Diajukan Dalam Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Seminar Isu Lingkungan yang dibina oleh :
Oleh
LATAR BELAKANG
lingkungan. Hal ini merupakan indikasi bahwa aspek lingkungan hidup belum
program. Memperhatikan hal tersebut, penggunaan SDA harus selaras, serasi dan
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi semakin mendesak
untuk diatasi. Penanggulanganya dan pengendalian dampak negative terhadap
lingkungan hidup serta isu keberlanjutan lingkungan hidup terasa tidak cukup dan
kurang efektif jika dilakukan pada saat kegiatan telah memasuki masa operasi dan
tersebut, salah satu langkah yang dtempuh adala Kajian Lingkungan Hidup Strategis
yang muncul. Kerusakan sumber daya alam dan pencemarann lingkungan akan
lebih efektif dicegah bila sejak proses formulasi kebijakan, rencana dan program
keberlanjutan.
sebagai instrument lingkungan hidup yang sudah ada sebelumnya. Jika AMDAL
hanya hadir pada tingkat proyek, maka KLHS ada pada Kebijakan, Rencana, dan
ketika tujuan ketujuh dari MDGs yakni terjaminya keberlanjutan lingkungan hidup,
menetapkan salah satu target penting yang hendak dicapai, yakni terintegrasinya
serta berkurangnya kerusakan sumber daya alam. Penetapan target ini telah
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan. Dokumen- dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005,
antara lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi akan menjamin ketahanan hidup dapat
tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional dan Rencana Tata Ruangnya. Setiap
pelestarian lingkungan hidup idealnya sudah muncul dan ditempatkan sejak proses
awal perumusan strategi hingga pelaksanaan pembangunan. Konsekuensi dari
tuntutan ini adalah hadirnya instrument pengkajian terhadap lingkungan hidup pada
tataran strategis setara dengan strategi pembangunan itu sendiri. Sehingga dalam
hal ini filosofi dari bagaimana kajian lingkungan hidups strategis (KLHS)
(RTRW)”
1.3 Tujuan
Wilayah.
1.3.2 Pentingnya Kajian Lingkungan hidup Strategis dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah.
BAB II
KAJIAN TEORI
alam, lingkungan hidup, sosial, ekonomi, politik, serta kapasitas SDM dan institusi di
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah atau kebijakan, rencana, dan
nilai KLHS dan pengaruh/dampak KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu
sumber daya alam dan pencemaran lingkungan akan lebih efektif dan efisien untuk
dicegah bila sejak proses formulasi KRP telah dipertimbangkan masalah lingkungan
aspek lingkungan hidup dan keberlanjutan. Hal ini tercermin dalam prinsip-prinsip
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen yang lain, antara satu
unsure dengan unsure lain, atau satu variable biofisik dengan variable
biologi, atau keterkaitan dengan local dan global, keterkaitan antar sector,
menjadi salah satu proses metode yang penting digunakan dalam KLHS.
hidup.
bekerja dan metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada
Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe)
lingkungan hidup.
(Environmental Appraisal)
sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan
hidup.
dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan
penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi
pertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi RTRW atau
KRP tata ruang, sementara model b) menekankan penegasan fungsi RTRW atau
KRP tata ruang sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan cadangan
sumberdaya alam.
kombinasi, baik dari segi cara maupun metoda telaahnya, sesuai dengan : 1) hirarki
dan jenis KRP tata ruang atau RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, 2) lingkup isu
pelaksana dan pengguna KLHS, serta 4) kemauan politisi pemanfaatan KLHS untuk
dan memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga tidak semua jenis fungsi
ruang yang mengacu pada dokumen tata ruang yang berlaku, serta pengendalian
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan perencanaan ruang, selain
timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.
Sebagai contoh, dokumen rencana tata ruang menetapkan ruang dengan fungsi
perlindungan bencana pada lahan rawan longsor dengan tujuan agar masyarakat
dan aktivitas yang mereka kembangkan tidak menjadi korban apabila bencana
longsor terjadi.
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional
hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen
rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara
Indonesia. Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam
provinsi yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada
wilayah hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk
Sebagai contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum
menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
detil dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
dengan tujuan agar fungsi yang ditetapkan antar-dokumen tata ruang tetap sinergis
dan tidak saling bertentangan karena dokumen tata ruang yang berlaku pada lingkup
mikro merupakan penjabaran dan pendetilan dari rencana tata ruang yang berlaku
pada wilayah yang lebih makro. Sebagai contoh, RTRWN menetapkan kawasan
RTRW Kabupaten Aceh Utara, dan RDTR Kawasan Perkotaan Krueng Geukueh.
tidak di lakukan pemerintah dengan tujuan tertentu, demi kepentingan bersama dan
internasional biasa di sebut public policy. Kebijakan publik ini akan tetap terus
berlangsung, selagi pemerintah suatu negara masih ada untuk mengatur suatu
maupun suatu pendapat para aparatur wakil rakyat belaka, namun opini dari publik
program dan rencana serta, peran dari berbagai pihak ternyata masih saja muncul
permasalahan terkait dengan sumber daya alam, dan lingkungan hidup belum juga
berakhir atau bisa di katakan tetap terjadi. Sehubungan dengan hal demikian,
program serta rencana yang ada. Dalam menyusun kebijakan ini digunakan
program yang telah ada dan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Secara substansial, KLS merupakan suatu upaya sistematis dan
logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya pengelolaan sumber daya alam
Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan yang sengaja diambil (atau tidak
mengurangi, atau mengurangi efek yang merugikan pada sumber daya alam dan
beroperasi.
prinsip yang ditetapkan atau diusulkan oleh, pihak bisnis pemerintah, atau individu" .
BAB III
PEMBAHASAN
perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah
sangat jelas bahwa penyusunan KLHS merupakan suatu kewajiban yang harus
RTRW yang telah disusun terhadap lingkungan hidup sebagai upaya untuk
persoalan baru, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga
dapat mengakomodir semua kepentingan dengan prinsip berkelanjutan. Prinsip
kesejahteraan masyarakat.
agar dapat menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup, dengan tujuan sosial dan
ekonomi.
pembangunan berkelanjutan.
akan mengurangi daya dukung dan daya tampung dari lingkungan. KLHS
diterapkan dalam jangka panjang serta bukan kebijakan yang hanya bisa diterapkan
Panjang (RPJP). KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan
program (KRP). Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena
tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing
tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku
wilayah.
terhadap RTRW, RPJP, RPJM, dan/atau KRP. Tiga jenis sifat pengaruh KLHS ialah:
membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai
prosedural maupun teknik dan metodologinya. Berikut penjelasan dari maksud hal
tersebut :
Gambar 1.1 ( Pengaruh KLHS terhadap RTRW )
Sumber : setyabudi.2016.
yang mempertimbangkan keterkaitan antar sektor, wilayah, dan global-lokal. Pada arah yang
lebih mikro, yakni proses KLHS, keterkaitan juga mengandung makna dihasilkan KLHS yang
bersifat holistic berkat adanya keterkaitan analisis antar fisik-kimia,biologi dan social
ekonomi. Sehingga dengan adanya dasar tersebut tentunya setiap lembaga lingkungan
hidup daerah maupun pusat akan melakukan penyusunan KLHS untuk mengintegrasikan
PRINSIP/NILAI
PEMBANGUNAN
1.KETERKAITAN KLHS
2.KESEIMBANGAN
BERKELANJUTAN 3. KEADILAN
1. LINGKUNGAN
2. SOSIAL BUDAYA
3. EKONOMI
3 Jenis Sifat
Pengaruh KLHS :
1. Instrument
2. Transformatif
3.Subtantif
RTRW RPJP
OUTPUT (HASIL)
Mengintegrasikan
Prinsp SD
MISAL : KERANGKA KERJA KLHS NTUK
REVISI RTRW (KLHS DENGAN KERANGKA
DASAR ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP/AMDAL).
Dalam UU 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan ingkungan
Hidup tela diatur tentang pembangunan berkelanjutan dan kajian lingkungan Hidup
RTRW dan RPJP Nasional maupun daerah. Dalam penerapan dari KLHS tersebut
berkelanjutan sehingga dalam penerannya mengurangi resiko dari efek atau akibat
dari RTRW/RPJP yang telah formulasikan. Dalam kerangka kerja KLHS untuk
memperhatikan nilai-nilai dari KLHS, disamping itu ada 3 jenis sifat yang
mempengaruhi RTRW yaitu (1) Instrumental, (2) Transformatif dann (3) Subtantif.
Seperti misa dalam hal ini KLHS mengkaji RTRW dari salah satu pendekatan KLHS
Gambar 1.3
Kerangka Kerja KLHS Untuk Revisi RTRW (Pendekatan KLHS DENGAN KERANGKA DASAR
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP/AMDAL
3.2 Alasan Pentingnya KLHS terhadap RTRW
Alasan pentingnya KLHS bagi RTRW tidak jauh berbeda dengan pembasan
diskripsi umum tentang pentingnya kajian lingkungan hidup strategis bagi Rencana
perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah
sangat jelas bahwa penyusunan KLHS merupakan suatu kewajiban yang harus
industry ataupun lainnya yang berdampak negatif yang terjadi di Bangka Belitung
tidak dapat diselesaikan melalui pendekatan parsial. Penyelesaian degradasi
lain yang harus difahami adalah bahwa degradasi kualitas lingkungan hidup terkait
pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Dengan kata lain, sumber masalah
atau proses perencanaan yang kurang memikirkan aspek lingkungan sebagai dasar
perencanaan pembangunan.
Lingkungan Hidup (LH) umumnya bersifat kausalitas lintas wilayah dan antar sektor.
pendekatan komprehensif tersebut di atas, hal penting lain yang harus difahami
process), dalam hal ini implementasi difokuskan pada perencanaan tata ruang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah atau kebijakan, rencana, dan
program. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
lah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah serta
pasal 19 ayat (1) menyatakan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
didasarkan pada KLHS. Sehingga sudah sangat jelas bahwa penyusunan KLHS
pengaruh atau konsekuensi dari RTRW yang telah disusun terhadap lingkungan
Brontowiyono ,widodo, dkk. 2010. ““Klhs Untuk Pembangunan Daerah Yang Berkelanjutan”
Melalui (Online) didunduh pada tanggal 14 Maret 2016.
Nasir.2013. “Pengertian Fungsi dan hirarki rencana tata ruang”. Melalui (Online)
http://acehutarapenataanruang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fungsi-
Setyabudi, Bambang. 2016. “Kajian Lingkungan Hidup Strategis [Klhs] Sebagai Kerangka
Berfikir Dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah“.Melalui
(Online)Http://Penataanruang.Pu.Go.Id/Bulletin/Upload/Data_Artikel/Kajian%
20lingkungan%20hidup%20strategis%20sebagai%20kerangka%20berfikir%
20dalam%20perencanaan%20tata%20ruang%20wilayah-
Ir.Bambang%20setyabudi,Murp.Pdf. Diunduh Pada Tanggal 15 Maret 2016.