PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bias perlahan) disertai
jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat,
mengganggu, dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan.
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan akan bencana. Untuk mencegah
terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan
korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien, dan
terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan
penanggulangan bencana. (Tahir, 2010).
Bencana dapat terjadi dimanasaja tanpa bias kita prediksi, namun kita antisipasi
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.Bencana pada dasarnya terjadi
karena bencana alam dan ulah manusia. Salah satu bencana yang kita angkat dalam
pembahasan ini yaitu bahaya kebakaran, karena kebakaran sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan kerugian baik materill dan nyawa manusia dengan hitungan
waktu jika tidak ditangani secara serius.Akibatnya pun juga beragam dari akibat
kehilangan lapangan pekerjaan hingga kehilangan nyawa seseorang akibat kebakaran
itu karena tempat mereka mencari kerja sudah terbakar.
Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina)
merupakan industri pengelola minyak dan gas bumi di Indonesia. Proses pengolahan
atau pengilangan minyakbumi seperti kilang minyak di PT PERTAMINA (Persero)
RU IV Cilacap dengan kapasitas produksi untuk mengolah minyak mentah sebesar
penanggulangan
bahaya
kebakaran
haruslah
menjadi
program
dalam
kebijaksanaan manajemen perusahaan dan juga harus didukung oleh segenap pekerja.
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah
mengantisipasi dalam hal mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
member jalan penyelamatan, penyelenggaraan latihan penanggulangan kebakaran
yang wajib diterapkan di setiap tempat kerja sejak dari perencanaan serta dan sangsi
hukuman terhadap pelanggaran.
Untuk mengantisipasi terhadap potensi bahaya tersebut, maka bidang HSE
mempunyai peranan penting dalam usaha pencegahan dan penanggulangan terjadinya
bahaya peledakan dan kebakaran dengan cara menyediakan alat, sarana dan fasilitas
penanggulangan kebakaran, keselamatan kerja dan pencegahan pencemaran
lingkungan yang memadai disamping fasilitas peralatan operasional utama. Apabila
terjadi keadaan darurat akan cepat teratasi dengan alat, sarana maupun fasilitas yang
memadai serta sumber daya manusia yang terlatih untuk mencegah dan
mengantisipasi bahaya-bahaya kebakaran dan peledakan yang diakibatkan oleh
kegagalan proses produksi.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui penanganan penanggulangan sistem tanggap darurat
kebakaran di Area kilang PT Pertamina Refenery Unit IV Cilacap
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kebijakan/prosedur evakuasi dan tanggap darurat
kebakaran yang ditetapkan di Pertamina Refenery Unit IV Cilacap
2. Untuk mengetahui sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat
3. Mengetahui
sarana
penyelamatan jiwa/evakuasi
tanggap
darurat
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap
sarana
pemantapan
keifmuan
bagi
mahasiswa
dengan
bahan
referensi
FIKES,
sehingga
diharapkan
dapat
upaya
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
2.1
Kerangka Teori
2.1.1
Pengertian Kebakaran
Menurut Soehatma Ramli pada tahun 2010, "kebakaran adalah api yang
: pekerja, pengelola
2. Faktor Teknis
3. Faktor Alam
1.2. Pengelola
Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
Sistim dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama
dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan
lain-lain.
Tidak adanya standard / kode yang dapat diandalkan atau
penerapan tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis
dari peralatan.
Sistim penanggulangan bahaya kebakaran baik sistim tekanan
udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi secara baik.
2. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan
Melalui proses fisik / mekanis dimana 2 (dua) faktor penting yang
menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat
kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan bendabenda, maupun adanya api terbuka.
Melalui proses kimia yaitu terjadi sewaktu-waktu pengangkutan
bahan-bahan
kimia
berbahaya,
penyimpanan
dan
penanganan
akibat panas yang datang dari luai, molekul- molekul benda padat terurai dan
membentuk gas, kemudian gas inilah yang terbakar. Sifat utama dari kebakaran
kelas A adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas
yang banyak dalam bentuk bara. Contoh dari kebakaran kelas A adalah:
terbakarnya kayu, kertas, batu bara dan plastik. Pertumbuhan dan perkembangan
api pada kebakaran kelas ini biasanya lambat, dan karena bahan - bahan yang
terbakar bersifat padatan maka proses pemadamannya pun lebih mudah
dibandingkan dengan kebakaran pada benda cair dan gas. Media pemadam yang
sering digunakan dan terbukti efektif untuk kebakaran kelas ini adalah air.Prinsip
pemadamannya adalah dengan pendiginan atau penurunan temperatur sehingga
unsur panas dapat dihilangkan.
2. Kebakaran Kelas B
Kebakaran yang terjadi dengan melibatkan bahan bakar cair dan gas seperti
minyak, bahan kimia, gas - gas hidrokarbon, dan lain - lain. Secara lebih spesifik
kebakaran kelas ini dibagi menjadi:
A. Kelas B1 (bahan bakar larut dalam air)
Misalnya
Methanol
dan
aseton.
Pemadaman
dapat
dilakukan
10
yang
terjadi
sering
mengakibatkan
kecelakaan
yang
yaitu: panas (radiasi panas), asap, ledakan dan gas . Bahaya-bahaya tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Bahaya Radiasi Panas
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkan merambat dengan
cara radiasi, sehingga benda - benda di sekelilingnya menjadi panas.
Akibatnya benda-benda tersebut akan menyala jika titik nyalanya
terlampaui. Selain pada benda akibat paparan panas yang tinggi
mengakibatkan manusia menderita kehabisan tenaga, kehilangan cairan
tubuh, terbakar atau luka bakar pada pernafasan dan mematikan
jantung.Pada temperatur 300 OF (148,90C) dikatakan sebagai temperatur
tertinggi dimana manusia dapat bertahan (bernafas) hanya dalam waktu yang
singkat.
2.
Bahaya Asap
Asap yang ditimbulkan pada saat terjadi kebakaran berasal dari proses
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan - bahan yang mengandung
unsur karbon. Oleh efek pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk
seperti gumpalan awan kemudian berpencar secara horisontal dan ke bawah
mengisi seluruh ruangan. Ketebalan asap tergantung dari jenis bahan yang
terbakar dan temperatur kebakaran tersebut.
3.
Bahaya Ledakan
11
Bahaya ledakan dapat terjadi pada saat kebakaran.Jika diantara bahanbahan yang terbakar terdapat bahan yang mudah meledak, misalnya terdapat
tabung - tabling gas bertekanan, maka dapat terjadi ledakan.
4.
Bahaya Gas
Pada peristiwa kebakaran banyak gas - gas yang dihasilkan yang berasal
dari bahan - bahan yang terbakar (terutama bahan - bahan kimia). Gas - gas
tersebut dapat menyebabkan iritasi, sesak napas, bahkan bersifat racun yang
mematikan. Gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran
yaitu HCN, NO2, HCL, dan lain -lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni
paru - paru danmenyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan mata.
Sedangkan gas lain seperti CO2 dan H2S dapat mengurangi kadar oksigen
diudara.
Pada keadaan normal kadar oksigen di udara sekitar 21 % dan akan
berkurang pada saat terjadi kebakaran karena oksigen juga digunakan untuk
proses pembakaran. Jika kadar oksigen diudara kurang dari 16 %, manusia
akan lemas dan tidak dapat mengenali bahaya yang ada di sekitarnya.
Sedangkan pada kadar 12 % manusia tidak akan bertahan hidup. (Colling,
1990).
12
penyelamatan
dan
evakuasi
korban,
harta
benda,
pemenuhan
kebutuhan
Kelengkapan tapak
2.
Sarana penyelamatan
3.
4.
2.
Sarana penyelamatan
3.
4.
13
yang
dikeluarkan
oleh
NFPA
(National
Fire
Protection
Darurat
adalah
suatu
keadaan
tidak
normal
meliputi
14
daerah
setempat.Keadaan
darurat
kategori
ini
adalah
suatu
15
2.
3.
16
4.
5.
4.
5.
diuji-coba
secara
periodik
untuk
menilai
kelengkapan,
kesesuaian,
dan
harus
direvisi
bilamana
diperlukan
sesuai
hasil
uji-coba
yang dilaksanakan.
Waktu merupakan hal yang sangat penting dalam keadaan darurat.
Semakin cepat reaksi/tanggapan, maka semakin besar kesempatan
untuk
Alokasi sumber daya yang diperlukan pada tempat dan waktu yang tepat;
17
2.
Melaksanakan uji coba keadaan darurat secara realistik, artinya uji coba
pelatihan
kepada
personil
yang
mendapatkan
tanggungjawab
situasi
darurat
adalah
tata
cara/pedoman
kerja
dalam
menanggulangi suatu keadaan darurat dengan memanfatkan sumber daya dan sarana
yang tersedia untuk menanggulangi akibat dan situasi yang tidak normal dengan
18
tujuan mencegah atau mengurangi kerugian yang lebih besar.Dalam NFPA 101
sendiri, prosedur tanggap darurat merupakan cakupan dari rencana tanggap darurat
yang harus ada.Di dalam prosedur tersebut haruslah terdapat koordinasi dengan pihak
pemadam kebakaran setempat.Di samping itu terdapat juga pemeriksaan dan
pemeliharaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terjadwal
secara rutin.Fasilitas manager harus berkoordinasi dengan instansi yang mendukung
dari luar sebelum terjadi keadaan darurat. Koordinasi awal ini akan meminimalkan
kebingungan dan kekacauan selarna situasi darurat dan mengembangkan hubungan
dengan badan-badan yang memberikan dukungan.
2.1.6 Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran yang baik pada sebuah bangunan, seharusnya
meliputi sarana proteks aktif dan sarana proteksi pasif.
2.1.6.1 Saran Proteksi Aktif
Menurut KEPMEN PU No.lO/KPTS/2000, sarana proteksi kebakaran aktif
adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan
mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual,
digunakan oleh penghuni atau petugas kebakaran dalam melakukan operasi
pemadaman. Adapun yang termasuk dalam sistem kebakaran aktif adalah APAR,
detektor kebakaran, alarm,springkler,hidran.
1. Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya
Secara operasional peralatan deteksi dan tanda bahaya kebakaran bertujuan untuk
memberikan tanda bagi penghuni gedung atau instalasi/pabrik bahwa telah terjadi
kebakaran.Peralatan/system ini terdari dari dua jenis yaitu otomatis dan manual.
1) Tanda Bahaya Secara Otomatis
Prinsip kerja dari peralatan ini yaitu jika terjadi kebakaran maka sensor yang terdapat
pada peralatan akan mengaktifkan secara otomatis tanda bahaya berupa suara yang
19
dapat menarik perhatian penghuni gedung atau instalasi lainnya.Peralatan ini terdiri
dari tiga jenis yaitu:
a. Heat Detector, alat akan mendeteksi adanya kebakaran jika di dalam
ruangan telah terjadi kenaikan temperatur pada suhu yang telah ditetapkan.
b. Smoke Detector, dimana peralatan ini akan bekerja dengan memberikan
tanda kebakaran berupa bunyi jika terdeteksi adanya asap yang cukup tebal dari hasil
pembakaran
c. Flame Detector, peralatan ini biasanya digunakan pada area terbuka dimana
pada area tersebut terdapat penimbunan atau proses bahan bakar gas atau cair yang
mudah terbakar seperti inslasi KilangMinyak/Petrokimia. Alat ini hanya akan bekerja
jika sensor pada peralatan flame detector menerima silam hasil kebakaran.
perangkat yang
berfungsi
untuk
meharik
perhatian
atau
20
tingkat kebisingan umum (minimal menghasilkan level suara 85 dB pada jarak 3,5
meter dari detektor.
b. Tanda Bahaya dengan lampu, sinar atau suara tertentu.
Alat ini dapat berupa lampu atau suara tertentu saja dan biasanya digunakan di
tempat
untuk
kebakaran awal dimana api masih kecil dan dapat dikendalikan oleh
kemampuan tipe pemadam tersebut.
Beberapa peralatan tersebut adalah sebagai berikut :
Selimut Anti Api (Fire Blanket), peralatan ini adalah selimut tahan api yang disimpan
dalam tabling penyimpanan, tergulung seperti pita untuk memudahkan pelepasannya.
Apabila ditarik maka gulungan akan lepas dan terbuka, sehingga dalam waktu singkat
siap digunakan.
21
b. Alat pemadam jinjing, adalah suatu alat pemadam yang mudah dibawa
mengandung media pemadam berupa tepung, cairan atau gas yang dapat
terpancar
dengan
bantuan
tenaga
pendorong
untuk memadamkan
api.
Berdasarkan ukuran berat, dibagi menjadi dua yaitu alat pemadam api ringan/
APAR (< 20 kg) dan alat pemadam berat atau beroda (> 20 kg).
a) Alat Pemadam Api Rngan (APAR)
Menurut Soehatma Ramli pada tahun 2010, Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut, diangkat, dan
dioperasikan oleh satu orang. APAR merupakan alat pemadam ap yang
dapat dijinjiag dengan berat yang tidak melebihi 10 kg adapun media
pemadam yang digunakan adalah air, serbuk, kimia, busa dan gas. APAR
bersifat praktis dan mudah cara penggunaanya, tapi hanya efektif untuk
memadamkan kebakaran kecil atau awal kebakaran sesuai dengan
klasifikasi
kebakarannya
(Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
dapat
disemprotkan
bertekanan
untuk
tujuan
pemadamankebakaran.
Kesuksesan penggunaan APAR dalam memadamkan api (ILO,1989)
tergantung dari 4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasikebakaran
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c Kecukupanjumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR
d. Berfungsinya APARsecara baikberkaitandenganpemeliharaannya
Syarat-syarat penempatan Alat Pemadam Ringan (APAR)
a. Ketentuan teknis atau syarat syarat penempatan danpemasangan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) menurutPermenaker No. Per 04/Men/l
980 adalah sebagai berikut :
a) Pada APAR terdapat klasifikasi kebakaran (A,B,C,D)
22
Klas
A:
Kebakaran
bahan
combustible
sepertikayu,kertas,kain,dll.
b. Kebakaran Klas B: kebakaran cairan mudah terbakar, lemak
dansemacamnya.
c. Kebakaran Klas C: Kebakaran pada peralatan listrik yang dapat
menimbulkan bahaya tersengat listrik.
23
d. Kebakaran
Klas
kebakaran
pada
logam,
seperti
Tipe Kebakaran
Bahan Pemadam
Klas
Pemadam
A
Bahan mudah
Terbakar
B
Cairan mudah
Air bertekanan,
busa asam soda,halon
Serbuk kimia kering,
Terbakar
Peralatan
busa,karbon,dioksida
Serbuk kimia kering,
Listrik
Logam mudah
Terbakar
diberi sodiumchloride
dan bahan grafit
24
d. Label:
a) Jenis Tipe (Air,CO2,Dry Chemical)
b) Klasifikasi(A,B,C)
Tipe kontruksi tabung APAR terdiri dari:
a. Catride
b. Stored Preassured
c. Self Expelling
Pada APAR tipe catridge :gas pendorong dan mediapemadam disimpan dalam
ruang yang berbeda. APAR digerakkan Gas pendorong melalui operating level dan
mendorong media pemadam. Pancaran akan dikendalikan oleh katup yang terletak
pada selangdischarge. Untuk tipe tekanan tersimpan (stored pressure),gas pendorong
dan media pemadam tersimpan dalam satu ruangan dan penyemprotan dikendalikan
dari
juga
sebagai
25
b)Mudah dilihat
c)Cepat diambil dan digunakan
d)Tidak mungkin si pemakai terjebak bila kebakaranmeluas
e)Bebas dari kemungkinan kerusakan
f) Penyebaran merata, sedapat mungkin homogen
APAR dapat dipasang/ diletakan pada: dinding, tianglemari khusus
APAR,
/peralatan
pemadam
kebakaran
tetap
mempunyai
kemampuan
pemadaman lebih luas dan besar dibandingkan dengan peralatan pemadam jinjing
yang terbagi menjadi 2( dua jenis) yaitu: Untuk yang dioperasikan secara manual
adalah:
a. Hose Reel
Sebuah gulungan selang yang fleksibel berdiameter dalam 25 mm, dililitkan
pada suatu penggulung dan panjang selang tidak lebih dari 35 m. Alat ini dapat
dioperasikan secara langsung, karena dihubungkan suatu kerangan secara
manual atau otomatis bila sedang ditarik. Pada ujung selang dipasang,
nozzle.Hose reel biasanya ditempatkan deket pintu keluar atau dekat dasar
tangga.
b. Hidran
Hidrant pemadam kebakaran adalah suatu sarana yang dihubungkan
dengan sumber air pemadam melalui jaringan pipa pemadam yang
berfungsi untuk sebagai sumber air yang dibutuhkan pada saat pencegahan
ataupun penanggulangan pemadaman
A. Hydrant dalam operasionalnya terbagi menjadi 2 jenis :
a. Dry Barrel Hydrant ( Hydrant Kering )
yaitu ; sepanjang sistim jaringan/pilar hydrant pada saat tidak
digunakan kondisi kering (Tidak berisi Air).
b. Wet Barrel Hydrant ( Hydrant Basah )
26
27
28
Kepala pemancar air yaitu tempat dimana air dikeluarkan di atas daerah
terbakar atau daerah yang dilndungi. Air akan keluar bila sumbat pemancar air dan
katup pemasok air pemadam terbuka/terlepas karena bekerjanya detector kebakaran.
Jenis sistem pemancar berdasarkan distribusi air, luas area dan metode
operasi serta kondisi lingkungannya maka sistem pemancar air terdiri dari beberapa
kebakaran: pemancar air terdiri dari beberapa kebakaran:
1. Sistem pipa basah
Pada sistem pipa untuk mengalirkan air selalu terisi air bertekanan yang
dihubungkan dengan sumber air. Untuk itu, sistem air yang digunakan harus bersih
tidak menimbulkan endapan,karat dan tidak membeku. Umumnya tekanan air dalam
sistem dihubungkan dengan detector kebakaran, sehingga jika ada satu atau lebih
pemancar air yang terbuka maka tekananair dalam pipa akan berkurang. Dengan
berkurangnya tekanan air maka pompa akan beroperasi.
29
Sistem ini akan menggunakan kepala pemancar air yang terbuka, sehingga
setelah katup pemasok air terbuka maka air akan keluar dari semua kepala pemancar
air secara merata.
b.
30
c) Tepung kimia
d) Bahan pemadam bahan mental yang mudah terbakar
2.1.6.2 Sarana Proteksi Pasif
Sistem penanggulangan kebakaran yang mencakup perlindungan kebakaran
dilakukan semata-mata oleh unsur pasif dari bangunan itu sendiri seperti unsur bahan
bangunan, struktur dan aspek arsitek bangunan.
Sarana proteksi pasif mencakup:
1. Membatasi bahan-bahan mudah terbakar
2. Struktur tahan api dan kompartemenisasi
3. Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni
Penyediian kelengkapan penunjang evakuasi Persyaratan system proteksi pasif
diantaranya adalah:
1. Perencanaan jalur untuk operasi pemadaman kebakaran Hal- hal yang harus
diperhatikan:
a. Site access untuk kendaraan pemadam kebakaran
b. Jarak belokan untuk mobil pemadam kebakaran
c. Ruang untuk putaran/ maneuvre mobil kebakaran
d. Lebar jalan untuk tangga tinggi
e. Menghindarkan rintangan operasi pemadaman
2. Pengurangan penyebaran api eksternal lewat dinding luar. Fungsi dinding luar:
a. Mencegah penyebaran api dari lantai ke lantai
b. Mengisolasi api di dalam bangunan
3. Pencegahan penyebaran kebakaran lewat penutup asap
4. Pengaturan lokasi tempat kegiatan untuk mengurangi resiko penyebaran api;
a. Mengisolasi/ mengatur jarak aman antar lokasi
b. Memasang dan membangun dinding pemisah tahan api
5. Perancangan dan kontruksi apartemen Elemen-elemen yang harus diperhatikan:
a. Dinding komprtemen seperti pintu-pintu, lubang-lubang dan pipapipa yang menembus dinding, pipa saluran udara/ventilasi, dan
sistem ban berjalan/lorong conveyor
b. Lantai kompartemen seperti ruang tangga, lubang-lubang terbuka
dan
pipa-pipa
yang
menembus
lantai,
pipa
saluran
31
32
a. Terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dengan konstruksi tahan api
b. Tangga darurat harus berhubungan langsung dengan jalan, halaman,
atautempat terbuka
c. Tangga melingkar tidak boleh digunakan
5. Tempat Berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukkan
sebagai tempat berhimpun dan dilakukan penghitungan (head count) saat terjadi
keadaan darurat termasuk kebakaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan sarana penyelamatan jiwa
(means ofascape);
1. Beban penghunian (occupancy load) yaitu jumlah penghuni bangunan
2. Sarana jalan keluar adalah jalan dari perjalanan keluar yang tidak terputus atau
terhalang dari setiap titik di dalam bangunan menuju suatu jalan umum atau
ruang terbuka
3. Jarak tempuh maksimum, jumlah dan kapasitas jalan keluar, menhindari jalan
buntu
4. Sistem pengendalian asap
5. Tanda-tanda penunjuk dari iluminansinya penerangan, diperlukan sebagai salah
satu komponen untuk menjamin penghuni berevakuasi dengan mudah dan
cepat. Cahaya dari penerangan darurat harus cukup menerangi jalan keluar
sehingga jika salah satu lampu padam, penghuni harus tetap dapat melalui jalan
tersebut tampa kesulitan. Selama gedung digunakan, penerangan harus menyala
terus menerus.
6. Persyaratan pintu dan tangga kebakaran untuk pintu darurat (fire door) agar
pintu yang didisain sedemikian rupa sehingga tahan tidak terbakar minimal
selama 2 jam, dan khusus dipergunakan bila terjadi keadaan darurat kebakaran.
7. Peralatan bantu evakuasi, pada bangunan tinggi (high rise building) biasanya
selain pintu/tangga darurat disediakan sarana bantu evakuasi lainnya
yangdipergunakan apabila terjadi kegagalan pada pintu/tangga darurat tersebut,
33
harus
merupakan
daerah aman sementara dari api, asap dan gas tahan api minimal 1
jam
3) Penerangan berdiri sendiri tidak tergantung pada sumber utama
Arah menuju exit dipasang petunjuk yang jelas
4) Pintu darurat harus diberi tulisan
5) Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan bagian
belakang tanda tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu
menyala.
2.2 Kerangka Konsep
INPUT
PROSES
A. SDM
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan :
- Pelatihan Pemadaman
Kebakaran
- Pelatihan Evaluasi
OUTPUT
Meminimalisasikan
Resiko terjadinya
Kebakaran dan
Kecelakaan
3. Evaluasi
D. SOP
34
BAB III
PROSES MAGANG
3.1
Persiapan
3.1.1
standar peraturan
yang
berlaku
5. Mengurus perizinan
untuk
lokasi
magang
dilengkapi
dengan
35
Pelaksanaan
Pelaksanaan magang dilaksanakan selama 22 hari kerja dan melaksanakan
kegiatan magang sesuai dengan prosedur yang ada di lapangan. Pada saat magang
mahasiswa melakukan observasi dan mengumpulkan data - data yang berhubungan
dengan topik magang yang diambil. Selain itu peserta magang melakukan identifikasi
masalah dan menganalisis serta melakukan intervensi. Selama proses magang
kehadiran mahasiswa dilengkapi dengan absensi yang ditandatangani oleh
pembimbing lapangan serta menyelesaikan magang dengan membuat laporan
magang. Dan hal tersebut juga harus dikonsultasikan ke pembimbing materi.
3.3
36
37
Tabel 3.1
Kegiatan Magang di PT Pertamina RU IV Cilacap tahun 2015
No
1
4.
Jenis Kegiatan
1 Lapor kepada pembimbing
Lapangan
2 Orientasi dengan pegawai
PT Pertamina RU IV
khususnya
pemegang
program
K3
dalam
penerapan tanggap darurat.
3 Mengenal struktur organisasi
dan kegiatan di PT Pertamina
RU IV Cilacap
1 Mengobservasi
dan
mempelajari
dokumen
kegiatan K3
2 Pengumpulan data yang
berkaitan
dengan
topic
magang
1 Wawancara dengan pegawai
mengenai data-data dan
masalah berkaitan dengan
paparan K3 mengenai proses
evakuasi tanggap darurat
kebakaran di PT Pertamina
RU IV Cilacap
2 Melakukan analisa mengenai
masalah yang timbul dari
data-data yang diperoleh
3 Menyusun
alternatif
pemecahan masalah
1 Menyusun konsep laporan
Magang.
Minggu I
pertengah
an Bulan
Mei
v
Minggu II
Akhir
Bulan
Mei
Minggu
III Awal
Bulan
juni
Minggu IV
Pertengahan
bulan
juni
38
2 Konsultasi
dengan
pembimbing lapangan
3 Konsultasi
dengan
pembimbing magang
4 Pengumpulan hasil magang
kepada pihak akademik.
5 Presentasi hasil magang.
39
penanggulangan sistem tanggap darurat, sarana penyelamatan jiwa dan SOP yang
telah ditetapkan.
3.5 Tahap Akhir
Penulis menganalisa data yang telah didapat selama pelaksanaan magang, serta
melakukan penyusunan laporan hasil magang dan mengkonsultasikan hasil
magang yang telah dibuat kepada pembimbing lapangan dan pembimbing
akademik.
40
BAB IV
HASIL MAGANG
4.1.
mengembangkan potensi sumber daya alam minyak, gas dan panas bumi, berdasarkan
pada landasan UU No.22 tahun 2001, dan PP No. 31/tahun 2003. Berdasarkan UU
tersebut status Pertamina dari sebelumnya sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) menjadi Persero, dan diwajibkan oleh stake holder-nya dalam
hal ini pemerintah untuk menjadi perusahaan yang profit oriented.
41
42
khusus untuk mengolah minyak mentah campuran (cocktail) baik dari dalam maupun
luar negeri. Kilang ini diproyeksikan menghasilkan produk BBM, namun juga
menghasilkan produk Non BBM antara lain LPG, Base Oil, Minarex, Slack Wax,
Naphta, dan aspal. Kilang ini pada awalnya memiliki kapasitas sebesar 200 ribu
barrel/hari, pada tahun 1996 bersamaan dengan kilang minyak pertama, kapasitasnya
ditingkatkan dari semula 200 ribu barrel menjadi 238 barrel/hari (setelah diadakan
proyek debottlenecking).
Gambar 4.2 Blok Diagram FOC II & Paraxylene, LPG & Sulfur Recovery
(Sumber: Majalah Pertamina RU IV Cilacap)
2. Lindungan Lingkungan dan Keselamatan & Kesehatan Kerja
Sebagai suatu prasyarat bagi suatu industri adalah adanya bidang yang
menangani masalah lindungan lingkungan dan keselamatan & Kesehatan Kerja.
Fungsi ini yang memantau dan menangani masalah limbah agar tidak mencemari
lingkungan, disamping menangani aspek keselamatan dan kesehatan bagi pekerja.
Karena itu RU IV terus menerapkan sistem Manajemen Lingkungan (SML), Sistem
44
atau
memperbaiki
kualitas
air
buangan,
terutama
dibangun
sebagai
sarana
untuk
mengurangi
kemungkinan
Cilacap
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleg seorang
General Manager yang membawahi :
45
Procurement Manager
Reliability Manager
OPI Coordinator
Production Manager I
Production Manager II
4.1.3
Visi dan Misi Perusahaan
4.1.3.1.
PT Pertamina (Persero)
Visi : Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
Misi : Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan
secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
4.1.3.2. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Visi : Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia yang Unggul di Asia pada
tahun 2020.
Misi : Mengoperasikan kilang yang aman, handal, efisien, dan berwawasan
lingkungan serta menghasilkan keuntungan yang tinggi.
46
47
4) Smoke Detector
Smoke detector yang ada di area kilang khususnya berada di sub station dan lab
engine berjumlah 403 buah yang semuanya berfungsi dengan baik.
48
5) Alarm Kebakaran
Alann kebakaran yang terdapat di Pertamina RU IV FACP / MCFA merupakan
Peralatan utama yang menjadi pengendali sistem Fire Alarm baik di gedung
gedung yang ada diaarea kilang RU IV maupun di luar gedung area kilang salah
satunya adalah alarm yang di gunakan secara manual, alarm kebakaran secara
manual ada dua macam yaitu break glass dan bell. Break glass yang ada di
Pertamina RU IV di pasang pada koridor di setiap area kilang dan di beri petunjuk
untuk menekan tombol atau menarik bagian alaram jika terjadi kebakaran dan
berdekatan dengan bell. Alarm kebakaran tersebut terhubung dengan control
panel.Sistem alarm kebakaran terdapat disluruh area kilang yang memudahkan
para pekerja bila mana ada keadaan darurat/kebakaran.
6) Sprinkler
Dari hasil observasi sprinkler terdapat di area sub station dan di area tanki dan
sebagian di bagian mesin yank berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran,
terdapat 1360 buah sprinkle yang tersebar di area kilang RU IV baik pada tangki
atau mesin engine yang menjadi perhatian khusus , di setiap sub station letak
sprinkler berdekatan dengan heat detector, sprinkler tersebut terhubung dengan
controlpanel, jika terjadi kebakaran kepala sprinkler akan pecah kemudian
sprinkler memancarkan air dan control panel mengaktifkan bell alarm.
7) Fire Truck
49
NO
.
TAG.
NO.
JENIS
MANUFACTURE
ENGINE
TAHUN
PEMBUATAN
FT-27
FOAM
TENDER
01
ISUZU
02
FT-28
FOAM
TENDER
03
FT-29
04
MANUFACTURE PUMP
KAPASITAS
POMPA (GPM)
WATER
FOAM
KAPASITAS
TANKI (LTR)
WATER FOAM
WATER
FOAM
1984
MORITA
DAITO
1500
106
6000
ISUZU
1984
MORITA
DAITO
1500
106
6000
FOAM
TENDER
DETROIT
1984
NATIONAL
FOAM
NATIONAL
FOAM
1500
150
6000
FT-30
FOAM
TENDER
DETROIT
1984
NATIONAL
FOAM
NATIONAL
FOAM
1500
150
6000
05
FT-34
WATER
TENDER
PIERCE
1982
PIERCE
1000
4000
06
FT-35
TELESCOPIC
MERCY
1993
GODIVA
1700
4000
07
FT-36
CRASH
TENDER
MERCY
2002
ZIEGLER
ZIEGLER
1320
106
4000
2000
08
FT-37
LADDER
TENDER
HINO
1985
MORITA
1500
09
FT-38
RESCUE
MERCY
1983
50
NO
.
LOKASI
TAG. NO.
'01
63P-3
02
63P-2A
03
63P-2B
04
AREA
KILANG
63P-2C
05
063P102A
06
063P102B
MANUFACTURE
ENGINE/MOTO
PUMP
R
FIRE WATER PUMP AREA KILANG
Electric
Jockey
2010
General Electric
Sulzer
Main
Electric
1977
General Electric
Jhonston
Pump
Main
Diesel
1977
Cummins
Jhonston
Pump
Main
Diesel
2001
Caterpillar
Peerless
Pump
Main
Electric
1983
General Electric
Jhonston
Pump
DRIVE
R
Diesel
JENIS
Main
Pump
TAHU
N
1983
Cummins
Jhonston
1)
Sarana Komunikasi
a. sarana komunikasi internal
51
DESIGN
CAP.
RP
(M/H)
M
114
155
600
148
600
148
680
176
600
148
600
148
52
4) Pintu Darurat
Di setiap lantai gedung yang ada di area kilang terdapat pintu darurat yang
tahan terhadap api, pintu tersebut dapat tertutup secara otomatis, memiliki
batang panik, system bukaan pada pintu darurat menuju keluar, dipasang
tanda dengan tulisan " pintu darurat" untuk gedung perawatan bertingkat .
5) Peta evakuasi
Peta
evakuasi
terdapat
pada
buku
pedoman
penanggulangan
53
4.2.3 SOP
PT pertamina Refinery IV sudah membuat Standar Operasional prosedur
pada setiap keadaan darurat. Adapun prosedur kebakaran dan keadaan darurat dan
prosedur evakuasi yaitu :
4.2.4.1.
A. Kebakaran kecil
Pengertian :
Merupakan
kejadian
kebakaran
dimana
kebakaran
tersebut
dapat
c.
54
e.
f.
g.
Shift Superintendent
memberikan
kejadian
kebakaran
dimana
kebakaran
tidak
dapat
Tujuan :
55
b.
c.
d.
e.
f.
g.
56
selanjutnya
menginstruksikan
kepada
IC
untuk
ICmenginstruksikan
kepada
Station
Officer
untuk
j.
k.
l.
"Pemadaman
Awal"
serta
berusaha
tentang
langkah-langkah
yang
perlu
diambil
dalam
57
58
diperairan).
Latihan dilakukan minimal 1 x dalam setahun
2. Evaluasi
Pelatihan yang termanagement yang baik membuat system penanggulangan
kebakaran di PT Pertamina RU IV dapat merespon dan mengantisipasi sesegera
mungkin,dan PT Pertamina RU IV pun bekerjasama dengan Damkar setempat untuk
mengantisipasi kebakaran yang besar.
4.3.3 Output
Output yang diharapkan dari upaya penerapan tanggap darurat kebakaran dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pertamina RU IV Cilacap adalah kilang
minyak terbesar yang ada di seluruh Indonesia dengan kapasitas 348,000 BPSD dan
merupakan perusahaan yang mendapat penghargaan dalam beberapa bidang.
Pertamina RU IV ini sangat memperhatikan keselamatan pekerja, pengunjung dan
staff dari bahaya api dan asap. Pertamina RU IV telah mempersiapkan berbagai
macam alat pendukung untuk mengurangi dan meniadakan api,namun disayangkan
jalur evakuasi yang ada tidak dapat mudah ditemukan di area kilang .
4.3.1.1.
RU IV
Adapun masalah-masalah yang dihadapi pada peiaksanaan sistem tanggap
darurat di Pt Pertamina RU IV adalah sebagai berikut:
59
BABV
PEMBAHASAN
60
1.
61
Persyaratan Teknis
Sistem
Proteksi
Kebakaran
Pada Bangunan
dan
Lingkungan.
2.
Hydrant
Berdasarkan hasil observasi pada hydrant dapat diketahui bahwa tingkat
kesesuaian persyaratan hydrant dengan standar yang berlaku, yang ada di area
kilang telah memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerja
Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan dan Lingkungan dan SNI No.03-1745-2000 tentang
Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung, hanya saja
kekurangantidak adanya petunjuk cara penggunaannya. Solusinya yaitu
memasang cara penggunaan hydrant agar dapat memudahkan orang dalani
menggunakan hydrant jika terjadi keadaan darurat.
3.
Smoke detector
Berdasarkan hasil observasi pada smoke detector di gedung substation , dapat
diketahui bahwa tingkat kesesuaian persyaratan smoke detector dengan standar
yang berlaku telah memenuhi persyaratan yang artinya telah memenuhi
persyaratan berdasarkan SNI Nomor 03-3985-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatik, tim f & I melakukan pemeriksaan secara visual terhadap smoke
detector untuk mengidentifikasi detector yang hilang, detector yang pesangan
62
asapnya terhalang, detector yang kotor dan detector yang tidak sesuai
pemasangannya selama 6 bulan sekali.
5.
Alarm Kebakaran
Berdasarkan hasil observasi dan checklist pada alarm kebakaran yang berada di
gedung poliklinik dan gedung perawatan bertingkat, dapat diketahui bahwa
tingkat kesesuaian persyaratan alarm kebakaran dengan standar yang berlaku
telah memenuhi persyaratan ,yang artinya telah memenuhi persyaratan
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI 03-3985-2000
tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan
Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung dan lingkunan.
6.
Sprinkler
Berdasarkan hasil observasi pada sprinkler yang berada di Area substation dan
tanki, dapat diketahui bahwa tingkat kesesuaian persyaratan sprinkler dengan
standar yang berlaku telah memenuhi persyaratan ,yang artinya telah memenuhi
persyaratan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI 033989-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Peraturan menteri pekerja umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan
teknis sistem proteksi kebkaran pada bangunan dan lingkungan.
B.
63
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pekerja
Umum
No.
64
Berdasarkan hasil observasi pada pintu darurat yang berada di gedung area
kilang, dapat diketahui bahwa tingkat kesesuaian persyaratan pintu darurat
dengan standar yang berlaku telah memenuhi persyaratan ,yang artinya telah
memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan menteri pekerja umum No.
26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi kebakaran pada
Bangunan gedung dan lingkungan
5. Peta Evakuasi
Berdasarkan hasil observasi di gedung area kilang maupun yang berada di
lapangan belum adanya peta evakuasi di setiap ruangan diluar gedung,
dengan belum adanya peta evakuasi maka belum memenuhi UndangUndang No. 1 th 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan "memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran/ kejadian
lain yang membahayakan". Sebaiknya dipasang peta evakuasi yang memberi
petunjuk menunju titik evakuasi terdekat di setiap area kilang Pertamina RU
IV
7. Tempat Evakuasi atau Titik Kumpul
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap titik kumpul yang berada di
Pertamina RU IV Cilacap, titik kumpul kurang memenuhi syarat yang sesuai
dengan Keputusan Mentri Republik Indonesia No :KEP.186/MEN/1999 tentang
unit penanggulangan ditempat kerja.sebaiknya titik kumpul yang ada sekarang
diperbaharui agar mudah dilihat dan ditempuh oleh para pegawai
8. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
65
Korban yang timbul akibat keadaan darurat akan segera dibawa ke IGD untuk
mendapatkan penanganan dan perawatan. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 50/MEN/2012 Lampiran I poin 7 mengenai upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana, yang menyatakan bahwa "perusahaan
harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan
dan bencana industri, yang meliputi: a. penyediaan personil dan fasilitas P3K
dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik;
dan b. proses perawatan lanjutan. "
5.2 Proses
5.2.1 Perencanaan
PT Pertamina RU IV Cilacap telah membuat perencanaan jika terjadi bencana
dengan kesiapsiagaan sesuai dengan tingkat resikonya. Telah ditentukan juga
penanggung jawab untuk setiap adanya korban akibat adanya keadaan darurat
yang terjadi berdasarkan jumlah korban yang ada, untuk jumlah korban 25 - 50
orang, penanggung jawab yang di tunjuk adalah head section, untuk jumlah
korban 50 - 100 orang, penanggung jawab yang telah ditunjuk adalah HSE
Manager.Untuk jumlah korban >100 orang, penanggung jawab yang telah
ditunjuk adalah Dirut Pt Pertamina RU IV Cilacap.
a. Pelatihan tanggap darurat kebakaran
Pelatihan pemadaman kebakaran yang rutin dilakukan oleh tim fire &
insurance, Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012
Tentang SMK3 Lampiran II poin 6.7.3 dan 6.7.4 yang menyatakan bahwa
"Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
66
darurat yang sesuai tingkat resiko, serta petugas penanganan keadaan darurat
diberikan pelatihan khusus". dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012
tentang Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) Lampiran I
poin 3.3.8 yaitu prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang
berisi
"Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya."Hal ini telah sesuai dengan yang dan berlaku saat
ini.
b. Pelaksanaan dan Pelatihan Evakuasi
Pertamina RU IV telah menyiapkan rencana evakuasi untuk mengevakuasi
seluruh penghuni rumah sakit jika terjadi keadaan darurat. Hal mi sesuai dengan
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan
bahwa "memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya".
Tim F&I sudah melakukan pelatihan evakuasi dengan rutin. Hal mi sesuai
dengan permenker No. Per-50/MEN/2012 Tentang SMK3 Lampiran II poin
6.7.3 dan 6.7.4 yang menyatakan bahwa "Tenaga kerja mendapat instruksi dan
pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai tingkat resiko, serta
petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus"
c. Evaluasi
Setiap tindakan pelatihan keadaan darurat Pertamina RU IV telah melakukan
evaluasi terhadap pelatihan keadaan darurat. Hal ini belum sesuai dengan
67
68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan mengenai sistem evakuasi tanggap
darurat
sebagai berikut:
1. Dari hasil observasi yang penulis lakukan selama 22 hari kerja penulis dapat
menyimpulkan bahwa kurangnya rambu-rambu untuk jalur evakuasi yang ada di
daerah produksi dan penempatan rambu-rambu evakuasi di lantai akan mebuat
rambu-rambu menjadi sulit untuk dilihat apabila terjadi situasi keadaan
darurat,kemudian tidak adanya penerangan darurat pada jalur evakuasi akan
membuat sulit pekerja apa bila pada saat kejadian darurat dimalam hari,kemudian
penulisan jalur evakuasi yang ada diarea produksi yang tidak dapat memantulkan
cahaya dapat membuat kesulitan para pekerja yang bila terjadi keadaan darurat.
2. Persiapan yang telah dilakukan Rumah PT Pertamina RU IV Cilacap dalam
menghadapi kebakaran dan keadaan darurat antara lain :
69
a. Membuat prosedur keadaan darurat dengan memberi kode pada setiap keadaan
darurat dan seluruh karyawan wajib hapal semua kode keadaan darurat yang
berlaku di PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap
b. Menyediakan sarana dan fasilitas penunjang keadaan darurat seperti sarana
komunikasi, peralatan pemadam kebakaran seperti APAR, hydrant, smoke
detector, heat detector dan sprinkler. Sarana penyelamatan jiwa yaitu koridor
sebagai jalur evakuasi yang dilengkapi dengan penunjuk arah, tandu, pintu dan
tangga darurat serta ternpat evakuasi
c. Membuat tim penanggulangan keadaan darurat
d. Melakukan pelatihan-pelatihan untuk menanggapi keadaan darurat seperti
pelatihan pemadam kebakaran dan pelatihan evakuasi secara rutin.
3. Dalam penanggulangan keadaan darurat, PT Pertamina RU IV telah membentuk
tim khusus, yaitu Tim Hse (fire & Insurance,safety,Enviroment,OH) . Hal ini
sesuai dengan Permenaker No. Per-50/MEN/2012 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6.2 Saran
Dari hasil analisa data dan pembahasan mengenai sistem evakuasi tanggap
darurat kebakaran di PT Pertamina RU IV , penulis bermaksud memberikan saransaran sebagai berikut:
1. Untuk Gedung Area Kilang
70
petunjuk
penggunaan
hidrant
untuk
memudahkan
proses
petunjuk
penggunaan
hidrant
untuk
memudahkan
proses
71
Menambah muster Area menjadi 4 sudut agar apabila terjadi kebakaran dan
arah angin mengarah ke muster point maka dapat di alihkan ke musterpoint
yang berlawanan dengan arah angin
72