fertilitas dan polusi tanah
Degradasi lahan
Penebangan ilegal
Pertanian Umum Ketersediaan lahan pertanian (dibandingkan dengan kebutuhan
(dalam arti luas bahan pangan)
meliputi Degradasi lahan (desertifikasi dan erosi)
peternakan, Kualitas, fertilitas dan polusi tanah
perikanan dan Akuisisi lahan pertanian
kelautan)
Kualitas air
Limbah rumah tangga (total jumlah dan laju penumpukan, pemisahan,
proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat maupun limbah cair
Limbah B3 industri (total jumlah dan laju penumpukan, pemisahan,
Kawasan proses daur ulang dan pembuangan) – baik padat maupun limbah cair
Perkotaan dan Pemisahan sarana transportasi (jalan/moda transportasi air dan
Industri keterkaitan antar moda)
Kualitas transportasi publik
Sarana untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki
Ruang publik (total luas, distribusi dan kualitas ruang)
Daya tahan terhadap resiko gempa dan bencana alam lainnya
Ketersediaan pelayanan kesehatan
Kesehatan
Prevalensi Penyakit
Infrastruktur Kekurangan aksesibilitas
Jalan dan Kerusakan jalan
Jembatan Pelebaran badan jalan dan peningkatan kualitas jalan
Pencemaran lingkungan akibat industri
Lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan
Distribusi hasil industri yang kurang merata
Industri
Daya beli masyarakat yang masih kurang
SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas
Daya saing produk yang masih rendah
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Pencemaran lingkungan akibat penggalian
Kerusakan bentang alam dan bentang lahan
Eksploitasi yang melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan
Pertambangan
Peraturan yang tidak diterapkan
dan Migas
Distribusi hasil galian yang belum merata
Pengolahan hasil tambang yang belum maksimal
SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas
Energi Kekurangan energi
Infrastruktur Belum adanya pelabuhan penumpang
Pelabuhan dan Belum maksimalnya fungsi pelabuhan barang
terminal
Rentan terbentuknya kawasan kumuh
Sarana dan prasarana yang tidak memadai
Kurangnya ruang terbuka hijau
Perumahan dan
Penataan lingkungan yang tidak sesuai peraturan
permukiman
Lokasi yang tidak sesuai peruntukan
Daya beli masyarakat yang kurang akibat mahalnya harga rumah
Kualitas bangunan yang kurang maksimal
Perdagangan Distribusi hasil perdagangan yang kurang merata
dan Jasa Daya beli masyarakat yang masih kurang
SDM yang kurang baik kualitas maupun kuantitas
Daya saing produk yang masih rendah
Akses menuju lokasi
Sarana dan prasarana pariwisata
Promosi pariwisata
Pariwisata
Kurangnya destinasi
Pengembangan dan Pemeliharaan tempat pariwisata
Pengelolaan tempat wisata
Budaya masyarakat yang kurang peduli
Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Persampahan
Belum maksimal fungsi TPA
dan Limbah
Jumlah SDM persampahan yang masih kurang
Tingkat kesadaran dunia usaha masih rendah
Pembebasan lahan
Transmigrasi
Prosedur transmigrasi
Sanitasi Budaya buang air besar sembarangan
Kurangnya sarana dan prasarana sanitasi
Sosialisasi terhadap masyarakat masih kurang
Perhubungan Sarana dan prasarana telekomunikasi
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Kurangnya jumlah sarana dan prasarana perhubungan darat
Optimalisasi infrastruktur perhubungan
Trayek dan rute perhubungan darat
Jalur pelayaran
Pengembangan perhubungan udara
Perencanaan SDA, Perencanaan
Pembangunan Peraturan daerah perencanaan
Kurangnya investor
Penanaman Promosi daerah
modal Daya saing daerah
SDM yang kurang memadai
Pencemaran udara, air, tanah
Pencemaran sungai dan laut
Lingkungan
Degradasi wilayah pesisir
Ekologi
Erosi, abrasi, intrusi air laut
Bencana alam dan penanggulangannya
Kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur
Ketersediaan
Aksesibilitas antar kecamatan yang masih sulit
Infrastruktur
Pengembangan dan Rehabilitasi sarana parasarana baru Pelayanan
(Availabilitas)
Publik yang buruk akibat ketidaktersediaan infrastruktur
Pencemaran akibat industri perikanan
Perikanan dan Teknologi peningkatan kualitas perikanan
Kelautan Pengolahan hasil perikanan
Distribusi hasil perikanan
Distribusi hasil peternakan
Peternakan Teknologi peningkatan kualitas ternak
Penanggulangan penyakit ternak
Tidak adanya instansi induk pengelolaan pasar tingkat pusat
Pengelolaan Pencemaran akibat sampah pasar
pasar Sarana dan prasarana pasar
Jumlah pasar yang masih kurang
Sumber air baku
Air Minum Sarana dan prasarana air minum
Anggaran pengembangan air minum
Sanksi terhadap pelanggaran tata ruang
Tata Ruang Pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai zonasi
Rendahnya penegakan hukum terkait tata ruang
Konversi Lahan Komitmen pemerintah melaksanakan peraturan
Pembukaan lahan untuk kepentingan negara
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Alih fungsi lahan kawasan lindung
Alih fungsi lahan kawasan budidaya
Pariwisata yang mandeg dan tidak bergairah
Daya Saing
Produk daerah yang kurang terdistribusi dengan baik
Daerah
Promosi produk daerah yang masih kurang
Kemiskinan
Pendapatan Perkapita yang rendah
Kemandirian Rendahnya PAD
Sosial dan Kesenjangan sosial
Ekonomi Pengangguran
Pelayanan Publik rendah
Ketahanan pangan yang masih rawan

2.2. PENJARINGAN ISU-ISU PENTING

Berdasarkan hasil FGD dan analisis kuisioner responden maka dapat ditetapkan
pengelompokkan perangkingan isu-isu yang diasjikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pengelompokan isu dan perangkingan tingkat prioritas.


Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Ketersediaan air bersih bagi para pengguna di Kepulauan Togean
Badan Air,
pada umumnya terutama saat kemarau sangat minim
Ketersediaan Air
Badan air sekitar pesisir pantai terutama sekitar pemukiman
Bersih
cenderung tercemar
Masalah persampahan, Pencemaran pesisir pantai akibat dijadikan
sebagi tempat pembuangan sampah dan kotoran
Wilayah Pesisir Pengambilan karang untuk bahan bangunan menyebabkan
kerusakan karang disekitar pantai
Erosi pantai dan sedimentasi wilayah pesisir
Sebagian masyarakat masuk kedalam areal TNKT/ Cagar Biosfer
Kawasan Hutan
Kepulauan Togean mengolah Hutan dan mengambil hasil hutan
dan
Akuisisi lahan hutan
Perkebunan
Penebangan ilegal
Pertanian Umum Ketersediaan lahan pertanian (dibandingkan dengan kebutuhan
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
(dalam arti luas bahan pangan)
meliputi Degradasi lahan (desertifikasi dan erosi)
peternakan, Kualitas, fertilitas dan polusi tanah
perikanan dan Akuisisi lahan pertanian
kelautan)
Ketersediaan Air bersih masih menjadi kendala
Kawasan Persampahan, terutama limbah rumah tangga dan sampah pasar
Perkotaan dan Sanitasi lingkungan maish rendah
Industri Belum ada pengelolaan Limbah (pemisahan, proses daur ulang dan
pembuangan) – baik padat maupun limbah cair
Ketersediaan pelayanan kesehatan masih minim
Kesehatan Ketersediaan obat-obatan kurang
Prevalensi Penyakit cenderung meningkat
Energi Kekurangan energi listrik (PLN belum tersedia)
Perumahan dan Lokasi yang tidak sesuai peruntukan
permukiman
Perdagangan Sarana Prasarana belum memadai
dan Jasa Sebagian besar hasil tangkapan ikan dijual keluar daerah
Akses menuju lokasi umumnya melalui transportasi laut
Sarana dan prasarana pariwisata perlu penataan
Pariwisata
Pengembangan dan Pemeliharaan tempat pariwisata masih minim
Pengelolaan tempat wisata perlu pemantauan
Budaya masyarakat yang kurang peduli
Sarana dan prasarana yang kurang memadai
Persampahan
Belum maksimal fungsi TPA
dan Limbah
Jumlah SDM persampahan yang masih kurang
Tingkat kesadaran dunia usaha masih rendah
Sanitasi Budaya buang air besar sembarangan (jamban ke laut)
Perhubungan,dan Sarana dan prasarana telekomunikasi belum ada
Telekomunikasi Kurangnya jumlah sarana dan prasarana perhubungan laut
Lingkungan dan Pencanangan hasil kajian Lingkungan Hidup diperlukan sebagai
Ekologi arahan pengelolaan lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penaatan terhadap Zonasi yang telah ditetap oleh Balai Taman
Nasional Kepualuan Togean sekarang Cagar Biosfer.
Masalah Pencemaran terus di lakukan pemantauan melalui
Indikator Kinerja Lingkungan Hidup (IKPLHD)nyang mencakup
antara lain :
Pencemaran udara dan air
Pencemaran sungai dan laut
Isu
Pembangunan
Deskripsi Singkat Isu PB
Berkelanjutan
(PB)
Degradasi wilayah pesisir
Erosi, abrasi, intrusi air laut (sebagian sumber air bersih diskeitar
pantai pada musim kemarau rasa asin)
Kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur
Ketersediaan
Aksesibilitas antar kecamatan yang masih sulit
Infrastruktur
Pengembangan dan Rehabilitasi sarana parasarana baru Pelayanan
(Availabilitas)
Publik yang buruk akibat ketidaktersediaan infrastruktur
Masih banyak praktek penangkapan ikan yang melanggar aturan
(menggunakan bahan kimia/bom ikan)
Perikanan dan
Teknologi peningkatan kualitas perikanan masih minim
Kelautan
Pengolahan hasil perikanan kurang
Distribusi hasil perikanan belum optimal
Sumber air baku sulit
Air Minum Sarana dan prasarana air minum minim
Anggaran pengembangan air minum minim
Sanksi terhadap pelanggaran tata ruang perlu ditingkatkan
Tata Ruang Pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai zonasi
Rendahnya penegakan hukum terkait tata ruang
Pembukaan lahan untuk kepentingan pribadi
Konversi Lahan Alih fungsi lahan kawasan lindung/Cagar Biosfer
Alih fungsi lahan kawasan budidaya
Pariwisata yang mandeg dan tidak bergairah
Daya Saing
Produk daerah yang kurang terdistribusi dengan baik
Daerah
Promosi produk daerah yang masih kurang
Kemiskinan
Pendapatan Perkapita yang rendah
Kemandirian Rendahnya PAD
Sosial dan Kesenjangan sosial
Ekonomi Pengangguran
Pelayanan Publik rendah
Ketahanan pangan yang masih rawan
Berdasarkan penjaringan isu-isu tersebut diatas menjadi acuan dalam program
perencanaan tata ruang kabupaten Tojo Una-una khususnya di wilayah Kepulaun
Togean. Berdasarkan Pola ruang akan dibuat kajian lingkungan hidup strategis yang
selanjutnya diimplementasikan oleh pemangku kepentingan dan dilaksanakan dan
diawasi secara bersama agar tercipta kondisi lingkungan yang terjaga dan
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai