BENCANA KEBAKARAN
Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bencana kebakaran harus di kelola dengan baik dan terencana mulai dari
pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi setelah terjadi kebakaran, selama
ini hanya bereaksi setelah kebakaran terjadi bahkan bahaya kebakaran sering di
abaikan dan idak mendapat perhatian dari sistem management. Pengelola
bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat pemadam atau
melakukan pelatihan peran kebakaran, namun di perlukan suau program yang
terencana dalam suatu sistem menejemen kebakaran yang merupakan upaya
terpadu untuk mengelola resiko kebakaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjut ( ramli,2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. Definisi kebakaran
Definisi lain datang dari BNBP (2010), menurutnya bahwa lembaga yang
berwenang terhadap penanggulangan bencana di indonesia tersebut, peristiwa
atau rangkaian yang mengancam dan mengganggu kehidupa masyarakakat
yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor non alam, sehigga
mengakibatkan timbulya korban jiwa, kerusakan lingkungan dan dampak
pesikologis.
B. Penyebab kebakaran
Menurut agus triono (2001), kebakaran terjadi karena manusia dan alam.
D. klasifikasi kebakaran
1) Kebakaran biasa yaitu kebakaran benda benda padat kecuali logam yang
mudah terbakar ( seperti kerts, kayu, pakaian) disebut jenis kebakaran
kelas A. Penanggulangannya dapat menggunakan alat pemadam pokok
yaitu air, foam, co2, atau bubuk kimia kering.
2) Kebakaran bahan caran yang mudah terbakar ( seperti minyak bumi, gas,
lemak, dan sejenisnya) disebut jenis kebakaran kelas B.
Penagnggulagannya dapat menggunakan alat pemadam lengkap yang
memakai zat kimia yaitu foam, co2, atau bubuk kimia kering.
3) Kebakaran listrik ( seperti kebocoran listrik atau konseleting atau
kebakaran pada alat alat listrik generator, motor listrik) disebut juga
kebakaran kelas C. Penagngglangannya dapat menggunakan alat pemadam
jenis co2 dan bubuk kimia kering.
4) Kebakaran logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium, sodium
titanium disebut kebakaran kelas
Yaitu:
1). tahap penyalaan atau peletusan, tahap ini ditndai oleh munculnya api dalam
ruangan yang disebabkan oleh energi panas yang mengenai material dalam
ruangan.
2). tahap pertumbuhan, tahap ini api mulai berkembang sebagai fungsi dari bahan
bakar tahap ini merupakan yahap yang paling tepat untuk melkukan evakuasi dan
tahap dimana sensor pencegahan kebakaran atau alat pemadam mulai bekerja.
3). tahap flashover, tahap ini merupakan masa transisi antara tahap pertumbuhan
dengan tahap pembakaran penuh, dengan suhu antara 300-600⁰C.
4). tahap pembakaran penuh, pada tahap ini energi panas yang dilepaskan adalah
yang paling besar. Seluruh material dalam ruangan terbakar sehingga temperatur
dalam ruangan adalah sebesar 1.200⁰C.
5). tahap surut, tahap ini ditandai dengan material terbakar yang mulai habis dan
temperatur mulai menurun.
Warning System
Sistem peringatan dini (early warning system) adalah serangkaian sistem yang
berfungsi untuk memberitahukan akan terjadi kejadian alam, sistem ini akan
memberitahukan terkait bencana yang akan terjadi atau kejaidan alam lainnya.
BMKG
PVMB
G
BNPB
Kem.P
U
Skema peringatan dini bencana pada tingkat nasional dapat dilihat pada
gambar
Peringatan dini pada tingkat masyarakat harus memiliki beberapa prinsip sebagai
berikut:
a. tepat waktu
b. akurat
Suatu sistem peringatan dini akan dapat dilaksanakan jika memenuhi ketiga syarat
berikut:
Pemantauan dan
Deteksi bencana
Tanda-tanda
kejadian bencana Peringatan Dini
Analisis
Dari gambar tersebut terlihat bagaimana tanda kejadian bencana dijadikan sebagai
dasar pengambilan suatu keputusanuntuk penyebaran peringatan dini bencana
setelah melalui proses pemantuan dan deteksi bencana, dan dilakukan analisis
singkat atas gejala-gejala yang ditimbulkan untuk menghasilkan rekomendasi
keputusan peringatan yang akan dikeluarkan. Pengetahuan gejala alam akan
potensi terjadinnya bencana menjadi faktor utama bagi masyarakat untuk dapat
mengambil tindakan yang dibutuhkan.
PENANGGUNGJAWABAN
Kord. Pelaksana
1. Tim Pemantau
2. Tim Analisis
3. Tim Diseminasi
4. Tim Pelaporan
1. Pencegaha primer
a. Promosi kesehatan dan edukasi
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan persiapam
masyarakat melalui pendidikan
b. Perlindungan kesehatan
Masyarakat tahu apa yang harus dilakukan dan pergi ke tempat
yang aman seperti di rumah, tempat kerja, sekolat atau tempat
umum lainnya.
2. Pencegahan sekunder
Berfokus pada edukasi awal dan pengobatan
3. Pencegahan tersier
Bertujuan untuk mengurangi jumlah dan derajat kecacatan atau
kerusakan akibat dari bencana dengan rehabilitatif.
Menurut WHO , peran perawat dalam bencana dapat dimulai sejak tahap
mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana, hingga tahap recovery.
Kegiatan kesiapsiagaan dan mitigasi telah menjadi prioritas utama diseluruh
dunia. Kegiatan ini dapat mengurangi risiko dan dampak bencana bagi
masyarakat. Dalam hal ini perawat mempunyai peran dalam perencanaan
mengenai bencana, pengembangan program ketahanan terhadap bencana,
pelatihan simulasi kesiapan menghadapi bencana, dan pendidikan tentang
bencana di masyarakat. Pada tahap tanggap bencana, kegiatan dilakukan
setelah bencana selesai setelah keadaan stabil. Pada fase ini kegiatan yang
dilakukan perawat tindakan penyelamatan, memberikan perawatan darurat,
melakuka pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindkaan pertolongan
pertama dengan triase, evakuasi, dan treatment. Setelah bencana terjadi,
berlanjut pada fase pemulihan yaitu rehabilitasi dan kontruksi korban pasca
bencana. Peran perawat dalam fase pemulihan adalah pencegahan Post
Traumatic Stress Disoredere (PTSD) dengan melakukan platheraphy untuk
mencegah dan mengobati PTSD pada anak, pencegahan penyakit infeksi akibat
terjadinnya bencana seperti ISPA dan Pneumonia pasca erupsi gunung,
penyakit kulit pasca banjir, dan luka bakar pasca kebakaran (WHO & ICN,
2009).
Peran perawat terhadap kebakaran tidak jauh beda dengan perawat bencana
secara umum. Peran perawat dalam penanganan bencana kebakaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya pengalaman, dan peran
profesional perawat di komunitas (Stanhope & Lancester, 2006). Peran perawat
yang dapat dilakukan dalam bencana kebakaran antara lain:
Luka grade IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahsan ini adalah peran perawat dalam bencana sangat penting
untuk memberikan pelayanan dan dukungan bagi masyarakat yang
mengalami bencana. Perawat ikut serta dalam memenuhi kebutuhan indivusu,
kelompok dan masyarakat disaat bencana. Peran perawat dapat dimlai sejak
tahap mitigasi (pencegahan). Tanggap darurat bencana, hingga tahap
recovery.
B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap terhadap resiko terjadinya
bencana dan mampu untuk melakukan hal-hal yang dapat mengatasi resiko
bencana.
DAFTAR PUSTAKA
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/apa-itu-sistem-peringatan-dini-early-
warning.
http://bantenprov.go.id/upload/PPID/04 Informasi Serta Merta/Pedoman EWS
Masyarakat.pdf.
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta.