ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LUKA BAKAR
i|Page
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Luka
Bakar” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit yang berhubungan dengan
Sistem Integument sebelum dapat melaksanakan asuhan itu sendiri kepada pasien/klien,
serta dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Integumen.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga dengan
keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan semoga
sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang luas bagi
mahasiswa dalam belajar.
Penulis
ii | P a g e
Daftar Isi
Halaman Judul.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori..................................................................................................................3
1. Pengertian...............................................................................................................................3
2. Epidemiologi............................................................................................................................3
3. Etiologi.....................................................................................................................................3
4. Faktor Predisposisi.................................................................................................................4
5. Patofisiologi.............................................................................................................................4
6. Klasifikasi.................................................................................................................................7
7. Gejala Klinis..........................................................................................................................12
8. Pemeriksaan Fisik................................................................................................................13
9. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................15
10. Prognosis.............................................................................................................................16
11. Terapi...................................................................................................................................16
12. Penatalaksanaan................................................................................................................19
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Luka Bakar..............................................................22
1. Pengkajian.........................................................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................24
3. Perencanaan.....................................................................................................................25
4. Implementasi.....................................................................................................................36
5. Evaluasi..............................................................................................................................36
iii | P a g e
BAB III................................................................................................................................................38
PENUTUP..........................................................................................................................................38
A. Kesimpulan........................................................................................................................38
B. Saran..................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................39
iv | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, peristiwa kecelakaan luka bakar bisa terjadi kapan saja
– dimana saja dan pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor kelalaian manusia.
Api : sebagai salah satu faktor penyebab utama kecelakaan luka bakar yang sering
disebut sebagai sahabat manusia – tiba-tiba saja bisa berubah menjadi sumber
malapetaka. Demikian pula halnya listrik, bahan-bahan kimia, minyak tanah, bensin,
gas, dan beberapa unsur lainnya yang begitu dekat dan akrab dengan aktivitas
keseharian manusia, tanpa disadari sekaligus juga merupakan musuh yang harus selalu
diwaspadai.
Sebagai salah satu dari permasalahan bidang kesehatan di tanah air, pada
kenyataannya begitu banyak peristiwa kecelakaan luka bakar yang dialami oleh
pelbagai lapisan warga masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan luka
bakar dipastikan begitu dahsyat dan membutuhkan perawatan yang sangat serius. Para
korban kecelakaan luka bakar bukan hanya merasakan kesakitan yang luar biasa tetapi
diantaranya juga mengakibatkan cacat fisik dan penderitaan psikis yang
berkepanjangan. Bahkan tidak sedikit diantaranya juga menyebabkan kematian bagi
para korbannya.
Dalam kaitannya dengan tingginya tingkat kecelakaan luka bakar sejatinya harus
diupayakan sosialisasi dan publikasi kepada pelbagai lapisan warga masyarakat
mengenai bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan luka bakar. Hal lain
yang juga menjadi prioritas adalah upaya menanamkan kesadaran dan merubah
perilaku untuk selalu waspada dan menghindari terjadinya kecelakaan luka bakar di
lingkungannya masing-masing – karena pada umumnya kecelakaan luka bakar adalah
disebabkan oleh faktor kelalaian manusia.
1|Page
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini,
yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat
perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani
luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan
perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya
memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena
luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka
bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok
umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama
pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
3. Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal
3|Page
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam
atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh
sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe
luka bakar radiasi.
4. Faktor Predisposisi
Kecelakaan kerja
Pemakaian kosmetik berbahan kimia berbahaya
Kelalaian saat bekerja
5. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa
saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk
organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang
4|Page
lama dengan agens penyebab ( burning agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat
terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram
air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari
shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis
serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama
15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-
thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
5|Page
Pathway
6|Page
6. Klasifikasi
A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
C. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur.
7|Page
Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
1. Berdasarkan penyebab
8|Page
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
o Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari
20% pada anak-anak.
o Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
o Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
9|Page
o Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
o Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
o Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
o Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
o Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10 % pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Luas Luka Bakar :
10 | P a g e
Bayi : Rumus 10
2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut
11 | P a g e
LENGAN 4 4 4 4 4
ATAS KA.
LENGAN 4 4 4 4 4
ATAS KI.
LENGAN 3 3 3 3 3
BAWAH KA
LENGAN 3 3 3 3 3
BAWAH KI.
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
7. Gejala Klinis
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka:
Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.
Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah
atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya
berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah
12 | P a g e
pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang.
Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah
dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada
kulit telah mengalami kerusakan.
8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai
derajat cukup berat
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
13 | P a g e
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
Telinga
Leher
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
14 | P a g e
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila
supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9
(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
1 th 2 th Dewasa
Bag tubuh
Genetalia 1% 1% 1%
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan
volume cairan dan gangguan Na-K pump
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan
kehilanga protein
Faal hati dan ginjal
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan
RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
15 | P a g e
Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate
10. Prognosis
Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar.
Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati
akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di
bawahnya. Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu
luka bakar superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial
tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang
baru tumbuh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis
di dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan
bisa terbentuk jaringan parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami
pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu
fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan
pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi
jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen yang
normal dari udara ke darah di paru-paru.
11. Terapi
Medikasi
16 | P a g e
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah
sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut,
sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan
kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.
Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin.
Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin.
Di tempat praktek dokter atau di ruang emergensi, luka bakar dibersihkan secara
hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika
kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan
sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. Jika daerah yang terluka telah
benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).
Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban.
Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan
kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang
dengan mudah akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa
diberikan antibiotik,
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar
biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.
Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II
atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster
tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita.
17 | P a g e
Luka bakar berat
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera
ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit. Kepada korban kebakaran biasanya
diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi
efek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran).
Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan, luka
lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan yang hilang
dan untuk mencegah infeksi. Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang
digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan
khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi.
Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk
membantu fungsi pernafasan bisa dipasang sebuah selang yang dimasukkan ke
dalam tenggorokan. Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau
jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi
pernafasan. Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang perlu
dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka. Setelah
daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep antibiotik dan
dibungkus dengan verban steril. Verban biasanya diganti sebanyak 2-3 kali/hari.
Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap infeksi berat karena itu biasanya
diberikan antibiotik melalui infus. Mungkin perlu diberikan booster tetanus.
Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena itu untuk
menggantikannya diberikan cairan melalui infus. Luka bakar dalam bisa
menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu keadaan dimana protein mioglobulin
dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan kerusakan ginjal. Jika tidak
segera diberikan cairan yang memadai, bisa terjadi kegagalan ginjal.Kulit yang
terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan tebal yang disebut eskar,
yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah ke daerah tersebut. Untuk
mengurangi ketegangan pada jaringan yang sehat dibawahnya, biasanya dilakukan
eskarotomi (pemotongan eskar). Jika luasnya tidak lebih dari uang logam 50 sen dan
terjaga kebersihannya, luka bakar yang dalampun bisa pulih dengan sendirinya.
Tetapi jika lapisan kulit dibawahnya mengalami kerusakan yang luas, biasanya perlu
dilakukan pencangkokkan kulit (skin graft).
Bagian kulit yang sehat bisa berasal dari tubuh penderita sendiri (autograft),
dari donor hidup maupun dari kulit orang yang sudah meninggal (allograft), atau dari
18 | P a g e
mahluk lain selain manusia (xenograft, biasanya babi karena kulitnya paling mirip
dengan kulit manusia. Autograft sifatnya permanen, tetapi skin graft dari donor (baik
manusia maupun hewan) sifatnya sementara, yaitu hanya melindungi daerah yang
terbakar pada saat tubuh melakukan penyembuhan sendiri dan 10-14 hari kemudian
akan ditolak oleh tubuh. Biasanya perlu dilakukan terapi fisik dan terapi okupasional
untuk meminimalkan jumlah jaringan parut dan untuk mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi dari daerah yang terbakar. Secepat mungkin dipasang bidai untuk
menjaga agar persendian tetap bisa digerakkan sehingga otot dan kulit tidak menjadi
kaku dan memendek. Bidai dipasang sampai terjadi pemulihan yang luas.Sebelum
dilakukan skin graft, persendian yang terkena dilatih terlebih dahulu sehingga
kemampuan geraknya meningkat. Setelah graft ditempelkan, biasanya dilakukan
pembidaian selama 5-10 hari untuk memastikan bahwa graft telah terpasang
sebagaimana mestinya. Penderita harus mengkonsumsi sejumlah kalori dan gizi
yang cukup yang diperlukan untuk proses pemulihan.Jika usus tidak berfungsi akibat
cedera atau pembedahan berulang, zat gizi biasa diberikan melalui infus.
Diperlukan waktu yang lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang
sampai bertahun-tahun, karena itu penderita bisa mengalami depresi berat sehingga
dukungan moril sangat diperlukan dari orang-orang di sekelilingnya.
12. Penatalaksanaan
1. Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka
bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi :
Untuk luka bakar termal ( api ), ”berhenti, berbaring, dan berguling.” tutup
individu dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan
kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka. ( es atau air dingin
menyebabkan cedera lanjut pada jaringan yang terkena )
Untuk luka bakar kimia ( cairan ), bilas dengan air dalam jumlah banyak untuk
menghilangkan kinia dari kulit. Untuk luka bakar kimia ( bedak ), sikat bedak
kimia dari kulit kemudian bilas dengan air.
19 | P a g e
2. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk klien dengan
kecurigaan cedera inhalasi berikan oksigen dilembabkan 100% melalui masker 10
l/mnt. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas
darah arteri menunjukkan hiperkapnia berat meskipun dengan O2 suplemen
3. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan
volume plasma secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan
diberikanpada delapan jam pertama pasca luka bakar dan setengahnya lagi
diberikan selama 16 jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang digunakan melipuit
kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti koloid seperti albumin atau
plasma. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat dua atau tiga dengan
luas > 25 % atau lien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral
dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung
kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu :
@ cara Evans
3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai
monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
@ cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar X BB (kg) X
4cc. Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberika elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena
terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari
pertama.
20 | P a g e
4. Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar :
21 | P a g e
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Luka Bakar
1. Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
22 | P a g e
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
23 | P a g e
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
24 | P a g e
3 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
4 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
5 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
6 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada
cedera berat) atau katabolisme protein.
7 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
8 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber
informasi.
3. Perencanaan
Rencana Keperawatan
No.
Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil
25 | P a g e
dispnoe/cyanosis karbon atau merah paru dan kebutuhan
. muda. intervensi medik.
3. Auskultasi paru, 3. Obstruksi jalan
perhatikan stridor, nafas/distres pernafasan
mengi/gemericik, dapat terjadi sangat cepat
penurunan bunyi nafas, atau lambat contoh sampai
batuk rejan. 48 jam setelah terbakar.
4. Perhatikan adanya pucat 4. Dugaan adanya hipoksemia
atau warna buah ceri atau karbon monoksida.
merah pada kulit yang
cidera 5. Meningkatkan ekspansi
5. Tinggikan kepala tempat paru optimal/fungsi
tidur. Hindari pernafasan. Bila
penggunaan bantal di kepala/leher terbakar,
bawah kepala, sesuai bantal dapat menghambat
indikasi pernafasan, menyebabkan
nekrosis pada kartilago
telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur
leher.
6. Meningkatkan ekspansi
6. Dorong batuk/latihan paru, memobilisasi dan
nafas dalam dan drainase sekret.
perubahan posisi sering. 7. Membantu
7. Hisapan (bila perlu) mempertahankan jalan
pada perawatan nafas bersih, tetapi harus
ekstrem, pertahankan dilakukan kewaspadaan
teknik steril. karena edema mukosa dan
inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko infeksi.
8. Peningkatan
8. Tingkatkan istirahat sekret/penurunan
suara tetapi kaji kemampuan untuk menelan
kemampuan untuk menunjukkan peningkatan
bicara dan/atau menelan edema trakeal dan dapat
sekret oral secara mengindikasikan kebutuhan
periodik.
26 | P a g e
untuk intubasi.
9. Selidiki perubahan 9. Meskipun sering
perilaku/mental contoh berhubungan dengan nyeri,
gelisah, agitasi, kacau perubahan kesadaran
mental. dapat menunjukkan
terjadinya/memburuknya
hipoksia.
10. Awasi 24 jam 10.Perpindahan cairan atau
keseimbangan cairan, kelebihan penggantian
perhatikan cairan meningkatkan risiko
variasi/perubahan. edema paru. Catatan :
Cedera inhalasi
meningkatkan kebutuhan
cairan sebanyak 35% atau
lebih karena edema.
11. Lakukan program 11.O2 memperbaiki
kolaborasi meliputi : hipoksemia/asidosis.
- Berikan pelembab Pelembaban menurunkan
O2 melalui cara pengeringan saluran
yang tepat, contoh pernafasan dan
masker wajah menurunkan viskositas
sputum.
- wasi/gambaran seri Data dasar penting untuk
GDA pengkajian lanjut status
pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2 lebih
besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi asap
dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
- Kaji ulang seri atelektasis/edema paru tak
rontgen dapat terjadi selama 2 – 3
hari setelah terbakar
12. Berikan/bantu fisioterapi 12.Fisioterapi dada
27 | P a g e
dada/spirometri intensif. mengalirkan area
dependen paru, sementara
spirometri intensif dilakukan
untuk memperbaiki
ekspansi paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
13. Siapkan/bantu intubasi 13.Intubasi/dukungan
atau trakeostomi sesuai mekanikal dibutuhkan bila
indikasi. jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi
fungsi paru/oksegenasi.
28 | P a g e
komplikasi albumin
7. Awasi pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht, 7. Kebutuhan penggantian
elektrolit) cairan dan elektrolit
29 | P a g e
pada area luka bakar baik untuk kultur
dengan ujung jari. pertumbuhan baketri.
Berikan krim secara
menyeluruh di atas luka.
4. Beritahu dokter bila 4. Temuan-temuan ini
demam drainase purulen menadakan infeksi. Kultur
atau bau busuk dari area membantu mengidentifikasi
luka bakar, sisi donor patogen penyebab
atau balutan sisi tandur. sehingga terapi antibiotika
Dapatkan kultur luka dan yang tepat dapat
berikan antibiotika IV diresepkan. Karena balutan
sesuai ketentuan. siis tandur hanya diganti
setiap 5-10 hari, sisi ini
memberiakn media kultur
untuk pertumbuhan bakteri.
5. Tempatkan pasien pada 5. Kulit adalah lapisan
ruangan khusus dan pertama tubuh untuk
lakukan kewaspadaan pertahanan terhadap
untuk luka bakar luas infeksi. Teknik steril dan
yang mengenai area tindakan perawatan
luas tubuh. Gunakan perlindungan lain
linen tempat tidur steril, melindungi pasien terhadap
handuk dan skort untuk infeksi. Kurangnya berbagai
pasien. Gunakan skort rangsang ekstrenal dan
steril, sarung tangan dan kebebasan bergerak
penutup kepala dengan mencetuskan pasien pada
masker bila memberikan kebosanan.
perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau
televisi pada ruangan
pasien untuk
menghilangkan
kebosanan.
6. Bila riwayat imunisasi 6. Melindungi terhadap
tak adekuat, berikan tetanus.
globulin imun tetanus
manusia (hyper-tet)
30 | P a g e
sesuai pesanan.
7. Mulai rujukan pada ahli
diet, berikan protein 7. Ahli diet adalah spesialis
tinggi, diet tinggi kalori. nutrisi yang dapat
Berikan suplemen nutrisi mengevaluasi paling baik
seperti ensure atau status nutrisi pasien dan
sustacal dengan atau merencanakan diet untuk
antara makan bila emmenuhi kebuuthan
masukan makanan nutrisi penderita. Nutrisi
kurang dari 50%. adekuat memabntu
Anjurkan NPT atau penyembuhan luka dan
makanan enteral bial memenuhi kebutuhan
pasien tak dapat makan energi.
per oral.
31 | P a g e
7. Berikan tempat tidur yang
nyaman perhatian.
32 | P a g e
kebutuhan tubuh/kehilangan dan
metabolik dan keefektifan terapi.
BB stabil 3. Berikan makan dan 3. Membantu mencegah
makanan kecil sedikit distensi
dan sering. gaster/ketidaknyamanan
dan meningkatkan
pemasukan.
4. Dorong pasien untuk 4. Kalori dan protein
memandang diet diperlukan untuk
sebagai pengobatan dan mempertahankan BB,
untuk mebuat pilihan memenuhi kebutuhan
makanan/minuman metabolik, dan
tinggi kalori/protein. meningkatkan
penyembuhan.
5. Pastikan makanan yang 5. Memberikan pasien/orang
disuka/tidak disukai. terdekat raa
Dorong orang terdekat kontrol;meningkatkan
untuk membawa partisipasi dalam
makanan dari rumah, perawatan dan dapat
yang tepat. memperbaiki pemasukan.
6. Berikan kebersihan oral 6. Mulut/palatum bersih
sebelum makan. meningkatkan rasa dan
membantu nafsu makan
yang baik.
7. Lakukan pemeriksaan 7. Mengawasi terjadinya
glukosa strip jari, hiperglikemia sehubungan
klinitese/asetes sesuai dengan perubahan
indikasi. hormonal/kebutuhan atau
penggunaan
hiperalimentasi untuk
memenuhi kebutuhan
kalori.
8. Rujuk ke ahli diet/tim 8. Berguna dalam membuat
dukungan nutrisi. kebutuhan nutrisi individu
(berdasarkan berat badan
dan cedera area
permukaan tubuh) dan
33 | P a g e
mengidentifikasi nutrisi
yang tepat.
9. Indikator kebutuhan nutrisi
9. Awasi pemeriksaan dan keadekuatan diet total
laboratorium, contoh: terapi.
albumin serum,
kreatinin, transferin,
nitrogen urea urin.
34 | P a g e
6. Cuci sisi dengan sabun
ringan, cuci, dan minyaki 6. Kulit graft baru dan sisi
dengan krim, beberapa donor yang sembuh
waktu dalam sehari, memerlukan perawatan
setelah balutan dilepas khusus untuk
dan penyembuhan mempertahankan
selesai. kelenturan.
7. Lakukan program
kolaborasi : 7. Graft kulit diambil dari kulit
- Siapkan / bantu orang itu sendiri/orang lain
prosedur untuk penutupan
bedah/balutan sementara pada luka bakar
biologis. luas sampai kulit orang itu
siap ditanam.
35 | P a g e
tahap penyembuhan.
5. Kaji ulang pengobatan, 5. Pengulangan
termasuk tujuan, dosis, memungkinkan
rute dan efek samping kesempatan untuk bertanya
yang diharapkan/dapat dan meyakinkan
dilaporkan. pemahaman yang akurat.
6. Beritahu pasien/orang 6. Memberikan pandangan
terdekat tentang terhadap beberapa
kelelahan, kebosanan, masalah pasien/orang
emosi labil, masalah terdekat dapat
pengambilan keputusan. menambah/membantu
Memberikan informasi mereka menjadi waspada
tentang kemungkinan bahwa bantuan/pertolongan
diskusi/interaksi dengan tersedia bila perlu.
penasehat profesiaonal
yang tepat.
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5. Evaluasi
1. DX 1 : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis
2. DX 2 : Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam
batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
3. DX 3 : Tidak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
4. DX 4 : menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks.
5. DX 5 : Warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat
diraba.
6. DX 6 : Masukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan BB
stabil
7. DX 7 : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
36 | P a g e
8. DX 8 : Pasien menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan
37 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya
luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka.
Kedalaman luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka bakar
derajat 2, dan luka bakar derajat 3. berat luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan,
sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung dengan berdasarkan rumus rule of nine
dari wallace.
B. Saran
Luka bakar (cambustio) dapat disebabkan oleh benda-benda yang menghasilkan
panas misalnya api, cairan panas, listrik, dll. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati jika
brdekatan dengan bahan-bahan tersebut , karena luka bakar ini menjadi penyebab
kematian terbesar terutama pada anak dan lansia, setelah kecelakaan.
38 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku
39 | P a g e
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
Jakarta.
40 | P a g e