Anda di halaman 1dari 45

10/1/2020 https://esms.pgn.co.id/View/Transaction/frmIsiSuratKeluar.aspx?

Id=9dd25eb4-ddae-4df1-b59a-b6a130a432e5&Options=1

NOTA DINAS
Nomor : 041801.ND/KK/HSE/2020

Yang Terhormat : 1. Group Head, Business Unit Infrastructure


2. Division Head, Gas Distribution Management Regional I
3. Division Head, Gas Distribution Management Regional II
4. Division Head, Gas Distribution Management Regional III
5. Group Head, Project Management Office
6. Division Head, Logistic and Facility Management
7. Group Head, Unit Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga
Dari : Division Head, Health, Safety, Security and Environment
Perihal : Pelaksanaan Identifikasi Peraturan Perundangan Dan
Persyaratan Lain Serta Evaluasi Penaatan
Sifat : Segera
Lampiran : 1 Berkas

Menunjuk Pada :

Prosedur Operasi Identifikasi Peraturan Perundangan Dan Persyaratan Lain


Serta Evaluasi Penaatan Nomor O – 022/0.51
Hasil Audit Resertifikasi ISO 45001 dan ISO 14001 Tahun 2019

Maka bersama ini, kami mohon kepada Satuan Kerja Pengelola Aset untuk dapat
melakukan identifikasi peraturan perundangan dan melaksanakan evaluasi
penataan terhadap implementasi peraturan tersebut dengan format yang dapat
diunduh melalui link : http://bit.ly/FormEvaluasiPerundangan dan menyampaikan
kembali kepada HSSE Division selambatnya tanggal 07 Oktober 2020.

Adapun berikut disampaikan catatan terkait identifikasi daftar peraturan dan


evaluasi penataan peraturan :

1. Daftar Identifikasi Peraturan dan Evaluasi Penaatan dibuat berdasarkan lokasi


kantor dengan catatan sebagai berikut :

a. Lokasi/ kegiatan Perkantoran

Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan untuk perkantoran disusun untuk


setiap kawasan kantor (misal: Jakarta Ketapang, Jakarta Manhattan,
Palembang, Surabaya Pemuda, Medan Imam Bonjol, Medan Glugur, dll).
Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan disusun oleh pelaksana manajemen
kantor (dalam hal ini PGNMAS), didiskusikan dengan Satuan Kerja terkait di
kawasan tersebut kemudian disahkan oleh Department Head Facility
Management.

b. Lokasi/ kegiatan Operasional Jaringan

/
10/1/2020 https://esms.pgn.co.id/View/Transaction/frmIsiSuratKeluar.aspx?Id=9dd25eb4-ddae-4df1-b59a-b6a130a432e5&Options=1

Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan untuk operasional jaringan disusun


untuk setiap station dan untuk setiap zona jaringan pipa gas. Daftar Peraturan
dan Evaluasi Penaatan disusun oleh pelaksana operasi dan pemeliharaan
jaringan (dalam hal ini PGASOL), didiskusikan dengan perwakilan GDMR /
GTM, kemudian disahkan oleh GDMR Head / GTM Head.

c. Lokasi/ kegiatan Pengembangan (Konstruksi) Jaringan

Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan untuk pengembangan (konstruksi)


jaringan disusun untuk setiap Integrated Team. Daftar Peraturan dan Evaluasi
Penaatan disusun oleh personil terkait dalam Integrated Team kemudian
disahkan oleh Integrated Team Leader.

d. Lokasi/ kegiatan Unit Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga

Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan untuk Layanan Jaringan Gas Rumah
Tangga disusun untuk setiap area. Daftar Peraturan dan Evaluasi Penaatan
disusun oleh personil terkait dari Unit Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga
kemudian disahkan oleh Division Head Operation and Commerce Unit
Layanan Jaringan Gas Rumah Tangga.

2. Format Identifikasi Peraturan sebagaimana terlampir telah dilengkapi dengan


daftar peraturan pemerintah pusat seperti Peraturan Presiden, Kementrian,
dll, sedangkan masing – masing pengelola asset agar dapat menambahkan
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Gubernur sesuai dengan
lokasinya pada kolom Peraturan Daerah (pada bagian bawah) dengan contoh
acuan sebagai berikut :

a. Ketentuan terkait Kelayakan Fungsi Gedung

Contoh : Peraturan Walikota Surabaya nomor 14 Tahun 2018 Tentang


Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

b. Ketentuan terkait Manajemen Kebakaran Gedung

Contoh : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor


143 Tahun 2016 Tentang Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung Dan
Manajemen Keselamatan Kebakaran Lingkungan

c. Ketentuan Terkait Izin Pengelolaan Limbah Cair

Contoh : Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 5 Tahun 2018 Tentang


Pengelolaan Air Limbah Domestik Dan Retribusi Pengolahan Limbah Cair

d. Ketentuan Terkait Surat Izin Pengambilan Air Tanah

Contoh : Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2001


Tentang Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan

e. dan lain – lain yang berhubungan dengan Aspek HSSE

Apabila dalam identifikasi Peraturan Perundangan dan Evaluasi Penaatan ini


terdapat hal – hal yang akan ditanyakan atau yang menjadi kendala, Bapak/Ibu
dapat menghubungi Sdri. Astrid Taruli Debora, Sdr. Rudy Setyawan dan Sdr.
Tribowo Kusherdianto.
/
10/1/2020 https://esms.pgn.co.id/View/Transaction/frmIsiSuratKeluar.aspx?Id=9dd25eb4-ddae-4df1-b59a-b6a130a432e5&Options=1

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima


kasih.

Jakarta, 29 September 2020


Division Head, Health, Safety, Security
and Environment

Feronica Yula Wardhani

/
1 dari 42

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (Persero) Tbk.


DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA,
SERTA EVALUASI PENAATAN

WILAYAH :
LOKASI :
TANGGAL EVALUASI :
PENYUSUN :

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
HEALTH & SAFETY
1 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta Fileshare HSSE
V 9 3 D Pemerintah
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada Division
kecelakaan

Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
V 9 4 D Pemerintah
berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan

Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
VII 11 1 D Pemerintah
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja

VIII 12 b Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan D Pemerintah

VIII 12 c Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan D Pemerintah

Barang siapa yang memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja
IX 13 D Pemerintah
dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
X 14 a D Pemerintah
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat mudah dilihat dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
X 14 b diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan D Pemerintah
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja

Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
X 14 c D Pemerintah
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial


Fileshare HSSE
tenaga Kerja II 3 2 Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. D Pemerintah
Division

Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh
II 4 1 setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai D Pemerintah
dengan ketentuan undang-undang ini
2 UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Jaminan Sosial 2 dari 42
tenaga Kerja

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja,
III 6 1 b. Jaminan Kematian, D Pemerintah
c. Jaminan Hari Tua,
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperuntukkan bagi tenaga
III 7 1 D Pemerintah
kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d berlaku pula untuk
III 7 2 D Pemerintah
keluarga tenaga kerja

III 8 1 Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja D Pemerintah

Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:


a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak;
III 8 2 b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong pekerjaan adalah D Pemerintah
perusahaan;
c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan

Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi:
a. biaya pengangkutan;
b. biaya pemeriksaaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
a, b,
III 9 d. santunan berupa uang yang meliputi: D Pemerintah
c, d
1. santunan sementara tidak mampu bekerja;
2. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya;
3. santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;
4. santunan kematian

Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
III 10 1 Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 D Pemerintah
jam.

Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
III 10 2 tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal D Pemerintah
dunia.

Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan
III 10 3 D Pemerintah
Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas
III 12 1 D Pemerintah
Jaminan Kematian

Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:


III 12 2 a. biaya pemakaman D Pemerintah
b. santunan berupa uang

Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan Jaminan Kematian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d butir 4 dan Pasal 12 ialah :
a. janda atau duda;
b. anak;
III 13 c. orang tua; D Pemerintah
d. cucu;
e. kakek atau nenek;
f. saudara kandung;
g. mertua

Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan berkala, kepada
tenaga kerja karena:
III 14 1 D Pemerintah
a. telah mencapai usis 55 (lima puluh lima) tahun, atau
b. cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter
3 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada janda atau duda
III 13 2 D Pemerintah
atau anak yatim piatu

III 16 1 Tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. D Pemerintah

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi:


a. rawat jalan tingkat pertama;
b. rawat jalan tingkat lanjutan;
c. rawat inap;
III 15 2 D Pemerintah
d. pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan;
e. penunjang diagnostik;
f. pelayanan khusus;
g. pelayanan gawat darurat.

Pengusaha wajib memiliki daftar tenaga kerja beserta keluarganya, daftar upah beserta
IV 18 1 perubahan-perubahan, dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang D Pemerintah
berdiri sendiri.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha wajib menyampaikan data
IV 18 2 ketenagakerjaan dan data perusahaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program D Pemerintah
jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara.

Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
tidak benar, sehingga mengakibatkan ada tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta
IV 18 3 D Pemerintah
program jaminan sosial tenaga kerja, maka pengusaha wajib memberikan hak-hak tenaga kerja
sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.

Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
IV 18 4 tidak benar, sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran jaminan kepada tenaga kerja, D Pemerintah
maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan jaminan tersebut.

Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti
IV 18 5 tidak benar, sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran jaminan, maka pengusaha wajib D Pemerintah
mengembalikan kelebihan tersebut kepada Badan Penyelenggara

Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, luran Jaminan Kematian, dan Iuran Jaminan Pemeliharaan
V 20 1 D Pemerintah
Kesehatan ditanggung oleh pengusahaan

V 20 2 Iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh pengusaha dan tenaga kerja. D Pemerintah

Pengusaha wajib membayar iuran dan melakukan pemungutan iuran yang menjadi kewajiban
V 22 1 tenaga kerja melalui pemotongan upah tenaga kerja serta membayarkan kepada Badan D Pemerintah
Penyelenggara dalam waktu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

IX 32 Kelebihan pembayaran jaminan yang telah diterima oleh yang berhak tidak dapat diminta kembali D Pemerintah

3 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
Fileshare HSSE
XII 164 6 ayat (5) dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya D Pemerintah
Division
kecelakaan kerja.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan


XII 165 3 kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan D Pemerintah
keputusan
3 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

4 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,
XII 166 1 peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan D Pemerintah
kesehatan pekerja.

Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita
XII 166 2 D Pemerintah
oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4 PP No. 50 Tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fileshare HSSE
II 5 1 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya D Pemerintah
Division

Kewajiban penerapan SMK3 berlaku bagi perusahaan:


II 5 2 a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau D Pemerintah
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi

Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan
II 5 4 ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar D Pemerintah
internasional.

II 7 1 Pengusaha wajib menetapkan kebijakan K3 D Pemerintah

Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit
harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2. perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;
II 7 2 3. peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan; C Pemerintah
4. kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan
keselamatan; dan
5. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh


II 8 pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang D Pemerintah
terkait.

Pengusaha wajib menyusun rencana K3 dengan mempertimbangkan


a. hasil penelaahan awal;
II 9 2 b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; C Pemerintah
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki.

Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melibatkan
II 9 4 D Pemerintah
Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan

Rencana K3 paling sedikit memuat:


a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
II 9 5 C Pemerintah
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.
5 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki:
a. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
II 10 3 C Pemerintah
b. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang berwenang.

Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 paling sedikit meliputi:


a. tindakan pengendalian;
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
II 11 d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan; C Pemerintah
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat.

Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus:


a. menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan kewenangan di bidang
K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
II 12 1 c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain C Pemerintah
pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;
d. membuat prosedur informasi;
e. membuat prosedur pelaporan; dan
f. mendokumentasikan seluruh kegiatan.

Pelaksanaan kegiatan rencana K3 harus diintegrasikan dengan kegiatan manajemen


II 12 2 D Pemerintah
perusahaan.

Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 paling sedikit dilakukan terhadap:


a. peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;
b. indikator kinerja K3;
c. izin kerja;
d. hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;
e. kegiatan pelatihan K3;
II 13 3 C Pemerintah
f. kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
g. catatan pemantauan data;
h. hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;
i. identifikasi produk termasuk komposisinya;
j. informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
k. audit dan peninjauan ulang SMK3.

II 14 1 Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. D Pemerintah

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan,
II 14 2 pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang C Pemerintah
kompeten.

Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan
II 14 4 D Pemerintah
kepada pengusaha.

Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
II 14 5 D Pemerintah
melakukan tindakan perbaikan.
6 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
II 14 6 C Pemerintah
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar.

Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha wajib melakukan
II 15 1 D Pemerintah
peninjauan.

Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan
dalam hal:
a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
II 15 4 D Pemerintah
d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi;
f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. adanya pelaporan; dan/atau
h. adanya masukan dari pekerja/buruh.

Penyakit akibat kerja yang ditemukan sebagaimana dimaksud pasal 2 harus dilaporkan oleh
Kepmenaker No. 333 Tahun 1989 Tentang Diagnosis Fileshare HSSE
5 4 1 pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam kepada Kepala D Menaker
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Division
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat

6 Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 Tenatng Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan Fileshare HSSE
I 2 1 E Menaker
penanggulanggan kebakaran di tempat kerja. Division

Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
I 2 2 D/C/E Menaker
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2)
huruf f, memuat antara lain:
a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara pencegahannya;
I 2 4 C/E Menaker
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja;
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran;
d. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran
7 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
III 5 b. Regu penanggulangan kebakaran; C/E Menaker
c. Koordinator unit penanggulangan kabakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.

Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, sekurangkurangnya 2


III 6 1 C Menaker
(dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima) orang.

Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran


sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat
III 6 2 risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) C/E Menaker
orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III
dan berat.

Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf c, ditetapkan


sebagai berikut:
a. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1
III 6 3 C/E Menaker
(satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang;
b. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b mempunyai


tugas:
a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran;
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran;
c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal;
III 7 1 d. membantu menyusun baku rencana tanggap darurat penanggulangan kebakaran; D/E Menaker
e. memadamkan kebakaran;
f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;
g. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait;
h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. mengamankan seluruh lokasi tempet kerja;
j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.

Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;
III 8 2 b. usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun; C/E Menaker
c. pendidikan minimal SLTA;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I dan tingkat dasar II.
8 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) mempunyai tugas:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penanggulangan
kebakaran;
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang didapat
III 10 1 C/E Menaker
berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang
berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;
f. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus;
g. melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

Syarat-syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:


a. sehat jasmani dan rohani;
b. pendidikan minimal D3 teknik;
III 10 2 c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun; C/E Menaker
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, tingkat dasar II dan
tingkat Ahli K3 Pratama dan Tingkat Ahli Madya;
e. memiliki surat penunjukkan dari menteri atau pejabat yang ditunjuknya

7 Kepmenaker No. 187 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
Fileshare HSSE
I 2 mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya D Menaker
Division
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi :


I 3 a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label; C/E Menaker
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi
keterangan tentang :
a. Identitas bahan dan perusahaan;
b. Komposisi bahan;
c. Identifikasi bahaya;
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
e. Tindakan penanggulangan kebakaran;
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan;
g. Penyimpanan dan penanganan bahan;
III 4 1 D/C Menaker
h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri;
i. Sifat fisika dan kimia;
j. Stabilitas dan reaktifitas bahan;
k. Informasi toksikologi;
l. Informasi ekologi;
m. Pembuangan limbah;
n. Pengangkutan bahan;
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
p. Informasi lain yang diperlukan

Pengusaha atau Pengurus wajib menyampaikan Daftar Nama, Sifat dan Kuantitas Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja dengan mengisi formulir sesuai contoh seperti tercantum dalam
III 7 1 D/C Menaker
Lampiran II Keputusan Menteri ini kepada Kantor Departemen/Dinas Tenaga Kerja setempat
dengan tembusannya disampaikan kepada Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat
9 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya besar sebagaimana dimaksud pada
pasal 15 ayat (1) wajib :
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja
nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja shift
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
c. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar;
IV 16 1 D/C/E Menaker
d. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses dan
modifikasi instalasi yang digunakan;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
f. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sekali;
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah sebagaimana dimaksud


pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. Mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan sistem kerja
nonshift sekurang-kurangnya 1 (satu) orang, dan apabila dipekerjakan dengan mempergunakan
shift sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;
b. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah;
IV 17 1 c. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia proses dan D/C/E Menaker
modifikasi instalasi yang digunakan;
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali;
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun sekali;
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

8 Kepmenaker No. 68 Tahun 2004 Tentang Pencegahan


dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
I 2 1 Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. D Menaker

Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pengusaha wajib;
a. mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS;
b. mengkomunikasikan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan cara
menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
I 2 2 D/C Menaker
c. memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan
diskriminatif;
d. menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar yang
berlaku.

Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu
I 5 1 proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan D Menaker
rutin.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan kegiatan
6 D Menaker
lainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlaku bagi data rekan medis.
10 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
9 Permenaker No. Per. 01/MEN/1976 Tentang Kewajiban
Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
Setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk Fileshare HSSE
1 C Menaker
mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Division

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk mengirimkan setiap
1 tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan C Menaker
Keselamatan Kerja.

10 Permenaker No. Per. 02/MEN/1980 Tentang


Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Fileshare HSSE
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 2 2 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja D Menaker
Division

Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan Kesehatan
Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan
2 5 C Menaker
pekerjaan yang akan dilakukannya dan pedoman tersebut harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu oleh Direktur.

Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali
3 2 C Menaker
ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja.

Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
3 3 C Menaker
paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratoriun rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari


5 1 C Menaker
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu

Perusahaan-perusahaan yang diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan sebagaimana


6 1 dimaksud pada pasal 2, 3, dan 5 wajib membuat rencana pemeriksaan kesehatan sebelum C Menaker
bekerja, berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.

Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah
6 2 pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada Direktur Jenderal Binalindung Tenaga Kerja melalui C Menaker
Kantor Wilayah Ditjen Binalindung Tenaga Kerja setempat.

Pengurus bertanggung jawab atas biaya yang diperlukan terhadap pemeriksaan kesehatan
9 berkala atau pemeriksaan kesehatan khusus yang dilaksanakan atas perintah baik Pertimbangan D Menaker
Kesehatan Daerah ataupun majelis Pertimbangan Kesehatan Pusat

11 Permenaker No. Per. 04/MEN/1980 Tentang Syarat-


syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
Api Ringan (APAR) II 4 1 dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda D Menaker
pemasangan.

Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
II 4 3 C Menaker
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
11 Permenaker No. Per. 04/MEN/1980 Tentang Syarat-
syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) 11 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding
II 6 1 dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam C Menaker
lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.

Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
II 6 2 C Menaker
harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.

Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun , yaitu:
III 11 1 a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; C Menaker
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (duabelas) bulan

(1) Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara:
a. untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali;
III 18 1 b. untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus diisi 2 (dua) tahun sekali; C Menaker
c. untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 (tiga tahun sekali,
sedangkan jenis Iainnya diisi selambat-lambatnya 5 (lima) tahun

12 Permenaker No. Per. 01/MEN/1981 Tentang Kewajiban


Melapor Penyakit Akibat Kerja
Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja Fileshare HSSE
4 1 D Menaker
yang sama tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya. Division

Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
4 3 penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk pencegahan D Menaker
penyakit akibat kerja.

Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan
5 2 D Menaker
penyakit akibat kerja.

13 Permenaker No. Per. 03/MEN/1982 Tentang


Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:


a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair.
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja.
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Fileshare HSSE
2 C/E Menaker
h. Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas PertolonganPertama Division
Pada Kecelakaan.
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya.
l. Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja kepada pengurus.

3 1 Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja. D Menaker

Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
3 2 D Menaker
pengetahuan dan teknologi.
12 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja kepada
7 1 D Menaker
Direktur.

Satu kelompok alarm kebakaran harus dibatasi sampai dengan 20 (dua puluh) detektor nyala api
untuk melindungi secara baik ruangan maksimum 2000 (dua ribu) m2 luas lantai kecuali terhadap
V 78 C Menaker
ruangan yang luas tanpa sekat, maka atas persetujuan Direktur atau pejabat yang ditunjuknya
dapat diperluas lebih dari 2000 (dua ribu) m2 luas lantai.

14 Permenaker No. Per. 04/MEN/1985 Tentang Pesawat


Tenaga Dan Produksi Setiap pesawat Tenaga dan Produksi sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu Fileshare HSSE
IX 135 1 D Menaker
dengan standar uji yang telah ditentukan. Division

IX 135 2 Pengujian Pesawat Tenaga dan Produksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali. C Menaker

IX 135 3 Pemeriksaan berkala dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. C Menaker

15 Permenaker No. Per. 04/MEN/1987 Tentang Panitia


Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Fileshare HSSE
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja 2 1 Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3. D Menaker
Division

Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja harus
5 1 C Menaker
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 huruf c butir 1
11 1 C Menaker
berlaku untuk jangka waktu 3 tahun.

Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) berakhir, dapat dimintakan
11 2 C Menaker
perpanjangan kepada Menteri.

Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan tentang kegiatan


12 C Menaker
P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

16 Permenaker No. Per. 02/MEN/1989 Tentang


Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan Fileshare HSSE
I 2 1 C Menaker
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standard yang diakui; Division

Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kemampuan perlindungan secara teknis;
I 2 2 C Menaker
b. ketahanan mekanis;
c. ketahanan terhadap korosi,

I 2 3 Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan memenuhi syarat C Menaker

Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian dan atau sertifikat yang
I 2 4 C Menaker
diakui.
13 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara
lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya seperti:
menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau terbakar
seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
II 9 1 C Menaker
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung
pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti seperti: museum,
perpustakaan, tempat penyimpanan arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga dan
tempat-tempat lainnya.

Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
IX 50 1 C Menaker
aman dan memenuhi syarat;

Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:


a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai;
b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir;
IX 50 2 C Menaker
c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;
d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir;Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus
dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat;

Dalam pemeriksaan berkala harus diperhatikan tentang hal-hal sebagai berikut:


a. elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat;
IX 52 b. kerusakan-kerusakan dan karat dan penerima, penghantar dan sebagainya; C Menaker
c. sambungan-sambungan; d. tahanan pembumian dan masing-masing elektroda maupun
elektroda kelompok.

17

Permenaker No 31 Tahun 2015 Tentang Perubahan Pasal 49A


Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Pembuatan, pemasangan, dan/ atau perubahan instalasi penyalur petir harus dilakukan
Fileshare HSSE
Per.02/Men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi 1 1 pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan/ atau Ahli C Menaker
Division
Penyalur Petir K3 bidang Listrik.

18 Permenaker No. Per. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara


Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:


a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
Fileshare HSSE
III 9 1 1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, C Menaker
Division
kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.

Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;
III 9 2 C Menaker
2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat;
3. Direktur Bina Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
14 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
19 Permenaker No. Per. 01/MEN/1998 Tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dinyatakan dengan manfaat lebih dari Paket
Sosial Tenaga Kerja Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi ketentuan Fileshare HSSE
I 2 C Menaker
sebagaimana tercantum dalam BAB II dan BAB III peraturan ini. Division
b Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c Pelaksana pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh tenaga kerja dan keluarganya.

Kepesertaan meliputi tenaga kerja laki-laki maupun wanita dan keluarga yang terdiri suami atau
II 3 1 C Menaker
istri dan anak yang sah.

Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah anak kandung, anak angkat dan anak tiri
II 3 2 yang berusia sampai dengan 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan C Menaker
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak.

Paket jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik daripada jaminan kesehatan
dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang diberikan kepada tenaga kerja dan keluarganya
sekurang-kurangnya meliputi:
a rawat jalan tingkat pertama.
b rawat jalan tingkat lanjutan.
III 4 C Menaker
c rawat inap.
d pemeriksaan kehamilan dan persalinan.
e penunjang diagnostik.
f pelayanan khusus dan.
g gawat darurat.

Pengaturan Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja dan
IV 14 1 keluarganya harus tercantum secara rinci dalam Peraturan Perusahaan dan Kesepakatan Kerja D Menaker
Bersama atau pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh pekerja.

Perusahaan yang telah mendapat persetujuan untuk menyelenggarakan sendiri Program Jaminan
IV 16 1 Pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya, wajib membuat laporan secara C Menaker
triwulan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.

Laporan secara triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan mengisi formulir
IV 16 2 yang akan diatur lebih lanjut oleh Direkur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan C Menaker
Pengawasan Ketenagakerjaan.

20 Permenaker No. Per. 03/MEN/1998 Tentang Tata Cara


Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja Fileshare HSSE
Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan II 2 1 D Menaker
pimpinannya. Division

Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib melaporkan secara
tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d kepada
II 4 1 Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali C Menaker
dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan kecelakaan
sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I.

Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara lisan
II 4 2 C Menaker
sebelum dilaporkan secara tertulis.
15 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pengurus atau pengusaha yang telah mengikutsertakan pekerjaannya dalam program jaminan
sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana
II 5 1 C Menaker
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a dan b dengan tatacara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1993.

Pengurus atau pengusaha yang belum mengikutsertakan pekerjaannya dalam program jaminan
sosial tenaga kerja, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana
II 5 2 C Menaker
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a dan b dengan tatacara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1993.

21 Permenaker No. Per. 15/MEN/2008 Tentang


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di Tempat
Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memiliki lisensi
Kerja Fileshare HSSE
III 2 1 dan buku kegiatan P3K dari Kepala instansi yang bertanggung di memiliki lisensi dari Kepala C/E Menaker
Division
instansi yang bertanggung di bidang pekerjaannya

P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai
D Menaker
berikut :

terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
a C Menaker
berwarna hijau;

isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan ini dan tidak boleh diisi bahan
b C Menaker
atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja;

III 10

penempatan kotak P3K : 1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah 2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan
jumlah kotak P3Kdiangkat apabila akan digunakan; sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
c Peraturan Menteri ini; 3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih C Menaker
masingmasing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh; 4. dalam hal
tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

22 Permenaker No. Per. 08/MEN/2010 Tentang Alat Fileshare HSSE


Pelindung Diri 2 1 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. D Menaker
Division

APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
2 2 D Menaker
(SNI) atau standar yang berlaku.

2 3 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. D Menaker

APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:


a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
3 1 c. pelindung telinga; C Menaker
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.

Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:


a. pakaian pelindung;
3 2 C Menaker
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. pelampung.

Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
5 D Menaker
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
16 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
6 1 D Menaker
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

7 1 Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja. D Menaker

Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:


a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
c. pelatihan;
7 2 d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan; C Menaker
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.

APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau
8 1 D Menaker
dimusnahkan.

APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus
8 2 D Menaker
dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara
8 3 D Menaker
pemusnahan.

23

Juru ikat (rigger) berkewajiban untuk:


a. melakukan pemilihan alat bantu angkat sesuai dengan kapasitas beban kerja aman;
b. melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan alat bantu angkat yang
digunakan;
V 34 2 C/E Menaker
c. melakukan perawatan alat bantu angkat;
d. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan.

Teknisi berkewajiban untuk:


a. melaporkan kepada atasan langsung, kondisi pesawat angkat dan angkut yang menjadi
tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak pakai;
b. bertanggung jawab atas hasil pemasangan, pemeliharaan, perbaikan, dan/atau pemeriksaan
V 34 3 peralatan/komponen pesawat angkat dan angkut; C/E Menaker
c. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan;
d. membantu pegawai pengawas ketenagakerjaan spesialis pesawat angkat dan angkut dalam
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan angkut; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan
24 Pedoman dalam melakukan diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat
kerja untuk bidang :
- Penyakit Kulit
- Neurologi
PermenakerTrans No PER.25/MEN/XII/2008 Tentang - Psikiatri
Fileshare HSSE
Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena - Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) C Menaker
Division
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja - Penyakit Dalam
- Orthopedi
- Penyakit Paru
- Penyakit Mata
- Penyakit Akibat Radiasi Mengion
25 - Setiap Pengurus Tempat Kerja dan Penyelenggara Tempat Sarana Umum harus memberikan
kesempatan bagi ibu yang bekerja di dalam ruangan dan/atau di luar ruangan untuk menyusui
Permenkes No 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara dan/atau
Fileshare HSSE
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau III 6 1-2 memerah ASI pada waktu kerja di tempat kerja. D Menkes
Division
Memerah Air Susu Ibu
- Pemberian kesempatan bagi ibu yang bekerja di dalam dan di luar ruangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penyediaan ruang ASI sesuai standar.
26 Permenaker No 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Fileshare HSSE
dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja I 2 Pengusahan dan/atau Pengurus wajib melaksanakan K3 Listrik di Tempat Kerja D Menkes
Division
Untuk perusahaan yang memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere
III 7 D Menaker
wajib mempunyai Ahli K3 bidang listrik
17 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
26 Permenaker No 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan STATUS KEPATUHAN
dan &Kesehatan
NO. Kerja Listrik di Tempat Kerja
JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik wajib menggunakan
IV 12 perlengkapan dan peralatan listrik yang telah mempunyai sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga D Menaker
atau instasi yang berwenang
Permenaker No 33 Tahun 2015 Tentang Perubahan Pasal 10
Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nommor 12 (1) Pemeriksaan dan Pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2)
Tahun 2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan dilakukan oleh :
Kerja Listrik di Tempat Kerja a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 Bidang Listrik Perusahaan;
dan/atau
c. Ahli K3 Bidang Listrik pada PJK3
Fileshare HSSE
27 I (2) Pemeriksaan dan Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : D Menaker
Division
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/penghguna;
b. seelah ada perubahan/perbaikan;dan
c. secara berkala
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud ayat (2) digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan
(4) dihapus
(5) dihapus
Dalam Juklak dijelaskan :
- Untuk melaksanakan Bulan K3 Nasional dengan berbagai kegiatannya yang akan
menggerakkan masyarakat secara luas, maka Kementrian, Lembaga Pemerintah Non Kementrian,
Kepmenaker No 386 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD, Lembaga K3, Serikat
Fileshare HSSE
28 Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan kerja Pekerja/Serikat Buruh, Asosiasi Pengusaha, Lembaga Pendidikan, Perusahaan dan Masyarakat, C Menaker
Division
Nasional Tahun 2015 - 2019 dalam pelaksanaan kegiatan Bulan K3 Nasional dapat membentuk Panitia Pelaksana dengan
melibatkan berbagai unsur terkait sesuai dengan kebutuhan
- BAB VI a. Perusahaan melaporkan kepada instasi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota, selanjutnya dilaporkan kepada Bupati/Walikota

Dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa :


- Pengurus dan/atau pengusaha harus meningkatkan pelaksanaan K3 Bidang Penanggulangan
Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No
Kebakaran di tempat kerja yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
13/Men/XI/2015 Tentang Peningkatan Pembinaan dan Fileshare HSSE
29 standar yang berlaku D Menaker
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Division
- Pengurus dan/atau pengusaha wajib melaporkan setiap peristiwa kebakaran yang terjadi di
Bidang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
tempat kerja dibawa pimpinannya kepada Kepala Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat
1. Menjadikan tempat kerja dan sarana kesehatan pada unit kerja masing-masing sebagai
kawasan tanpa rokok.
2. Pimpinan atau penanggung jawab tempat kerja dan sarana kesehatan harus mengupayakan
terbentuknya kawasan tanpa rokok di lingkungannya.
3. Menyediakan tempat khusus untuk merokok bagi para perokok yang dilengkapi alat penghisap
udara atau memiliki sirkulasi udara yang memenuhi persyaratan, serta terpisah dan tidak
berhubungan dengan ruangan tanpa rokok sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang
Intruksi Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana
tidak merokok.
Kesehatan Intruksi Menteri Kesehatan Repunlik
4. Para pimpinan tempat kerja/sarana kesehatan agar mengenakan sanksi terhadap para pejabat Fileshare HSSE
30 Indonesia Nomor 84/MENKES/INS/II/2002 Tentang D Menkes
dan karyawan satuan kerja yang tidak mengindahkan larangan merokok di tempat kerja dan Division
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana
sarana kesehatan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Kesehatan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil atau sanksi sesuai ketentuan pada sarana!tempat kerja tersebut.
5. Instruksi ini merupakan penekanan ulang dari Instruksi Menteri Kesehatan Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Rokok, agar para pimpinan atau
penanggung jawab tempat kerja dan sarana kesehatan lebih aktif dalam mewujudkan kawasan
tanpa rokok di lingkungannya.
6. Instruksi ini agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

(1) KTR meliputi:


a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri d. tempat ibadah;
Dalam Negeri NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 dan e. angkutan umum; Fileshare HSSE
31 II 3 1-2 C Menkes
NOMOR 7 TAHUN 2011 Tentang Pedoman f. tempat kerja; Division
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok g. tempat umum; dan
h. tempat lainnya yang ditetapkan.

(2) Pimpinan atau penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib menetapkan dan menerapkan KTR.
32 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun Fileshare HSSE
2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 2 Pengusaha dan / atau Pengurus wajib menerapkan K3 dalam Bekerja Pada Ketinggian. C Menaker
Division
dalam Pekerjaan Pada Ketinggian
( Pengganti KEP 45/DJPPK/IX/2008) Bekerja Pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi:
a. perencanaan;
1 3 b. prosedur kerja;
c. teknik bekerja arnan;
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur; dan
e. Tenaga Kerja.
1) Pengusaha danj'atau Pengurus wajib memastikan bahwa semua kegiatan Bekerja Pada
2 4 1-2 Ketinggian yang menjadi tanggung jawabnya telah direncanakan dengan tepat, dilakukan
dengan cara yang arnan, dan diawasi.
dalam Pekerjaan Pada Ketinggian
( Pengganti KEP 45/DJPPK/IX/2008)
18 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
(2) Pengusaha danl atau Pengurus wajib memastikan bahwa Bekerja Pada Ketinggian hanya
dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan Tenaga
Kerja dan orang lain.
1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memperhatikan dan melaksanakan penilaian risiko dalarn
2 5 1-2
kegiatan atau aktifitas pekerjaan pada ketinggian.
(2) Pengusaha danj atau Pengurus wajib memastikan bahwa Bekerja Pada Ketinggian
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 hanya dilakukan jika pekerjaanmaksud tidak dapat
dilakukan di lantai dasar.
3) Dalam hal pekerjaan dilakukan pada ketinggian, Pengusaha dan Iatau Pengurus wajib
melakukan langkah-Iangkah yang tepat dan memadai untuk mencegah kecelakaan kerja.
1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib mempunyai prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam
3 6 1-3
Pasal 3 huruf b secara tertulis untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi:
a. teknik dan cara perlindungan jatuh;
b. cara pengelolaan peralatan;
c. teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
d. pengamanan Tempat Kerja; dan
e. kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
(3) Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib memastikan bahwa prosedur kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diketahui dan dipahami dengan baik oleh Tenaga Kerja dan/ atau orang
yang terlibat dalam pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
Setiap Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memasang perangkat pembatasan daerah kerja
3 7 1
untuk mencegah masuknya orang yang tidak berkepen tingan.
1) Pengusaha darr/atau Pengurus wajib memastikan bahwa tidak ada benda jatuh yang dapat
3 8 1
menyebabkan cidera atau kematian.
(2) Pengusaha darr/atau Pengurus membatasi berat barang yang boleh dibawa Tenaga Kerja
pada tubuhnya di luar berat APD dan alat pelindung jatuh maksimum 5 (lima) kilogram.
3 9 1-5 1) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib membuat rencana tanggap darurat secara tertulis.
(2)· Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. daftar Tenaga Kerja untuk pertolongan korban pada ketinggian;
b. peralatan yang wajib disediakan untuk melakukan menangani kondisi darurat yang paling
mungkin terjadi;
c. fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) serta sarana evakuasi;
d. nomor telepon dari pihak-pihak terkait dalam penanganan tanggap darurat; dan

e. denah lokasi dan jalur evakuasi korban menuju rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

(3) Rencana tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipahami oleh Tenaga
Kerja yang terlibat dalam pekerjaan.
(4) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan kesiapsiagaan tim tanggap darurat pad a
saat berlangsung pekerjaan pada ketinggian.
(5) Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melakukan evaluasi ulang persyaratan K3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3
IV 10 1 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan dan
melaksanakan teknik bekerja aman untuk mencegah
Tenaga Kerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh
dari ketinggian.
Pengusaha dan /atau Pengurus wajib rnernastikan tidak ada Tenaga Kerja yang mendekati,
IV 14
melewati, dan rnelakukan pekerjaan pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib rnernastikan pekerjaan pada ketinggian yang
IV 15 1
rnenggunakan perancah dari/atau tangga rnernenuhi persyaratan K3.
Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib rnernastikan Tenaga Kerja yang rnelakukan pekerjaan
IV 16 pada ketinggian di alarn rnelaksanakan persyaratan K3 sebagairnana diatur dalarn Peraturan
Menteri ini.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib rnenyediakan alat pengangkut orang untuk pergerakan
IV 17 1
Tenaga Kerja menuju atau meninggalkan lantai kerja.
Pengusaha darr/atau Pengurus wajib menyediakan APD secara cuma-cuma dan memastikan
V 21 1
Tenaga Kerja menggunakan APD yang sesuai dalam melakukan pekerjaan pada ketinggian.
Pengusaha dan/atau Pengurus wajib memastikan Perangkat Pelindung Jatuh memenuhi
V 22
persyaratan K3.
VI 31 Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib menyediakan Tenaga
Kerjayang:
a. kompeten; dan
b. berwenang di bidang K3;
dalarn pekerjaan pada ketinggian.
33 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Fileshare HSSE
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun I 2 1 C Menaker
Timbun Division
( Pengganti Permenaker PER.01/MEN/1982, SED
Menaker SE.06/MEN/1990, Kep Dirjen K3
KEP/75/PPK/XII/2013) Syarat-syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
I 2 2
peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku
19 dari 42
33 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
Bagian yang

KATEGORI
( Pengganti Permenaker PER.01/MEN/1982, SED STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
Menaker SE.06/MEN/1990, Kep Dirjen K3
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA
KEP/75/PPK/XII/2013)

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian,
II 4 pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, penyimpanan, dan pemeriksaan
serta pengujian
II 5 1 Bejana Tekanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a. bejana penyimpanan gas, campuran gas;


b. bejana penyimpanan bahan bakar gas yang digunakan sebagai bahan bakar untuk
kendaraan;
c. bejana transport yang digunakan untuk penyimpanan atau pengangkutan;
d. bejana proses; dan
e. Pesawat pendingin.
II 6 1 Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. tangki penimbun cairan bahan mudah terbakar;
b. tangki penimbun cairan bahan berbahaya; dan
c. tangki penimbun cairan selain huruf a dan huruf b.
Syarat-syarat K3 perencanaan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud
III 7 1
dalam Pasal 4 meliputi:
a. pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya;
b. perhitungan kekuatan konstruksi;
c. pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki tanda hasil
pengujian dan/atau sertifikat bahan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
d. menyediakan lembar data keselamatan asetilen dan aseton, khusus pembuatan bejana
penyimpanan asetilen dan aseton; dan
e. pembuatan gambar konstruksi alat perlindungan dan cara kerjanya.
Pembuatan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 selain
III 7 2
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga meliputi:
a. pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS (Welding Procedure Spesification) dan
pencatatan prosedur kualifikasi PQR (Procedure Qualification Record) bila dilaksanakan dengan
pengelasan;
b. pembuatan harus sesuai dengan gambar rencana;
c. perencanaan jumlah Bejana Tekanan atau Tangki Timbun yang akan dibuat;
d. penomoran seri pembuatan; dan
e. rencana jenis zat pengisi.
Pemasangan, perbaikan dan modifikasi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana
III 7 3
dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. pembuatan gambar rencana pemasangan, perbaikan atau modifikasi;
b. pembuatan rencana gambar fondasi, landasan, rangka kaki;
c. pembuatan prosedur kerja aman pemasangan, perbaikan dan modifikasi;
d. pelaksanaan pemasangan, perbaikan, dan modifikasi harus sesuai dengan gambar
rencana; dan
e. pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS (Welding Procedure Spesification) dan
pencatatan prosedur kualifikasi PQR (Procedure Qualification Record) bila dilaksanakan dengan
pengelasan.
Pemakaian Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus
III 7 4 dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara
berkala.
34 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pelaksanaan syarat-syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam
Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, pemakaian Fileshare HSSE
II 4 1 C Menaker
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi atau pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau modifikasi, serta pemeriksaan dan Division
(Pengganti Permenaker PER.04/MEN/1985, SED Dirjen pengujian.
Pembina Pengawas K3 SE.N0.01/DJPPK/ 2 Pesawat Tenaga dan Produksi meliputi:
VI/2009, Keputusan Dirjen K3 KEP/75/PPK/XII/2013 )
a. penggerak mula;
b. mesin perkakas dan produksi;
c. transmisi tenaga mekanik; dan
d. tanur (furnace).
Syarat-syarat K3 perencanaan dan pembuatan Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana
II 4 3
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi:
a. pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya;
b. perhitungan kekuatan konstruksi;
c. pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki tanda hasil
pengujian dan/atau sertifikat bahan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang; dan
d. pembuatan gambar konstruksi Alat Perlindungan dan cara kerjanya.
Syarat-syarat K3 pemasangan atau perakitan dan pemakaian Pesawat Tenaga dan Produksi
II 4 4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) selain memenuhi persyaratan pada ayat (1) juga
harus memenuhi:
a. pembuatan gambar konstruksi fondasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi fondasi.
Syarat-syarat K3 perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Tenaga dan Produksi
II 4 5
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi:
20 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
a. pembuatan gambar rencana perbaikan, perubahan atau modifikasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi;
c. pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki tanda hasil
pengujian dan/atau sertifikat bahan yang yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
d. pembuatan gambar konstruksi alat Perlindungan dan cara kerjanya;
e. pembuatan gambar rencana perubahan konstruksi fondasi; dan
f. perhitungan kekuatan konstruksi fondasi.
Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam
II 4 6 Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan
pemeliharaan secara berkala.
III 8 1 Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Pengaman.
Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus
III 8 2
dilengkapi Alat Perlindungan.
Alat Pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan jenis, tipe/model, dan
III 8 3
kapasitas Pesawat Tenaga dan Produksi.
III 8 4 Alat Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat:
a. melindungi dari tindakan pengoperasian yang salah;
b. mencegah pendekatan terhadap bagian atau daerah yang berbahaya selama
beroperasi;

c. memperlancar proses produksi; dan


d. berfungsi secara otomatis dan sesuai dengan pengoperasian Pesawat Tenaga dan
Produksi.
Penggerak mula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a merupakan suatu
IV 29 1 pesawat yang mengubah suatu bentuk energi menjadi tenaga mekanik dan digunakan untuk
menggerakan pesawat atau mesin.
Penggerak Mula sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi motor bakar, turbin, kincir angin,
IV 29 2
atau motor penggerak lainnya.
35 Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Stanmdar Setiap industri wajib memenuhi stnadar dan menerapkan persyaratan kesehatan lingkungan kerja Fileshare HSSE
dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri I 2 D Menkes
industri Division
( Pengganti Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 )
Standar kesehatan lingkungan kerja industri meliputi :
1. NAB faktor fisik dan kimia
I 3 1 D Menaker
2. Indikator pajanan biologi
3. standar bakumutu kesehatan lingkungan
Untuk memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri sesuai Pertauran
I 5 1 D Menaker
Menteri ini, setiap industri harus melakukan pemantauan berkala
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama dengan pihak lain yang
I 5 2 D Menaker
memiliki kompetensi di bidang higiene industri, kesehatan kerja dan/atau kesehatan lingkungan.
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
I 5 3 a. pengamatan, pengukuran, dan surveilans faktor fisik, kimia, biologi, dan penanganan beban
manual, serta indikator pajanan biologi sesuai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja; dan

Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali,
I 5 4 atau setiap ada perubahan proses kegiatan industri yang berpotensi meningkatkan kadar bahaya D Menaker
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

I 5 5 Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan evaluasi.

Industri harus melakukan upaya pengendalian bahaya, upaya kesehatan lingkungan, dan/atau
I 9 urveilans kesehatan kerja apabila tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan
kerja industri berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

36 Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Fileshare HSSE


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan I 2 Pengusahan dan/atau Pengurus wajib menerapkan syarat K3 Elevator dan Eskalator D Menkes
Division
Eskalator
(Pengganti dari Perencanaan, Pembuatan, Pemasangan, Perakitan, Perawatan, dan Perbaikan Elevator dan
Per Men 03/Men/1999; IV 53 Eskalator wajib dilakukan oleh perusahaan yang memenuhi persyaratan sesuai pertauran D Menaker
Permenaker 32 Tahun 2015; perundang-undangan
Per.05/MEN/1985; Pemasangan, Perakitan, Perbaika, Perawatan, Pemeliharaan dan/atau Pengoperasian Elevator
PER.09/MEN/VII/2010) IV 54 1 dan Eskalator sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan oleh Teknisi K3 D Menaker
Elevator dan Eskalator
Dalam hal pemeliharaan dan pengoperasian Elevator dan Eskalator sebagaimana yang dimaksud
IV 54 2 D Menaker
Pasal 4 dilakukan oleh Operator K3 Elevator dan Eskalator
Setiap Kegiatan Perencanaan, Pembuatan, Pemasangan, Perakitan, Perawatan, dan Perbaikan
V 68 1
Elevator dan Eskalator harus dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian
Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 meliputi :
1. Pertama
V 70 2. Berkala D Menaker
3. Ulang
4. Khusus
PER.09/MEN/VII/2010)

21 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pemeriksaan dan/atau pengujiansebagaimana dimaksud dalam pasal 70 huruf b dilakukan paling
V 73 1
sedikit 1 (satu) tahun sekali

Pemeriksaan dan/atau pengujiansebagaimana dimaksud dalam pasal 70 dilakukan oleh :


V 77 a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis dan/atau
b. Ahli K3 bidang Elevator dan Eksalator

37 Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Fileshare HSSE


dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja I 2 Pengusahan dan/atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja D Menkes
Division
(Pengganti dari
Per Men Perburuhan No 7 tahun 1964; Syarat - Syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi :
Permenaker PER.13/MEN/X/2011; 1. Pengendalian faktor fisika dan kimia agar dibawah NAB
SE.01/MEN/1978;) 2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi
I 3 standar D Menaker
3. penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan sehat
4. penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkunga
Kerja

Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja sebagaimana yang dimaksud dalam pas 5 ayat
IV 45 D Menaker
2 dilakuka oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja
Setiap Tenpat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
V 58 1 D Menaker
dan/atau Pengujian
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud Pasal 58 ayat(1) dilakukan secara
V 59 1 D Menaker
internal maupun melibatkan lembaga eksternal dari luar Tempat Kerja
Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1) meliputi :
1. Pertama
V 60 2. Berkala D Menaker
3. Ulang
4. Khusus
Pemeriksaan dan/atau pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam pasa 60 huruf b
V 62 1 dilakukan secara ekternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan penilaian risiko D Menaker
atau ketentuan perundang-undangan
NAB dan/atau standar sebagaimaan dimaksud dalam pasal 3 dapat ditinjau secara berkala paling
VI 69 D Menaker
sedikit 3 (tiga) tahun sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
38 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Penyakit Akibat Kerja Pekerja yang didiagnosis menderita PenyakitAkibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter Fileshare HSSE
2 1 D Menkes
(Pengganti dari berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerja telah berakhir. Division
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993)
39 Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya:
Kesehatan Kerja a. pencegahampenyakit;
Fileshare HSSE
I 2 2 b. peningkatrrn kesehatan; C Menkes
Division
c. penanganan penyakit; dan
d. pemulihan kesehatan.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksuci dalam Pasal 2 ditujukan kepada
I 3 1 setiap D Menaker
orang yang berada di Tempat Kerja.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi oleh
I 3 2 D Menaker
Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua Tempat Kerja.

Penyelenggaraan Kesehatan Kerja harus didukung oleh:


a. sumber daya manusia;
III 9 b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; C Menaker
c. peralatan Kesehatan Kerja; dan
d. pencatatan dan pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf d dilaksanakan oleh
III 14 1 Pemberi D Menaker
Kerja, Pengurus atau Pengelola Tempat Kerja, dan/atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berjenjang
III 14 2 kepada D Menaker
Pemerirrtah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka surveilans Kesehatan Kerja.

40 Permenaker No 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat K3 Pesawat Angkat, Pesawat Angkut,
Fileshare HSSE
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat I 2 1 dan Alat D Menkes
Division
Angkut Bantu Angkat dan Angkut.
22 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO.
40 Permenaker No 8 Tahun 2020LAINNYA
tentang Keselamatan PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat

YA
Angkut

Perencanaan dan pembuatan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4
huruf a meliputi:
a. pembuatan gambar rencana konstruksi/instalasi dan cara kcrja;
b. pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan {welding procedure specification) dan pencatatan
II 3 1 D Menaker
prosedur kualifikasi (procedure qualification record) jika terdapat bagian utama yang menerima
beban yang dilakukan pengelasan;
c. perhitungan kekuatan konstruksi; dan
d. pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan yang
sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.

Pemasangan dan/atau perakitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:


a. pembuatan gambar konstruksi pondasi;
b. perhitungan kekuatan konstruksi pondasi; dan
II 3 2 D Menaker
c. penggunaan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan harus sesuai
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d.
Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
II 3 3 a. Pemeriksaan dan pengujian; D Menaker
b. Penyediaan prosedur pemakaian/pengoperasian; dan
c. Pemakaian atau pengoperasian sesuai dengan jenis dan kapasitas.
Pemeliharaan dan perawatan Pesawat Angkat, Pesawat Angkut, dan Alat Bantu Angkat dan
Angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus:
a. sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan;
b. dilakukan secara berkala;
III 3 4 D Menaker
c. sesuai dengan buku manual yang diterbitkan oleh pabrik pembuat dan/ atau standar yang
berlaku; dan
d. dapat memastikan bagian utama yang menerima beban dan perlengkapan berfungsi secara
aman.
Perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. Pembuatan gambar rencana perbaikan, perubahan atau modifikasi;
III 3 4 D Menaker
b. Perhitungan kekuatan konstruksi; dan
c. Pemilihan dan penentuan bahan bagian utama yang menerima be ban dan perlengkapan yang
sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.

Pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan,


perbaikan, perubahan atau modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan oleh
IV 140 1 A Menaker
personel yang mempunyai kompetensi dan kewenangan di bidang K3 Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.

Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. Teknisi;
b. Operator;
IV 140 2 A Menaker
c. Juru Ikat (rigger); dan
d. Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan sertifikat
IV 140 3 kompetensi A Menaker
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Surat Keputusan penunjukan dan kartu tanda kewenangan Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
IV 162 1 A Menaker
waktu
yang sama.

Lisensi K3 Teknisi, Operator, dan/atau Juru Ikat {rigger) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
IV 162 2 dan A Menaker
dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

Security
41 UU No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan
Fileshare HSSE
Transaksi Elektronik III 11 1 akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan C Pemerintah RI
Division
sebagai berikut:
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait
hanya kepada Penanda Tangan;
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat
proses penandatanganan elektronik hanya berada
dalam kuasa Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik
yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang
terkait dengan Tanda Tangan Elektronik tersebut
setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
23 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
mengidentifikasi siapa Penandatangannya; dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa
Penanda Tangan telah memberikan persetujuan
terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda Tangan Elektronik
III 12 1 berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan C
Elektronik yang digunakannya.
Pengamanan Tanda Tangan Elektronik sebagaimana
2 C
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. sistem tidak dapat diakses oleh Orang lain yang tidak
berhak;
b. Penanda Tangan harus menerapkan prinsip kehatihatian untuk menghindari penggunaan
secara tidak sah terhadap data terkait pembuatan Tanda Tangan Elektronik;
c. Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda,
menggunakan cara yang dianjurkan oleh
penyelenggara Tanda Tangan Elektronik ataupun cara
lain yang layak dan sepatutnya harus segera
memberitahukan kepada seseorang yang oleh Penanda
Tangan dianggap memercayai Tanda Tangan Elektronik
atau kepada pihak pendukung layanan Tanda Tangan
Elektronik jika:
1. Penanda Tangan mengetahui bahwa data
pembuatan Tanda Tangan Elektronik telah
dibobol; atau
2. keadaan yang diketahui oleh Penanda Tangan
dapat menimbulkan risiko yang berarti,
kemungkinan akibat bobolnya data pembuatan
Tanda Tangan Elektronik;
42 UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh :
a. Kepolisian Khusus;
b. Penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

Penjelasan pengamanan swakarsa:


Yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan
yang diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian
memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti satuan pengamanan Fileshare HSSE
I 3 1 D Pemerintah RI
lingkungan dan badan usaha di bidang jasa pengamanan. Division

Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan kepolisian terbatas dalam


"lingkungan kuasa tempat" (teritoir gebiet/ruimte gebied ) meliputi lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, lingkungan pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan lingkungan di
pemukiman, satuan pengamanan pada kawasan perkantoran atau satuan pengamanan pada
pertokoan.

Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan kewenangan Kapolri.

Penegemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c
2 melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi D
dasar hukumnya masing-masing.
43 UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum oleh warga negara, Aparatur
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. Melindungi hak asasi manusia Fileshare HSSE
III 7 D Pemerintah RI
b. Menghargai asas legalitas Division
c. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah
d. Menyelenggarakan pengamanan

Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan di
tempat-tempat terbuka untuk umum kecuali :
IV 9 2 a. Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan D Pemerintah RI
udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat dan obyek-obyek vital nasional
b. Pada hari besar nasional

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menghalang-halangi hak warga
V 18 negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum yang telah memenuhi ketentuan undang- D Pemerintah RI
undang ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60


Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Jasa pengamanan pada Obyek Vital Nasional dan obyek tertentu dalam rangka pelaksanaan
Fileshare HSSE
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada 2 1 tugas wewenang dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam D Pemerintah RI
Division
Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1) huruf z dilaksanakan berdasarkan kontrak kerjasama
24 dari 42

44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Bagian yang

KATEGORI
Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB
Kepolisian Negara Republik Indonesia

N/A
YA
Jasa Manajemen sistem pengamanan pada Obyek Vital Nasional dan obyek tertentu dalam
rangka pelaksanaan tugas wewenang dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia
2 D Pemerintah RI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf aa dilaksanakan berdasarkan kontrak
kerjasama

Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
3 D Pemerintah RI
(2) sebesar nilai nominal yang tercantum dalam kontrak kerjasama

45 Kepres No.63 Tahun 2004 Tentang Pengamanan


Obyek Vital Nasional Pengelola Obyek Vital Nasional bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengamanan Obyek Fileshare HSSE
4 1 D Pemerintah RI
Vital Nasional masing-masing berdasarkan prinsip pengamanan internal Division

Kepolisian Negara Republik Indonesia berkewajiban memberi bantuan pengamanan terhadap


2
Obyek Vital Nasional

Pengelola Obyek Vital Nasional bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia menentukan
5 1 konfigurasi standar pengamanan masing-masing Obyek Vital Nasional yang meliputi kekuatan D Pemerintah RI
personil beserta sarana prasarana pengamanannya.

Pengelola Obyek Vital Nasional dalam menyelenggarakan pengamanan internal harus memenuhi
standar kualitas atau kemampuan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kepolisian Negara
2 D Pemerintah RI
Republik Indonesia serta mempertimbangkan masukan dari Departemen/Instansi terkait dan
ketentuan internasional yang berlaku

Pengelola Obyek Vital Nasional bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan
3 secara periodik audit sistem pengamanan yang ada sesuai Keputusan Kepala Kepolisian Negara D Pemerintah RI
Republik Indonesia

46 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No Obvitnas Bidang ESDM terdiri atas:
4 Tahun 2017 Tentang Objek Vital Nasional Bidang a. subbidang minyak dan gas bumi;
Energi Dan Sumber Daya Mineral b. subbidang ketenagalistrikan; Fileshare HSSE
II 2 1 D Kementrian ESDM
c. subbidang mineral dan batubara; dan Division
d. subbidang energi baru, terbarukan, dan konservasi
energi.
Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi salah satu, sebagian, atau
seluruh ciri-ciri sebagai berikut:
a. menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari;
b. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan bencana terhadap kemanusiaan dan
2 pembangunan; D Kementrian ESDM
c. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan kekacauan transportasi dan
komunikasi secara nasional; dan/atau
d. ancaman dan gangguan terhadapnya
mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Selain memenuhi ciri-ciri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Obvitnas Bidang ESDM harus memenuhi:
3 a. kriteria khusus; C Kementrian ESDM
b. persyaratan administrasi; dan
c. persyaratan teknis.
Kriteria khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk subbidang minyak dan gas bumi:
1. memiliki peranan strategis dalam menjamin
pasokan minyak dan gas bumi nasional;
II 3 1 dan / atau C Kementrian ESDM
2. memiliki peranan strategis dalam menjamin
pasokan bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, liquefied petroleum gas, liquefied natural
gas, compressed natural gas, atau basil olahan
minyak dan gas bumi;
Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) huruf b terdiri atas:
II 4 1 C Kementrian ESDM
a. persyaratan umum; dan
b. persyaratan khusus.
25 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi;
a. pro 111 Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, paling
sedikit memuat susunan pengurus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, jumlah
tenaga kerja, investasi, dan produksi;
b. salinan akta pendirian Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap yang bergerak di bidang energi dan
sumber daya mineral termasuk akta perubahan
yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak:
1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap;
2) direktur utama;
2 3) para direktur; C Kementrian ESDM
4) para komisaris; dan
5) para pemegang saham.
d. bukti setor pelunasan kewajiban perpajakan
dan/atau penerimaan negara bukan pajak selama 3
(tiga) tahun terakhir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan
negara;
e. bukti pelaksanaan program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat dan/ atau program
tanggung jawab sosial dan lingkungan; dan
f. salinan dokumen perizinan, antara lain dokumen
perizinan di bidang pertanahan, lingkungan hidup,
dan penggunaan kawasan hutan.
Selain memenuhi persyaratan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bentuk Usaha Tetap harus
3 C Kementrian ESDM
melampirkan surat keterangan penunjukan dari kantor
pusat.
Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. subbidang minyak dan gas bumi, dengan
melampirkan salinan:
1. kontrak kerja sama;
2. izin usaha:
4 a) pengolahan; C Kementrian ESDM
b) pengangkutan;
c) penyimpanan; atau
d) niaga; dan
3. laporan keuangan Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap selama 3 (tiga) tahun terakhir yang
telah diaudit oleh akuntan publik;
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(3) huruf c terdiri atas:
a. uraian singkat mengenai kegiatan dan fasilitas yang
dimiliki;
b. kawasan/lokasi;
c. koordinat titik batas;
d. plot pZan bangunan/instalasi;
e. peta lokasi lapangan;
f. usaha di bidang energi dan sumber daya mineral;
g. tata letak yang akan diusulkan sebagai Obvitnas Bidang
ESDM;
h. gambaran potensi ancaman dan gangguan baik yang
5 C Kementrian ESDM
bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal
yang meliputi:
1) kejahatan antara lain pembakaran, perusakan,
pencemaran lingkungan, konflik perbatasan,
terorisme, dan bentuk kejahatan lainnya; dan
2) bukan kejahatan antara lain mogok kerja,
kecelakaan kerja, unjuk rasa, atau bencana alam;
dan
i. sistem pengamanan, struktur organisasi pengamanan,
tugas dan fungsi personel pengamanan, standar
kualifikasi dan kemampuan personel pengamanan,
fasilitas pengamanan, dan standar pengamanan kegiatan
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap sesuai dengan
subbidang usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) mengajukan permohonan penetapan Obvitnas Bidang
III 6 ESDM kepada Menteri melalui Direktur Jenderal terkait, C Kementrian ESDM
dengan melampirkan persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan
Pasal 5.

Direktorat Jenderal terkait melakukan verifikasi terhadap


III 7 1 permohonan penetapan Obvitnas Bidang ESDM C Kementrian ESDM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
26 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Hasil verifikasi terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam Lembar Hasil Verifikasi
2 Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang ESDM sesuai C Kementrian ESDM
dengan format tercantum dalam Lampiran lA yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Dalam hal hasil verifikasi terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM dinyatakan:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal
terkait menyampaikan pemberitahuan penolakan
permohonan secara tertulis kepada Badan Usaha atau
III 8 Bentuk Usaha Tetap; atau C Kementrian ESDM
b. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), Direktur Jenderal terkait
meneruskan permohonan penetapan Obvitnas Bidang
ESDM kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal,
dengan melampirkan Lembar Hasil Verifikasi
Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
Sekretaris Jenderal menugaskan Kepala Pusat
Pengelolaan Barang Milik Negara untuk melakukan
III 9 1 C Kementrian ESDM
pemeriksaan lapangan terhadap permohonan penetapan
Obvitnas Bidang ESDM.
Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ancaman
2 C Kementrian ESDM
dan gangguan dalam rangka kesiapan pola keamanan
dan pola pengamanan Obvitnas Bidang ESDM.
Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
melibatkan Tim Obvitnas Bidang ESDM untuk
3 C Kementrian ESDM
melakukan pemeriksaan lapangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Dalam hal ditemukan potensi ancaman dan gangguan
pada saat pemeriksaan lapangan, Tim Obvitnas Bidang
4 ESDM mencatat permasalahan yang ada dalam Berita C Kementrian ESDM
Acara Pemeriksaan Lapangan atas Permohonan
Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib
menyelesaikan permasalahan sebagaimana dimaksud
5 pada ayat (4) sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam C Kementrian ESDM
Berita Acara Pemeriksaan Lapangan atas Permohonan
Penetapan Obvitnas Bidang ESDM.

Tim Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud


III 10 1 C Kementrian ESDM
dalam Pasal 9 ayat (3) dibentuk oleh Menteri.

Tim Obvitnas Bidang ESDM mempunyai tugas:


a. melakukan koordinasi dengan kementerian/
lembaga/daerah/institusi dalam rangka penetapan
Obvitnas Bidang ESDM;
b. melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan basil
verifikasi terhadap permohonan penetapan Obvitnas
Bidang ESDM;
c. menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan
Lapangan atas Permohonan Penetapan Obvitnas
Bidang ESDM dan Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan atas Permohonan Penetapan Obvitnas
Bidang ESDM kepada Ketua Tim Obvitnas Bidang
ESDM melalui Kepala Pusat Pengelolaan Barang
2 Milik Negara sesuai dengan format sebagaimana C Kementrian ESDM
tercantum dalam Lampiran IB dan Lampiran IC yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
d. melakukan evaluasi terhadap Obvitnas Bidang
ESDM;
e. melaksanakan pemantauan dalam rangka
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
pelaksanaan pengamanan yang dilakukan oleh
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM; dan
f. menyampaikan laporan secara tertulis mengenai
hasil pelaksanaan tugasnya kepada Menteri melalui
Sekretaris Jenderal paling lambat 1 (satu) bulan
setelah masa kerja Tim berakhir atau sewaktu-
27 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Tim Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Direktur Jenderal dan Deputi pada Kementerian
Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan yang
membidangi Objek Vital Nasional, selaku
Penanggung Jawab;
b. Sekretaris Jenderal, selaku Ketua;
c. Direktur Pengamanan Objek Vital, Badan
Pemelihara Keamanan, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, selaku Wakil Ketua;
3 d. Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara, C Kementrian ESDM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
selaku Sekretaris; dan
e. Anggota, terdiri atas wakil dari:
1. Sekretariat Jenderal, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral;
2. Direktorat Jenderal;
3. Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan
Keamanan;
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Badan Intelijen Negara; dan/atau
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Kepala Pusat Pengelolaan
Barang Milik Negara menyiapkan rancangan Keputusan
Menteri mengenai penetapan Obvitnas Bidang ESDM
III 11 1 C Kementrian ESDM
untuk disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal, dengan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan atas Permohonan Penetapan Obvitnas Bidang
ESDM.

Menteri menetapkan Obvitnas Bidang ESDM dalam


2 D Kementrian ESDM
bentuk Keputusan Menteri.

Pemberitahuan penetapan Obvitnas Bidang ESDM


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara
3 D Kementrian ESDM
tertulis oleh Kepala Pusat Pengelolaan Barang Milik
Negara kepada Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap.

Penetapan Obvitnas Bidang ESDM sebagaimana


IV 12 1 dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) berlaku untuk jangka D Kementrian ESDM
waktu 5 (lima) tahun.
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM bertanggung jawab atas
pengelolaan keamanan Obvitnas Bidang ESDM selama
2 jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), D Kementrian ESDM
berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Tim Obvitnas Bidang ESDM melakukan evaluasi terhadap
Obvitnas Bidang ESDM yang telah ditetapkan sebagaimana
IV 13 D Kementrian ESDM
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) setiap 2 (dua) tahun atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM dapat mengajukan
permohonan penetapan kembali Obvitnas Bidang ESDM
yang akan berakhir jangka waktunya sebagaimana
IV 14 1 dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), paling cepat 6 (enam) D Kementrian ESDM
bulan atau paling lambat 2 (dua) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu Obvitnas Bidang ESDM.

Permohonan penetapan kembali Obvitnas Bidang ESDM


2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti tata cara D Kementrian ESDM
permohonan penetapan Obvitnas Bidang ESDM.
28 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Selama jangka waktu Obvitnas Bidang ESDM, Pengelola
Obvitnas Bidang ESDM wajib:
a. meiaksanakan pengamanan Obvitnas Bidang ESDM
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

mengenai sistem manajemen


pengamanan;
b. memenuhi ciri-ciri dan kriteria khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3;
c. menyelesaikan permasalahan sengketa tanah/lahan
V 15 1 yang terjadi setelah penetapan Obvitnas Bidang D Kementrian ESDM
ESDM paling lambat 1 (satu) tahun sejak terjadinya
sengketa tanah/lahan;
d. melaporkan setiap ancaman dan gangguan terhadap
pengamanan Obvitnas Bidang ESDM kepada Menteri
melalui Tim Obvitnas Bidang ESDM; dan
e. menyampaikan laporan secara tertulis setiap 6
(enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan kepada Menteri melalui Sekretaris
Jenderal dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal.
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
paling sedikit mencantumkan:
a. nama Pengelola Obvitnas Bidang ESDM;
b. struktur organisasi;
c. kegiatan, fasilitas, bangunan/instalasi, dan/atau
2 usaha; D Kementrian ESDM
d. kegiatan pengamanan yang dilakukan sesuai sistem
manajemen pengamanan Obvitnas Bidang ESDM;
dan
e. ancaman/gangguan keamanan yang terjadi dan
penanganannya.
Dalam hal terjadi perubahan nama Pengelola Obvitnas
Bidang ESDM, struktur organisasi, kegiatan, fasilitas,
bangunan/instalasi, dan/atau usaha, Pengelola Obvitnas
V 16 1 Bidang ESDM wajib melaporkan terjadinya perubahan D Kementrian ESDM
kepada Menteri disertai permohonan penyesuaian
penetapan Obvitnas Bidang ESDM paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah terjadi perubahan.

Pengelola Obvitnas Bidang ESDM yang melanggar


VI 17 1 kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat D Kementrian ESDM
(1) dan Pasal 16 ayat (1) dikenai sanksi administratif.

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) berupa:
2 D Kementrian ESDM
a. peringatan tertulis; atau
b. pencabutan status Obvitnas Bidang ESDM.
Sanksi administratif berupa peringatan tertulis diberikan
kepada Pengelola Obvitnas Bidang ESDM yang melanggar
VI 18 1 D Kementrian ESDM
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(1) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf e.

Sekretaris Jenderal memberikan sanksi administratif


2 berupa peringatan tertulis kepada Pengelola Obvitnas D Kementrian ESDM
Bidang ESDM.
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM yang dikenai
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3 wajib memenuhi kewajiban yang telah dilanggar, paling D Kementrian ESDM
lambat 2 (dua) bulan setelah peringatan tertulis
diberikan.
Sanksi administratif berupa peringatan tertulis diberikan
4 paling banyak 3 (tiga) kali selama jangka waktu Obvitnas D Kementrian ESDM
Bidang ESDM.

Sanksi administratif berupa pencabutan status Obvitnas


Bidang ESDM dikenakan kepada Pengelola Obvitnas
Bidang ESDM yang;
a. melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
VI 19 1 D Kementrian ESDM
Pasal 15 ayat (1) huruf b; atau
b. telah dikenai 3 (tiga) kali sanksi administratif berupa
peringatan tertulis selama jangka waktu Obvitnas
Bidang ESDM.

Menteri menetapkan sanksi administratif berupa


2 D Kementrian ESDM
pencabutan status Obvitnas Bidang ESDM.
29 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pengelola Obvitnas Bidang ESDM yang dikenai sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
3 permohonan untuk ditetapkan kembali sebagai Obvitnas D Kementrian ESDM
Bidang ESDM, paling cepat 1 (satu) tahun setelah
pencabutan status.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Obvitnas Bidang ESDM yang telah ditetapkan sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri ini masih tetap
berlaku, dengan ketentuan Pengelola Obvitnas Bidang
ESDM wajib mengajukan permohonan penyesuaian
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini,
VII 20 D Kementrian ESDM
paling lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal
diundangkannya Peraturan Menteri ini;
b. dalam hal Pengelola Obvitnas Bidang ESDM tidak
mengajukan permohonan penyesuaian sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dilakukan pencabutan status
Obvitnas Bidang ESDM;
47 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika No.4
Tahun 2015 Tentang Ketentuan Operasional Dan Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib Fileshare HSSE Kementrian Komunikasi
Tata Cara Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi II 2 1 D
berdasarkan izin penggunaan spektrum frekuensi radio. Division dan Informatika
Radio

Izin penggunaan spektrum frekuensi radio sebagaimana


2 dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan peruntukan D
spektrum frekuensi radio dan tidak saling mengganggu.

Peruntukan spektrum frekuensi radio sebagaimana


3 dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam tabel alokasi D
spektrum frekuensi radio Indonesia.

Tabel alokasi spektrum frekuensi radio nasional


4 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan D
Peraturan Menteri.

Pengguna spektrum frekuensi radio wajib menggunakan alat


II 3 D
dan perangkat telekomunikasi yang telah disertifikasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan

Keputusan Menteri ESDM No.3407 Tahun 2012


Fileshare HSSE
48 Tentang Penetapan Obyek Vital Nasional Di Sektor Penetapan unit bisnis dan instalasi jaringan pipa PGN sebagai obyek vital nasional D Kementrian ESDM
Division
Energi dan Sumber Daya Mineral

49 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik


Indonesia No.24 Tahun 2007 Tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan Sistem Manajemen Pengamanan wajib diterapkan pada organisasi, perusahaan dan/atau Fileshare HSSE
/atau Instansi/Lembaga Pemerintah II 3 D POLRI
instansi/lembaga pemerintah di wilayah hukum Republik Indonesia Division

Unsur-unsur yang terdapat dalam standar dan penerapan SMP pada organisasi, perusahaan
II 5 C POLRI
dan/atau instansi/lembaga pemerintah, terdiri atas:

a. Pemeliharaan dan pembangunan komitmen

b. Pemenuhan aspek peraturan perundang-undangan keamanan

c. Manajemen resiko pengamanan

d. Tujuan dan sasaran

e. Perencanaan dan program

f. Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi pengamanan

g. Konsultasi, komunikasi dan partisipasi

h. Pengendalian dokumen dan catatan

i. Penanganan keadaan darurat

j. Pengendalian proses dan infrastruktur

k. Pemantauan dan pengukuran kinerja

l. Pelaporan, perbaikan dan pencegahan ketidaksesuaian

m. Pengumpulan dan penggunaan data

n. Audit
30 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
o. Tinjauan manajemen

p. Peningkatan berkelanjutan

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik


Indonesia No.13 Tahun 2017 Tentang Pemberian Fileshare HSSE
50 Pedoman Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek Vital Nasional dan Objek Tertentu C Polri
Bantuan Pengamanan Pada Objek Vital Nasional dan Division
Objek Tertentu

Environment

Umum
51 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Menjamin Keselamatan, Kesehatan, dan Kehidupan Manusia. Menjaga kelestarian Fungsi Fileshare HSSE
Pengelolaan Lingkungan Hidup II 3 D Pemerintah
lingkungan Hidup. Division

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup di laksanakan dalam rangka


V 13 D
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup di ukur melalui baku mutu lingkungan hidup,
20 D
meliputi : baku mutu air limbah, baku mutu udara, baku mutu gangguan.

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memilki AMDAL dan UKL-UPL wajib memiliki izin
36 A
lingkungan

Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota sesuai
VII 59 4 A
dengan kewenangannya.

52 UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah


Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah Fileshare HSSE
IV 12 1 D Pemerintah
tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan Division

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah
2 D
tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
13 D
umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah

VI 19 1 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas : D

a. Pengurangan sampah; dan

b. Penanganan sampah

20 1 Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal huruf a meliputi kegiatan : C

a. pembatasan timbulan sampah

b. pendauran ulang sampah; dan/atau

c. pemanfaatan kembali sampah

22 1 Kegiatan penangan sampah sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf b meliputi : C

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemusahan sampah seuai dengan jenis, jumlah
dan/atau sifat sampah

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolah sampah terpadu

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah;

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman

29 1 Setiap orang dilarang: C


31 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mengimpor sampah

c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun

d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan

f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir;


dan/atau

g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah

53 PP 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Fileshare HSSE


Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah II 10 2 Setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. D Pemerintah
Division
Tangga
11 1 Pengurangan sampah meliptui : C

a. Pembatasan timbulan Sampah


b. Pendaur ulang sampah; dan/atau
c. Pemanfaatan Kembali sampah

2 Pengurangan sampah dilakukan dengan cara: C

a. Menggunakan Bahan daur guna, daur ulang, atau bahan yang biodegradable

b. Mengumpulkan dan menyerahkan kembali kemasan yang sudah digunakan

16 Penanganan sampah meliputi kegiatan : Pemilahan, Pengumpulan, Pengangkutan, pengolahan C

54 Per Men LHK No. P.87/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2016


Sistem Pelaporan Elektronik Perizinan Bidang Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
Tentang Sistem Pelaporan Elektronik Perizinan Bidang
SIMPEL adalah sistem yang mengatur mekanisme pelaporan pelaksanaan rencana pengelolaan Fileshare HSSE
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan 1 D
lingkungan hidup, rencana pemantauan lingkungan hidup, pelaksanaan izin perlindungan dan Division
pengelolaan lingkungan hidup, dan penerapan baku mutu secara elektronik.

SIMPEL diterapkan kepada setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Izin Lingkungan
2 1 C
dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Untuk dapat mengakses SIMPEL, pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
2 C
mengajukan permohonan registrasi kepada Menteri.
Permohonan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan:
a. identitas pemegang izin; dan
3 C
b. jenis usaha dan/atau kegiatan; dan
c. salinan Izin Lingkungan, dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajib menyampaikan laporan yang
meliputi:
a. RKL-RPL dan UKL-UPL;
3 1 b. pengendalian pencemaran air; C
c. pengendalian pencemaran udara;
d. pengelolaan Limbah B3; dan
e. pengendalian kerusakan lingkungan.

Lampiran I Tata Cara Registrasi, Pelaporan, dan Tata Hubungan Kerja Pengelola Simpel

Lampiran II Tata Hubungan Kerja Pengelola Simpel Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

Pengelolaan Energi

55 UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi Setiap kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah
Fileshare HSSE
III 8 1 lingkungan, memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di D Pemerintah
Division
bidang lingkungan hidup dan keselamatan kerja

V 25 1 Tanggung jawab melaksanakan konservasi energi D

56 Peraturan Pemerintah No 70 tahun 2009 tentang Fileshare HSSE


III 12 1 Pemanfaatan energi oleh pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien D Pemerintah
Konservasi energi Division
57 Peraturan Menteri ESDM No 13 tahun 2012 tentang Fileshare HSSE
II 3-6 Pelaksanaan Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik D Menteri ESDM
Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik Division
58 Peraturan Menteri ESDM No 14 tahun 2012 tentang Fileshare HSSE
Manajemen Energi II 4 Pengguna energi agar melaksanakan Manajemen Energi dan/atau penghematan energi D Menteri ESDM
Division
32 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
58 PERSYARATAN
Peraturan Menteri ESDM No 14 LAINNYA
tahun 2012 tentang

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Manajemen Energi
Ruang Lingkup Manajemen Energi seperti menyusun program konsevasi energi, audit energi
5 secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi dan melaporkan pelaksanaan C
manajemen energi.
Pelaksanaan penghematan energi melalui sistem tata udara, sistem tata cahaya, peralatan
III 12-13 C
pendukung, proses produksi dan peralatan pemanfaatan energi utama
59 Peraturan Menteri ESDM No 01 tahun 2013 tentang Fileshare HSSE
4 Larangan penggunaan bensin (gasoline) Ron 88 dan Minyak solar untuk kendaraan dinas D Menteri ESDM
Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar minyak Division

Amdal & PROPER

60 PP 27/2012 Tentang Izin Lingkungan Fileshare HSSE


I 2 1 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dan UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan A Pemerintah
Division

2 Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan : C

a. Penyusunan Amdal atau UKL-UPL


b. penilaian AMDAL atau pemeriksaaan UKL-UPL
c. Permohonan dan penerbitan izin lingkungan
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki Amdal. Kriteria wajib
3 1 C
Amdal ditetapkan dalam peraturan menteri
2 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak masuk kriteria Amdal, wajib memiliki UKL-UPL C
Dokumen Lingkungan yang telah mendapat persetujuan sebelum berlakunya PP (23 Februari
73 C
2012) dipersamakan dengan izin lingkungan
61 Permen LH No 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Kegiatan Fileshare HSSE
yg Wajib AMDAL Jenis kegiatan wajib AMDAL : Pipanisasi minyak bumi, gas bumi dan bahan bakar minyak di laut C MenLH
Division
a. panjang ≥ 100 km, dan atau
b. tekanan ≥ 16 bar
Permen LH No 16 tahun 2012 Tentang Penyusunan Tata Cara penyusunan dokumen lingkugan untuk kegiatan dan/atau usaha yang wajib AMDAL Fileshare HSSE
62 C MenLH
Dokumen Lingkungan Hidup atau UKL-UPL Division
Kep Men LH no. 45 tahun 2005 Tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Fileshare HSSE
63 3 1-3 Penulisan laporan RKL / RPL harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan D MenLH
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Division
Pemantauan Lingkungan (RPL)
Per Men LH No. 03/2014 Tentang Program Penilaian
Fileshare HSSE
64 Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan 16 Emas, Hijau, Biru = Taat, Merah, Hitam = Tidak Taat B MenLH
Division
Lingkungan Hidup (PROPER)
65 Per Men LHK No. P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DELH, adalah dokumen yang
Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari evaluasi
I 1 2 D MenLH
Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum proses pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen Amdal.

Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah dokumen
yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha
3 D
dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-
UPL.
DELH atau DPLH wajib disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria:
a. telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan;
II 3 1 b. telah melaksanakan usaha dan/atau kegiatan; D
c. lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang; dan
d. tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan hidup tetapi
dokumen lingkungan hidup tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan perintah
melalui:
a. penerapan sanksi administratif berupa paksaan pemerintah dari Menteri, gubernur, dan/atau
2 C
bupati/walikota; atau
b. penerapan sanksi pidana yang dilakukan dengan penegakan hukum terpadu antara penyidik
pegawai negeri sipil, kepolisian, dan kejaksaan di bawah koordinasi Menteri.
4 1 DELH memuat ... (rincian pada peraturan). C
DELH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disusun oleh penyusun yang memenuhi
persyaratan:
a. memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup;
2 C
b. memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen Amdal;
c. memiliki sertifikat kelulusan pelatihan penyusun Amdal; dan/atau
d. memiliki sertifikat kelulusan pelatihan Auditor Lingkungan Hidup.
Penyusunan DELH menggunakan format tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
3 C
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
5 1 DPLH memuat ... (rincian pada peraturan). C
Penyusunan DPLH menggunakan format tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
2 C
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Kewenangan penilaian DELH dan pemeriksaan DPLH merujuk peraturan perundang-undangan
6 1 C
yang mengatur kewenangan penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL.
7 1 Pengesahan DELH atau DPLH menjadi persyaratan permohonan Izin Lingkungan. C
33 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Biaya penyusunan dan penyelenggaraan rapat penilaian DELH atau pemeriksaan DPLH
IV 9 1 C
dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Lampiran I Format DELH

Lampiran II Format DPLH


66 Permen LHK P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan perubahan apabila Usaha
Fileshare HSSE
tentang Kriteria Perubahan Usaha Dan/Atau Kegiatan II 4 2 dan/atau kegiatan yang telah memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk dilakukan A Men LHK
Division
Dan Tata Cara Perubahan Izin Lingkungan perubahan.
Perubahan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatatan;
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
c. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang memenuhi kriteria
d. Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis
II 4 3 A
risiko lingkungan hidup dan/atau audit lingkungan hidup yang diwajibkan
e. Tidak dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 3(tiga) tahun
sejak diterbitkannya izin lingkungan; dan/atau
f. Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh terhadap lingkungan
hidup.
Perubahan nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
II 4 4 A
ayat (3) huruf f angka 2, berlaku bagi usaha dan/atau kegiatan perseorangan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan teah memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, pemegang izin lingkungan
III 5 1 A
mengajukan permohonan arahan perubahan izin lingkungan kepada menteri, gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pengajuan permohonan arahan perubahan izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
III 5 2 A
harus dilengkapi dengan penyajian infromasi lingkungan.
Pejabat lingkungan hidup sebgaimana dimaksud pada ayat 2, sesuai dengan kewenangannya
III 6 4 A
memberikan arahan tindak lanjut perubahan izin lingkungan kepada pemegang izin lingkungan.

Arahan perubahan izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 meliputi:


a. Dalam hal perubahan usaha dan/atau kegiatan termasuk dalam kategori perubahan usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3, huruf b yang berpengaruh
terhadap lingkungan,huruf c sampai dengan huruf e, perubahan izin lingkungan dilakukan melalui
perubahan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau perubahan keputusan kelayakan
III 6 5 A
lingkungan hidup atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL; atau
b. dalam hal perubahan usaha dan/atau kegiatan termasuk dalam kategori perubahan usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan dan huruf f, perubahan izin lingkungan dilakukan tanpa melalui
perubahan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau perubahan rekomendasi UKL UPL.

Berdasarkan arahan perubahan izin lingkungan yang dilakukan melalui perubahan keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
IV 10 1 A
ayat 5 huruf a, pasal 7 dan pasal 8, pemegang izin lingkungan wajib menyusun: a. dokumen
amdal baru; b. dokumen addendum andal dan RKL-RPL; atau c. formulir UKL-UPL baru.
Berdasarkan arahan perubahan izin lingkungan yang dilakukan tanpa melalui perubahan
keputusan kelayaan lingkungan atau rekomendasi ukl-upl sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat 5 huruf b dan pasal 9, pemegang izin lingkungan wajib: a. menyiapkan dokumen-dokumen
IV 11 1 dan/atau berkas-berkas terkait dengan perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan dan/atau A
perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-
undangan; atau b. menyusun laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
Pelaksanaan perubahan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 baru
dapat dilakukan setelah diterbitkannya perubahan izin lingkungan, kecuali untuk: a. Perubahan
V 20 A
usaha dan/atau kegiatan yang terkait dengan perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
dan b. perubahan usaha dan/atau kegiatannya lainnya.
67 Permen LHK P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci
Fileshare HSSE
tentang Pengecualian Kewajiban Menyusun Analisis I 1 5 tentang tata ruang wilayah daerah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi D Men LHK
Division
Mengenai Dampak Lingkungan Untuk Usaha Dan/Atau kabupaten/kota.
Kegiatan Yang Berlokasi Di Daerah Kabupaten/Kota
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup sebagaimana
Yang Telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang
II 4 2 dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal apabila lokasi rencana D
Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada daerah kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.

Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyusun UKL-UPL
II 4 3 D
berdasarkan RDTR.
Pengecualian kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku
II 4 5 D
apabila rencana usaha dan/atau kegiatannya masih dalam skala/besaran kajian KLHS dan RDTR.
68 Permen LHK P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pedoman Penetapan Jenis Rencana Usaha Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memuliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat Fileshare HSSE
I 3 2 D Men LHK
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Upaya (1) huruf a ditetapkan oleh Menteri. Division
Pengolahan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL sebagaimana
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan I 3 3 dimaksud pada yat (1) huruf b dan huruf c ditetapkan oleh gubernur atau bupati/wali kota sesuai D
Lingkungan Hidup dengan kewenangannya.

KUALITAS AIR / LIMBAH CAIR


34 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
69 PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan kualitas
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diselengarakan secara terpadu (tahap Fileshare HSSE
air dan Pengendalian pencemaran air 2 1-2 D Pemerintah
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi) dengan pendekatan ekosistem. Division

Pemantauan kualitas air sebagamana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 6
13 3 D
(enam )bulan sekali

16 1-2 Pemeriksaan sample oleh Laboratorium yang ditunjuk D

38 1 Wajib menaati ketetapan izin pembuangan air limbah C

70 Per Men LH No 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Fileshare HSSE


10 1b. Penetapan izin pembuangan air limbah oleh Bupati/walikota C MenLH
Pengendalian Pencemaran Air Division

22-24 Tata cara pengajuan izin pembuangan air limbah C

71 Per Men LH No. 19 tahun 2010 Tentang Baku Mutu Fileshare HSSE
Air Limbah bagi dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Baku Mutu Air Limbah : B&C MenLH
Division
Serta Panas Bumi
· Minyak dan lemak = 15 mg/L
· Karbon organik Total = 110 mg/l
· pH = 6-9

Pemantauan parameter buangan : sebulan sekali oleh laboratorium terakreditasi

Pelaporan :
· Hasil pemantauan 3 bulan sekali
· Kondisi abnormal dan darurat saat kejadian.
72 Per Men LHK No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik wajib melakukan Fileshare HSSE
3 1 D MenLH
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik pengolahan air limbah domestik yang dihasilkannya. Division
Pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara:
3 2 a. Tersendiri D
b. Terintegrasi
Terhadap pengolahan air limbah domestik, wajib dilakukan pemantauan untuk mengetahui
4 1 C
pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah.
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memenuhi ketentuan
4 2 C
persyaratan teknis (rincian lihat peraturan).
Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun secara tertulis yang mencakup:
4 3 catatan air limbah domestik harian, debit dan pH air limbah harian, hasil analisa laboratorium C
bulanan.
Hasil pemantauan dilaporkan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
4 4 kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur, Menteri dan instansi terkait sesuai dengan C
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Setiap usaha dan/atau kegiatan pengolahan air limbah domestik, wajib memiliki prosedur
5 1 C
operasional standar pengolahan air limbah domestik dan sistem tanggap darurat.
Dalam hal terjadi pencemaran akibat kondisi tidak normal, penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan pengolahan air limbah domestik wajib melaporkan dan menyampaikan kegiatan
5 2 C
penanggulangan pencemaran kepada bupati/walikota, dengan tembusan kepada gubernur dan
Menteri paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
Dalam hal setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tidak mampu mengolah air limbah domestik yang dihasilkannya,
6 C
pengolahan air limbah domestik wajib diserahkan kepada pihak lain yang usaha dan/atau
kegiatannya mengolah air limbah domestik.
Pihak lain yang usaha dan/atau kegiatannya mengolah air limbah domestik sebagaimana
7 A
dimaksud dalam Pasal 6 wajib memiliki izin lingkungan dan izin pembuangan air limbah.
Lampiran I Baku Mutu Air Limbah Domestik Tersendiri B

Lampiran II Perhitungan Baku Mutu Air Limbah Domestik Terintegrasi B

IKLIM GLOBAL, KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

73 Usaha setiap negara dalam mengkoordinasikan tindakan dalam upaya penanggulangan Fileshare HSSE
UU No. 6 tahun 1994 Tentang Perubahan Iklim D Pemerintah
perubahan iklim global Division
74 Keputusan Presiden No. 23 tahun 1992 Tentang
Pengesahan Konvensi Vienna dan Keputusan Kewajiban negara Pihak (Indonesia) untuk melindungi kesehatan dan lingkungan hidup manusia Fileshare HSSE
Presiden No. 92 tahun 1998 tentang Pengesahan D Pemerintah
terhadap pengaruh lapisan Ozon Division
Protokol Montreal tentang Zat-zat yang merusak
Lapisan Ozon
1. Mengganti Freon non CFC, paling lambat tahun 2010 C

2. Larangan penggunaan Halon sejak Desember 2005. Batas waktu penggunaan Halon masih
diperbolehkan sampai Januari 2010 (khusus penggunaan tertentu masih diperbolehkan, tanpa
refilling)
75 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Fileshare HSSE
II 4 Baku mutu udara ambient B Pemerintah
Pengendalian Pencemaran Udara Division

8 Baku mutu udara emisi dan ambang batas emisi gas buang B

III 25 Penanggulangan dan pemulihan pencemaran udara D


35 dari 42

75 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Pencemaran Udara
Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
30 Pengukuran & Pemenuhan Baku mutu dari sumber tidak bergerak B

76 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Fileshare HSSE


Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan 6 1 mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan B MenLH
Division

2 memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan C

menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan


sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian
3 D
dampak lingkungan dan Instansi Teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta
Instansi lain yang dipandang perlu.
77 Per Men LH No.13 tahun 2009 Tentang Baku Mutu Fileshare HSSE
Emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan /atau 1) Memenuhi baku mutu emisi kegiatan produksi gas B MenLH
Division
kegiatan minyak dan gas bumi
2) Wajib melakukan inventarisasi emisi, pengelolaan emisi, pemantauan emisi, pelaporan, dan
penanganan keadaan darurat pencemaran udara;

3) Venting associated gas/ gas ikutan harus seijin Menteri;

4) Apabila persyaratan baku mutu dalam AMDAL lebih ketat, maka digunakan baku mutu dalam
AMDAL.
78 Per Men LH No.02 tahun 2007 Tentang Pedoman Fileshare HSSE
teknis dan persyaratan kompetensi pelaksanaan retrofit Berlaku mulai Februari 2009: C&E MenLH
Division
dan recycle pada system refrigerasi
1) Persyaratan Teknisi Refrigerasi yang bersertifikat kompetensi yang sesuai. Berlaku untuk
pelaksanaan Retrofit (proses penggantian jenis refrigeran kompresi uap dengan penyesuaian
dan/atau penyetelan sistem), dan Recycle refrigeran,
2) Wajib Uji Kompetensi dan Sertifikat Kompetensi, SNI 06-6500-2000 Refrigeran: Pemakaian
pada instalasi tetap; atau b. SNI 06-6501.1-2000 Refrigeran Kelompok A3 : Keamanan pengisian,
penyimpanan, dan transportasi dan SNI 06-6501.2-2000 Refrigeran Kelompok A3 : Pemakaian
pada mesin tata udara kendaraan bermotor.

3) Wajib memiliki SOP retrofit dan recycle refrigeran.

79 Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/M- Larangan impor BPO sejak Juni 2006 (jenis Halon 1211, Halon 1301, Halon 2404, Karbon Fileshare HSSE
Dag/Per/6/2006 Tentang Ketentuan impor bahan C Menteri Perdagangan
tetraklorida, 1,1,1, Trikloroetana). Division
perusak lapisan ozon
Larangan impor sejak Des 2007: CFC 11, 12,13, dan CFC 111 s/d 115, CFC 211 s/d 217. Untuk
HFC-.. masih diperbolehkan impornya setelah 2007.
Catatan: Batasan mempergunakan bahan perusak ozon secara bertahap sampai dengan 1
Januari 2010
80 Peraturan Menteri Perindustrian No 33/M- (1) BPO dalam Lampiran ini dilarang diproduksi, dan dilarang digunakan (CTC, Methyl
IND/PER/4/2007 Tentang Larangan memproduksi Chloroform/TCE, MBr, R11, R12, R13, R111 s/d R 115, R211 s/d R217, Halon 1211, 1301, 2402, Fileshare HSSE
bahan perusak lapisan ozon serta memproduksi barang C Menteri Perindustrian
R500, R502 ); pada AC, lemari es, Alat pemadam kebakaran, Produksi Foam/Mesin Division
yang mengunakan bahan perusak lapisan ozon pendingin/Aerosol (s/d 30 juni 2008);

(2) CFC dan Halon dapat didaur ulang, hanya untuk pemeliharaan

(3) barang yang tidak menggunakan bahan CFC dan Halon wajib mengunakan logo

81 Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2011 tentang Fileshare HSSE


Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca III 3-5 Proses Dan Tata Cara Penghitungan C
Division
Nasional.
Inventarisasi GRK

MATERIAL B3

82 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Tentang Fileshare HSSE


I 4 Wajib mencegah pencemaran D Pemerintah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Division

III 12 Wajib menyertakan MSDS C

15 1-2 Simbol dan label C

16 1-3 Kemasan B3 yang rusak C

17 1-3 Simbol & label yang rusak C

18 1-3 Penyimpanan B3 C

19 Sistem tanggap darurat D

83 Per Men LH No.03 tahun 2008 Tentang Tata Cara Fileshare HSSE
3 Setiap kemasan B3 wajib di beri simbol sesuai dengan klasifikasi dan label sesuai jenis klasifikasi. C MenLH
Pemberian Simbol dan Label B3 Division
36 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
84
Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-
Setiap bahan kimia wajib diberi simbol, label dan MSDS/ LDKB sesuai pedoman penerapan GHS Fileshare HSSE
IND/PER/9/2009 Tentang Sistem Harmonisasi Global C Menteri Perindustrian
dalam peraturan ini. Division
Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
85 PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3
Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Fileshare HSSE
III 11 1 D Pemerintah
Safety Data Sheet) Division

Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan


III 12 1 Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) sebagaimana dimaksud dalam C Pemerintah
Pasal 11

Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar Data
III 15 1 C Pemerintah
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)

LIMBAH B3

86 PP Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang Fileshare HSSE
Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya II 3 1 D Pemerintah
dihasilkannya Division

III 10 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengurangan Limbah B3 D

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib
III 11 1 menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri mengenai pelaksanaan Pengurangan C
Limbah B3

Iv 12 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 C

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud ayat (1) dilarang
2 C
melakukan pencampuran Limbah B3 yang disimpannya

Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada
3 A
ayat (1) wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3

Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
IV 14 3 D
berada di dalam penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3
Pengemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (6) huruf e dilakukan dengan menggunakan kemasan yang:
a. terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah
B3 yang akan disimpan;
IV 19 1 b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan; C
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat


2 (1) wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3 C

Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:


a. nama Limbah B3;
b. identitas Penghasil Limbah B3;
3 C
c. tanggal dihasilkannya Limbah B3; dan
d. tanggal Pengemasan Limbah B3.

Kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3


sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 huruf e paling sedikit meliputi:
a. melakukan identifikasi Limbah B3 yang dihasilkan;
b. melakukan pencatatan nama dan jumlah
Limbah B3 yang dihasilkan;
c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan
IV 26 ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sampai dengan C
Pasal 25;
d. melakukan Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah
B3 yang dilakukan sendiri atau menyerahkan kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah
B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah
B3; dan
e. menyusun dan menyampaikan laporan Penyimpanan Limbah
B3.
37 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 terbit, pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin
Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3;

b. melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling lama:


1. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg (lima puluh
kilogram ) per hari atau lebih;
IV 1 2. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah
28 C
B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram ) per
hari untuk
Limbah B3 kategori 1;
3. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah
B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per
hari untuk Limbah
B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum ; atau
4. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3
dihasilkan, untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus,

c. menyusun dan menyampaikan laporan PenyimpananLimbah


B3
Laporan Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana imaksud pada ayat (2) disampaikan kepada
3 bupati/walikota dan ditembuskan kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) C
bulan sejak izin diterbitkan.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan
jika bermaksud:
IV 30 1 D
a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau
b. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Penyimpanan Limbah
B3

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3


V 31 1 wajib melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang D
dihasilkannya.

Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3


V 32 1 tidak mampu melakukan sendiri Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya, Pengumpulan C
Limbah B3 diserahkan kepada Pengumpul Limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap


VII 53 1 D
Orang yang menghasilkan Limbah B3

Dalam hal Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada


2 ayat (1) tidak mampu melakukan sendiri, Pemanfaatan C
Limbah B3 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3

Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap


VIII 99 1 D
Orang yang menghasilkan Limbah B3

Dalam hal Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu melakukan
2 sendiri, Pengolahan Limbah C
B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3,
XIV 217 Pengangkut Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib memiliki C
Sistem Tanggap Darurat

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3,
XIV 220 Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 wajib menyusun C
program kedaruratan Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya.

87 Per Men LH No.18 tahun 2009 tentang Perizinan Fileshare HSSE


Pengelolaan Limbah B3 2 1 Kegiatan pengelolaan Limbah B3 yang wajib memiliki izin, meliputi : C MenlH
Division
38 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
87 Per Men LHPERSYARATAN LAINNYA
No.18 tahun 2009 tentang Perizinan

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
Pengelolaan Limbah B3

- Pengangkutan
- Penyimpanan sementara
- Pengumpulan
- Pemanfaatan
- Pengolahan
- Penimbunan

3 2 Kegiatan penyimpanan sementara LB3 wajib mendapatkan izin dari Bupati C

PerMen LH No 30 tahun 2009 Tata Cara Perizinan Dan Fileshare HSSE


88 5 1 Tata cara perizinan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Detail tata cara dalam lampiran 1 C MenLH
Pengwasan Pengelolaan Limbah B3 di Daerah Division
89 Peraturan Menteri LHK No. I 2 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, D Fileshare HSSE Kementerian Lingkungan
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 Tentang Pengolah Limbah B3, dan Penimbun Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3. Hidup dan Kehutanan
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3 1 Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1): A
a. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penyimpanan Limbah B3;
b. Pengumpul Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan pengumpulan
Limbah B3;
c. Pemanfaat Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan pemanfaatan
Limbah B3;
d. Pengolah Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan pengolahan
Limbah B3; dan
e. Penimbun Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penimbunan
Limbah B3.

II 6 Tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a wajib memenuhi C
persyaratan:
a. lokasi Penyimpanan Limbah B3;
b. peralatan penanggulangan keadaan darurat; dan
c. fasilitas Penyimpanan Limbah B3.
7 1 Persyaratan lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a C
meliputi:
a. bebas banjir; dan
b. tidak rawan bencana alam.
6 Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berada di dalam C
penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.
8 Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk fasilitas Penyimpanan Limbah B3 C
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilengkapi dengan:
a. sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran; dan/atau
b. alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
9 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c berupa: C
a. bangunan;
b. tangki dan/atau kontainer;
c. silo;
d. tempat tumpukan Limbah (waste pile); dan/atau
e. waste impoundment.
10 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib dilengkapi C
dengan:
a. fasilitas pertolongan pertama;
b. peralatan penanganan tumpahan; dan
c. bongkar muat.
11 1 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf C
a digunakan untuk menyimpan Limbah B3:
a. kategori 1; dan
b. kategori 2 dari sumber tidak spesifik, sumber spesifik umum, dan sumber spesifik khusus.
2 Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib C
memenuhi persyaratan:
a. rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang disimpan;
b. luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah Limbah B3 yang disimpan;
c. desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari;
d. atap dari bahan yang tidak mudah terbakar;
e. memiliki sistem ventilasi untuk sirkulasi udara;
f. sistem pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat Penyimpanan Limbah B3;
g. lantai kedap air dan tidak bergelombang;
h. lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung tumpahan dengan
kemiringan maksimum 1% (satu persen);
i. lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan tidak masuk kedalam bangunan tempat
penyimpanan Limbah B3;
j. memiliki saluran drainase ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran
atau tumpahan Limbah B3;
k. memiliki bak penampung tumpahan untuk menampung ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau
air hasil pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3; dan
l. dilengkapi dengan simbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
39 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
12 Kesesuaian rancang bangun dengan karakteristik Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam C
Pasal 11 ayat (2) huruf a meliputi:

a. untuk Limbah B3 dengan karakteristik mudah menyala, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
1. memiliki tembok pemisah dengan bangunan lain yang berdampingan;
2. jika bangunan Penyimpanan Limbah B3 dibangun terpisah dari bangunan lain, diberi jarak
dengan bangunan lain paling sedikit 6 (enam) meter;
3. struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala, konstruksi atap dibuat
ringan, dan mudah hancur bila terjadi kebakaran; dan
4. diberikan penerangan yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).

b. untuk Limbah B3 dengan karakteristik mudah meledak, bangunan wajib memenuhi ketentuan:
1. konstruksi bangunan, lantai, dinding, dan atap dibuat tahan ledakan;
2. lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap; dan
3. setiap saat memenuhi ketentuan suhu ruangan;

c. untuk Limbah B3 dengan karakteristik reaktif, korosif, dan/atau beracun, bangunan wajib
memenuhi ketentuan:
1. konstruksi dinding dibuat mudah untuk dilepas; dan
2. konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.

18 1 Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan persyaratan kemasan D

2 Persyaratan kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: C


a. menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik yang dapat mengemas
Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3;
b. mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
c. memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan,
pemindahan, dan/atau pengangkutan; dan
d. berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
3 Pengemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan kemasan C
bekas B3 dan/atau Limbah B3 yang memenuhi ketentuan:
a. kategori dan/atau karakteristiknya sama dengan Limbah B3 sebelumnya;
b. kategori dan/atau karakteristiknya saling cocok dengan Limbah B3 yang dikemas sebelumnya;
atau
c. telah dilakukan pencucian, untuk kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3 yang berbeda jenis
dan/atau karakteristiknya.
4 Ketentuan mengenai pencucian dan penggunaan kemasan bekas B3 dan/atau limbah B3 D
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
19 1 Limbah B3 yang disimpan pada bangunan wajib dilakukan pengemasan. C

2 Kewajiban melakukan pengemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi C
Limbah B3:
a. dari sumber spesifik khusus;
b. berupa peralatan elektronik utuh; atau
c. tidak berbentuk fase cair, debu, dross, gram logam, dan cacahan.
20 1 Pengemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dilakukan dengan menggunakan C
kemasan berupa:
a. drum;
b. jumbo bag;
c. tangki intermediated bulk container (IBC); dan/atau
d. kontainer.
2 Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekatkan simbol dan label C
Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21 1 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan drum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 C
ayat (1) huruf a wajib memenuhi persyaratan:
a. ditumpuk berdasarkan jenis kemasan;

b. jarak antara tumpukan kemasan dengan atap paling rendah 1 (satu) meter; dan

c. disimpan dengan sistem blok dengan ketentuan:


1. setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 3 (tiga); dan
2. memiliki lebar gang antar blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau disesuaikan
dengan kebutuhan operasional untuk lalu lintas manusia dan kendaraan pengangkut (forklift).

2 Tumpukan berdasarkan jenis kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan C
dengan ketentuan:
a. untuk kemasan berupa drum logam dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter, tumpukan paling
banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alas palet untuk 4 (empat) drum; dan/atau

b. untuk kemasan berupa drum plastik dengan kapasitas 200 (dua ratus) liter:
1. tumpukan paling banyak 3 (tiga) lapis dengan setiap lapis diberi alas palet untuk 4 (empat)
drum; atau
2. tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis, wajib menggunakan rak penyimpanan.
40 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
3 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan jumbo bag sebagaimana dimaksud dalam Pasal C
20 ayat (1) huruf b wajib memenuhi persyaratan:
a. disimpan dengan sistem blok;
b. tumpukan setiap blok paling banyak 2 (dua) lapis, lapis paling bawah dialasi palet; dan
c. lebar gang antar blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau disesuaikan dengan
kebutuhan operasional untuk lalu lintas manusia dan kendaraan pengangkut (forklift).

22 Selain persyaratan kemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21, Limbah B3 C
yang disimpan pada bangunan harus memenuhi ketentuan:
a. dikemas sesuai dengan jenis, karakteristik, dan/atau kompatibilitasnya; dan
b. mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume Limbah B3, pembentukan gas, atau
terjadinya kenaikan tekanan.
29 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling C
lama:
a. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;
b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1;
c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber
tidak spesifik dan sumber spesifik umum; atau
d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 kategori 2
dari sumber spesifik khusus.
III 31 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, dan C
Penimbun Limbah B3 yang memiliki fasilitas Penyimpanan Limbah B3 wajib melakukan
pemantauan kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
2 Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada fasilitas Penyimpanan Limbah B3 C
berupa bangunan dilaksanakan melalui:
a. pengawasan pada saat menempatkan dan/atau memindahkan Limbah B3 dari ruang
Penyimpanan Limbah B3;
b. pemeriksaan terhadap kemasan Limbah B3;
c. pencatatan kegiatan Penyimpanan Limbah B3; dan
d. pengawasan terhadap pelaksanaan tata graha (housekeeping).
6 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, ayat (3) huruf d, ayat (4) huruf g, dan C
ayat (5) huruf g dilakukan terhadap:
a. jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan waktu diterimanya Limbah B3 dari Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3;
b. jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, jumlah Limbah B3, dan waktu penyerahan Limbah B3
kepada Pemanfaat Limbah B3 dan/atau Pengolah Limbah B3;
c. identitas Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, dan/atau Pengolah Limbah B3; dan
d. neraca Limbah B3.
7 Neraca Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d memuat: C
a. uraian sumber, jenis, dan karakteristik Limbah B3 yang disimpan;
b. jumlah atau volume Limbah B3 yang dikumpulkan setiap bulan; dan
c. jumlah atau volume Limbah B3 yang diserahkan kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 setiap bulan.
8 Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disusun dengan menggunakan format C
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
32 Dokumen pencatatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (6) wajib dilaporkan A
kepada pejabat penerbit izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
sesuai kewenangannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

Lampiran I Persyaratan fasilitas penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) C

Lampiran II Cara penyimpanan limbah B3 pada bangunan, tangki dan/atau kontainer, dan silo C

Lampiran IV Format pencatatan kegiatan penyimpanan limbah B3 C

90 Peraturan Menteri LHK No. I 2 1 Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan oleh Pengangkut Limbah B3 yang memiliki izin A Fileshare HSSE Kementerian Lingkungan
P.4/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 Tentang Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3. Hidup dan Kehutanan
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 2 Untuk dapat melakukan pengangkutan Limbah B3, Pengangkut Limbah B3 sebagaimana C
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan:
a. alat angkut Limbah B3;
b. rekomendasi pengangkutan Limbah B3; dan
c. Festronik pengangkutan Limbah B3
III 8 1 Pengangkut Limbah B3 wajib memiliki: C
a. rekomendasi pengangkutan Limbah B3; dan
b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
12 1 Kewajiban memiliki rekomendasi pengangkutan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 C
ayat (1) huruf a dikecualikan terhadap:
a. kegiatan pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan oleh badan usaha di dalam wilayah kerja
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin Lingkungan dan tidak melewati jalan umum; dan
b. kegiatan pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan dengan menggunakan alat angkut berupa
angkutan kapal dari fasilitas di lepas pantai (offshore) ke fasilitas di darat (onshore) di wilayah kerja
usaha dan.atau kegiatannya sesuai dengan Izin Lingkungan.
3 Pengecualian memiliki rekomendasi pengangkutan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat C
(1), tidak menghilangkan kewajiban Pengangkut Limbah B3 untuk:
a. memastikan Limbah B3 yang akan diangkut telah dilakukan pengemasan; dan
b. memberikan simbol Limbah B3 pada alat angkut Limbah B3.
41 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
IV 18 1 Pengangkutan Limbah B3 wajib disertai dengan Festronik. C

2 Festronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh: C


a. Pengangkut Limbah B3; dan
b. Penghasil Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3,
dan/atau Penimbun Limbah B3.
4 Penggunaan Festronik oleh Penghasil Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, A
Pengumpul Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b untuk melakukan konfirmasi terhadap data yang diisi oleh Pengangkut Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
20 1 Pengangkut Limbah B3, Penghasil Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, C
Pengumpul Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) harus melakukan pendaftaran pada laman http://festronik.menlhk.go.id untuk dapat
mengakses Festronik.
2 Pendaftaran bagi Penghasil Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai C
dengan dokumen:
a. formulir pendaftaran Festronik;
b. akta pendirian badan usaha; dan
c. surat kuasa penunjukan administrator Festronik, untuk pendaftaran administrator Festronik yang
merupakan pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Lampiran IV Formulir Pendaftaran Festronik C

Lampiran V Tata Cara Pendaftaran dan Pengisian Festronik C

91 Peraturan Menteri LHK No. IV 15 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik dapat dikecualikan dari D Fileshare HSSE Kementerian Lingkungan
P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020 tentang Tata kewajiban melakukan Pengelolaan Limbah B3. Hidup dan Kehutanan
Cara Uji Karakteristik dan Penetapan Status Limbah 2 Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan: C
Bahan Berbahaya dan Beracun a. merupakan Limbah B3 dari sumber spesifik khusus dan sumber spesifik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2);
b. berasal dari proses produksi yang bersifat tetap dan konsisten;
c. menggunakan bahan baku dan/atau bahan penolong yang bersifat tetap dan konsisten; dan
d. Limbah B3 yang dihasilkan bersifat tetap dan konsisten.

16 1 Untuk dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3, Setiap Orang sebagaimana dimaksud C
dalam Pasal 15 ayat (1) harus mengajukan permohonan kepada Menteri.
26 1 Untuk dapat dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3, Setiap Orang yang menghasilkan Limbah C
B3 tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) harus mengajukan permohonan
pengecualian Limbah B3 dari Pengelolaan Limbah B3 kepada Menteri.
VI 37 1 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik yang akan melakukan C
Pemanfaatan Limbah B3 dari sumber spesifik sebagai Produk Samping dapat mengajukan
permohonan penetapan Limbah B3 dari sumber spesifik sebagai Produk Samping kepada
Menteri
2 Limbah B3 yang dapat diajukan permohonan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) C
merupakan Limbah B3 dari sumber spesifik yang berasal dari satu siklus tertutup produksi yang
terintegrasi.
3 Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Menteri dan C
dilengkapi dengan:
a. identitas pemohon;
b. profil usaha dan/atau kegiatan;
c. nama dan kode Limbah B3;
d. bahan baku dan/atau bahan penolong produksi yang digunakan dalam proses yang
menghasilkan Limbah B3;
e. proses produksi yang menghasilkan Limbah B3 dari sumber spesifik yang diajukan untuk
ditetapkan sebagai Produk Samping;
f. nama Produk Samping yang diajukan; dan
g. sertifikat standar produk yang dipenuhi yang ditetapkan oleh menteri atau kepala lembaga
pemerintah nonkementerian yang membidangi usaha dan/ atau kegiatan.
42 Setiap Orang yang melakukan Pemanfaatan Limbah B3 yang telah ditetapkan sebagai Produk D
Samping, dikecualikan dari kewajiban memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3.
VII 44 1 Penghasil Limbah B3 wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri mengenai C
neraca massa dan kegiatan pengelolaan lanjutan terhadap Limbah B3:
a. yang dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3; dan
b. yang ditetapkan sebagai Produk Samping.
2 Neraca massa sebagaimana dalam ayat (1) terdiri dari: C
a. jenis dan volume Limbah B3 yang telah dikecualikan dari Pengelolaan Limbah B3 atau Limbah
B3 yang telah ditetapkan sebagai Produk Samping; dan
b. pengelolaan lanjutan terhadap Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
3 Laporan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala paling C
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

Penghasil dan pengumpul pemanfaatan limbah B3 harus memiliki data penerimaan,


Per Men LH 02 tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Fileshare HSSE
92 11 penyimpanan, pengolahan, pemanfaatan dan neraca limbah B3 serta melaporkan semua C MenLH
Limbah B3 Division
kegiatan min 1 kali dalam 6 bulan.

Per Men LH 14 tahun 2013 Tentang Simbol dan Label Fileshare HSSE
93 2 Ketentuan Simbol limbah B3 MenLH
Limbah B3 Division

PERATURAN DAERAH/WILAYAH
42 dari 42

Bagian yang

KATEGORI
STATUS KEPATUHAN
NO. & JUDUL PERATURAN-PERUNDANGAN Relevan
NO. PERIHAL LOKASI SIMPAN SUMBER PENJELASAN
PERSYARATAN LAINNYA

Pasal

Tidak
Ayat
BAB

N/A
YA
94

95

96

97

98

99

100

101

PERSYARATAN LAIN / STANDARD


American National
102 ANSI Z89.1-2003 Standard for Selection Industrial Head Protection C
Standard Institute

American National
103 ANSI Z87.1-2003 Standard for Selection Personal Eye and Face Protective Devices C
Standard Institute

American National
104 ANSI 105-2005 Standard for Hand Protection Selection Criteria C
Standard Institute
Standar Nasional
105 SNI 19-3994-1995 Jenis kotak P3K dan isinya. C
Indonesia
Standar Nasional
106 SNI 03-3987-1995 Ketentuan tentang Alat Pemadam Api Ringan C
Indonesia
Occupational Safety &
107 OSHA 3146 1998 Pencegahan dari jatuh ketika bekerja di ketinggian sewaktu pekerjaan kontruksi C
Health Administration
Occupational Safety &
108 OHSAS 18001:2004 Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja C
Health Administration

International organization
109 ISO 14001:2015 Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan C
for standardization

Keterangan *):
A = Perizinan B = Baku mutu/ Nilai ambang batas C = Persyaratan teknis D = Normatif E = Terkait legally required training

NILAI KEPATUHAN
JUMLAH PATUH 0
JUMLAH TIDAK PATUH 0
NILAI KEPATUHAN * #DIV/0! Kota, Tanggal
Penanggung Jawab
* Nilai Kepatuhan = Jumlah Patuh / (Jumlah Patuh + Jumlah Tidak Patuh)

(NAMA PENANGGUNG JAWAB)

Anda mungkin juga menyukai