Anda di halaman 1dari 6

DIKUMPULKAN MAKSIMAL HARI MINGGU, 3 JUNI 2018 JAM 12.

00 KE
RURI :)

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (PRISKA)


Keadaan darurat adalah rangkaian peristiwa yang dapat mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (BASARNAS, 2014). Salah satu keadaan darurat
yang membutuhkan respon dan penanganan cepat adalah kebakaran.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau
penyalaan (BASARNAS, 2014). Berdasarkan Dinas Penanggulangan Kebakaran
dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta (2012), kebakaran disebabkan oleh
bahan yang mudah terbakar seperti barang padat, cair atau gas, panas (suhu)
seperti panas yang bersumber dari sinar matahari, konsleting listrik reaksi kimia
dan oksigen (O2).
Berdasarkan data dan laporan National Fire Protection Association
(NFPA), dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, 13% dari seluruh kasus
kebakaran bangunan di Amerika disebabkan oleh kegagalan listrik yaitu
sebanyak 47.000 kasus kebakaran yang mengakibatkan 418 orang meninggal
dunia, 1.570 orang mengalam cidera. Menurut Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) kebakaran menduduki posisi ke 4 dari 20 bencana yang ada di
Indonesia yaitu sebesar 11,1% .
Dalam hal Manajemen Tanggap Darurat, Keadaan darurat bisa diartikan
dalam beberapa definisi yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang dan
konteks kejadiannya. Akan tetapi pada dasarnya semua mengandung pengertian
yang sama, yaitu suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan
yang dapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk
hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda dan lain-
lain. Seseorang yang terkena serangan jantung, stroke atau demam yang tinggi
bisa dikategorikan ke dalam keadaan darurat. Demikian juga dengan kecelakaan
kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran bahan kimia beracun di tempat
kerja adalah beberapa contoh keadaan darurat yang sering terjadi, yang
semuanya itu tidak dapat diperkirakan kapan dan di mana akan terjadi.
Pemadaman kebakaran membutuhkan respon atau penanganan yang cepat
dan benar, karena tidak semua api bisa dipadamkan dengan alat yang sama. Jika
menggunakan alat yang kurang tepat untuk memadamkan api, bisa
mengakibatkan kebakaran yang lebih besar. Teknik pemadaman kebakaran yang
baik dan benar tidak hanya mencegah kebakaran yang lebih besar namun juga
dapat menjamin keselamatan. Oleh karena itu pemadaman kebakaran yang tepat
adalah salah satu kunci pencegahan kebakaran yang lebih besar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
modul Sistem Tanggap Darurat Kebakaran, sehingga diharapkan dapat
menambah wawasan dalam penanganan kebakaran di mana saja dan kapan saja.

B. Tujuan
1. Mengetahui perencanaan tanggap darurat kebakaran
2. Mengetahui prosedur keadaan tanggap darurat kebakaran
3. Mengetahui organisasi tanggap darurat kebakaran
4. Mengetahui pelatihan dalam mengahadapi keadaan darurat kebakaran
5. Mengetahui sarana proteksi tanggap darurat kebakaran
6. Mengetahui sarana penyelamatan tanggap darurat kebakaran
7. Mengetahui prosedur pemulihan keadaan darurat kebakaran

C. Ruang Lingkup
1.
BAB II
MATERI

A. Keadaan Darurat (DEWI)


1. Definisi Keadaan Darurat
2. Jenis Keadaan Darurat

B. Tanggap Darurat

C. Kebakaran (JEFRI)
1. Definisi Kebakaran
2. Faktor Pemicu Kebakaran
3. Klasifikasi Kebakaran

D. Sistem Tanggap Darurat Kebakaran (MUNA)


1. Perencanaan Tanggap Darurat Kebakaran
2. Prosedur Keadaan Darurat Kebakaran
3. Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran
4. Pelatihan Tanggap Darurat Kebakaran (TIRTA)
5. Sarana Proteksi Keadaan Darurat Kebakaran
a. Proteksi Aktif
b. Proteksi Pasif
6. Sarana Penyelamatan (DEWI)
E. Prosedur Pemulihan Keadaan Darurat Kebakaran (PRISKA)
Organisasi perlu membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
sebagai bagian dari rencana keadaan darurat/ bencana untuk membantu
penyembuhan tenaga kerja di lokasi secepat mungkin setelah kejadian berakhir.
Dengan prosedur tersebut perusahaan dapat mengurangi waktu yang diperlukan
mengembalikan ke operasi normal dan membantu tenaga kerja yang cidera.
Setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan darurat dilakukan jika
kegiatan operasional tidak berjalan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam
pemulihan akan memakan produksi organisasi (ISO 14001, 1996).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyatakan bahwa dalam
melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap perusahaan harus
memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk
mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga
kerja yang mengalami trauma. Serta prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga
kerja maupun sarana dan peralatan produksi yang mengalami kerusakan harus
ditetapkan dan dapat diterapkan sesegera mungkin setelah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Pemulihan pasca terjadinya kebakaran dapat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Pengumpulan bahan dan keterangan
Pengumpulan bahan keterangan dilakukan dengan pengecekan lapangan pada
areal yang terbakar dengan menggunakan data titik panas yang terpantau dan
pengumpulan bukti lainnya di areal yang terbakar. 
2. Identifikasi
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui penyebab kebakaran, luas
kebakaran, tipe vegetasi yang terbakar, pengaruhnya terhadap lingkungan
dan ekosistem. 
3. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau kegiatan pengendalian
kebakaran yang telah dilakukan dan perkembangan areal bekas kebakaran. 
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan dalam rangka merehabilitasi kawasan bekas
kebakaran dengan mempertimbangkan rekomendasi dan atau masukan
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil identifikasi. 
5. Penegakan hukum
Penegakan hukum dilakukan dalam rangka upaya proses penindakan hukum
dibidang kebakaran yang diawali kegiatan pengumpulan bahan dan
keterangan yang berkaitan dengan terjadinya pelanggaran sebagai bahan
penyidikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan (RURI)
1. Nnnn
2. Nn
3. Nn
4. Nnn
B. Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/AgusWitono/190371290-tanggapdarurat
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7619/e.%20BAB
%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y

C. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai