Id=9dd25eb4-ddae-4df1-b59a-b6a130a432e5&Options=1
NOTA DINAS
Nomor : 041801.ND/KK/HSE/2020
Menunjuk Pada :
Maka bersama ini, kami mohon kepada Satuan Kerja Pengelola Aset untuk dapat
melakukan identifikasi peraturan perundangan dan melaksanakan evaluasi
penataan terhadap implementasi peraturan tersebut dengan format yang dapat
diunduh melalui link : http://bit.ly/FormEvaluasiPerundangan dan menyampaikan
kembali kepada HSSE Division selambatnya tanggal 07 Oktober 2020.
/
10/1/2020 https://esms.pgn.co.id/View/Transaction/frmIsiSuratKeluar.aspx?Id=9dd25eb4-ddae-4df1-b59a-b6a130a432e5&Options=1
Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan untuk Layanan Jaringan Gas Rumah
Tangga disusun untuk setiap area. Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan
disusun oleh personil terkait dari Unit Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga
kemudian disahkan oleh Division Head Operation and Commerce Unit
Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga.
/
1 dari 42
WILAYAH :
LOKASI :
TANGGAL EVALUASI :
PENYUSUN :
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
HEALTH & SAFETY
1 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta Fileshare HSSE
V 9 3 D Pemerintah
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada Division
kecelakaan
Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
V 9 4 D Pemerintah
berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan
Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
VII 11 1 D Pemerintah
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
VIII 12 c Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan D Pemerintah
Barang siapa yang memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja
IX 13 D Pemerintah
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
X 14 a D Pemerintah
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat mudah dilihat dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
X 14 b diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan D Pemerintah
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
X 14 c D Pemerintah
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh
II 4 1 setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai D Pemerintah
dengan ketentuan undang-undang ini
2 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial 2 dari 42
tenaga Kerja
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja,
III 6 1 b. Jaminan Kematian, D Pemerintah
c. Jaminan Hari Tua,
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperuntukkan bagi tenaga
III 7 1 D Pemerintah
kerja.
Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d berlaku pula untuk
III 7 2 D Pemerintah
keluarga tenaga kerja
III 8 1 Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja D Pemerintah
Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi:
a. biaya pengangkutan;
b. biaya pemeriksaaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
a, b,
III 9 d. santunan berupa uang yang meliputi: D Pemerintah
c, d
1. santunan sementara tidak mampu bekerja;
2. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya;
3. santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;
4. santunan kematian
Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
III 10 1 Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 D Pemerintah
jam.
Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
III 10 2 tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal D Pemerintah
dunia.
Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan
III 10 3 D Pemerintah
Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas
III 12 1 D Pemerintah
Jaminan Kematian
Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan Jaminan Kematian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d butir 4 dan Pasal 12 ialah :
a. janda atau duda;
b. anak;
III 13 c. orang tua; D Pemerintah
d. cucu;
e. kakek atau nenek;
f. saudara kandung;
g. mertua
Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan berkala, kepada
tenaga kerja karena:
III 14 1 D Pemerintah
a. telah mencapai usis 55 (lima puluh lima) tahun, atau
b. cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter
3 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada janda atau duda
III 13 2 D Pemerintah
atau anak yatim piatu
III 16 1 Tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. D Pemerintah
Pengusaha wajib memiliki daftar tenaga kerja beserta keluarganya, daftar upah beserta
IV 18 1 perubahan-perubahan, dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang D Pemerintah
berdiri sendiri.
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha wajib menyampaikan data
IV 18 2 ketenagakerjaan dan data perusahaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program D Pemerintah
jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara.
Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
tidak benar, sehingga mengakibatkan ada tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta
IV 18 3 D Pemerintah
program jaminan sosial tenaga kerja, maka pengusaha wajib memberikan hak-hak tenaga kerja
sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.
Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
IV 18 4 tidak benar, sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran jaminan kepada tenaga kerja, D Pemerintah
maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan jaminan tersebut.
Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
IV 18 5 tidak benar, sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran jaminan, maka pengusaha wajib D Pemerintah
mengembalikan kelebihan tersebut kepada Badan Penyelenggara
Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, luran Jaminan Kematian, dan Iuran Jaminan Pemeliharaan
V 20 1 D Pemerintah
Kesehatan ditanggung oleh pengusahaan
V 20 2 Iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh pengusaha dan tenaga kerja. D Pemerintah
Pengusaha wajib membayar iuran dan melakukan pemungutan iuran yang menjadi kewajiban
V 22 1 tenaga kerja melalui pemotongan upah tenaga kerja serta membayarkan kepada Badan D Pemerintah
Penyelenggara dalam waktu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
IX 32 Kelebihan pembayaran jaminan yang telah diterima oleh yang berhak tidak dapat diminta kembali D Pemerintah
4 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,
XII 166 1 peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan D Pemerintah
kesehatan pekerja.
Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita
XII 166 2 D Pemerintah
oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan
II 5 4 ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar D Pemerintah
internasional.
Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit
harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2. perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;
II 7 2 3. peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan; C Pemerintah
4. kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan
keselamatan; dan
5. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melibatkan
II 9 4 D Pemerintah
Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki:
a. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
II 10 3 C Pemerintah
b. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang berwenang.
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan,
II 14 2 pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang C Pemerintah
kompeten.
Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan
II 14 4 D Pemerintah
kepada pengusaha.
Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
II 14 5 D Pemerintah
melakukan tindakan perbaikan.
6 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
II 14 6 C Pemerintah
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar.
Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha wajib melakukan
II 15 1 D Pemerintah
peninjauan.
Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan
dalam hal:
a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
II 15 4 D Pemerintah
d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi;
f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. adanya pelaporan; dan/atau
h. adanya masukan dari pekerja/buruh.
Penyakit akibat kerja yang ditemukan sebagaimana dimaksud pasal 2 harus dilaporkan oleh
Kepmenaker No. 333 Tahun 1989 Tentang Diagnosis Fileshare HSSE
5 4 1 pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam kepada Kepala D Menaker
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Division
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat
Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2)
huruf f, memuat antara lain:
a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara pencegahannya;
I 2 4 C/E Menaker
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja;
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran;
d. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran
7 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
III 5 b. Regu penanggulangan kebakaran; C/E Menaker
c. Koordinator unit penanggulangan kabakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.
Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
III 8 2 b. usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun; C/E Menaker
c. pendidikan minimal SLTA;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I dan tingkat dasar II.
8 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) mempunyai tugas:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penanggulangan
kebakaran;
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang didapat
III 10 1 C/E Menaker
berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang
berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;
f. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus;
g. melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi
keterangan tentang :
a. Identitas bahan dan perusahaan;
b. Komposisi bahan;
c. Identifikasi bahaya;
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
e. Tindakan penanggulangan kebakaran;
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;
g. Penyimpanan dan penanganan bahan;
III 4 1 D/C Menaker
h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;
i. Sifat fisika dan kimia;
j. Stabilitas dan reaktifitas bahan;
k. Informasi toksikologi;
l. Informasi ekologi;
m. Pembuangan limbah;
n. Pengangkutan bahan;
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
p. Informasi lain yang diperlukan
Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan Kuantitas Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir sesuai contoh seperti tercantum dalam
III 7 1 D/C Menaker
Lampiran II Keputusan Menteri ini kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
dengan tembusannya disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat
9 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud pada
pasal 15 ayat (1) wajib :
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja
nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja shift
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
c. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar;
IV 16 1 D/C/E Menaker
d. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses dan
modifikasi instalasi yang digunakan;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
f. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sekali;
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu
I 5 1 proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan D Menaker
rutin.
Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan kegiatan
6 D Menaker
lainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlaku bagi data rekan medis.
10 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
9 Permenaker No. Per. 01/MEN/1976 Tentang Kewajiban
Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk Fileshare HSSE
1 C Menaker
mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Division
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk mengirimkan setiap
1 tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan C Menaker
Keselamatan Kerja.
Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan Kesehatan
Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan
2 5 C Menaker
pekerjaan yang akan dilakukannya dan pedoman tersebut harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu oleh Direktur.
Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali
3 2 C Menaker
ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
3 3 C Menaker
paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratoriun rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah
6 2 pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada Direktur Jenderal Binalindung Tenaga Kerja melalui C Menaker
Kantor Wilayah Ditjen Binalindung Tenaga Kerja setempat.
Pengurus bertanggung jawab atas biaya yang diperlukan terhadap pemeriksaan kesehatan
9 berkala atau pemeriksaan kesehatan khusus yang dilaksanakan atas perintah baik Pertimbangan D Menaker
Kesehatan Daerah ataupun majelis Pertimbangan Kesehatan Pusat
Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
II 4 3 C Menaker
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
11 Permenaker No. Per. 04/MEN/1980 Tentang Syarat-
syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) 11 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding
II 6 1 dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam C Menaker
lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
II 6 2 C Menaker
harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun , yaitu:
III 11 1 a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; C Menaker
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (duabelas) bulan
(1) Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara:
a. untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali;
III 18 1 b. untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus diisi 2 (dua) tahun sekali; C Menaker
c. untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 (tiga tahun sekali,
sedangkan jenis Iainnya diisi selambat-lambatnya 5 (lima) tahun
Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
4 3 penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk pencegahan D Menaker
penyakit akibat kerja.
Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan
5 2 D Menaker
penyakit akibat kerja.
Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
3 2 D Menaker
pengetahuan dan teknologi.
12 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja kepada
7 1 D Menaker
Direktur.
Satu kelompok alarm kebakaran harus dibatasi sampai dengan 20 (dua puluh) detektor nyala api
untuk melindungi secara baik ruangan maksimum 2000 (dua ribu) m2 luas lantai kecuali terhadap
V 78 C Menaker
ruangan yang luas tanpa sekat, maka atas persetujuan Direktur atau pejabat yang ditunjuknya
dapat diperluas lebih dari 2000 (dua ribu) m2 luas lantai.
IX 135 2 Pengujian Pesawat Tenaga dan Produksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali. C Menaker
Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja harus
5 1 C Menaker
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.
Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 huruf c butir 1
11 1 C Menaker
berlaku untuk jangka waktu 3 tahun.
Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) berakhir, dapat dimintakan
11 2 C Menaker
perpanjangan kepada Menteri.
Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kemampuan perlindungan secara teknis;
I 2 2 C Menaker
b. ketahanan mekanis;
c. ketahanan terhadap korosi,
I 2 3 Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan memenuhi syarat C Menaker
Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian dan atau sertifikat yang
I 2 4 C Menaker
diakui.
13 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara
lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya seperti:
menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau terbakar
seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
II 9 1 C Menaker
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung
pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti: museum,
perpustakaan, tempat penyimpanan arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga dan
tempat-tempat lainnya.
Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
IX 50 1 C Menaker
aman dan memenuhi syarat;
17
Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;
III 9 2 C Menaker
2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat;
3. Direktur Bina Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
14 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
19 Permenaker No. Per. 01/MEN/1998 Tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dinyatakan dengan manfaat lebih dari Paket
Sosial Tenaga Kerja Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi ketentuan Fileshare HSSE
I 2 C Menaker
sebagaimana tercantum dalam BAB II dan BAB III peraturan ini. Division
b Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c Pelaksana pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh tenaga kerja dan keluarganya.
Kepesertaan meliputi tenaga kerja laki-laki maupun wanita dan keluarga yang terdiri suami atau
II 3 1 C Menaker
istri dan anak yang sah.
Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah anak kandung, anak angkat dan anak tiri
II 3 2 yang berusia sampai dengan 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan C Menaker
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak.
Paket jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik daripada jaminan kesehatan
dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang diberikan kepada tenaga kerja dan keluarganya
sekurang-kurangnya meliputi:
a rawat jalan tingkat pertama.
b rawat jalan tingkat lanjutan.
III 4 C Menaker
c rawat inap.
d pemeriksaan kehamilan dan persalinan.
e penunjang diagnostik.
f pelayanan khusus dan.
g gawat darurat.
Pengaturan Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja dan
IV 14 1 keluarganya harus tercantum secara rinci dalam Peraturan Perusahaan dan Kesepakatan Kerja D Menaker
Bersama atau pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh pekerja.
Perusahaan yang telah mendapat persetujuan untuk menyelenggarakan sendiri Program Jaminan
IV 16 1 Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya, wajib membuat laporan secara C Menaker
triwulan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
Laporan secara triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan mengisi formulir
IV 16 2 yang akan diatur lebih lanjut oleh Direkur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan C Menaker
Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib melaporkan secara
tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d kepada
II 4 1 Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali C Menaker
dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan
sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I.
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara lisan
II 4 2 C Menaker
sebelum dilaporkan secara tertulis.
15 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pengurus atau pengusaha yang telah mengikutsertakan pekerjaannya dalam program jaminan
sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana
II 5 1 C Menaker
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a dan b dengan tatacara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1993.
Pengurus atau pengusaha yang belum mengikutsertakan pekerjaannya dalam program jaminan
sosial tenaga kerja, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana
II 5 2 C Menaker
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a dan b dengan tatacara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1993.
P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai
D Menaker
berikut :
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
a C Menaker
berwarna hijau;
isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan ini dan tidak boleh diisi bahan
b C Menaker
atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja;
III 10
penempatan kotak P3K : 1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah 2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan
jumlah kotak P3Kdiangkat apabila akan digunakan; sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
c Peraturan Menteri ini; 3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih C Menaker
masingmasing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh; 4. dalam hal
tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
2 2 D Menaker
(SNI) atau standar yang berlaku.
2 3 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. D Menaker
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
5 D Menaker
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
16 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
6 1 D Menaker
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
7 1 Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja. D Menaker
APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau
8 1 D Menaker
dimusnahkan.
APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus
8 2 D Menaker
dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara
8 3 D Menaker
pemusnahan.
23
Bagian yang
KATEGORI
26 Permenaker No 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan STATUS KEPATUHAN
dan &Kesehatan
NO. Kerja Listrik di Tempat Kerja
JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik wajib menggunakan
IV 12 perlengkapan dan peralatan listrik yang telah mempunyai sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga D Menaker
atau instasi yang berwenang
Permenaker No 33 Tahun 2015 Tentang Perubahan Pasal 10
Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nommor 12 (1) Pemeriksaan dan Pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2)
Tahun 2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan dilakukan oleh :
Kerja Listrik di Tempat Kerja a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 Bidang Listrik Perusahaan;
dan/atau
c. Ahli K3 Bidang Listrik pada PJK3
Fileshare HSSE
27 I (2) Pemeriksaan dan Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : D Menaker
Division
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/penghguna;
b. seelah ada perubahan/perbaikan;dan
c. secara berkala
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud ayat (2) digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan
(4) dihapus
(5) dihapus
Dalam Juklak dijelaskan :
- Untuk melaksanakan Bulan K3 Nasional dengan berbagai kegiatannya yang akan
menggerakkan masyarakat secara luas, maka Kementrian, Lembaga Pemerintah Non Kementrian,
Kepmenaker No 386 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD, Lembaga K3, Serikat
Fileshare HSSE
28 Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan kerja Pekerja/Serikat Buruh, Asosiasi Pengusaha, Lembaga Pendidikan, Perusahaan dan Masyarakat, C Menaker
Division
Nasional Tahun 2015 - 2019 dalam pelaksanaan kegiatan Bulan K3 Nasional dapat membentuk Panitia Pelaksana dengan
melibatkan berbagai unsur terkait sesuai dengan kebutuhan
- BAB VI a. Perusahaan melaporkan kepada instasi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota, selanjutnya dilaporkan kepada Bupati/Walikota
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
(2) Pengusaha danl atau Pengurus wajib memastikan bahwa Bekerja Pada Ketinggian hanya
dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan Tenaga
Kerja dan orang lain.
1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memperhatikan dan melaksanakan penilaian risiko dalarn
2 5 1-2
kegiatan atau aktifitas pekerjaan pada ketinggian.
(2) Pengusaha danj atau Pengurus wajib memastikan bahwa Bekerja Pada Ketinggian
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 hanya dilakukan jika pekerjaanmaksud tidak dapat
dilakukan di lantai dasar.
3) Dalam hal pekerjaan dilakukan pada ketinggian, Pengusaha dan Iatau Pengurus wajib
melakukan langkah-Iangkah yang tepat dan memadai untuk mencegah kecelakaan kerja.
1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam
3 6 1-3
Pasal 3 huruf b secara tertulis untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi:
a. teknik dan cara perlindungan jatuh;
b. cara pengelolaan peralatan;
c. teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
d. pengamanan Tempat Kerja; dan
e. kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
(3) Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib memastikan bahwa prosedur kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diketahui dan dipahami dengan baik oleh Tenaga Kerja dan/ atau orang
yang terlibat dalam pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memasang perangkat pembatasan daerah kerja
3 7 1
untuk mencegah masuknya orang yang tidak berkepen tingan.
1) Pengusaha darr/atau Pengurus wajib memastikan bahwa tidak ada benda jatuh yang dapat
3 8 1
menyebabkan cidera atau kematian.
(2) Pengusaha darr/atau Pengurus membatasi berat barang yang boleh dibawa Tenaga Kerja
pada tubuhnya di luar berat APD dan alat pelindung jatuh maksimum 5 (lima) kilogram.
3 9 1-5 1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib membuat rencana tanggap darurat secara tertulis.
(2)· Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. daftar Tenaga Kerja untuk pertolongan korban pada ketinggian;
b. peralatan yang wajib disediakan untuk melakukan menangani kondisi darurat yang paling
mungkin terjadi;
c. fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) serta sarana evakuasi;
d. nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam penanganan tanggap darurat; dan
e. denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
(3) Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipahami oleh Tenaga
Kerja yang terlibat dalam pekerjaan.
(4) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan kesiapsiagaan tim tanggap darurat pad a
saat berlangsung pekerjaan pada ketinggian.
(5) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melakukan evaluasi ulang persyaratan K3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3
IV 10 1 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan dan
melaksanakan teknik bekerja aman untuk mencegah
Tenaga Kerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh
dari ketinggian.
Pengusaha dan /atau Pengurus wajib rnernastikan tidak ada Tenaga Kerja yang mendekati,
IV 14
melewati, dan rnelakukan pekerjaan pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib rnernastikan pekerjaan pada ketinggian yang
IV 15 1
rnenggunakan perancah dari/atau tangga rnernenuhi persyaratan K3.
Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib rnernastikan Tenaga Kerja yang rnelakukan pekerjaan
IV 16 pada ketinggian di alarn rnelaksanakan persyaratan K3 sebagairnana diatur dalarn Peraturan
Menteri ini.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib rnenyediakan alat pengangkut orang untuk pergerakan
IV 17 1
Tenaga Kerja menuju atau meninggalkan lantai kerja.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib menyediakan APD secara cuma-cuma dan memastikan
V 21 1
Tenaga Kerja menggunakan APD yang sesuai dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian.
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan Perangkat Pelindung Jatuh memenuhi
V 22
persyaratan K3.
VI 31 Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib menyediakan Tenaga
Kerjayang:
a. kompeten; dan
b. berwenang di bidang K3;
dalarn pekerjaan pada ketinggian.
33 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Fileshare HSSE
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun I 2 1 C Menaker
Timbun Division
( Pengganti Permenaker PER.01/MEN/1982, SED
Menaker SE.06/MEN/1990, Kep Dirjen K3
KEP/75/PPK/XII/2013) Syarat-syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
I 2 2
peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku
19 dari 42
33 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
Bagian yang
KATEGORI
( Pengganti Permenaker PER.01/MEN/1982, SED STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
Menaker SE.06/MEN/1990, Kep Dirjen K3
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
KEP/75/PPK/XII/2013)
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian,
II 4 pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, penyimpanan, dan pemeriksaan
serta pengujian
II 5 1 Bejana Tekanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
a. pembuatan gambar rencana perbaikan, perubahan atau modifikasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi;
c. pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki tanda hasil
pengujian dan/atau sertifikat bahan yang yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
d. pembuatan gambar konstruksi alat Perlindungan dan cara kerjanya;
e. pembuatan gambar rencana perubahan konstruksi fondasi; dan
f. perhitungan kekuatan konstruksi fondasi.
Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam
II 4 6 Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan
pemeliharaan secara berkala.
III 8 1 Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Pengaman.
Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus
III 8 2
dilengkapi Alat Perlindungan.
Alat Pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan jenis, tipe/model, dan
III 8 3
kapasitas Pesawat Tenaga dan Produksi.
III 8 4 Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat:
a. melindungi dari tindakan pengoperasian yang salah;
b. mencegah pendekatan terhadap bagian atau daerah yang berbahaya selama
beroperasi;
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali,
I 5 4 atau setiap ada perubahan proses kegiatan industri yang berpotensi meningkatkan kadar bahaya D Menaker
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
I 5 5 Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan evaluasi.
Industri harus melakukan upaya pengendalian bahaya, upaya kesehatan lingkungan, dan/atau
I 9 urveilans kesehatan kerja apabila tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan
kerja industri berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
21 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pemeriksaan dan/atau pengujiansebagaimana dimaksud dalam pasal 70 huruf b dilakukan paling
V 73 1
sedikit 1 (satu) tahun sekali
Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana yang dimaksud dalam pas 5 ayat
IV 45 D Menaker
2 dilakuka oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja
Setiap Tenpat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
V 58 1 D Menaker
dan/atau Pengujian
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud Pasal 58 ayat(1) dilakukan secara
V 59 1 D Menaker
internal maupun melibatkan lembaga eksternal dari luar Tempat Kerja
Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1) meliputi :
1. Pertama
V 60 2. Berkala D Menaker
3. Ulang
4. Khusus
Pemeriksaan dan/atau pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam pasa 60 huruf b
V 62 1 dilakukan secara ekternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan penilaian risiko D Menaker
atau ketentuan perundang-undangan
NAB dan/atau standar sebagaimaan dimaksud dalam pasal 3 dapat ditinjau secara berkala paling
VI 69 D Menaker
sedikit 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
38 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Penyakit Akibat Kerja Pekerja yang didiagnosis menderita PenyakitAkibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter Fileshare HSSE
2 1 D Menkes
(Pengganti dari berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerja telah berakhir. Division
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993)
39 Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya:
Kesehatan Kerja a. pencegahampenyakit;
Fileshare HSSE
I 2 2 b. peningkatrrn kesehatan; C Menkes
Division
c. penanganan penyakit; dan
d. pemulihan kesehatan.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksuci dalam Pasal 2 ditujukan kepada
I 3 1 setiap D Menaker
orang yang berada di Tempat Kerja.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi oleh
I 3 2 D Menaker
Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua Tempat Kerja.
Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berjenjang
III 14 2 kepada D Menaker
Pemerirrtah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka surveilans Kesehatan Kerja.
40 Permenaker No 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut,
Fileshare HSSE
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat I 2 1 dan Alat D Menkes
Division
Angkut Bantu Angkat dan Angkut.
22 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO.
40 Permenaker No 8 Tahun 2020LAINNYA
tentang Keselamatan PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
YA
Angkut
Perencanaan dan pembuatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4
huruf a meliputi:
a. pembuatan gambar rencana konstruksi/instalasi dan cara kcrja;
b. pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan {welding procedure specification) dan pencatatan
II 3 1 D Menaker
prosedur kualifikasi (procedure qualification record) jika terdapat bagian utama yang menerima
beban yang dilakukan pengelasan;
c. perhitungan kekuatan konstruksi; dan
d. pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan yang
sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.
Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan/atau Juru Ikat {rigger) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
IV 162 2 dan A Menaker
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
Security
41 UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan
Fileshare HSSE
Transaksi Elektronik III 11 1 akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan C Pemerintah RI
Division
sebagai berikut:
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait
hanya kepada Penanda Tangan;
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat
proses penandatanganan elektronik hanya berada
dalam kuasa Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik
yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang
terkait dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut
setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
23 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
mengidentifikasi siapa Penandatangannya; dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa
Penanda Tangan telah memberikan persetujuan
terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda Tangan Elektronik
III 12 1 berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan C
Elektronik yang digunakannya.
Pengamanan Tanda Tangan Elektronik sebagaimana
2 C
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. sistem tidak dapat diakses oleh Orang lain yang tidak
berhak;
b. Penanda Tangan harus menerapkan prinsip kehatihatian untuk menghindari penggunaan
secara tidak sah terhadap data terkait pembuatan Tanda Tangan Elektronik;
c. Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda,
menggunakan cara yang dianjurkan oleh
penyelenggara Tanda Tangan Elektronik ataupun cara
lain yang layak dan sepatutnya harus segera
memberitahukan kepada seseorang yang oleh Penanda
Tangan dianggap memercayai Tanda Tangan Elektronik
atau kepada pihak pendukung layanan Tanda Tangan
Elektronik jika:
1. Penanda Tangan mengetahui bahwa data
pembuatan Tanda Tangan Elektronik telah
dibobol; atau
2. keadaan yang diketahui oleh Penanda Tangan
dapat menimbulkan risiko yang berarti,
kemungkinan akibat bobolnya data pembuatan
Tanda Tangan Elektronik;
42 UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh :
a. Kepolisian Khusus;
b. Penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
Penegemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c
2 melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi D
dasar hukumnya masing-masing.
43 UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum oleh warga negara, Aparatur
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. Melindungi hak asasi manusia Fileshare HSSE
III 7 D Pemerintah RI
b. Menghargai asas legalitas Division
c. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah
d. Menyelenggarakan pengamanan
Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan di
tempat-tempat terbuka untuk umum kecuali :
IV 9 2 a. Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan D Pemerintah RI
udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat dan obyek-obyek vital nasional
b. Pada hari besar nasional
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menghalang-halangi hak warga
V 18 negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang telah memenuhi ketentuan undang- D Pemerintah RI
undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
KATEGORI
Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
Kepolisian Negara Republik Indonesia
N/A
YA
Jasa Manajemen sistem pengamanan pada Obyek Vital Nasional dan obyek tertentu dalam
rangka pelaksanaan tugas wewenang dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia
2 D Pemerintah RI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf aa dilaksanakan berdasarkan kontrak
kerjasama
Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
3 D Pemerintah RI
(2) sebesar nilai nominal yang tercantum dalam kontrak kerjasama
Pengelola Obyek Vital Nasional bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia menentukan
5 1 konfigurasi standar pengamanan masing-masing Obyek Vital Nasional yang meliputi kekuatan D Pemerintah RI
personil beserta sarana prasarana pengamanannya.
Pengelola Obyek Vital Nasional dalam menyelenggarakan pengamanan internal harus memenuhi
standar kualitas atau kemampuan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kepolisian Negara
2 D Pemerintah RI
Republik Indonesia serta mempertimbangkan masukan dari Departemen/Instansi terkait dan
ketentuan internasional yang berlaku
Pengelola Obyek Vital Nasional bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan
3 secara periodik audit sistem pengamanan yang ada sesuai Keputusan Kepala Kepolisian Negara D Pemerintah RI
Republik Indonesia
46 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No Obvitnas Bidang ESDM terdiri atas:
4 Tahun 2017 Tentang Objek Vital Nasional Bidang a. subbidang minyak dan gas bumi;
Energi Dan Sumber Daya Mineral b. subbidang ketenagalistrikan; Fileshare HSSE
II 2 1 D Kementrian ESDM
c. subbidang mineral dan batubara; dan Division
d. subbidang energi baru, terbarukan, dan konservasi
energi.
Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi salah satu, sebagian, atau
seluruh ciri-ciri sebagai berikut:
a. menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari;
b. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan bencana terhadap kemanusiaan dan
2 pembangunan; D Kementrian ESDM
c. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan kekacauan transportasi dan
komunikasi secara nasional; dan/atau
d. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Selain memenuhi ciri-ciri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Obvitnas Bidang ESDM harus memenuhi:
3 a. kriteria khusus; C Kementrian ESDM
b. persyaratan administrasi; dan
c. persyaratan teknis.
Kriteria khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk subbidang minyak dan gas bumi:
1. memiliki peranan strategis dalam menjamin
pasokan minyak dan gas bumi nasional;
II 3 1 dan / atau C Kementrian ESDM
2. memiliki peranan strategis dalam menjamin
pasokan bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, liquefied petroleum gas, liquefied natural
gas, compressed natural gas, atau basil olahan
minyak dan gas bumi;
Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) huruf b terdiri atas:
II 4 1 C Kementrian ESDM
a. persyaratan umum; dan
b. persyaratan khusus.
25 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi;
a. pro 111 Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, paling
sedikit memuat susunan pengurus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, jumlah
tenaga kerja, investasi, dan produksi;
b. salinan akta pendirian Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap yang bergerak di bidang energi dan
sumber daya mineral termasuk akta perubahan
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak:
1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap;
2) direktur utama;
2 3) para direktur; C Kementrian ESDM
4) para komisaris; dan
5) para pemegang saham.
d. bukti setor pelunasan kewajiban perpajakan
dan/atau penerimaan negara bukan pajak selama 3
(tiga) tahun terakhir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan
negara;
e. bukti pelaksanaan program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat dan/ atau program
tanggung jawab sosial dan lingkungan; dan
f. salinan dokumen perizinan, antara lain dokumen
perizinan di bidang pertanahan, lingkungan hidup,
dan penggunaan kawasan hutan.
Selain memenuhi persyaratan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bentuk Usaha Tetap harus
3 C Kementrian ESDM
melampirkan surat keterangan penunjukan dari kantor
pusat.
Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. subbidang minyak dan gas bumi, dengan
melampirkan salinan:
1. kontrak kerja sama;
2. izin usaha:
4 a) pengolahan; C Kementrian ESDM
b) pengangkutan;
c) penyimpanan; atau
d) niaga; dan
3. laporan keuangan Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap selama 3 (tiga) tahun terakhir yang
telah diaudit oleh akuntan publik;
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(3) huruf c terdiri atas:
a. uraian singkat mengenai kegiatan dan fasilitas yang
dimiliki;
b. kawasan/lokasi;
c. koordinat titik batas;
d. plot pZan bangunan/instalasi;
e. peta lokasi lapangan;
f. usaha di bidang energi dan sumber daya mineral;
g. tata letak yang akan diusulkan sebagai Obvitnas Bidang
ESDM;
h. gambaran potensi ancaman dan gangguan baik yang
5 C Kementrian ESDM
bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal
yang meliputi:
1) kejahatan antara lain pembakaran, perusakan,
pencemaran lingkungan, konflik perbatasan,
terorisme, dan bentuk kejahatan lainnya; dan
2) bukan kejahatan antara lain mogok kerja,
kecelakaan kerja, unjuk rasa, atau bencana alam;
dan
i. sistem pengamanan, struktur organisasi pengamanan,
tugas dan fungsi personel pengamanan, standar
kualifikasi dan kemampuan personel pengamanan,
fasilitas pengamanan, dan standar pengamanan kegiatan
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap sesuai dengan
subbidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) mengajukan permohonan penetapan Obvitnas Bidang
III 6 ESDM kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait, C Kementrian ESDM
dengan melampirkan persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan
Pasal 5.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Hasil verifikasi terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam Lembar Hasil Verifikasi
2 Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang ESDM sesuai C Kementrian ESDM
dengan format tercantum dalam Lampiran lA yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Dalam hal hasil verifikasi terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM dinyatakan:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal
terkait menyampaikan pemberitahuan penolakan
permohonan secara tertulis kepada Badan Usaha atau
III 8 Bentuk Usaha Tetap; atau C Kementrian ESDM
b. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal terkait
meneruskan permohonan penetapan Obvitnas Bidang
ESDM kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal,
dengan melampirkan Lembar Hasil Verifikasi
Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
Sekretaris Jenderal menugaskan Kepala Pusat
Pengelolaan Barang Milik Negara untuk melakukan
III 9 1 C Kementrian ESDM
pemeriksaan lapangan terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM.
Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ancaman
2 C Kementrian ESDM
dan gangguan dalam rangka kesiapan pola keamanan
dan pola pengamanan Obvitnas Bidang ESDM.
Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
melibatkan Tim Obvitnas Bidang ESDM untuk
3 C Kementrian ESDM
melakukan pemeriksaan lapangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Dalam hal ditemukan potensi ancaman dan gangguan
pada saat pemeriksaan lapangan, Tim Obvitnas Bidang
4 ESDM mencatat permasalahan yang ada dalam Berita C Kementrian ESDM
Acara Pemeriksaan Lapangan atas Permohonan
Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib
menyelesaikan permasalahan sebagaimana dimaksud
5 pada ayat (4) sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam C Kementrian ESDM
Berita Acara Pemeriksaan Lapangan atas Permohonan
Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Tim Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Direktur Jenderal dan Deputi pada Kementerian
Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan yang
membidangi Objek Vital Nasional, selaku
Penanggung Jawab;
b. Sekretaris Jenderal, selaku Ketua;
c. Direktur Pengamanan Objek Vital, Badan
Pemelihara Keamanan, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, selaku Wakil Ketua;
3 d. Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara, C Kementrian ESDM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
selaku Sekretaris; dan
e. Anggota, terdiri atas wakil dari:
1. Sekretariat Jenderal, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral;
2. Direktorat Jenderal;
3. Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan
Keamanan;
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Badan Intelijen Negara; dan/atau
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Kepala Pusat Pengelolaan
Barang Milik Negara menyiapkan rancangan Keputusan
Menteri mengenai penetapan Obvitnas Bidang ESDM
III 11 1 C Kementrian ESDM
untuk disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal, dengan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan atas Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang
ESDM.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Selama jangka waktu Obvitnas Bidang ESDM, Pengelola
Obvitnas Bidang ESDM wajib:
a. meiaksanakan pengamanan Obvitnas Bidang ESDM
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM yang dikenai sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
3 permohonan untuk ditetapkan kembali sebagai Obvitnas D Kementrian ESDM
Bidang ESDM, paling cepat 1 (satu) tahun setelah
pencabutan status.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Obvitnas Bidang ESDM yang telah ditetapkan sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri ini masih tetap
berlaku, dengan ketentuan Pengelola Obvitnas Bidang
ESDM wajib mengajukan permohonan penyesuaian
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini,
VII 20 D Kementrian ESDM
paling lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal
diundangkannya Peraturan Menteri ini;
b. dalam hal Pengelola Obvitnas Bidang ESDM tidak
mengajukan permohonan penyesuaian sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dilakukan pencabutan status
Obvitnas Bidang ESDM;
47 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika No.4
Tahun 2015 Tentang Ketentuan Operasional Dan Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib Fileshare HSSE Kementrian Komunikasi
Tata Cara Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi II 2 1 D
berdasarkan izin penggunaan spektrum frekuensi radio. Division dan Informatika
Radio
Unsur-unsur yang terdapat dalam standar dan penerapan SMP pada organisasi, perusahaan
II 5 C POLRI
dan/atau instansi/lembaga pemerintah, terdiri atas:
n. Audit
30 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
o. Tinjauan manajemen
p. Peningkatan berkelanjutan
Environment
Umum
51 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Menjamin Keselamatan, Kesehatan, dan Kehidupan Manusia. Menjaga kelestarian Fungsi Fileshare HSSE
Pengelolaan Lingkungan Hidup II 3 D Pemerintah
lingkungan Hidup. Division
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup di ukur melalui baku mutu lingkungan hidup,
20 D
meliputi : baku mutu air limbah, baku mutu udara, baku mutu gangguan.
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memilki AMDAL dan UKL-UPL wajib memiliki izin
36 A
lingkungan
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota sesuai
VII 59 4 A
dengan kewenangannya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah
2 D
tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
13 D
umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah
VI 19 1 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas : D
b. Penanganan sampah
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemusahan sampah seuai dengan jenis, jumlah
dan/atau sifat sampah
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolah sampah terpadu
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengimpor sampah
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah
a. Menggunakan Bahan daur guna, daur ulang, atau bahan yang biodegradable
SIMPEL diterapkan kepada setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Izin Lingkungan
2 1 C
dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Untuk dapat mengakses SIMPEL, pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
2 C
mengajukan permohonan registrasi kepada Menteri.
Permohonan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan:
a. identitas pemegang izin; dan
3 C
b. jenis usaha dan/atau kegiatan; dan
c. salinan Izin Lingkungan, dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajib menyampaikan laporan yang
meliputi:
a. RKL-RPL dan UKL-UPL;
3 1 b. pengendalian pencemaran air; C
c. pengendalian pencemaran udara;
d. pengelolaan Limbah B3; dan
e. pengendalian kerusakan lingkungan.
Lampiran I Tata Cara Registrasi, Pelaporan, dan Tata Hubungan Kerja Pengelola Simpel
Lampiran II Tata Hubungan Kerja Pengelola Simpel Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Pengelolaan Energi
55 UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah
Fileshare HSSE
III 8 1 lingkungan, memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di D Pemerintah
Division
bidang lingkungan hidup dan keselamatan kerja
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
58 PERSYARATAN
Peraturan Menteri ESDM No 14 LAINNYA
tahun 2012 tentang
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Manajemen Energi
Ruang Lingkup Manajemen Energi seperti menyusun program konsevasi energi, audit energi
5 secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi dan melaporkan pelaksanaan C
manajemen energi.
Pelaksanaan penghematan energi melalui sistem tata udara, sistem tata cahaya, peralatan
III 12-13 C
pendukung, proses produksi dan peralatan pemanfaatan energi utama
59 Peraturan Menteri ESDM No 01 tahun 2013 tentang Fileshare HSSE
4 Larangan penggunaan bensin (gasoline) Ron 88 dan Minyak solar untuk kendaraan dinas D Menteri ESDM
Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar minyak Division
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah dokumen
yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha
3 D
dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL.
DELH atau DPLH wajib disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria:
a. telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan;
II 3 1 b. telah melaksanakan usaha dan/atau kegiatan; D
c. lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang; dan
d. tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan hidup tetapi
dokumen lingkungan hidup tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan perintah
melalui:
a. penerapan sanksi administratif berupa paksaan pemerintah dari Menteri, gubernur, dan/atau
2 C
bupati/walikota; atau
b. penerapan sanksi pidana yang dilakukan dengan penegakan hukum terpadu antara penyidik
pegawai negeri sipil, kepolisian, dan kejaksaan di bawah koordinasi Menteri.
4 1 DELH memuat ... (rincian pada peraturan). C
DELH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disusun oleh penyusun yang memenuhi
persyaratan:
a. memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup;
2 C
b. memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen Amdal;
c. memiliki sertifikat kelulusan pelatihan penyusun Amdal; dan/atau
d. memiliki sertifikat kelulusan pelatihan Auditor Lingkungan Hidup.
Penyusunan DELH menggunakan format tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
3 C
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
5 1 DPLH memuat ... (rincian pada peraturan). C
Penyusunan DPLH menggunakan format tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
2 C
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Kewenangan penilaian DELH dan pemeriksaan DPLH merujuk peraturan perundang-undangan
6 1 C
yang mengatur kewenangan penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL.
7 1 Pengesahan DELH atau DPLH menjadi persyaratan permohonan Izin Lingkungan. C
33 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Biaya penyusunan dan penyelenggaraan rapat penilaian DELH atau pemeriksaan DPLH
IV 9 1 C
dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Lampiran I Format DELH
Berdasarkan arahan perubahan izin lingkungan yang dilakukan melalui perubahan keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
IV 10 1 A
ayat 5 huruf a, pasal 7 dan pasal 8, pemegang izin lingkungan wajib menyusun: a. dokumen
amdal baru; b. dokumen addendum andal dan RKL-RPL; atau c. formulir UKL-UPL baru.
Berdasarkan arahan perubahan izin lingkungan yang dilakukan tanpa melalui perubahan
keputusan kelayaan lingkungan atau rekomendasi ukl-upl sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat 5 huruf b dan pasal 9, pemegang izin lingkungan wajib: a. menyiapkan dokumen-dokumen
IV 11 1 dan/atau berkas-berkas terkait dengan perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan dan/atau A
perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-
undangan; atau b. menyusun laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
Pelaksanaan perubahan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 baru
dapat dilakukan setelah diterbitkannya perubahan izin lingkungan, kecuali untuk: a. Perubahan
V 20 A
usaha dan/atau kegiatan yang terkait dengan perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
dan b. perubahan usaha dan/atau kegiatannya lainnya.
67 Permen LHK P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci
Fileshare HSSE
tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun Analisis I 1 5 tentang tata ruang wilayah daerah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi D Men LHK
Division
Mengenai Dampak Lingkungan Untuk Usaha Dan/Atau kabupaten/kota.
Kegiatan Yang Berlokasi Di Daerah Kabupaten/Kota
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup sebagaimana
Yang Telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang
II 4 2 dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal apabila lokasi rencana D
Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada daerah kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.
Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyusun UKL-UPL
II 4 3 D
berdasarkan RDTR.
Pengecualian kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku
II 4 5 D
apabila rencana usaha dan/atau kegiatannya masih dalam skala/besaran kajian KLHS dan RDTR.
68 Permen LHK P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pedoman Penetapan Jenis Rencana Usaha Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memuliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat Fileshare HSSE
I 3 2 D Men LHK
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Upaya (1) huruf a ditetapkan oleh Menteri. Division
Pengolahan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL sebagaimana
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan I 3 3 dimaksud pada yat (1) huruf b dan huruf c ditetapkan oleh gubernur atau bupati/wali kota sesuai D
Lingkungan Hidup dengan kewenangannya.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
69 PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan kualitas
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diselengarakan secara terpadu (tahap Fileshare HSSE
air dan Pengendalian pencemaran air 2 1-2 D Pemerintah
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi) dengan pendekatan ekosistem. Division
Pemantauan kualitas air sebagamana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 6
13 3 D
(enam )bulan sekali
71 Per Men LH No. 19 tahun 2010 Tentang Baku Mutu Fileshare HSSE
Air Limbah bagi dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Baku Mutu Air Limbah : B&C MenLH
Division
Serta Panas Bumi
· Minyak dan lemak = 15 mg/L
· Karbon organik Total = 110 mg/l
· pH = 6-9
Pelaporan :
· Hasil pemantauan 3 bulan sekali
· Kondisi abnormal dan darurat saat kejadian.
72 Per Men LHK No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik wajib melakukan Fileshare HSSE
3 1 D MenLH
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik pengolahan air limbah domestik yang dihasilkannya. Division
Pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara:
3 2 a. Tersendiri D
b. Terintegrasi
Terhadap pengolahan air limbah domestik, wajib dilakukan pemantauan untuk mengetahui
4 1 C
pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah.
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memenuhi ketentuan
4 2 C
persyaratan teknis (rincian lihat peraturan).
Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun secara tertulis yang mencakup:
4 3 catatan air limbah domestik harian, debit dan pH air limbah harian, hasil analisa laboratorium C
bulanan.
Hasil pemantauan dilaporkan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
4 4 kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur, Menteri dan instansi terkait sesuai dengan C
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Setiap usaha dan/atau kegiatan pengolahan air limbah domestik, wajib memiliki prosedur
5 1 C
operasional standar pengolahan air limbah domestik dan sistem tanggap darurat.
Dalam hal terjadi pencemaran akibat kondisi tidak normal, penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan pengolahan air limbah domestik wajib melaporkan dan menyampaikan kegiatan
5 2 C
penanggulangan pencemaran kepada bupati/walikota, dengan tembusan kepada gubernur dan
Menteri paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
Dalam hal setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tidak mampu mengolah air limbah domestik yang dihasilkannya,
6 C
pengolahan air limbah domestik wajib diserahkan kepada pihak lain yang usaha dan/atau
kegiatannya mengolah air limbah domestik.
Pihak lain yang usaha dan/atau kegiatannya mengolah air limbah domestik sebagaimana
7 A
dimaksud dalam Pasal 6 wajib memiliki izin lingkungan dan izin pembuangan air limbah.
Lampiran I Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri B
73 Usaha setiap negara dalam mengkoordinasikan tindakan dalam upaya penanggulangan Fileshare HSSE
UU No. 6 tahun 1994 Tentang Perubahan Iklim D Pemerintah
perubahan iklim global Division
74 Keputusan Presiden No. 23 tahun 1992 Tentang
Pengesahan Konvensi Vienna dan Keputusan Kewajiban negara Pihak (Indonesia) untuk melindungi kesehatan dan lingkungan hidup manusia Fileshare HSSE
Presiden No. 92 tahun 1998 tentang Pengesahan D Pemerintah
terhadap pengaruh lapisan Ozon Division
Protokol Montreal tentang Zat-zat yang merusak
Lapisan Ozon
1. Mengganti Freon non CFC, paling lambat tahun 2010 C
2. Larangan penggunaan Halon sejak Desember 2005. Batas waktu penggunaan Halon masih
diperbolehkan sampai Januari 2010 (khusus penggunaan tertentu masih diperbolehkan, tanpa
refilling)
75 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Fileshare HSSE
II 4 Baku mutu udara ambient B Pemerintah
Pengendalian Pencemaran Udara Division
8 Baku mutu udara emisi dan ambang batas emisi gas buang B
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
30 Pengukuran & Pemenuhan Baku mutu dari sumber tidak bergerak B
4) Apabila persyaratan baku mutu dalam AMDAL lebih ketat, maka digunakan baku mutu dalam
AMDAL.
78 Per Men LH No.02 tahun 2007 Tentang Pedoman Fileshare HSSE
teknis dan persyaratan kompetensi pelaksanaan retrofit Berlaku mulai Februari 2009: C&E MenLH
Division
dan recycle pada system refrigerasi
1) Persyaratan Teknisi Refrigerasi yang bersertifikat kompetensi yang sesuai. Berlaku untuk
pelaksanaan Retrofit (proses penggantian jenis refrigeran kompresi uap dengan penyesuaian
dan/atau penyetelan sistem), dan Recycle refrigeran,
2) Wajib Uji Kompetensi dan Sertifikat Kompetensi, SNI 06-6500-2000 Refrigeran: Pemakaian
pada instalasi tetap; atau b. SNI 06-6501.1-2000 Refrigeran Kelompok A3 : Keamanan pengisian,
penyimpanan, dan transportasi dan SNI 06-6501.2-2000 Refrigeran Kelompok A3 : Pemakaian
pada mesin tata udara kendaraan bermotor.
79 Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/M- Larangan impor BPO sejak Juni 2006 (jenis Halon 1211, Halon 1301, Halon 2404, Karbon Fileshare HSSE
Dag/Per/6/2006 Tentang Ketentuan impor bahan C Menteri Perdagangan
tetraklorida, 1,1,1, Trikloroetana). Division
perusak lapisan ozon
Larangan impor sejak Des 2007: CFC 11, 12,13, dan CFC 111 s/d 115, CFC 211 s/d 217. Untuk
HFC-.. masih diperbolehkan impornya setelah 2007.
Catatan: Batasan mempergunakan bahan perusak ozon secara bertahap sampai dengan 1
Januari 2010
80 Peraturan Menteri Perindustrian No 33/M- (1) BPO dalam Lampiran ini dilarang diproduksi, dan dilarang digunakan (CTC, Methyl
IND/PER/4/2007 Tentang Larangan memproduksi Chloroform/TCE, MBr, R11, R12, R13, R111 s/d R 115, R211 s/d R217, Halon 1211, 1301, 2402, Fileshare HSSE
bahan perusak lapisan ozon serta memproduksi barang C Menteri Perindustrian
R500, R502 ); pada AC, lemari es, Alat pemadam kebakaran, Produksi Foam/Mesin Division
yang mengunakan bahan perusak lapisan ozon pendingin/Aerosol (s/d 30 juni 2008);
(2) CFC dan Halon dapat didaur ulang, hanya untuk pemeliharaan
(3) barang yang tidak menggunakan bahan CFC dan Halon wajib mengunakan logo
MATERIAL B3
18 1-3 Penyimpanan B3 C
83 Per Men LH No.03 tahun 2008 Tentang Tata Cara Fileshare HSSE
3 Setiap kemasan B3 wajib di beri simbol sesuai dengan klasifikasi dan label sesuai jenis klasifikasi. C MenLH
Pemberian Simbol dan Label B3 Division
36 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
84
Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-
Setiap bahan kimia wajib diberi simbol, label dan MSDS/ LDKB sesuai pedoman penerapan GHS Fileshare HSSE
IND/PER/9/2009 Tentang Sistem Harmonisasi Global C Menteri Perindustrian
dalam peraturan ini. Division
Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
85 PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3
Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Fileshare HSSE
III 11 1 D Pemerintah
Safety Data Sheet) Division
Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar Data
III 15 1 C Pemerintah
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)
LIMBAH B3
86 PP Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang Fileshare HSSE
Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya II 3 1 D Pemerintah
dihasilkannya Division
III 10 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah B3 D
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib
III 11 1 menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri mengenai pelaksanaan Pengurangan C
Limbah B3
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud ayat (1) dilarang
2 C
melakukan pencampuran Limbah B3 yang disimpannya
Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada
3 A
ayat (1) wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
IV 14 3 D
berada di dalam penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3
Pengemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (6) huruf e dilakukan dengan menggunakan kemasan yang:
a. terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah
B3 yang akan disimpan;
IV 19 1 b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan; C
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 terbit, pemegang izin wajib:
a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin
Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3;
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan
jika bermaksud:
IV 30 1 D
a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau
b. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Penyimpanan Limbah
B3
Dalam hal Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu melakukan
2 sendiri, Pengolahan Limbah C
B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3,
XIV 217 Pengangkut Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib memiliki C
Sistem Tanggap Darurat
Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3,
XIV 220 Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib menyusun C
program kedaruratan Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya.
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
87 Per Men LHPERSYARATAN LAINNYA
No.18 tahun 2009 tentang Perizinan
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
Pengelolaan Limbah B3
- Pengangkutan
- Penyimpanan sementara
- Pengumpulan
- Pemanfaatan
- Pengolahan
- Penimbunan
II 6 Tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a wajib memenuhi C
persyaratan:
a. lokasi Penyimpanan Limbah B3;
b. peralatan penanggulangan keadaan darurat; dan
c. fasilitas Penyimpanan Limbah B3.
7 1 Persyaratan lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a C
meliputi:
a. bebas banjir; dan
b. tidak rawan bencana alam.
6 Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berada di dalam C
penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.
8 Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas Penyimpanan Limbah B3 C
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilengkapi dengan:
a. sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran; dan/atau
b. alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
9 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c berupa: C
a. bangunan;
b. tangki dan/atau kontainer;
c. silo;
d. tempat tumpukan Limbah (waste pile); dan/atau
e. waste impoundment.
10 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib dilengkapi C
dengan:
a. fasilitas pertolongan pertama;
b. peralatan penanganan tumpahan; dan
c. bongkar muat.
11 1 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf C
a digunakan untuk menyimpan Limbah B3:
a. kategori 1; dan
b. kategori 2 dari sumber tidak spesifik, sumber spesifik umum, dan sumber spesifik khusus.
2 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib C
memenuhi persyaratan:
a. rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang disimpan;
b. luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah Limbah B3 yang disimpan;
c. desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari;
d. atap dari bahan yang tidak mudah terbakar;
e. memiliki sistem ventilasi untuk sirkulasi udara;
f. sistem pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat Penyimpanan Limbah B3;
g. lantai kedap air dan tidak bergelombang;
h. lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung tumpahan dengan
kemiringan maksimum 1% (satu persen);
i. lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan tidak masuk kedalam bangunan tempat
penyimpanan Limbah B3;
j. memiliki saluran drainase ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran
atau tumpahan Limbah B3;
k. memiliki bak penampung tumpahan untuk menampung ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau
air hasil pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3; dan
l. dilengkapi dengan simbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
39 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
12 Kesesuaian rancang bangun dengan karakteristik Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam C
Pasal 11 ayat (2) huruf a meliputi:
a. untuk Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
1. memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang berdampingan;
2. jika bangunan Penyimpanan Limbah B3 dibangun terpisah dari bangunan lain, diberi jarak
dengan bangunan lain paling sedikit 6 (enam) meter;
3. struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala, konstruksi atap dibuat
ringan, dan mudah hancur bila terjadi kebakaran; dan
4. diberikan penerangan yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).
b. untuk Limbah B3 dengan karakteristik mudah meledak, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
1. konstruksi bangunan, lantai, dinding, dan atap dibuat tahan ledakan;
2. lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap; dan
3. setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan;
c. untuk Limbah B3 dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau beracun, bangunan wajib
memenuhi ketentuan:
1. konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas; dan
2. konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
2 Kewajiban melakukan pengemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi C
Limbah B3:
a. dari sumber spesifik khusus;
b. berupa peralatan elektronik utuh; atau
c. tidak berbentuk fase cair, debu, dross, gram logam, dan cacahan.
20 1 Pengemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dilakukan dengan menggunakan C
kemasan berupa:
a. drum;
b. jumbo bag;
c. tangki intermediated bulk container (IBC); dan/atau
d. kontainer.
2 Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekatkan simbol dan label C
Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21 1 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan drum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 C
ayat (1) huruf a wajib memenuhi persyaratan:
a. ditumpuk berdasarkan jenis kemasan;
b. jarak antara tumpukan kemasan dengan atap paling rendah 1 (satu) meter; dan
2 Tumpukan berdasarkan jenis kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan C
dengan ketentuan:
a. untuk kemasan berupa drum logam dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter, tumpukan paling
banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alas palet untuk 4 (empat) drum; dan/atau
b. untuk kemasan berupa drum plastik dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter:
1. tumpukan paling banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alas palet untuk 4 (empat)
drum; atau
2. tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis, wajib menggunakan rak penyimpanan.
40 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
3 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan jumbo bag sebagaimana dimaksud dalam Pasal C
20 ayat (1) huruf b wajib memenuhi persyaratan:
a. disimpan dengan sistem blok;
b. tumpukan setiap blok paling banyak 2 (dua) lapis, lapis paling bawah dialasi palet; dan
c. lebar gang antar blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau disesuaikan dengan
kebutuhan operasional untuk lalu lintas manusia dan kendaraan pengangkut (forklift).
22 Selain persyaratan kemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21, Limbah B3 C
yang disimpan pada bangunan harus memenuhi ketentuan:
a. dikemas sesuai dengan jenis, karakteristik, dan/atau kompatibilitasnya; dan
b. mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume Limbah B3, pembentukan gas, atau
terjadinya kenaikan tekanan.
29 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling C
lama:
a. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;
b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1;
c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber
tidak spesifik dan sumber spesifik umum; atau
d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 kategori 2
dari sumber spesifik khusus.
III 31 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, dan C
Penimbun Limbah B3 yang memiliki fasilitas Penyimpanan Limbah B3 wajib melakukan
pemantauan kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
2 Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada fasilitas Penyimpanan Limbah B3 C
berupa bangunan dilaksanakan melalui:
a. pengawasan pada saat menempatkan dan/atau memindahkan Limbah B3 dari ruang
Penyimpanan Limbah B3;
b. pemeriksaan terhadap kemasan Limbah B3;
c. pencatatan kegiatan Penyimpanan Limbah B3; dan
d. pengawasan terhadap pelaksanaan tata graha (housekeeping).
6 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, ayat (3) huruf d, ayat (4) huruf g, dan C
ayat (5) huruf g dilakukan terhadap:
a. jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan waktu diterimanya Limbah B3 dari Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3;
b. jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, jumlah Limbah B3, dan waktu penyerahan Limbah B3
kepada Pemanfaat Limbah B3 dan/atau Pengolah Limbah B3;
c. identitas Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, dan/atau Pengolah Limbah B3; dan
d. neraca Limbah B3.
7 Neraca Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d memuat: C
a. uraian sumber, jenis, dan karakteristik Limbah B3 yang disimpan;
b. jumlah atau volume Limbah B3 yang dikumpulkan setiap bulan; dan
c. jumlah atau volume Limbah B3 yang diserahkan kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 setiap bulan.
8 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disusun dengan menggunakan format C
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
32 Dokumen pencatatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (6) wajib dilaporkan A
kepada pejabat penerbit izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
sesuai kewenangannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Lampiran I Persyaratan fasilitas penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) C
Lampiran II Cara penyimpanan limbah B3 pada bangunan, tangki dan/atau kontainer, dan silo C
90 Peraturan Menteri LHK No. I 2 1 Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan oleh Pengangkut Limbah B3 yang memiliki izin A Fileshare HSSE Kementerian Lingkungan
P.4/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 Tentang Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3. Hidup dan Kehutanan
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 2 Untuk dapat melakukan pengangkutan Limbah B3, Pengangkut Limbah B3 sebagaimana C
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan:
a. alat angkut Limbah B3;
b. rekomendasi pengangkutan Limbah B3; dan
c. Festronik pengangkutan Limbah B3
III 8 1 Pengangkut Limbah B3 wajib memiliki: C
a. rekomendasi pengangkutan Limbah B3; dan
b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
12 1 Kewajiban memiliki rekomendasi pengangkutan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 C
ayat (1) huruf a dikecualikan terhadap:
a. kegiatan pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan oleh badan usaha di dalam wilayah kerja
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin Lingkungan dan tidak melewati jalan umum; dan
b. kegiatan pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan dengan menggunakan alat angkut berupa
angkutan kapal dari fasilitas di lepas pantai (offshore) ke fasilitas di darat (onshore) di wilayah kerja
usaha dan.atau kegiatannya sesuai dengan Izin Lingkungan.
3 Pengecualian memiliki rekomendasi pengangkutan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat C
(1), tidak menghilangkan kewajiban Pengangkut Limbah B3 untuk:
a. memastikan Limbah B3 yang akan diangkut telah dilakukan pengemasan; dan
b. memberikan simbol Limbah B3 pada alat angkut Limbah B3.
41 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
IV 18 1 Pengangkutan Limbah B3 wajib disertai dengan Festronik. C
91 Peraturan Menteri LHK No. IV 15 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik dapat dikecualikan dari D Fileshare HSSE Kementerian Lingkungan
P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020 tentang Tata kewajiban melakukan Pengelolaan Limbah B3. Hidup dan Kehutanan
Cara Uji Karakteristik dan Penetapan Status Limbah 2 Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan: C
Bahan Berbahaya dan Beracun a. merupakan Limbah B3 dari sumber spesifik khusus dan sumber spesifik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2);
b. berasal dari proses produksi yang bersifat tetap dan konsisten;
c. menggunakan bahan baku dan/atau bahan penolong yang bersifat tetap dan konsisten; dan
d. Limbah B3 yang dihasilkan bersifat tetap dan konsisten.
16 1 Untuk dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3, Setiap Orang sebagaimana dimaksud C
dalam Pasal 15 ayat (1) harus mengajukan permohonan kepada Menteri.
26 1 Untuk dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3, Setiap Orang yang menghasilkan Limbah C
B3 tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) harus mengajukan permohonan
pengecualian Limbah B3 dari Pengelolaan Limbah B3 kepada Menteri.
VI 37 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik yang akan melakukan C
Pemanfaatan Limbah B3 dari sumber spesifik sebagai Produk Samping dapat mengajukan
permohonan penetapan Limbah B3 dari sumber spesifik sebagai Produk Samping kepada
Menteri
2 Limbah B3 yang dapat diajukan permohonan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) C
merupakan Limbah B3 dari sumber spesifik yang berasal dari satu siklus tertutup produksi yang
terintegrasi.
3 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Menteri dan C
dilengkapi dengan:
a. identitas pemohon;
b. profil usaha dan/atau kegiatan;
c. nama dan kode Limbah B3;
d. bahan baku dan/atau bahan penolong produksi yang digunakan dalam proses yang
menghasilkan Limbah B3;
e. proses produksi yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik yang diajukan untuk
ditetapkan sebagai Produk Samping;
f. nama Produk Samping yang diajukan; dan
g. sertifikat standar produk yang dipenuhi yang ditetapkan oleh menteri atau kepala lembaga
pemerintah nonkementerian yang membidangi usaha dan/ atau kegiatan.
42 Setiap Orang yang melakukan Pemanfaatan Limbah B3 yang telah ditetapkan sebagai Produk D
Samping, dikecualikan dari kewajiban memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3.
VII 44 1 Penghasil Limbah B3 wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri mengenai C
neraca massa dan kegiatan pengelolaan lanjutan terhadap Limbah B3:
a. yang dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3; dan
b. yang ditetapkan sebagai Produk Samping.
2 Neraca massa sebagaimana dalam ayat (1) terdiri dari: C
a. jenis dan volume Limbah B3 yang telah dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3 atau Limbah
B3 yang telah ditetapkan sebagai Produk Samping; dan
b. pengelolaan lanjutan terhadap Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
3 Laporan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala paling C
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Per Men LH 14 tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Fileshare HSSE
93 2 Ketentuan Simbol limbah B3 MenLH
Limbah B3 Division
PERATURAN DAERAH/WILAYAH
42 dari 42
Bagian yang
KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
Pasal
Tidak
Ayat
BAB
N/A
YA
94
95
96
97
98
99
100
101
American National
103 ANSI Z87.1-2003 Standard for Selection Personal Eye and Face Protective Devices C
Standard Institute
American National
104 ANSI 105-2005 Standard for Hand Protection Selection Criteria C
Standard Institute
Standar Nasional
105 SNI 19-3994-1995 Jenis kotak P3K dan isinya. C
Indonesia
Standar Nasional
106 SNI 03-3987-1995 Ketentuan tentang Alat Pemadam Api Ringan C
Indonesia
Occupational Safety &
107 OSHA 3146 1998 Pencegahan dari jatuh ketika bekerja di ketinggian sewaktu pekerjaan kontruksi C
Health Administration
Occupational Safety &
108 OHSAS 18001:2004 Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja C
Health Administration
International organization
109 ISO 14001:2015 Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan C
for standardization
Keterangan *):
A = Perizinan B = Baku mutu/ Nilai ambang batas C = Persyaratan teknis D = Normatif E = Terkait legally required training
NILAI KEPATUHAN
JUMLAH PATUH 0
JUMLAH TIDAK PATUH 0
NILAI KEPATUHAN * #DIV/0! Kota, Tanggal
Penanggung Jawab
* Nilai Kepatuhan = Jumlah Patuh / (Jumlah Patuh + Jumlah Tidak Patuh)