MAKALAH
UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN
FEBRUARI 2020
Oleh:
IX-J/31
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.........................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebakaran……………………………....................................................7
B. Konsep Dasar Terjadinya Api…………...................................................................7
a. Definisi Api…………………………………………………………………….7
b. Teori Dasar Api………………………………………………………………...8
C. Penyebab Kebakaran ……………………………………………………………..10
a. Faktor Manusia………………………………………………………………..10
b. Faktor Teknis………………………………………………………………….10
c. Faktor Alam…………………………………………………………………...11
D. Klasifikasi Kebakaran…………………………………………………………….11
E. Klasifikasi Bahaya Kebakaran……………………………………………………12
a. Bahaya Kebakaran Ringan……………………………………………………12
b. Bahaya Kebakaran Sedang…………………………………………………....12
c. Bahaya Kebakaran Berat…………………………………………………...…14
F. Kerugian Akibat Kebakaran………………………………………………………14
a. Kerugian Materil……………………………………………………………...14
b. Kerugian Jiwa…………………………………………………………………15
c. Menurunya Produktivitas……………………………………………………..15
d. Gangguan Bisnis………………………………………………………………15
e. Kerugian Sosial……………………………………………………………….15
G. Sarana Proteksi Aktif……………………………………………………………...16
a. Sarana Pendeteksi dan Peringatan Kebakaran…………………………...…....16
b. Sarana Pemadam Kebakaran………………………………………………….17
H. Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran……………………………22
I. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran………………...25
J. Cara atau Metode Memadamkan Api……………………………………………25
3.1 Simpulan......................................................................................................................26
3.2 Saran............................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang
dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup
besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Namun sampai saat
ini penanganan terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang
mengakibatkan kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.
Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota Surabaya rata-
rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh beberapa hal (Perda Surabaya,
2004), yaitu rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran,
masih kurangnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya
kebakaran, rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan,
sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi, yaitu akselerasi kecepatan
unit pemadam kebakaran tiba di lokasi bencana dikarenakan jauhnya pos PMK dengan
lokasi bencana dan kemacetan lalulintas.
Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat
penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu
membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap
individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah
kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Dengan
mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan
melakukan upaya pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3
unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2
atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah
bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.
Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi, akan tetapi
sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat data timbulnya kebakaran
akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh karena peledakan kompor, listrik, dan
kelengahan-kelengahan lainnya, juga dapat merupakan usaha subversi yang sangat
membahayakan keamanan sosial dan politik, juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan
ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak dan menghambat pelaksanaan
pembangunan nasional. Kerugian akibat musibah kebakaran di Jakarta saja selama 2013
dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar, sedangkan di kota Bandung 27,2 miliar, di
Jambi mencapai 4 miliar, dan masih banyak lagi daerah-daerah yang mengalami musibah
kebakaran dengan kerugian besar.
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus kebakaran perlu adanya pengetahuan
oleh setiap individu dan masyarakat tentang kebakaran dan bagaimana cara mencega,
menghadapi dan menanggulangi adanya kebakaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?
2. Bagaimana konsep dasar terjadinya api?
3. Apa penyebab kebakaran?
4. Bagaimana klasifikasi kebakaran?
5. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran?
6. Apa Kerugian akibat kebakaran?
7. Apa saja Sarana Proteksi Aktif?
8. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran?
9. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran?
10. Apa saja Penyakit Akibat Kebakaran?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kebakaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api
3. Untuk mengetahui penyebab kebakaran
4. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
5. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran
6. Untuk mengetahui kerugian-kerugian akibat kebakaran
7. Untuk mengetahui sarana proteksi aktif kebakaran
8. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran
9. Untuk mengetahu undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kebakaran
10. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat kebakaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBAKARAN
a. Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan
keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses
kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal
sebagai segitiga api (fire triangle) (respository.usu.ac.id).
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api,
yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi
jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah
satu unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H
Haessler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu,
bahan bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini
disebut Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of Fire (Zaini,
1998).
b. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI, 1992).
c. Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki bersama,
karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen penerangan RI,
1978).
Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar di bagi menjadi tiga (3)
golongan yaitu :
a. Benda padat
b. Benda cair
c. Benda gas
a. Benda yang mudah terbakar yaitu benda yang memunyai suhu penyalaan
rendah
b. Benda yang sukar terbakar yaitu benda yang mempunyai suhu penyalaan
tinggi
C. PENYEBAB KEBAKARAN
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Faktor Manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain: manusia yang
kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan barang
atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma
pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah
ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur-
unsur kesengajaan.
b. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman
dan membahayakan yang meliputi:
1. Proses fisik/mekanis
Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas
akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan perbaikan
dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau
tidak memenuhi standar.
2. Proses kimia
Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia berbahaya,
penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - petunjuk yang ada.
c. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas
dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain-lain
(Anonim, 2010).
D. KLASIFIKASI KEBAKARAN
a. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980,
tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaaan Alat
Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
b. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang di maksud dengan klasifikasi
kebakaran yaitu :
a. Kelas A
Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah
terbakar biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastik. Cara mengatasinya yaitu
bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik
penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau
menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.
b. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan
combustible dengan cairan flammable, seperi bensin, minyak tanah, dan bahan
serupa lainnya. Cara mengatasi dengan bahan foam.
c. Kelas C
Kebakaran yag di sebabkan ole listrik yang bertegangan untuk mengatasinya yaitu
dengan menggunakan bahan pemadam kebakaran non kodusif agar terhindar dari
sengatan listrik.
d. Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumumium,
magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus kelas ini.
E. KLASIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN
Menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah,
apabila kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penjalaran api lambat. Yang
dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah hunian:
a. Tempat ibadah
b. Perkantoran
c. Pendidikan
d. Ruang makan
e. Ruang rawat inap
f. Penginapan
g. Hotel
h. Museum
i. Penjara
j. Perumahan
1. Kerugian Materi
Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Angka
kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset atau bangunan yang terbakar.
Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya gangguan
produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan lainnya.
2. Kerugian Jiwa
Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung
maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan data – data di DKI,
korban kebakaran yang meninggal dunia rata – rata 25 orang per tahun. Namun data
di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai rata – rata 3000 orang setiap tahun.
3. Menurunnya Produktivitas
Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga. Jika terjadi
kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat terhenti secara total. Nilai
kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 – 50 kali kerugian langsung.
4. Gangguan Bisnis
Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran mengakibatkan
gangguan bisnis sangat luas.
5 Kerugian Sosial
Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran akan
kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan kehidupannya dan mengakibatkan
keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan yang berakibat
turunnya kesejahteraan masyarakat.
Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran dan
segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai berikut:
a. Tidak adanya sarana deteksi/ alarm
b. Sistim deteksi/alarm tidak berfungsi
c. Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai
d. Alat pemadam Api tidak berfungsi
e. Sarana evakuasi tidak tersedia
f. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan
pemeliharaan.
b. Jalan petugas
b) Hidran halaman
i. Persyaratan teknis
Debit hidran 950 liter / menit
Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum 4,5kg/cm
Diameter selang 2,5 inci
ii. Persyaratan umum
Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari permukaan tangga
Jarak pilar hidran di pagar 1 m
Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda-
benda lain
Pilar hidran harus di cat merah
Selang hidraan dalam keadaan baik
1) Sistem penyembur api (Sprinkler System)
Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran. Merupakan alat pemercik
air otomatis (Springkler), Springkler adalah alat pemancar air untuk pemadam
kenbakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflrktor pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memacar ke semua arah secara merata (KepMen PU
No.10/KPTS/2000).
Penceghahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran tergantung lima (5)
prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :
a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat kebakaran
Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam proteksi
kebakaran pada bangunan mliputi :
a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan peralatan
sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko bahaya dan
stadart serta ketentuan yang berlaku
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan disebarluaskan
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran
secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang berlaku.
e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin agar
sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai.
I. CARA /METODE MEMADAMKAN API
Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu atau lebih dari ke-3
faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih cara-cara sebagai berikut:
1. Cooling
Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik uap api /
panas tidak lagi diproduksi.
2. Smothering
Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga mematikan
pembakaran.
3. Starving
Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada titik dimana
tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.
4. Breaking chain reaction
Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi kimia di
daerah nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti. Sedangkan menurut
Soedharto (1985), Teknik Dasar Pemadaman Kebakaran ada tiga macam :
1. Urai
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menyingkirkan/menguraikan bahan-
bahan yang terbakar. Contohnya pada kejadian kebakaran sebuah rumah, agar cepat
padam maka sebagian bangunannya (dinding, kayu, dll) dirusak atau dirobohkan. Hal
itu dilakukan agar api tidak sempat berkobar lebih besar, dan jangan sampai menjalar
ke tempat lain.
2. Pendinginan
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menurunkan kadar panas. Dalam hal ini
air adalah bahan pemadam yang pokok. Contohnya penyemprotan air pada kebakaran
rumah. Hal ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan cara yang pertama tadi.
3. Isolasi
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara mencegah reaksi udara. Cara ini disebut juga dengan
lokalisasi, yaitu membatasi atau menutup benda-benda yang terbakar agar tidak berhubungan
dengan udara bebas. Contohnya, pemadam kebakaran minyak dengan menggunakan bahan
pemadam yang disebut busa
d) Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain
untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
e) Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran merupakan
suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat mengakibatkan
kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar sehingga
memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang
terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat
penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua
tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan
lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.
3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami materi dan
persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan mengenai kebakaran dan
bagaimana upaya untuk menanggulangi dan mencegah kebakaran sehingga kasus
kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat dilakukan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai pengkajian ini