08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : -
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 1
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 1
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah puji syukur selalu tercurahkan kehadirat Allah SWT atas pemberian
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat teriring salam selalu terucapkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang benar demi melintasi
jembatan syiratall mustaqim dunia fana ini.
Buku Panduan Praktikum Pemetaan dan GIS (+Pr) ini disusun sebagai satu wujud
nyata penyusun dalam memberikan informasi dan materi mengenai praktikum mata kuliah
Pemetaan dan GIS (+Pr) sebagai acuan untuk mahasiswa. Diharapkan dengan
diterbitkannya buku ini, mahasiswa dapat mempelajari dan memahami dengan benar
seluruh rangkaian praktikum pada mata kuliah Pemetaan dan GIS (+Pr) sebelum memulai
praktikum karena teori yang telah didapatkan akan diaplikasikan semua dalam praktikum.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu penerbitan Buku Panduan Praktikum Pemetaan dan GIS (+Pr) ini.
Akhirnya, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amien.
Wabillahitaufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, September 2019
Tim Penyusun
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : -
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 1
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 1
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAI PENDAHULUAN..................................................................................................................I-1
Ilmu ukur tanah merupakan faktor penunjang yang cukup penting dalam disiplin
Teknik Sipil. Akan tetapi mengingat terbatasnya waktu, maka materi praktikum dibatasi
pada hal-hal yang paling relevan dalam penggunaan peta situasi, demikian pula proses
penyusunan, perhitungan data dan penggambaran.
Dalam petunjuk praktikum ilmu ukur tanah dan pemetaan ini akan dibatasi teori
pengantarnya maupun pelaksanaan praktikumnya yaitu pemetaan situasi dengan kerangka
poligon tertutup. Pengambilan detail dengan menggunakan koordinat kutub dan jarak-
jaraknya diukur secara optis. Sedangkan teori yang harus dikuasai, sesuai dengan silabus
yang telah ada.
Materi praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan adalah materi yang sudah
mengarah pada penggunaan praktis ilmu ukur tanah pada proyek-proyek teknik sipil.
Karena jalur praktikum yang memanjang, praktikum ilmu ukur tanah ditujukan untuk
keperluan desain saluran dan jalan. Sedangkan praktikum pemetaan dimana area praktikum
merupakan luasan persegi, ditujukan untuk keperluan rencana waduk dan rencana
pemukiman yang sangat banyak sekali hubungannya dengan penggunaan peta situasi.
Mengingat luasnya bidang pekerjaan teknik sipil yang perlu menggunakan peta,
kiranya tidaklah cukup pengetahuan ilmu ukur tanah dan penguasaan hanya dari materi
praktikum ini yang tentunya harus ditambah teori yang sudah banyak dibuktikan.
Teori perhitungan data dan metode perataannya diberikan secara singkat, dan
diberikan contoh langsung penggunaannya dalam hitungan dari data yang diperoleh di
lapangan.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : -
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 2
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 3
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
BAB II
TATA TERTIB DAN PERSIAPAN PRAKTIKUM
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : -
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 2
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 3
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
12. Surat keterangan selesai praktikum hanya dapat diterima bila semua laporan resmi
telah diterima dalam keadaan baik oleh asisten dan surat tersebut sebagai syarat
responsi dengan Dosen.
13. segala resiko/ penggantian kerusakan alat (bila ada) harus sudah lunas/ dibereskan
dengan tanda bukti sebagai syarat untuk mendapatkan nilai.
14. Semua materi praktikum harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati.
15. Kebijakan kebijakan lain yang belum tertulis dalam buku panduan praktikum ini
akan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara dosen, laboran dan asisten.
Agar praktikum dapat berjalan lancar, terlebih dahulu tiap rombongan hendaknya
betul-betul telah mempersiapkan teori yang erat hubungannya dengan materi praktikum.
Karena tanpa penggunaan teori secara cukup, mahasiswa akan sulit melaksanakan
praktikum dengan baik.
Teori-teori pengukuran sudut, pengukuran jarak, cara perataan tinggi dan koordinat,
penggambaran garis tinggi, harus betul-betul dipahami. Sebelum ke lapangan hendaknya
dipersiapkan segala sesuatunya secara matang agar tidak terjadi kesalahan dan
keterlambatan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
II.2.1 Pembagian Tugas
Tiap rombongan terdiri dari 5 (lima) orang anggota yang dibagi-bagi menjadi :
1. Pimpinan Rombongan
Merupakan wakil dari rombongan yang bersangkutan sebagai penanggung jawab
administratif dalam peminjaman dan pengembalian alat-alat.
2. Unit Laboratorium
Terdiri dari 2 orang, bertugas mempersiapkan formulir pengukuran, perhitungan,
peralatan perhitungan dan penggambaran.
3. Unit Lapangan
Terdiri dari 2 orang, bertugas mempersiapkan keperluan-keperluan praktikum di
lapangan misalnya peninjauan dan orientasi lapangan, mempersiapkan akomodasi
dan transportasi.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : -
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 2
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 3
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
Pembagian tugas ini akan terasa perlu bila praktikum dilaksanakan jauh dari
kampus, atau benar-benar terjun ke lapangan pekerjaan yang memerlukan pangkalan
darurat (basecamp).
Sedangkan pembagian tugas di lapangan seperti halnya pada praktikum pemetaan
yaitu :
1. Satu orang penasihat atau surveyor (pengukuran)
2. Satu orang penulis atau recorder
3. Dua orang pemegang rambu ukur
4. Satu orang pembantu tugas
Pembagian tugas ini supaya dilaksanakan bergantian agar masing-masing praktikan
mengetahui semua jenis tugas dengan baik.
II.2.2 Peralatan praktikum
Untuk praktikum pemetaan ini, alat-alat yang digunakan adalah :
1. Theodolit beserta statif
2. Waterpass
3. Rambu ukur
4. Rol meter
5. Kompas
6. Palu/martil
7. Payung alat
8. Formulir poligon secukupnya.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
BAB III
PENGENALAN ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ilmu ukur tanah dan pemetaan antara
lain sebagai berikut ini.
Theodolit adalah sebuah alat optis buatan manusia yang mempunyai fungsi utama
untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal maupun vertikal. Namun theodolit juga dapat
digunakan untuk mengukur jarak optis dan beda tinggi.
1. Komposisi Alat
a. Unit utama DT 200 series 1 buah
b. Tutup lensa (lens cover) 1 buah
c. Tool kit dengan tempatnya,terdiri dari : 1 set
d. Rod pins, pegangan unting-unting, obeng, kunci L heksagonal (2), cleaning brush,
kain flanel
e. Batterai AA 2 buah
f. Plastik penutup alat (plastic rain cover) 1 buah
g. Silicon gel (silicon cloth) 1 buah
h. Unting-unting 1 buah
i. Compact illuminator 1 buah
j. Kotak alat (plastic carrying case) 1 buah
k. Buku manual DT-200 series 1 buah
2. Bagian-bagian alat
a. Sighting collimator
Berfungsi sebagai alat bantu bidikan. Bisa juga menggunakan sinar laser
yang telah disediakan dengan menekan tombol ON/OFF.
b. Objective lens (lensa objektif)
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
Berfungsi untuk menangkap objek yang dibidik sehingga bisa dibaca pada
lensa okuler atau pengamat.
c. Instrument center mark (titik ketinggian theodolit)
Berfungsi sebagai titik pusat ketinggian dimana theodolit didirikan yang
diukur dari permukaan tanah.
d. Horizontal motion clamp (klem pengunci horizontal)
Berfungsi untuk mengunci perputaran theodolit kearah horizontal.
e. Horizontal tangent screw (sekrup penggerak halus horizontal)
Berfungsi untuk menggerakkan theodolit kearah horizontal secara halus.
f. Optical plummet telescope (centering optic)
Berfungsi untuk mengecek kedudukan theodolit, apakah sudah tepat berada
di atas patok atau belum.
g. Display (layar)
Berfungsi sebagai tempat menampilkan pembacaan sudut vertikal maupun
sudut horizontal, baik pembacaan sudut biasa maupun luar biasa.
h. Hand grip (pegangan)
Tempat untuk memegang atau membawa theodolit.
i. Hand grip fixing screw (sekrup pengencang pegangan)
Sekrup untuk mengencangkan pegangan theodolit atau hand grip.
j. Telescope focusing knob (pengatur fokus teropong)
Berfungsi untuk mengatur fokus teropong sehingga objek yang dibidik
dapat terlihat dengan jelas.
k. Battery (baterai)
Sumber tenaga yang dipakai di theodolit.
l. Telescope eyepiece (lensa okuler atau pengamat)
Berfungsi untuk mengamati objek bidik dan mengamati bacaan benang
atas,benang tengah dan benang bawah (pada rambu ukur).
m. Vertical motion clamp (klem pengunci vertikal)
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
Waterpass adala h sebuah alat optis yang berfungsi untuk mengukur beda tinggi dan
jarak horizontal antara dua buah titik. Berikut ini bagian-bagian alat ukur beda tinggi
(waterpass).
1. Lensa objektif
Berfungsi untuk menangkap objek yang dibidik sehingga bisa dibaca pada lensa okuler
atau pengamat.
2. Optical micrometer alignment index (Kelurusan mikrometer optis indexing)
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
3. Cermin
Berfungsi untuk memberikan pencahayaan pada nivo kotak.
4. Pembidik
Berfungsi sebagai alat bantu bidikan untuk membidik objek yang akan diamati.
5. Nivo kotak
Berfungsi untuk mengetahui posisi waterpass benar-benar sudah datar (sumbu I
vertikal ).
6. Lensa okuler ( pengamat )
Berfungsi untuk mengamati objek bidik dan mengamati bacaan benang atas dan
benang bawah ( pada rambu ukur ).
7. Pelindung lensa okuler
Berfungsi sebagai cover/pelindung lensa okuler.
8. Sekrup pengatur fokus teropong
Berfungsi untuk mengatur fokus teropong sehingga objek yang dibidik dapat terlihat
dengan jelas.
9. Sekrup penggerak halus horizontal
Berfungsi untuk menggerakkan waterpass kearah horizontal secara halus.
10. Sekrup A, B dan C.
Berfungsi untuk mengatur nivo kotak agar sumbu I vertikal.
11. Plat dasar
Berfungsi sebagai tempat dudukan waterpass sehingga posisi waterpass bisa stabil.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
1. Rambu ukur
Berfungsi sebagai objek yang dibidik untuk mendapatkan data-data, seperti ketinggian,
sudut vertikal, sudut horizontal, benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
2. Kompas
Berfungsi untuk menunjukkan arah utara bumi.
3. Statif ( tripod )
Berfungsi sebagai tempat untuk mendirikan alat.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
4. Pita ukur
Berfungsi untuk memberi tanda dan mengukur jarak langsung pada pengukuran
penyipat datar dan untuk mengukur ketinggian alat.
5. Unting-unting
Berfungsi untuk menempatkan sumbu I tepat di atas patok.
6. Payung
Berfungsi untuk melindungi alat dari sinar matahari langsung maupun hujan.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
III I
II
B A
C
II
III
B A
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
e. Putar posisi nivo pada kedudukan II. Jika gelembung udara menyimpang,
seimbangkan dengan skrup A dan B.
f. Putar nivo pada posisi III. Jika menyimpang, seimbangkan dengan skrup C saja.
g. Setelah itu cek lagi lingkaran centering, jika bergeser dari paku geserlah sedikit alat
dengan mengendorkan sekrup alatnya. Setelah itu seimbangkan lagi nivo tabung
dengan sekrup A-B-C. Lakukan berulang-ulang hingga alat benar-benar tegak di
atas titik.
5. Setelah pengaturan sumbu I vertikal selesai, tentukan titik acuan alat sebagai titik
00000 (arah utara bumi dengan menggunakan kompas).
6. Kunci semua sekrup penggerak horizontal dan vertikal.
7. Nyalakan layar dengan menekan tombol power.
8. Setting sudut horizontal 00000 dengan menekan tombol 0 SET 2x.
9. Tampilkan pembacaan sudut vertikal dengan menekan tombol V / %.
10. Satu kali untuk mengetahui sudut vertikal
11. Dua kali untuk mengetahui prosentase kemiringan
12. Apabila di layar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R menunjukkan
pembacaan sudut biasa, dan bila ingin diubah menjadi pembacaan sudut luar biasa
tekan tombol R / L .
13. Ukur tinggi kedudukan alat dengan menggunakan pita ukur.
14. Pengukuran sudut horizontal dan vertikal menggunakan theodolith model DT-200
dilakukan dengan cara :
a. Sentring alat di titik C dan target di titik A dan B (lihat gambar)
B
A
C
Gambar 3. 6 Sentring alat di titil C
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
V 901020
HR 1202530
V 901020
HR 00000
d. Bidik target B maka sudut horizontal dan vertikal langsung ditampilkan di layar :
V 901020
HR 503015
15. Setting sudut horizontal kanan/kiri (R/L) :
a. Tampilan HR di layar berarti bacaan horizontal membesar jika teropong diputar
searah jarum jam dan sebaliknya.
b. Tampilan HL di layar berarti bacaan horizontal mengecil jika teropong diputar
searah jarum jam dan sebaliknya.
16. Set pembacaan tertentu pada arah horizontal :
a. Gerakkan teropong pada bacaan yang diinginkan
Pembacaan tertentu V 901020
HR 1202530
b. Tekan tombol HOLD agar jika teropong diputar kearah yang diinginkan
pembacaan horizontal tidak berubah.
c. Untuk menormalkan kembali bacaan arah horizontal tekan HOLD.
17. Pengukuran kemiringan (V%)
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
0 rambu
Ba
Bt
Z Bb
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
b. Untuk tipe semua alat dengan sekrup heling, garis bidik dapat diatur dengan
sekrup helingnya, kemudian nivo diseimbangkan.
4. Mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu I :
a. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat kedudukan benang silang
mendatar tegak lurus sumbu I
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
D D D
A B C D
bta btc
D
B h
A C
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
2D D
3
t 4
k
5
1 2
D
B h
A C
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 4
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 3
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 16
Pemetaan dan GIS Tanggal
Nama MK : : 7 September 2019
(+Pr) berlaku
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
BAB IV
PENGUKURAN BEDA TINGGI (WATERPASSING)
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan elevasi pada sebuah bidang
lahan. Pengukuran waterpasssing dapat dibedakan menjadi waterpassing memanjang dan
waterpassing melintang. Pengukuran beda tinggi (waterpassing) memanjang dapat
dilakukan dalam bentuk jaringan terbuka atau jaringan tertutup. Waterpassing terbuka
digunakan untuk perencanaan/pengukuran jalan, saluran, dan proyek-proyek yang
mempunyai sifat memanjang. Sedangkan waterpassing tertutup digunakan untuk
pengukuran elevasi suatu area yang sifatnya tidak memanjang, misal perencanaan bangunan
gedung. Waterpassing melintang dilakukan tegak lurus terhadap waterpassing arah
memanjang.
Berikut adalah parameter – parameter penting dalam praktikum waterpassing.
1. Jarak optis : jarak antara suatu titik dengan titik yang lain dalam rangkaian
waterpassing yang diperoleh dari pembacaan benang atas (Ba) dan benang bawah (Bb)
pada rambu.
2. Beda tinggi : selisih ketinggian antara suatu titik dengan titik yang lain.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
3. Total slag yang dilakukan dalam satu hari disebut 1 seksi. Sedangkan total panjang
seksi yang diukur disebut satu trayek.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
4. Bila beda tinggi tiap slag ∆h 1, ∆h2,….dan seterusnya sampai kembali ke 0 (starting
point) kesalahan penutup waterpasing ∑ ∆ h = fh
Ketelitian order – I, fh = + 4 mm √D
order – II, fh = + 7 mm √D
order – III, fh = + 10 mm √D
IV.2.2 Perhitungan Data
1. Pengukuran sifat datar memanjang
2. Menghitung perbedaan tinggi (elevasi) antara rambu depan dan belakang
3. Menghitung jarak antara titik dengan menggunakan rumus
D=100 { ( Ba belakang−Bbbelakang ) + ( Ba depan−Bbdepan ) }
4.
5. Menghitung elevasi sementara dengan menggunakan rumus
6. El.sementara = El.awal + beda tinggi
7. Menghitung tingkat ketelitian (koreksi)menggunakan rumus
jarak antar titik
Koreksi=
jarak keseluruhan
(−∑ Δh )
8. Menghitung Elevasi tetap menggunakan rumus
Elevasi tetap = El.sementara + Koreksi
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
fh = 0.5(hfpergi+fhpulang) = 0.02
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
D2
D1
3
2
∆h12 ∆h23 3
1
∆h51 ∆h3
D5 44 D3
1 4
∆h45
5 4
D4
5
Gambar 4. 4 Ilustrasi waterpassing tertutup
∑ ∆h = fh
Koreksi beda tinggi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini
d
Δh= fh
∑d .
Contoh :
D12
k . Δh12= fh
∑D
D 23
k . Δh23= fh
∑D
Versi : 2019 Revisi : 3 Halaman 8
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
…..
d ( n−1 ) n
k . Δh( n−1 ) n= fh
∑d
IV.2.6 Waterpassing melintang
Untuk keperluan tertentu, misalnya untuk perencanan saluran dan jalan, waterpassing
memanjang biasanya diikuti dengan pengukuran penampang melintang (cross section).
Pengambilan detail minimum 7 (tujuh) titik.
2 6
7
1
3 4 5
1 3 4 7
2 5 6
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 5
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 4
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
Catatan:
a. Ke kanan adalah ke hilir untuk saluran
b. Ke kanan adalah searah jalan yang dituju untuk rencana jalan raya
c. Penampang memanjang utama pada saluran adalah yang melalui dasar terdalam
saluran yang bersangkutan
Penampang memanjang utama pada jalan adalah yang melalui tengah jalan (Create
Line).
2. Penampang melintang
615.00
Penampang melintang dibuat pada setiap posisi rambu. Pengambilan titik detail
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada prinsipnya titik detail diambil pada titik
yang memiliki beda tinggi yang signifikan. Pada penggambaran penampang melintang
menggunakan skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:50.
610.00
605.00
bidang persamaan
reference level
+600.00 m
ELEVASI T ANAH ASLI (m)
ORIGINAL GROUND LEVEL
STA.4+700
Gambar 4. 9 Penggambaran penampang melintang hasil pengukuran beda tinggi
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
BAB V
POLIGON TERTUTUP
Poligon tertutup adalah serangkaian titik yang dihubungkan dengan garis lurus yang
membentuk suatu bidang dimana titik awal dan titik akhir mempunyai koordinat yang
sama.
Parameter-parameter penting dalam praktikum poligon tertutup :
1. Azimuth : Sudut horizontal yang diukur dari arah utara sebagai 0 searah dengan
putaran jarum jam. Pengukuran azimuth ini dilakukan untuk kontrol arah dan
menghitung koordinat titik-titik poligon.
2. Jarak Optis : Jarak horizontal antara titik satu dengan titik yang lain dalam rangkaian
poligon tertutup. Jarak optis diperoleh dari pembacaan benang atas dan benang bawah
pada rambu dengan menggunakan alat ukur theodolit.
3. Beda tinggi : Selisih ketinggian antara antara dua titik yang diukur.
4. Heling : Sudut vertikal antara garis bidik teropong dengan arah horizontal (pada
viewfinder arah horizontal ditunjukkan dengan pembacaan 90° atau 270°).
Z Z
h+ h+
270° 90°
h- h-
Z Z
Gambar 5. 1 Heling
5. Koordinat titik : letak suatu titik pada poligon yang diproyeksikan pada bidang datar
dalam koordinat cartesius (x,y).
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
Dalam praktikum poligon tertutup ini, alat-alat yang diperlukan antara lain berikut
ini.
1. Theodolit beserta statif 1 buah
2. Rambu ukur 2 buah
3. Pita ukur 1 buah
4. Kompas 1 buah
5. Palu/martil 1 buah
6. Payung alat 1 buah
7. Patok dari kayu reng dengan panjang 30 cm
8. Formulir poligon secukupnya.
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
∑ ϕ=180 ( n−2 ) . Jika ∑ ϕ≠180 ( n−2 ) berarti ada kesalahan sudut dalam sebesar
fφ. Dengan n adalah banyaknya titik polygon.
Gambar 5. 2 (a) Poligon tertutup searah jarum jam (b) Poligon tertutup berlawanan
arah jarum jam
3. Nilai koreksi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.
∑ ϕ r erara−( n−2 ) 180 °
koreksi=
n .
Koreksi memiliki tanda yang berlawanan dengan kesalahan (fφ).
4. Sudut dalam terkoreksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini
ϕ terkoreksi=ϕpengukuran +koreksi
5. Menghitung azimuth sisi-sisi polygon. Nilai α12 diukur di lapangan dengan bantuan
kompas.Azimut titik yang lain dapat dihitung dari azimuth awal (α 12) dengan
menggunakan persamaan berikut.
α 23=α 12+180 °−ϕ2 terkoreksi
α 31=α 23+180 °−ϕ3 terkoreksi
6. Menghitung jarak optis poligon dengan rumus :
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
2
D=100( Ba −Bb )cos h
Dengan
D = Jarak alat ke rambu ukur
100 = Konstanta alat
Ba = Pembacaan benang atas rambu ukur
Bb = Pembacaan benang bawah rambu ukur
Z = Pembacaan sudut vertikal
h = Heling (90-Z atau Z-270)
7. Menghitung nilai beda tinggi dengan rumus berikut ini.
Δh=t i +D tanh−B t
Dengan
ti = tinggi instrument
D = jarak optis
H = heling
Ba + Bb
Bt = pembacaan benang tengah ( 2 )
∑ Δh≠0 berarti ada kesalahan pengukuran beda tinggi (fh) sehingga harus
dilakukan koreksi.
9. Nilai koreksi beda tinggi untuk setiap titik dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini.
D12 . fh
rerata
koreksi Δh12=
∑ Drerata
dengan
fh = - h
10. Jumlahkan nilai koreksi dengan h untuk mendapatkan h terkoreksi.
11. Jumlahkan nilai h terkoreksi dengan elevasi awal.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
12. Menghitung selisih koordinat setiap titik pada arah x ( D sin α ) dan selisih koordinat
setiap titik pada arah y ( D cos α ).
D23cos23
D12cos12
3
D13cos13
1
D12sin12 D23sin23
D13sin13
13. Jika ∑ D sin α≠0 berarti ada kesalahan pada arah x yang nilainya dapat dihitung
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
D sin α = x
D cos = y
14. Nilai D sin α terkoreksi dan D cos α terkoreksi didapat dengan menjumlahkan
V.5 Penggambaran
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
u
B
102,83 102,83
A A
I II
Gambar 5. 4 Penggambaran titik detail
Pada cara pertama titik detail (ketinggian 102,83) ditentukan berdasarkan arah
utara dengan azimuth sebesar dan jarak D. Pada cara kedua, digambarkan dengan
sudut dalam φ dan jarak D. A dan B adalah titik-titik poligon, sedang tempat
kedudukan alat di A. Detail yang dimaksud merupakan titik dari angka ketinggian.
3. Penggambaran Garis Tinggi (kontur)
a. Setelah titik-titik detail diplotkan, garis tinggi atau kontur dapat digambar dengan
interpolasi linear dari 2 (dua) titik detail yang sudah diplotkan ketinggiannya.
P K Q
114.21 115 115.34
115.34
115 Q
K
hPQ
114.21 P
X1
X
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
linear. Jika dihitung dari P maka posisi titik K dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut.
Y 1 =el. K −el. P=115 .00−114. 21=0. 79
Y =el. Q−el . P=115. 34−114. 21=1 .13
Y 1 X1
=
Y X
0 .79 X 1
=
1. 13 X
0 .79 X
X 1=
1. 13
Dengan
X = adalah jarak optis hasil pengukuran antara titik P dan titik Q
c. Penggambaran kontur tidak boleh menabrak garis kontur yang lain.
d. Garis kontur dibuat pada kelipatan interval kontur. Pada praktikum ini interval
kontur diambil 0,1 m atau 0,2 m tergantung pada kondisi medan. Jika medannya
datar digunakan interval kontur yang kecil (0,1 m) dan jika medan mempunyai
perbedaan elevasi yang besar digunakan interval kontur besar (0,5 m ).
1) Yang harus diperhatikan adalah pola (pattern) garis tinggi dari lapangan yang
bersangkutan misalnya :
2) Tipe monoton naik atau turun
3) Tipe dome (kubah)
4) Tipe sungai
5) Tipe drainase dan jalan
6) Tipe cekungan misalnya telaga, dan lain-lain.
4. Skala Peta
Pada penggambaran peta skala dapat dinyatakan dengan angka (skala numeris)
misalnya 1:100, 1:500, 1:1000 dan seterusnya. Tetapi juga dapat dinyatakan dengan
garis (skala garis). Untuk lebih memudahkan membaca peta biasanya dibuat gabungan
skala numeris dengan garis.
Contoh :
0 5 10 cm
0 50 100 m
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 6
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 5
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 11
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2019
11
145 0
11
5
140
120
145
135 160
135
1 135
1 30
120 25 150 150
140
115 145
125
140
110
130
2000 2500 3000 3500 4000
110
130
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 12
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 8
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 19
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2015
BAB VI
SETTING OUT BANGUNAN
1. Setting out bangunan adalah menempatkan titik-titik yang sudah ditentukan di peta
situasi atau desain bangunan di lapangan.
2. Praktikum ini bertujuan untuk menempatkan titik-titik pondasi dari gambar desain
bangunan ke lapangan (area yang akan dibangun).
3. Parameter – parameter penting dalam praktikum setting out bangunan adalah:
a. Jarak pada gambar desain bangunan: jarak antara pondasi satu dengan yang lain
serta jarak pondasi dengan benchmark (biasanya dari titik patok bumi)
b. Besarnya sudut gambar desain bangunan : sudut yang terbentuk dari benchmark
terhadap titik pondasi
1. Sebelum ke lapangan:
a. Menentukan benchmark pada peta situasi misal dua titik patok bumi yang diberi
nama titik P dan Q. Di titik P ini akan dipasang alat theodolit untuk mengukur
titik-titik pondasi yang diberi nama titik A-B-C-D. Titik Q dipakai sebagai titik
referensi arah.
FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 12
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 8
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 19
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2015
D C
jalan raya
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 12
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 8
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 19
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2015
A B
59° 8.25
41°
3.00
4.03
6.29
jalan raya
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 12
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 8
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 19
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2015
2. Di lapangan
FM-UII-AA-FKA-08.08/R0
MATERI/MODUL PRAKTIKUM
Fakultas : FTSP Pertemuan ke : 12
Prodi : Teknik Sipil Modul ke : 8
Kode MK : 5 1 1 1 2 1 0 6 Jumlah Hal : 19
Nama MK : Pemetaan dan GIS (+Pr) Tanggal berlaku : 7 September 2015
VI.4 Kesalahan Umum yang terjadi pada saat setting out bangunan
1. Arah sudut horisontal 0°00`00`` tidak diarahkan ke titik Q tetapi diarahkan ke utara.
2. Sudut vertikal tidak dikunci sehingga teropong bisa bergerak ke atas dan ke bawah.