Anda di halaman 1dari 9

CSMS

CSMS atau Contractor Safety Management System merupakan pendokumentasian suatu mekanisme kontrol


dalam bentuk panduan untuk menjamin standar usaha dalam pengelolaan kinerja HSE dari para kontraktor. 

Sistem ini dipakai oleh pemberi kerja/owner dalam menyeleksi kontraktor, pengawasan pelaksanaan proyek dan
mengevaluasi sistem K3 saat proyek telah selesai. Tidak hanya owner proyek, General Kontraktor juga
memakai CSMS untuk mengelola sub kontraktor, mengklasifikasikan mereka berdasarkan tingkatan risiko yang
mampu diterima oleh subkontraktor. 

Tujuan diberlakukannya CSMS adalah:


1. Menyediakan proses kontrak kerja antara klien dan kontraktor dengan melihat aspek K3 sehingga
kedua belah pihak dapat saling mendukung kegiatan K3 dalam proyek. Submision CSMS umumnya sekali dan
direview kesesuaiannya jika klien hendak bekerja sama kembali dengan kontraktor, tanpa harus mengurus
dokumen dari awal. Untuk Klien besar, mereka akan melakukan grading (penilaian) dan memberikan sertifikat.
2. Memastikan kontraktor mempunyai Sistem Manajemen dan program-program kerja K3 sesuai dengan
risiko pekerjaan
3. Memfasilitasi aktivitas K3 kontraktor terhadap klien dan terhadap para subkontraktor lainnya

Evaluasi CSMS tidak hanya melalui penilaian dokumen yang diserahkan, tetapi owner juga akan melihat
implementasi di lapangan, apakah sesuai dengan yang disubmit. Jika terdapat
ketidakpatuhan/ketidaksesuaian/complaint, owner akan memberikan peringatan bahkan jika pelanggaran
tersebut berat, maka proyek akan dihentikan untuk ditinjau kembali komitmen perjanjian kontrak. Dapat
dikatakan, ada 2 fase dalam CSMS:
1. Fase administrasi
 Penilaian risiko
 Pre kualifikasi
 Seleksi
2. Fase implementasi
 Pre job acitivity
 Pra-mobilisasi
 Mobilisasi 
 Work in progress 
 Evaluasi akhir

FASE ADMINISTRASI
 untuk melakukan seleksi sehingga terpilih calon kontraktor dengan komitmen
HSE tinggi
PENILAIAN RISIKO
1. mengklasifikasikan jenis pekerjaan berdasarkan salah satu katagori risiko yang
ada: Rendah, Menengah, dan Tinggi
2. Penilaian mempertimbangkan:
 jenis pekerjaan
 lokasi pekerjaan
 pemilik daerah
 uraian kegiatan/kejadian/fasilitas
 potensi konsekuensi kejadian
 bahaya di tempat kerja
 katagori bahaya
 frekuensi/kemungkinan kejadian
 pengendalian yang ada saat ini dan penanggung jawab
 nilai risiko sebelum dan sesudah pengendalian
 pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan oleh kontraktor berbeda
 dampak sosial terhadap masyarakat setempat
3. Keparahan suatu risiko dapat dilihat dari dampak potensial yang ditimbulkan:
 Terhadap manusia, dampaknya:
 tidak ada gangguan kesehatan
 cidera/sakit ringan
 cidera dan membutuhkan penyembuhan (1 minggu)
 mengarah pada cacat permanen sebagian atau ketidakmampuan
bekerja untuk jangka waktu lama
 cacat parah dan/atau korban meninggal
 Terhadap aset//peralatan
 tidak ada kerusakan
 tidak ada gangguan operasional (biaya perbaikan kecil)
 gangguan ringan pada proses, menyebabkan iolasi peralatan untuk
perbaikan
 shut down plant sebagian
 kehilangan sebagian dari plant dan shut down dalam waktu lama
 kehilangan plant secara total
 Terhadap lingkungan
 tidak ada risiko lingkungan
 tidak ada keluhan
 risiko lingkungan setempat, kontaminasi, kerusakan cukup besar
untuk membahayakan lingkungan, tetapi tidak ada dampak permanen
 kerugian terbatas, berulang dan melampaui batas hukum, atau
nilai yang sudah ditentukan oleh komunitas sekitar
 kerusakan lingkungan parah, perlu pekerjaan besar untuk
memulihkan hingga kembali keadaan semula
 kerusakan lingkungan parah, terus menerus, meluas dan kerugian
ekonomi besar terhadap perusahaan
 Terhadap reputasi perusahaan
 tidak diketahui umum
 masyarakat tidak peduli
 sedikit perhatian dari media setempat dan/atau politisi
 mendapatkan perhatian masyarakat daerah, tanggapan negatif
meluas dan media setempat namun tanggapan ringan dari media nasional
 dampak terhadap pembaruan izin, tanggapan negatif yang luas
disertai media nasional, serta adanya mobilisasi dari kesatuanaksi
 tanggapan negatif yang luas dalam kebijakan
nasional/internasional dengan potensi dampak parah terhadap akses ke daerah
baru, pemberian lisensi, serta mendapat perhatian masyarakat internasional
PRA KUALIFIKASI
 untuk menyaring calon kontraktor yang potensial dan memastikan pengalaman
dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan secara aman. Tools: kuesioner,
checklist atau form penilaian kontraktor
 Tim pra-kualifikasi korporasi harus mengeluarkan pemberitahuan secara formal
mengenai hasil dan dilampirkan saat kontraktor memasukkan formulir pendaftaran
(Bidder Registration Form)
SELEKSI
 bertujuan untuk menilai apakah rencana K3 dan kriteria evaluasi lelang telah
dipenuhi untuk memilih pemenang lelang
 tahapan pemilihan kontraktor yang sesuai dengan persyaratan tender. terdapat 2
fase:
 Pre contract (penyiapan dokumen lelang)
 Kriteria seleksi harus mempertimbangkan aspek penting: biaya,
kemampuan teknis, reputasi dan kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai ketepatan
waktu dan kualitas yang disyaratkan Klien
 penilaian HSE untuk kontrak, termasuk kapabilitas kontraktor
 General kontraktor menyiapkan program pemantauan HSE 
 memastikan dan menyetujui HSE Plan
 menyiapkan program audit
 evaluasi HSE Plan
 Kontrak
 Rekomendasi penetapan pemenang lelang (award) diberikan kepada
Panitia Lelang (Bid Committee) untuk persetujuan sebelum memperoleh persetujuan
dari pejabat berwenang (Contract Authority). Setelah terpilih, klien harus melakukan:
 rapat penjelasan untuk finalisasi rencana K3 proyek dan
persetujuannya
 kontraktor mengimplementasi rencana K3
FASE IMPLEMENTASI
 memberikan jaminan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor bisa
dilakukan secara selamat
PRE JOB ACTIVITY
 tahapan yang menjembatani komunikasi antara owner/kontraktor utama dengan
kontraktor terpilih mengenai aspek yang revelan dengan K3 sebelum pelaksanaan
kontrak. Terdiri atas 2 tahap:
 Pra mobilisasi
 Rapat awal/Kick off meeting bersama owner dan general kontraktor (agar
kontraktor mengenali lokasi kerja, fasilitas, orang-orangnya dan informasi kerja lainnya)
 inspeksi dan audit 
 menindaklanjuti hasil kick off meeting
 pelatihan K3
 Mobilisasi
 rapat awal (semua staff) - mengkomunikasikan rencana K3 kepada semua
personil
 mobilisasi staf (utama) dan perlengkapan (set up)
 finalisasi/penyelesaian rencana K3
 orientasi dan pelatihan spesifik
 audit mobilisasi (jika diperlukan)
WORK IN PROGRESS
 untuk melakukan inspeksi dan evaluasi (sementara) terhadap aktual pekerjaan
yang dilakukan oleh kontraktor apakah sesuai di dalam kontrak. audit diusahakan
dilakukan pada setiap tahapan proses, terutama pada pekerjaan dengan katagori risiko
tinggi.
 kompetensi personil
 pelaksanaan dan komitmen
 pelatihan
 pelaksanaan rencana program kerja dan perbaikan
 drill tanggap darurat untuk mempersiapkan reaksi 
 inspeksi, audit
 komunikasi, konsultasi dan promosi K3 (rapat-rapat K3: safety talk, safety
meeting and toolbox meeting)
 pelaporan dan investigasi K3
 adanya kunjungan manajemen lini pada semua lokasi pekerjaan - pemantauan
kepatuhan persyaratan kontrak
EVALUASI AKHIR
 evaluasi untuk mengetahui apakah kontraktor dapat diikutsertakan dalam proyek
selanjutnya melalui penilaian:
 kinerja K3
 masalah-masalah selama berlangsungnya proyek dan tindakan perbaikan
 cidera, kerusakan, insiden dan catatan nearmiss (dari sistem pelaporan)
 pelatihan dan simulasi K3 yang dijalankan (peningkatan kompetensi dan
perubahan perilaku positif yang diperlihatkan pekerja)
 pentingnya kontraktor menunjukkan aspek positif selama bekerja dikarenakan
pada evaluasi akhir inilah kunci referensi kinerja

Menurut International Association of Oil and Gas Producers, HSE management - guidelines for working
together in a contract environment, Report No.423, June 2010, proses pada CSMS terdiri:

INFORMASI UMUM DAN INDIKATOR

1. HSE Performance Record


 Fatality / kematian
 Lost time injury / kehilangan hari kerja 
 Medical treatment injury / pertolongan medis 
 First aid injury / pertolongan pertama 
 Near miss / kejadian nyaris celaka
 Work related illness / PAK
 Fire incident / kebakaran 
 Property damage / kerusakan aset
 Environmental incident / kerusakan lingkungan
 Total manhour / jumlah jam kerja 
 Days work without Lost Time Injury / hari kerja tanpa LTI
2. Leadership and Top Management Commitment
 Keterlibatan manager senior secara individu dalam pengelolaan HSE
 Bukti komitmen pada semua jenjang organisasi melalui:
 Target kinerja HSE perusahaan
 Organisasi memahami dan sepakat untuk memenuhi target HSE
3. Policy and Strategic Objectives
 Kebijakan HSE dan dokumen
 Dokumen tertulis kebijakan HSE
 Yang bertanggung jawab pada akhir dan menyeluruh untuk
bidang HSE dalam organisasi
 Cara memastikan kepatuhan terhadap kebijakan HSE dan
dikomunikasikan di tempat kerja
 Ketersediaan pernyataan kebijakan kepada pekerja
4. Organization, Responsibility, Resources, Standards and
Documentation
 Organisasi – komitmen dan komunikasi
 Keterlibatan managemen dalam kegiatan HSE, penetapan
sasaran dan pemantauan
 Ketentuan yang dilakukan untuk komunikasi dan pertemuan
HSE
 Kompetensi dan pelatihan: Manager/Supervisor/Sr.Site/HSE Advisor
 Apakah para manajer dan pengawas di semua tingkat sudah
menerima pelatihan HSE sesuai tanggung jawab mereka dalam kaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan HSE
 Kompetensi dan pelatihan umum HSE
 Bagaimana perusahaan memberikan pengetahuan dasar HSE
terhadap karyawan dan menjaga agar pengetahuan tidak ketinggalan
 Pengaturan perusahaan agar karyawan baru / subkontraktor
memahami kebijakan dan praktek HSE di organisasi
 Pelatihan khusus
 Perusahaan memberikan pelatihan khusus untuk personil dalam
menghadapi potensi bahaya
 Kesesuaian penilaian terhadap subkontraktor
 Subkontraktor sesuai dengan jenis pekerjaan dan katagori risiko
proyek
 Penilaian terhadap subkontraktor agar sesuai dengan kebijakan
HSE dan standar perusahaan
 Standar
 Standar peraturan yang digunakan sesuai jenis pekerjaan
 Pemenuhan dan pemeriksaan terhadap kepatuhan standar baku
K3
 Hazards and Effect Management
 Bahaya dan dampak terhadap managemen
  Prosedur
HIRADC (beserta form: JSA, work permit)
 Pajanan terhadap pekerja
 Sistem pemantauan paparan terhadap pekerja dari bahan kimia
atau unsur fisik lainnya
 Penanganan potensi bahaya
 Komunikasi bahaya (kimia, bising, radiasi, dsb) terhadap
pekerja dalam pekerjaan mereka
 Alat Pelindung Diri
 Peraturan terkait pengadaan dan pembagian APD: standar atau
khusus
 Kesesuaian PPE dengan lingkup kerja pekerja (matrix APD)
 Materi pelatihan penggunaan APD
 Program untuk memastikan APD digunakan dan dijaga
 Managemen limbah
 Sistem identifikasi, klasifikasi, pengurangan dan penangan
limbah
 Jumlah kecelakaan yang menyebabkan kerusakan lingkungan
 Prosedur pembungan limbah
 Prosedur pelaporan tumpahan minyak
 Ketersediaan peralatan terkait masalah lingkunga n
 Orang yang berwenang untuk mengkoordinasikan masalah
lingkungan
 Industrial higiene
 Program kesehatan industri
 Obat-obatan terlarang dan alkohol
 Kebijakan terkait obat-obatan terlarang dan alkohol
 Perencanaan dan Prosedur
  Manualoperasional HSE
 HSE prosedur dan manual
 Cara untuk memastikan bahwa cara kerja dan prosedur
digunakan konsisten dengan tujuan dan pengaturan kebijakan HSE di
lapangan
 Pengendalian peralatan dan pemeliharaan
 Pendaftaran dan sertifikasi peralatan dan fasilitas agar sesuai
tuntutan peraturan; diinspeksi, diawasi dan dirawat dalam kondisi
kerja yang baik
 Managemen keselamatan transportasi dan pemeliharaan
 Managemen transportasi darat
 Managemen transportasi laut
 Pencegahan kecelakaan kendaraan
 Operational Pengangkatan (lifting)
 Prosedur operasional alat angkut
 Jadwal pemeliharaan peralatan operasional lifting
 Program inspeksi, pengetesan, pemeliharaan dan sertifikasi
untuk semua alat angkut
  Kompetensi
operator lifting
 Kompetensi team lifting: operator, signalmen, rigger
 Pembelian dan Pengendalian Produk
 Sistem verifikasi produk yang dibeli (bahan kimia, peralatan, sarana
produksi)
 Kemampuan menelusuri produk terkait potensi masalah K3
 Implementasi dan Monitoring Kinerja
 Managemen HSE dan monitoring kinerja
 Pengaturan terkait pengawasan dan pemantauan kinerja HSE
 Pengaturan dalam penyampaian hasil temuan kepada
manajemen dan karyawan lapangan
 Perusahaan menerima penghargaan untuk prestasi kinerja HSE
 Pemberitahuan laporan kejadian/kejadian yang membahayakan oleh
badan nasional terkait
 Dokumentasi kinerja HSE
 Cara mendokumentasikan kinerja HSE
 Cara mendokumentasikan kinerja lingkungan
 Pelaporan dan investigasi kecelakaan: prosedur dan cara
mengkomunikasikan kepada karyawan
 Audit dan Review
 Standar audit K3, perencanaan dan efektifitas pemeriksaan audit, serta
pelaporan dan penindaklanjutan hasil audit
 Prosedur Tanggap Darurat
 Prosedur dan bukti pelatihan tanggap darurat
 Manajemen HSE : Ciri Tambahan
 Sertifikat HSE dari badan sertifikasi 
 Partisipasi perusahaan dalam organisasi yang relevan dengan industri,
perdagangan dan pemerintahan
 Ciri tambahan HSE lainnya (lokal, nasional atau global)

Semakin banyak data aktual yang disubmit, maka akan semakin tinggi grade / skor yang
didapat. Bukti yang kuat pada umumnya berupa foto dan daftar hadir (dan hasil
notulensi rapat) yang ditandatangani oleh peserta dan pemimpin rapat. 

Umumnya kebutuhan informasi pada CSMS sama halnya dengan indikator pada audit.
Namun, perbedaannya adalah pada tingkat penggunaan, kebutuhan dan pelaksanaan.
Pendokumentasian CSMS yang dituangkan dalam bentuk tulisan akan menghasilkan HSE
Plan. Jika CSMS merupakan aktualisasi/penerapan program kerja K3, maka HSE Plan
merupakan perencanaan program kerja K3.

Adapun daftar isi dari suatu HSE Plan terdiri dari:


1. Pengenalan
2. Lingkup proyek
3. Prinsip SMK3L
 Kebijaksanaan, sasaran dan target K3
 Perencanaan
 Implementasi (cakupan usaha)
 Pengukuran dan tindakan koreksi
 Pengkajian ulang dan perbaikan
4. Komitmen dan manajemen kepemimpinan
5. Kebijakan dan sasaran K3
 Kebijakan K3
 Sasaran K3
 Visi dan Misi
6. Tanggung jawab
 Manager proyek
 Manager lapangan/superintendent
 Koordinator K3
 Manager konstruksi
 Manager HRD
 Manager lapangan subkontraktor
 Foreman dan pekerja
7. Desain engineering
 Penelitian peraturan dan ketentuan
 Kontrol aktivitas desain
 Penanganan lingkungan dan polusi
 Penanganan kebisingan untuk perlindungan kesehatan
 Kaji ulang tehnik keselamatan
 Tindak lanjut dan managemen perubahan
8. Perencanaan dan pengaturan dari hasil pencapaian sasaran
 mobilisasi
 perencanaan jangka panjang
 perencanaan jangka pendek
 perencanaan harian
9. Pelatihan karyawan
10. Program penghargaan karyawan
 program insentif penghargaan keselamatan kerja
 promosi keselamatan kerja (safety campaign)
11. Standar dan peraturan
12. Komunikasi dan rapat
13. Metode evaluasi sumber-sumber berbahaya
 umum
 berdasarkan macam-macam sumber berbahaya
 identifikasi sumber bahaya
 pendataan risiko
14. Alat pelindung diri perorangan
 APD wajib digunakan
 mengendalikan sumber bahaya
 faktor dampak pemakaian
 pengeluaran, penggunaan, pemakaian dan perawatan APD
15. Ijin kerja
16. Prosedur kerja aman
 peralatan
 pembakaran, pengelasan dan pemotongan (pekerjaan panas)
 pekerjaan listrik dan perkakas
 pekerjaan pengangkatan
 pekerjaan perbaikan/maintenance
 penggalian
 alat memindahkan tanah
 cara mengemudi yang baik
 udara bertekanan
 sistem LOTO
 pagar penghalang dan lantai /dinding terbuka
 memasuki ruang terbatas
17. Perlindungan dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran
18. Penyelidikan dan pelaporan kecelakaan kerja
 pertolongan pertama pada kecelakaan
 laporan kecelakaan dan ketidaksesuaian
19. Program perlindungan keselamatan kerja
 perlindungan keselamatan kerja
 tempat kerja aman
 perlindungan kesehatan kerja
20. Penanganan bahan berbahaya dan beracun
 limbah berbahaya
 radiasi
2. Managemen lingkungan hidup
 perlindungan lingkungan hidup
 kebersihan dan kerapihan
 isu lingkungan
 Peraturan umum
 umum (petunjuk cara kerja aman)
 berkelahi, mabuk, teror
 kebijakan prosedur pendisiplinan
 Narkotik dan obat terlarang
 narkotik dan obat terlarang
 minuman beralkohol dan memabukkan
 senjata api/tajam
 Tanggap darurat
 Program kerja keamanan
 Lampiran
 diagram organisasi K3
 matrix APD
 matrix rencana pelatihan
Adapun ketentuan daftar isi pada HSE Plan disesuaikan dengan ruang lingkup dan
besarnya perusahaan. 

Anda mungkin juga menyukai