Ditetapkan 06-06-2016
No.Dokumen POS.SMK3.14
Alat Pelindung Diri (APD)
No.Revisi Ed.01-Rev.00
dan Pengendaliannya
Tgl.Revisi 18-12-2019
1. PENDAHULUAN
1.1. Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat
pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik, pengujian kesesuaian, pelatihan dan
pemeliharaan alat pelindung diri yang diperlukan untuk mencegah dan mengendalikan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
1.2. Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja harus dipertimbangkan sebagai
metode pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
1.3. Dalam menggunakan pedoman ini, perlu selalu diingat bahwa penggunaan alat pelindung
diri yang tepat saat bekerja merupakan usaha terakhir untuk mengurangi atau menghilangkan
resiko di tempat kerja.
1.4. Alat pelindung diri hanya dipergunakan jika pengendalian teknis yang dapat mengurangi
bahaya (seperti isolasi, ventilasi, penggantian atau perubahan proses) dan kontrol
administratif (seperti prosedur kerja) tidak dapat diterapkan.
3. DEFINISI
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja
4. REFERENSI
4.1 SMK3 PP No. 50/2012 elemen C
4.2 UU No: 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4.3 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) PT
4.4 Permenakertrans No. 08/ Men/ VII/ 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
4.5 Peraturan Pemerintah No.50 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja.
4.6 OHSAS 18001 : 2007, ISO 14001 : 2015 dan ISO 9001 : 2015
5. FLOW CHART
Mulai
Perlu
Pengadaan
APD?
Perlu
Pelatihan?
T
Y
Lakukan permintaan/
penggantian dengan
mengisi Formulir
permintaan/penggantian
APD
Perlu
pengganti?
Dokumentasikan
Selesai
6. PROSEDUR
PIC Aktivitas Dokumen /Catatan
Ahli K3 Melakukan identifikasi kebutuhan APD untuk setiap jenis Standar APD
pekerjaan untuk kemudian menetapkan sebagai Standar APD
Atasan terkait Apabila ada permintaan/pergantian APD, maka atasan Form Permintaan/
terkait mengisi Form Permintaan/Pergantian APD Penggantian APD
Personel Mengambil APD ke bagian gudang dengan membawa Form Form Permintaan/
Terkait Permintaan/Pergantian APD Penggantian APD
7. KETERANGAN
7.1 Alat Pelindung Diri (APD) sub-kontraktor dan atau kontraktor menjadi tanggung jawab
masing-masing dan Ahli K3 Harus memastikan APD tersedia, laik pakai dan
digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
7.2 Untuk memastikan kelaikan dan kedisiplinan penggunaan APD, Ahli K3 melakukan
pemeriksaan sesuai dengan Prosedur Inspeksi K3.
8. TANGGUNG JAWAB
8.1. Manajemen SMK3
8.1.1. Mendapatkan dan meninjau informasi Alat Pelindung Diri (APD) dengan dibantu
oleh Tim Keselamatan Kerja, menentukan alat pelindung diri yang paling layak
dipergunakan dalam operasi.
8.1.2. Membantu Bagian Operasi mengadakan program evaluasi bahaya di masing-masing
area sebelum diadakan pemilihan APD.
8.1.3. Membantu pemakai APD dalam memilih APD yang tepat bagi operasinya.
8.1.4. Melaksanakan Progam Pelatihan APD yang akan mencakup pemilihan, pemakaian,
pemeriksaan, pembersihan dan perawatan APD yang tepat.
8.1.5. Memberikan rekomendasi pada seluruh pemakai tentang APD tertentu lain yang
tepat untuk pekerjaan yang mereka lakukan.
8.1.6. Melakukan tes untuk meyakinkan bahwa APD sesuai bagi pemakai.
8.1.7. Memperoleh dan menelaah informasi yang ada dan memutuskan apakah
pengendalian teknis atau cara kerja aman dapat dilakukan serta dengan biaya yang
efektif sebelum merekomendasikan APD.
8.1.8. Melakukan inspeksi berkala untuk memastikan bahwa pemakaian APD dilakukan
sebagaimana mestinya dengan rnengamati apakah APD yang tepat telah digunakan,
dipelihara dengan baik dan secara administratif didokumentasikan.
8.2. Fungsi Operasi
8.2.1. Mengadakan program evaluasi bahaya secara internal atau bersama tim P2K3
sebelum melakukan pemilihan APD.
8.2.2. Menyediakan APD yang tepat untuk pekerjanya, sementara jenis atau model APD
yang dibutuhkan harus didasarkan pada analisa bahaya tempat kerja masing - masing.
8.2.3. Melatih penggunaan APD yang tepat yang akan dilakukan bersama tim P2K3 sesuai
kebutuhan.
8.2.4. Menyimpan APD (setelah dibersihkan) di lokasi yang sesuai, bersih dan sehat
(misalnya di dalam kantong plastik, di dalam lemari/locker yang aman).
8.2.5. Memelihara catatan pemakai APD yang meliputi nama karyawan, nomor identitas,
bagian, jenis APD, tanggal, dll.
8.2.6. Superintendent Operasi atau karyawan lain yang ditunjuk secara berkala memeriksa
penggunaan APD untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dipergunakan
sebagaimana mestinya.
9. EVALUASI BAHAYA
9.1. Sebelum dilaksanakannya Program Alat Pelindung Diri (APD), sifat dasar dari bahaya dan
hubungannya dengan keseluruhan lingkungan kerja harus dipahami sepenuhnya.
9.2. Pemahaman tersebut meliputi jenis, komposisi, besar dan konsentrasi bahaya; termasuk
bahaya fisik, biologis serta kimiawi di tempat kerja.
9.3. Proses evaluasi bahaya sangat penting dan harus diselesaikan sebelum melangkah pada
pemilihan APD yang tepat.
9.4. Penilaian bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berikut :
Observasi, dan/atau
Pengukuran kuantitatif.
10. PEMILIHAN
10.1. Dengan tujuan untuk mengendalikan paparan bahaya terhadap pekerja secara
efektif, tersedianya alat tersebut di tempat kerja harus diseleksi dengan cermat.
10.2. Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi bahaya di tempat kerja.
10.3. Hasil evaluasi harus ditinjau ulang untuk menentukan jenis bahaya dan tingkat bahan
pencemar yang ada selama dilakukan pekerjaan rutin maupun pemeliharaan.
10.4. Kriteria lain yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alat pelindung diri adalah
kebutuhan pemakai dan derajat perlindungan yang diberikan oleh peralatan.
10.5. Selanjutnya alat pelindung diri yang telah dipilih harus dirancang agar memenuhi
persyaratan standar atau peraturan dari : ANSI, OSHA, NFPA, UL, NIOSH, dan SNI bagi
sepatu pelindung dan sarung tangan kanvas.
13. PELATIHAN
13.1. Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri harus memahami perlunya perlindungan
dan alasan penggunaan peralatan tersebut selain (atau sebagai tambahan dari) metode
kontrol lain yang telah diterapkan dan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan alat
tersebut.
13.2. Konsekuensi apabila tidak memakai alat pelindung yang bersangkutan harus dengan jelas
diterangkan, demikian juga pemahaman bila peralatan tidak berfungsi dengan baik.
13.3. Pelatihan penggunaan alat pelindung diri harus diberikan pada seluruh pekerja
yang karena tugasnya diharuskan memilih dan/atau menggunakan alat tersebut.
13.4. Pelatihan penggunaan alat pelindung diri antara lain harus mencakup topik-topik sebagai
berikut :
a) Tugas yang mengharuskan penggunaan alat pelindung diri.
b) Pemilihan alat pelindung diri.
c) Cara penyimpanan, pemeliharaan dan perawatan yang tepat.
d) Pemeriksaan alat pelindung diri.
e) Praktek latihan langsung menggunakan alat pelindung diri.
f) Pelatihan lanjutan diperlukan bila alat pelindung diri baru diperkenalkan di tempat
kerja atau bila pekerja tidak lagi menunjukkan kesiagaan yang cukup dalam
penggunaan dan pengetahuan tentang penggunaan dan keterbatasan alat pelindung
diri.
g) Seluruh catatan pelatihan harus didokumentasikan sesuai ketentuan.
15. TAMU
15.1. Tamu harus menggunakan alat pelindung diri yang tepat bila memasuki area yang
membutuhkan peralatan tersebut.
15.2. Perusahaan akan menyediakan alat pelindung diri tersebut dengan cara meminjamkan.
Berikut ini adalah nomor gradasi warna lensa yang disarankan sebagai perlindungan saat
mengelas:
1.6. Pelindung wajah dimaksudkan untuk melindungi wajah dari puing, percikan atau debu.
1.7. Bila terjadi cipratan bahan kimia, timbulnya gas yang berbahaya, uap atau kabut,
pelindung wajah harus dikenakan bersama jenis pelindung mata yang tepat untuk
menghadapi kemungkinan bahaya, seperti mengenakan kacamata pelindung dari
percikan bahan kimia.
2. Pelindung Kepala
2.1. Helm pengaman atau helm dapat melindungi kepala saat bekerja di area yang
memungkinkan terjadinya benturan di kepala atau terlukanya kepala karena benda jatuh
atau beterbangan.
2.2. Sebagai tambahan, pelindung kepala yang dirancang untuk mengurangi bahaya kejutan
listrik harus dikenakan oleh pekerja saat ia berada dekat konduktor listrik yang dapat
mengenai kepala.
2.3. Area hard hat (wajib menggunakan helm pengaman tertentu) termasuk lapangan
eksplorasi dan produksi, ruang mesin, dermaga, dll.
2.4. Permukaan luar dari helm pengaman tidak boleh dilem, dibor, dipotong, rusak atau
dimodifikasi dengan cara apapun yang dapat mempengaruhi kesatuan strukturnya.
2.5. Sistem suspensi (plastik penyangga yang berada di dalam helm pengaman) tidak boleh
dilepas dari topi.
2.6. Bila rusak, helm pengaman dan/atau system suspensi harus diganti.
2.7. Helm pelindung yang akan dipergunakan saat bekerja mengikuti standar ANSI Z89-11986.
3. Pelindung Kaki
3.1. Pelindung kaki harus dikenakan oleh pekerja saat bekerja di area dimana terdapat bahaya
cedera kaki yang disebabkan karena benda jatuh atau menggelinding atau benda yang
menembus sol, serta area dimana kaki pekerja terpapar oleh potensi bahaya listrik.
3.2. Saat bereaksi pada tumpahan atau buangan zat-zat yang berbahaya, sepatu yang tahan
pada bahan kimia harus dikenakan.
3.3. Sepatu keselamatan harus tersedia dalam jenis yang sangat beragam dengan berbagai
keistimewaan termasuk baja pelindung jari, sol tahan oli, pelindung kaki dan bahan yang
tidak menimbulkan percikan api.
3.4. Semua sepatu pelindung kaki akan mengikuti ANSI Z41-1991 atau Standar Nasional
Indonesia (SNI).
4. Pelindung Tangan
4.1. Pelindung tangan harus dikenakan saat tangan pekerja terpapar bahaya, seperti :
a. Kulit terkena zat-zat seperti korosif (perusak), cairan pelarut, pestisida atau bahan
kimia.
b. Luka parah, luka goresan, luka lecet, atau luka tusuk.
c. Sengatan listrik
d. Luka bakar dari bahan kimia atau suhu panas.
e. Bahaya pengelasan (percikan api, ampas bijih logam).
f. Suhu yang ekstrim (panas atau dingin).
4.2. Tugas pekerjaan mungkin mengharuskan penggunaan pelindung tangan yang tepat
seperti:
a. Sarung tangan kulit atau bertelapak kulit saat bekerja menangani tali kawat.
b. Sarung tangan kanvas saat menangani pipa.
c. Sarung tangan butyl, nitrile atau karet neoprene saat menangani asam, soda api, abu
soda, calcium chloride, dll.
d. Sarung tangan karet yang tepat saat melakukan pekerjaan listrik.
e. Sarung tangan tahan panas saat menangani selang uap atau peralatan panas.
f. Sarung tangan tahan Hydrocarbon, seperti sarung tangan nitrile saat menggunakan
minyak tanah, mineral spirit, cairan pelarut standar, atau alat pembersih lain.
5. Pelindung Telinga
5.1. Pekerja yang terpapar oleh kebisingan 85 dB(A) atau lebih harus mengenakan pelindung
telinga.
5.2. Pekerja harus diberi kesempatan untuk memilih pelindung pendengaran mereka dari
berbagai jenis pelindung pendengaran yang sesuai.
5.3. Perusahaan akan menyediakan pelatihan tentang penggunaan dan perawatan semua
pelindung pendengaran yang tersedia bagi pekerja.
6. Pakaian Pelindung
6.1. Pakaian pelindung terhadap bahan kimia harus digunakan untuk memberikan
perlindungan dari paparan bahan-bahan berbahaya atau beracun.
6.2. Agar efektif dalam melindungi diri dari bahaya bahan kimia, pakaian pelindung terhadap
bahan kimia harus dikenakan sebagai bagian dari kesatuan perlengkapan yang juga
meliputi pelindung tangan yang tepat, sepatu dan peralatan lain yang dibuat sesuai
dengan karakteristik bahan kimia dan situasi setempat.
6.3. Pakaian pelindung terhadap bahan kimia harus dipilih berdasarkan pertimbangan dari
faktor- faktor berikut ini :
a. Potensi bahaya yang terkait dengan bahan kimia yang mungkin akan ditemui
(contoh: korosif, racun atau reaksi alergi).
b. Lama dan karakteristik kontak yang mungkin terjadi (contoh: berapa lama kontak
terjadi dan bagaimana terjadinya).
c. Bagian tubuh yang mungkin terkena (tangan, kaki, lengan, dada, wajah, dll)
d. Karakteristik daya tembus, degradasi dan penetrasi dari kain.
e. Sifat fisik dari kain pelindung (kelenturan, ketahanan terhadap tusukan dan goresan,
berat, perlindungan, suhu, dll).
f. Dapat dibuang (sekali pakai) atau tidak dapat dibuang (pemakaian berulang-ulang).
7. Alat Pernapasan
7.1. Respirator dengan penyaring udara.
Respirator dengan penyaring udara mengalirkan udara sekitar ke elemen pembersihan
udara yang menghilangkan bahan pencemar.
Alat bantu pernapasan dengan penyaring udara terdiri dari dua jenis.
a. Alat bantu pernapasan untuk menyaring beberapa partikel (debu, uap, asap).
b. Respirator dengan Katrid Kimia
7.2. Respirator dengan Udara Pasok
Respirator dengan Udara Pasok memberikan udara untuk bernapas pada penggunanya
dari luar atau dari sumber yang disimpan sendiri :
a. Alat Bernapas dengan Udara Pasok
b. Alat Bernapas dengan Udara Gendong
8.2. Spesifikasi tali pengaman, tali penolong dan tali penyandang adalah sebagai berikut:
a. Tali penolong harus berukuran minimum 2 cm tali manila atau setara dengan itu,
dengan minimum kekuatan menahan beban 2 250 kg.
b. Tali pengaman dan tali penyandang harus berukuran minimum 1 cm nilon atau yang
setara dengan itu dengan maksimum panjang tidak lebih dari 1.8 meter ketika jatuh.
Tali harus memiliki kekuatan minimum menahan beban 2.250 kg
9. Jaring Pengaman
9.1. Jaring pengaman harus disediakan bila tempat bekerja berada di ketinggian 7.5 meter
(atau lebih) dari atas tanah, air atau permukaan lain dimana penggunaan anjungan kerja
dengan pagar pengaman atau tangga, perancah, lantai sementara, tali pengaman atau tali
penolong tidak mungkin digunakan.
9.2. Jaring pengaman harus dibentangkan 2.4 meter lebih dari tepi permukaan kerja dimana
pekerja berada dan harus dipasang sedekat mungkin dibawah permukaan tempat bekerja
dengan praktis. Tapi tidak lebih dari 7.5 meter dibawah tempat kerja.
9.3. Spesifikasi dari jaring pengaman termasuk hal-hal berikut ini :
a. Ukuran lubang tidak lebih dari 15 cm kali 15 cm.
b. Jaring pengaman harus memenuhi standar kinerja yang telah disetujui, yaitu
ketahanan benturan minimum 17.500 foot pounds sesuai ketentuan yang
dinyatakan oleh pabrik dan harus memiliki label bukti pengujian.
c. Tepi tali-tali harus memiliki kekuatan minimum dapat menahan beban sebesar 2.270
kg
18. LAMPIRAN
-