Anda di halaman 1dari 31

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PADA KEBAKARAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Kesehatan Lingkungan Bencana dan Tanggap Darurat

Yang dibina oleh Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc

Oleh:

Erwan Taufik Ikhtiar NIM 102114353007

Ranimas Ayu Wulandari NIM 102114353008

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
SURABAYA
2022
1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebakaran…............................................................................................7
B. Konsep Dasar Terjadinya Api…...............................................................................7
a. Definisi Api….....................................................................................................7
b. Teori Dasar Api…...............................................................................................8
C. Penyebab Kebakaran...............................................................................................10
a. Faktor Manusia..................................................................................................10
b. Faktor Teknis.....................................................................................................10
c. Faktor Alam.......................................................................................................11
D. Klasifikasi Kebakaran.............................................................................................11
E. Klasifikasi Bahaya Kebakaran................................................................................12
a. Bahaya Kebakaran Ringan…............................................................................12
b. Bahaya Kebakaran Sedang................................................................................12
c. Bahaya Kebakaran Berat..................................................................................14
F. Kerugian Akibat Kebakaran....................................................................................14
a. Kerugian Materil…...........................................................................................14
b. Kerugian Jiwa...................................................................................................15
c. Menurunya Produktivitas…..............................................................................15
d. Gangguan Bisnis…...........................................................................................15
e. Kerugian Sosial….............................................................................................15

2
G. Sarana Proteksi Aktif…...........................................................................................16
a. Sarana Pendeteksi dan Peringatan Kebakaran…...............................................16
b. Sarana Pemadam Kebakaran….........................................................................17
H. Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran............................................22
I. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran...........................25
J. Cara atau Metode Memadamkan Api....................................................................25

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan......................................................................................................................26

3.2 Saran............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang
dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup
besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Namun sampai saat
ini penanganan terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang
mengakibatkan kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.
Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota Surabaya rata-
rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh beberapa hal (Perda Surabaya,
2004), yaitu rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran,
masih kurangnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya
kebakaran, rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan,
sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi, yaitu akselerasi kecepatan
unit pemadam kebakaran tiba di lokasi bencana dikarenakan jauhnya pos PMK dengan
lokasi bencana dan kemacetan lalulintas.
Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat
penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu
membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap
individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah
kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Dengan
mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan
melakukan upaya pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3
unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2
atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah
bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.
Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi, akan tetapi
sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat data timbulnya kebakaran
akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh karena peledakan kompor, listrik, dan

4
kelengahan-kelengahan lainnya, juga dapat merupakan usaha subversi yang sangat
membahayakan keamanan sosial dan politik, juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan
ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak dan menghambat pelaksanaan
pembangunan nasional. Kerugian akibat musibah kebakaran di Jakarta saja selama 2013
dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar, sedangkan di kota Bandung 27,2 miliar, di
Jambi mencapai 4 miliar, dan masih banyak lagi daerah-daerah yang mengalami musibah
kebakaran dengan kerugian besar.
Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus kebakaran perlu adanya pengetahuan
oleh setiap individu dan masyarakat tentang kebakaran dan bagaimana cara mencega,
menghadapi dan menanggulangi adanya kebakaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?
2. Bagaimana konsep dasar terjadinya api?
3. Apa penyebab kebakaran?
4. Bagaimana klasifikasi kebakaran?
5. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran?
6. Apa Kerugian akibat kebakaran?
7. Apa saja Sarana Proteksi Aktif?
8. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran?
9. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran?
10. Apa saja Penyakit Akibat Kebakaran?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kebakaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api
3. Untuk mengetahui penyebab kebakaran
4. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
5. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran
6. Untuk mengetahui kerugian-kerugian akibat kebakaran
7. Untuk mengetahui sarana proteksi aktif kebakaran

5
8. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran
9. Untuk mengetahu undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kebakaran
10. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat kebakaran

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBAKARAN
a. Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan
keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses
kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal
sebagai segitiga api (fire triangle) (respository.usu.ac.id).
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api,
yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi
jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah
satu unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H
Haessler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu,
bahan bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini
disebut Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of Fire (Zaini,
1998).
b. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI, 1992).
c. Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki bersama,
karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen penerangan RI,
1978).

B. KONSEP DASAR TERJADINYA API (The Fire Ttriangle)


1. Definisi Api
Api adalah “Suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksi eksotermis dan
dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap, dan bara.” Suatu reaksi kimia yang
diikuti radiasi cahaya dan panas. Reaksi kimia disini mengandung pengertian adanya
proses yang sedang berlangsung secara kimiawi. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta,
1994).
Untuk menimbulkan api awalnya diperlukan 3 (tiga) unsur :
a. Benda / bahan bakar (fuel) : harus menjadi uap terlebih dahulu

7
b. Panas (heat/energy) : harus cukup untuk menentukan titik nyala
c. Oksigen : sebagai oksidator
Sebelum terbakar, bahan bakar harus membentuk uap terlebih dahulu dan bercampur
dengan oksigen. Panas harus memberikan panas yang cukup agar bisa terbakar. Jadi
sesungguhnya yang terbakar adalah uap bahan bakar (Zaini, 1998).

2. Teori Dasar Api


Teori dasar api menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta, (1994) terdiri dari segitiga api
atau dikenal dengan nama The Fire Triangle of Combustion yaitu:
a. Panas (Heat/energy)
1) Api terbuka (Open Flame)
2) Sinar matahari (Sun Light)
3) Energi mekanik
a) Gesekan (Friction) antara dua benda n
b) Bantuan dua buah benda
b. Kompersi (Compression)
1) Pemampatan udara dan gas
2) Pemimpitan benda-benda padat seperti timbunan sampah
c. Listrik (Elektrik)
1) Beban lebih pada kabel listrik
2) Peralatan listrik (keompor setrika dan las listrik)
d. Proses kimia
1) Kapur sirih dengan air
2) Asam sulfat dengan air
e. Panas Berpindah (Heat Transfer)
1) Radiasi (Radiation)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara memancarkan
melalui udara kesemua arah
2) Konduksi (Conduction)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjalar malalui
badan (logam) kesemua arah

8
3) Konveksi (Convection)
Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara mangalir malalui
atau pada udara atau cairan kesemua arah.
4) Direct Burning (Direct Flame Contect)
Panas berpida dari satu tempat ke tempat lain dengan cara langsung terkena
lidah api atau dikarenakan lompatan api bara atau nyala.
f. Oksigen- zat asam
Kandungan di udara berdasarkan penyelidikan yaitu mengandung :
1) 20% kadar oksigen
2) 79% kadar nitrogen (N2)
3) 1% campuran dari Neon, Xenon, Argon, Krypton, Hydrogen, dan zat air
g. Benda / bahan (fuel)
1) Titik nyala (Flash Point)
2) Suhu penyalaan (Auto Ignition Temperature)
3) Daerah yang bisa terbakar (Flammable Range)

Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar di bagi menjadi tiga (3)
golongan yaitu :
a. Benda padat
b. Benda cair
c. Benda gas

Berrdasarkan suhu penyalaan benda menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta,


(1994) dapat dibagi menjadi dua (2) kelompok besar yaitu :

a. Benda yang mudah terbakar yaitu benda yang memunyai suhu penyalaan
rendah
b. Benda yang sukar terbakar yaitu benda yang mempunyai suhu penyalaan
tinggi

9
C. PENYEBAB KEBAKARAN
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan sebagai
berikut:

a. Faktor Manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain: manusia yang
kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan barang
atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma
pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah
ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur-
unsur kesengajaan.

b. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman
dan membahayakan yang meliputi:
1. Proses fisik/mekanis
Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas
akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan perbaikan
dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau
tidak memenuhi standar.
2. Proses kimia
Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia berbahaya,
penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - petunjuk yang ada.
c. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas
dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain-lain
(Anonim, 2010).

10
D. KLASIFIKASI KEBAKARAN
a. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980,
tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaaan Alat
Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia


Kelas Jenis Contoh
Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar padat
bukan logam
Kelas B Bahan Cair dan Gas Kebakaran dengan bahan bakar cair atau
gas mudah terbakar
Kelas C Listrik Kebakaran instalasi listrik bertegangan
Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar logam

b. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang di maksud dengan klasifikasi
kebakaran yaitu :
a. Kelas A
Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah
terbakar biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastik. Cara mengatasinya yaitu
bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik
penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau
menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.
b. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan
combustible dengan cairan flammable, seperi bensin, minyak tanah, dan bahan
serupa lainnya. Cara mengatasi dengan bahan foam.
c. Kelas C
Kebakaran yag di sebabkan ole listrik yang bertegangan untuk mengatasinya yaitu
dengan menggunakan bahan pemadam kebakaran non kodusif agar terhindar dari
sengatan listrik.

11
d. Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumumium,
magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus kelas ini.

E. KLASIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN


Menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:
1. Bahaya Kebakaran Ringan
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah,
apabila kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penjalaran api lambat. Yang
dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah hunian:
a. Tempat ibadah
b. Perkantoran
c. Pendidikan
d. Ruang makan
e. Ruang rawat inap
f. Penginapan
g. Hotel
h. Museum
i. Penjara
j. Perumahan

2. Bahaya Kebakaran Sedang


a. Bahaya Kebakaran Sedang I
Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua
setengah) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
penjalaran api sedang. Yang dimaksud bahaya kebakaran Sedang I ialah
bangunan: tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, pabrik gelas/kaca,
pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik kaca/cermin, pabrik garam,

12
restoran/kafe, penyepuhan, pabrik pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan
tempat pembuatan perhiasan.
b. Bahaya Kebakaran Sedang II
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4
(empat) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
penjalaran api sedang.
Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya
kebakaran Sedang II antara lain: penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue,
pabrik minuman, pabrik permen, pabrik destilasi/penyulingan minyak atsiri,
pabrik makanan ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik
batrai, pabrik bir, pabrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon,
pabrik pabrik film/fotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning,
penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil dan motor, bengkel
mobil, pabrik mobil dan motor, pabrik the, toko bir/anggur dan aspirtus,
perdagangan retail, pelabuhan, kantor pos tempat penerbitan dan percetakan,
pabrik ban, pabrik rokok, pabrik perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat
hiburan/diskotik, karaoke, sauna, dank klab malam.

c. Bahaya Kebakaran Sedang III


Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat
apabila terjadi kebakaran.
Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya
kebakaran Sedang III antara lain: pabrik yang membuat barang dari karet, parik
yang membuat barang dari plastic, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik
peleburan metal. Pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, toko
dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas,
pabrik semir sepatu, pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan
perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat penggergajian
kayu.

13
3. Bahaya Kebakaran Berat
a. Bahaya Kebakaran Berat I
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi
kebakaran.
Yang dimaksud dengan bangunan gendung yang diklasifikasikan dalam bahaya
kebakaran Berat I antara lain: bangunanbawah tanah/bismen, subway, hangar
pesawat terbang, pabrik korek api gas, pabrik pengelasa, pabrik foam plastic,
pabrik foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu,
tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik
pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku yang mempunyai titik
nyala 37,9oC (100oF), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan
bahan peapis dengan foam plastic (Upholstering with plastic foams).

b. Bahaya Kebakaran Berat II


Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan ter Bakar
sangat tinggi, menimbulkan panas sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat
apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang
diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat II antara lain: pabrik selulosa
nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau menyimpan bahan berbahaya.

F. KERUGIAN AKIBAT KEBAKARAN


Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun produktivitas.
(usu.ac.id)

1. Kerugian Materi
Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Angka
kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset atau bangunan yang terbakar.
Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya gangguan
produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan lainnya.

14
2. Kerugian Jiwa
Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung
maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan data – data di DKI,
korban kebakaran yang meninggal dunia rata – rata 25 orang per tahun. Namun data
di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai rata – rata 3000 orang setiap tahun.
3. Menurunnya Produktivitas
Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga. Jika terjadi
kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat terhenti secara total. Nilai
kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 – 50 kali kerugian langsung.
4. Gangguan Bisnis
Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran mengakibatkan
gangguan bisnis sangat luas.
5 Kerugian Sosial
Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran akan
kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan kehidupannya dan mengakibatkan
keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan yang berakibat
turunnya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran dan
segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai berikut:
a. Tidak adanya sarana deteksi/ alarm
b. Sistim deteksi/alarm tidak berfungsi
c. Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai
d. Alat pemadam Api tidak berfungsi
e. Sarana evakuasi tidak tersedia
f. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan
pemeliharaan.

G. SARANA PROTEKSI AKTIF


Sistim perlindungan terhadap kebakaran yang di laksanakan dengan mempergunakan
peralatan yang dapat bekerja secara omatis maupun manual, digunakan oleh mpenghuni
atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman , selain itu

15
sistim itu digunakan dalam melaksanakan penangguangan awal kebakaran (Perda DKI
Jakarta, 2008). Saran yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa dari kebakaran dan bencana lain (Perda DKI Jakarta,2008).

Sesuai dengan peratuan yang berlaku (Kep.Men PU No.10/KPTS/2000), setiap bangunan


gedung harus melaksanakan peraturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran mulai
dari perencanaan pelaksanaan pembangunan sampai taha pemanfaatan sehingga
bangunan gedung senantiasa aman dan berkualitas sesuai dengan fungsinya. Salah satu
dari pelaksanaan pengamanan ini adalah melengkapi gedung dengan sarana proteksi akif
kebakaran, yang terdiri dari:
(upn.ac.id)

1. Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran


a. Detektor dan alarm kebakaran
Berdasarkan SNI 0-3985-2000 Alarnm kebakaran adalah komponen dari
sistem yang memberikan isyarat /tanda setelah kebakaran terdeteksi.
Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi untuk
mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan menunjukan adanya isyarat
kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, meanjutkan ke fasilitas lain terkait,
dan lain-lain. Panel kontrol dapat terdiri dari satu panel saja dapat pula terdiri dari
beberapa panel kontrol.
Titik panggil manual adalah alat yang di operasikan secara manual guna
memberi isyarat adanya kebakaran. Untuk kepentingan standar ini , detektor
kebakaran otomaik diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya sepeti tersebut di
bawah ini :
a) Detektor panas/Heat Detector yaitu alat yang mendeteksi temperatur tinggi
atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal.
b) Detektor asap/Smoke Detector yaitu aat yang mendeteksi peartikel yang
terlihat atau yang tidak terlihat dari satu pembakaran. Sebaiknya jangan
meletakkan detektor asap di dapur atau garasi, karena asap dapur atau mobil

16
bisa menyebabkan alarm palsu. Alarm palsu adalah peringatan bahaya tetapi
tidak ada kebakaran (Zaini, 1998).
c) Detektor nyala api/Flame Detector yaitu alat yang mendeteksi sinar infa
merah, ultra violet, ata radiasi yang terlihat yang di timbulkan oleh suatu
kebakaran. Khusus Flame Detector perlu dilindungi dengan sinar yang bukan
berasal dari api, karena sangat peka (Zaini, 1998).

b. Jalan petugas

Diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam


kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga
perlu jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk
itu diperlukan fasilitas:

1) Daun intu dapat dibuka keluar

2) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci

3) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

4) Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam.

2. Sarana pemadam kebakaran


a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side
effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran.
Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya,
alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk
sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar
menggunakan sekop atau ember
3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup
kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya
minimal 2 kali luas potensi api.
4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

17
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR atau istilah lainnya Portable Fire Extinguisher adalah alat pemadam
kebakaran yang dapat dibawa dan mampu dipakai oleh satu orang (Zaini, 1998).
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
Berdasarkan Peratuan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:
PER.04/mMEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta
mudah di layani oleh satu rang memadamkan api pada mulai terjadi kebakaran.
Kebakaran dapat di golongan:
1) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
2) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudh terbakar (Golongan B);
3) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
4) Kebakarang logam (Golngan D).

Jenis alat pemdam api ringan tediri :


a) Jenis cairan
b) Jenis busa
c) Jenis tepung kering
d) Jenis gas (hydrcarbon berhalogen dan sebagainya)

Jenis APAR berdasarkan beratnya, yaitu :


1. APAR dengan berat kurang dari 25 kg
2. APAR dengan berat lebih dari 25 kg (biasanya dilengkapi dengan roda)

18
Konstruksi APAR sebagai berikut :

Gambar 1. APAR

i. Karakteristik APAR :
1) APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu
diidentifikasi jenis bahan terbakar.
2) APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR
kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
3) Waktu ideal: 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus
menerus 8 detik.

4) Bila telah dipakai harus diisi ulang

5) Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali

19
ii. Petunjuk Pemilihan APAR

Pilih yang Zat kimia kering (Dry CO2 Halon Air Zat kimia basah (Wet
sesuai Chemical) Chemical)
Multi Sodium Purple Carbon Halon Water Pump Loaded
propose bikarbonat K dioxide 1211 Tank Stream
Serba NaHCO3 CO2 Air Tanki& Busa
guna bertekanan Pompa Bertekanan
A Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya
B Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya
C Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Keterangan Bekerja dengan cepat Bahan ini tidak Murah, sesuai untuk Sesuai
disarankan tersedia pada meninggalkan bahan bangunan, untuk lab.
gudang bahan bakar minyak bekas. Sesuai rumah, gedung, Dan
dan gas, mobil serta bahan alat elektronik sekolah, perkantoran tempat
mudah terbakar lainya dan gudang dsb. bahan
bahan kimia
pemakaian
Petunjuk Lepas pena kunci, genggam Lepas pena Lepas Pegang Lepas pena
Pemakain handel dan arahkan moncong kunci, genggam pena moncong. kunci,
di bawah api handel kunci, Dipompa, genggam
& arahkan genggam guyur handel
moncong ke handel bahan & guyur
sumber api & guyur terbakar bahan
bahan bakar
bakar

c. Alat Pemadam Kebakaran Besar


Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.
1) Hidran Kebakaran
Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadaman air bertekanan yang di alirkan melalui pipa-pipa

20
dan selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari persediaan air, pompa perpipaan,
kopling, outlet dan inlet serta selang dan nozzle (SNI 225-1987).
Sedangkan berdasarkan jenis dan penempatanya, hidran menurut SNI 225-1987
terdiri dari:
a) Hidran gedung
Hidran gedung tediri dari dua persyaratan yaitu:
iii. Persyaratan teknis
 Diameter selang maksimal 1,5 inci
 Minimal debit air 380 liter/menit
 Tekanan air maksimal ,5 kg/cm2
 Diameter pipa (kopling) 2,5 inci

iv. Persyaratan umum


 Letak kotak hidran dalam gedung mudah dilihat
 Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai, tidak terhalang
 Kotak hidran mudah di buka
 Panjang selang maksimal 30m
 Selang dalam kndisi baik (tidak membelit bila di tarik)
 Pipa pemancar (nozzel) terasang pada selang
 Pipa hidran bercat merah
 Kotak hidran di beri tulisan “hydrant” berwarna putih

b) Hidran halaman
i. Persyaratan teknis
 Debit hidran 950 liter / menit
 Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum 4,5kg/cm
 Diameter selang 2,5 inci
ii. Persyaratan umum
 Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari permukaan tangga
 Jarak pilar hidran di pagar 1 m

21
 Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda-
benda lain
 Pilar hidran harus di cat merah
 Selang hidraan dalam keadaan baik

Gambar 2. Perangkat Hidran

2) Sistem penyembur api (Sprinkler System)


Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran. Merupakan alat pemercik
air otomatis (Springkler), Springkler adalah alat pemancar air untuk pemadam
kenbakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflrktor pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memacar ke semua arah secara merata (KepMen PU
No.10/KPTS/2000).

22
Gambar 3. Sprinkler System

H. PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN


Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi rencana / rencana dalam
menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan penangulagan keadaan darurat,
pendidikan dan latihan penanggulangan keadaan darurat seperti proses evakuasi atau
pemindahan dan penutupan (Jusuf,1999).

Penceghahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran tergantung lima (5)
prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :
a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat kebakaran

Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam proteksi
kebakaran pada bangunan mliputi :
a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan peralatan
sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko bahaya dan
stadart serta ketentuan yang berlaku

23
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan disebarluaskan
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran
secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang berlaku.
e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin agar
sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai.

1. Pedoman Singkat Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran


a) Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau
dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb.
Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.

b) Siagakan APAR selalu siap pakai.


c) Bila terjadi kebakaran kecil: bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan
terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.

d) Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain
untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.

e) Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

2. Pencegahan Secara Umum Agar Tidak Terjadi Kebakaran


a) Alat-alat elektrik adalah penyebab utama kebakaran di rumah tangga.
b) Belilah alat pemadam kebakaran yang praktis, jika mungkin, dan letakkan dekat
kompor atau di dalam dapur serta ajarkanlah semua orang di rumah anda
bagaimana menggunakannya sewaktu-waktu dibutuhkan.
c) Jangan pernah meninggalkan masakan yang belum matang di atas api, jika anda
tidak bisa mengawasinya secara langsung karena harus ke ruangan lain. Lebih
baik matikan kompor. Hal ini terutama pada makanan yang digoreng, karena
minyak goreng cepat menyebabkan kebakaran jika dibiarkan panas. Jika terjadi
kebakaran karena minyak goreng terlalu panas, jangan disiram dengan air karena
berbahaya dan api malah semakin menjadi-jadi; tetapi tutuplah wajan dengan
penutup yang aman untuk mencegah oksigen.

24
d) Tidak melakukan aktifitas lain pada saat memasak.
e) Saat ini sudah banyak orang memasang detektor asap (smoke detector) di
rumahnya , terutama di setiap ruangan tertutup dan di setiap lantai. Cek setiap
bulan, ganti battery-nya minimal sekali pertahun dan gantilah detektor setiap 5
tahun sekali.
f) Simpan benda-benda yang mudah terbakar seperti spray pengharum ruangan, cat
dan lainnya jauh dari sumber api. Jangan sampai lupa: Gas, Bensin dan Propane
harus disimpan di luar ruangan, jangan di dalam rumah.
g) Buatlah rencana evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan latihlah
semua anggota keluarga.
h) Buatlah tempat berkumpul yang diketahui semua keluarga jika sewaktu-waktu
terjadi kebakaran dan semua orang harus keluar rumah. Misalnya di rumah
tetangga anda.
i) Buatlah daftar barang berharga anda, dengan foto dan video jika mungkin dan
taruh di luar rumah di tempat yang aman (misalnya jika anda mampu menyewa
safety box di bank, taruhlah bersama benda dan kertas berharga lainnya). Ini akan
membantu jika anda akan mengklaim asuransinya.

3. Tindakan Ketika Kebakaran Terjadi


a) Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau belum
menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke bagian bawah api,
bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini akan percuma jika kebakaran
sudah terjadi beberapa lama.
b) Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lainnya.
c) Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika terasa
panas berarti ruang itu sudah terbakar.
d) Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh anggota
keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua orang tidak bisa
menyelamatkan diri dengan baik.
e) Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut segera
dibanding mencari baju luar.

25
f) Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan teleponlah pemadam
kebakaran.

4. Tindakan Pasca Api Kebakaran Padam


a) Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya mungkin lemah
dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi keselamatan anda sendiri.
b) Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan memberi
bantuan yang diperlukan (jika ada).
c) Kontak perusahaan asuransi anda dan jika anda membeli barang-barang
pengganti yang telah terbakar, simpanlah semua tanda terima agar mendapat ganti
rugi.

I. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENTANG KEBAKARAN


1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3317);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

26
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4532);
8. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet
Indonesia Bersatu;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;
14. Perda DKI No.(1).03 Tahun 1992
15. Perda DKI No.(1).08 Tahun 2008
16. Perda Kabupaten Serang No.03 Tahun 2010
17. Perda Kabupaten Depok No.10 Tahun 2010
18. Perda Kota Bekasi No.01 Tahun 2011
19. Perda Kotamadya Pekanbaru Tingkat II No.20 Tahun 1998
20. Undang-Undang No.1 Tahun 1960, Pasal 188 Kitab UU Hukum Pidana

27
J. CARA /METODE MEMADAMKAN API
Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu atau lebih dari ke-3
faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih cara-cara sebagai berikut:
1. Cooling
Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik uap api /
panas tidak lagi diproduksi.
2. Smothering
Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga mematikan
pembakaran.
3. Starving
Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada titik dimana
tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.
4. Breaking chain reaction
Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi kimia di daerah
nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti.

Sedangkan menurut Soedharto (1985), Teknik Dasar Pemadaman Kebakaran ada tiga
macam :
1. Urai
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menyingkirkan/menguraikan bahan-
bahan yang terbakar. Contohnya pada kejadian kebakaran sebuah rumah, agar cepat
padam maka sebagian bangunannya (dinding, kayu, dll) dirusak atau dirobohkan. Hal
itu dilakukan agar api tidak sempat berkobar lebih besar, dan jangan sampai menjalar
ke tempat lain.
2. Pendinginan
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menurunkan kadar panas. Dalam hal ini
air adalah bahan pemadam yang pokok. Contohnya penyemprotan air pada kebakaran
rumah. Hal ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan cara yang pertama tadi.
3. Isolasi
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara mencegah reaksi udara. Cara ini disebut
juga dengan lokalisasi, yaitu membatasi atau menutup benda-benda yang terbakar

28
agar tidak berhubungan dengan udara bebas. Contohnya, pemadam kebakaran minyak
dengan menggunakan bahan pemadam yang disebut busa.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran merupakan
suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat mengakibatkan
kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar sehingga
memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang
terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat
penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua
tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan
lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami materi dan
persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan mengenai kebakaran dan
bagaimana upaya untuk menanggulangi dan mencegah kebakaran sehingga kasus
kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat dilakukan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai pengkajian ini

30
DAFTAR PUSTAKA

Soedharto, Gatot. 1984. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Jakarta:


Grafindo Utama
Soedharto, Gatot. 1985. Mencegah Kerusakan Lingkungan dari Bahaya Kebakaran. Jakarta: PT.
Intemasa
Zaini, Mochamad. 1998. Panduan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Jakarta: Abdi
Tandur
, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional
,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara
Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat Publikasi Pemerintah
Departemen Penerangan RI.

31

Anda mungkin juga menyukai