Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tujuan setiap agama adalah membatasi manusia dalam berlaku, berkata dan berpikir
untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupan manusia secara rohaniah. Dalam agama
Hindu adalah Moksa dan Jagat Hita yaitu kesejahteraan sekala dan niskala, maka dalam
mengejar kesejahteraan sekala niskala ini, mau tidak mau kita dihadapkan pada teknologi.

Agama Hindu menerima teknologi secara selektif, sepanjang tidak bertentangan


dengan nilai-nilai agama Hindu, begitupun dengan agama-agama lainnya. Bahwa teknologi
itu, hanya sebagai sarana penopang/ penunjang untuk mencapai hakekat daripada tujuan
hidup beragama di dalam pelaksanaan upacara/ upakara agama. Di dalam kehidupan sebagai
manusia beragama, teknologi berpengaruh di dalam mencapai kesejahteraan hidup dan
kehidupan.

Namun dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi, kini banyak teknologi-


teknologi yang mampu menciptakan atau membuat bermacam-macam produk hasil teknologi
tersebut yang mungkin dipandangnya lebih berkualitas. Di antara produk teknologi mutakhir
adalah dibidang biologi, yaitu salah satunya adalah bayi tabung.

Yang dimaksud dengan bayi tabung (Test tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan
melalui proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan
bantuan ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan, bayi tabung karena benih laki-laki
yang diambil dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung.

Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini
terjadi karena keinginan pasangan suami – istri yang tidak bisa memiliki keturunan secara
alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Atau juga menolong pasangan suami
– istri yang memiliki penyakit atau kelainan yang menyebabkan kemungkinan untuk tidak

1
memperoleh keturunan. Bagaimanapun anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri.
Tapi faktanya, tak semua pasutri dapat dengan mudah memperoleh keturunan. Data
menunjukkan 11-15% pasutri usia subur mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan,
baik karena kurang subur (subfertil) atau tidak subur (infertil).

Bayi tabung yang dilakukan untuk menolong pasangan yang mandul, untuk
mengembang biakan manusia secara cepat, untuk menciptakan manusia jenius, ideal sesuai
dengan keinginan, sebagai alternative bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau
menikah dan untuk percobaan ilmiah.

Pada dasarnya orang- orang memuji dengan kemajuan dibidang teknologi tersebut,
namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil teknologi itu dibenarkan
menurut hukum agama.

Oleh karena hal tersebut di atas, untuk mengetahui lebih banyak tentang Bayi Tabung
dan bagaimana menurut agama tentang Bayi Tabung tersebut, maka kami akan mencoba
menggali, mengkaji, dan memaparkan makalah yang berjudul “Bayi Tabung dalam
Pandangan Agama”.

2
1.2. RUMUSAN MASALAH

 Apa bayi tabung itu ?

 Mengapa harus dilakukan proses bayi tabung?

 Apa keuntungan dan kelemahan dari bayi tabung?

 Bagaimana hukum bayi tabung dalam pandangan


agama?

3
1.3. TUJUAN PENULISAN

 Mengetahui tentang bayi tabung .

 Mengetahui tentang hukum bayi tabung dalam


pandangan agama.

 Mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap


bayi tabung.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BAYI TABUNG


Yang dimaksud dengan Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma
diluar tubuh wanita. Sering disebut “in vitro vertilzation”. In into berasal dari bahasa latin
yang berarti gelas /tabung gelas, dan vertilization barasal dari bahasa inggris yang berarti
pembuahan. Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya (pertemuan sel telur dan sperma)
yang dilakukan dalam sebuah tabung yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa di
laboratorium. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan
aslinya.
  Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan
ovum (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya sel telur dari kandung telur) terdapat
sel-sel yang masak maka sel telur itu di ambil dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan
pada perut, kemudian di taruh dalam suatu tabung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang
di beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut bercampur
(zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi. Zygote berkembang menjadi morulla lalu
dinidasikan ke dalam rahim seorang wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil..

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
fertilisasi – in – vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : fertilisasi – in – vitro adalah
pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung Petri yang dilakukan oleh petugas
medis. Bayi tabung pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik
menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun
1970. Awal berkembangnya bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma
bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan
nitrogen pada tempratur – 321 derajat Fahrenheit.

5
Metode bayi tabung diterapkan pertama kalinya pada tanggal 26 Juli 1978 lewat
kelahiran seorang bayi asal Inggris bernama louise Brown, di RS Distrik Oldham,
Manchester. Proses metode bayi tabung dilakukan oleh DR. Patrick Steptoe ini dilakukan
tujuh bulan sebelum Louise lahir, tepatnya bulan November 1977, dengan cara memasukan
embrio ke rahim Lesley Brown. Sejak saat itu, teknologi reproduksi yang dikenal dengan
istilah In Vitro Fertilization ( IVF ) ini menjadi awal perkembangan teknologi kedokteran
yang berkaitan dengan pembuahan buatan. Di Indonesia, IVF pertama kali diterapkan di RS
Anak – Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta pada 1987. Teknik yang kini disebut IVF
konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei
1988.

6
2.2. PROSES BAYI TABUNG

Prosesnya mula – mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laporoskopi
dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel
telur yang diambil, dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang
suasananya dibuat persis seperti didalam rahim.
Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung
sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokkan ke dalam rahim wanita tersebut.
Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh dalam rahim wanita. Setelah itu kehamilan
akan dialami wanita dan perkembangannya akan berlangsung seperti biasa.
Proses Bayi Tabung . Dalam melakukan Fertilisasi-in-vitro transfer embrio dilakukan
dalam tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :

1. Isteri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur
mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru
dihentikan setelah sel – sel telurnya matang.

2. Pematangan sel – sel telur di pantau setiap hari melalui pemeriksaan darah isteri dan
pemeriksaan ultrasonografi.

3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum ( pungsi ) melalui vagina dengan
tuntunan ultrasonografi.

4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sperma
suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.

5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan
di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18 – 20 jam kemudian dan kemudian
keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.

6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian diimplantasikan ke
dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.

7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi,
dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan
dengan pemeriksaan ultrasonografi.

7
Bayi tabung di dalam rahim ada 2 cara dan di luar rahim ada 5 cara. Ketujuh cara atau macam
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan pada tempat yang sesuai dalam rahim
sang istri sehingga sperma itu akan bertemu dengan sel telur yang dipancarkan sang
istri dan berproses dengan cara yang alami sebagaimana dalam hubungan suami istri.
Kemudian setelah pembuahan itu terjadi, dia akan menempel pada rahim sang istri.
Cara ini ditempuh, jika sang suami memiliki problem sehingga spermanya tidak bisa
sampai pada tempat yang sesuai dalam rahim. Ini adalah merupakan cara yang
diperbolehkan menurut syariat dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan
umum yang disebutkan di atas. Ini dilakukan setelah dipastikan bahwa sang istri
memerlukan proses ini supaya bisa hamil.
2. Sperma seorang suami dan sel telur istrinya, diambil lalu diletakkan pada sebuah
tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya dalam tabung tersebut.
Kemudian pada saat yang tepat, sperma dan sel telur yang sudah berproses itu (zigote)
dipindahkan ke rahim sang istri, pemilik sel telur, supaya bisa berkembang
sebagaimana layaknya janin-janin yang lain. Ketika masa mengandung sudah
berakhir, sang istri akan melahirkannya sebagai seorang anak biasa, laki ataupun
wanita. Inilah bayi tabung yang telah dihasilkan oleh penemuan ilmiah. Proses
melahirkan seperti ini telah menghasilkan banyak anak, baik laki maupun perempuan
atau bahkan ada yang lahir kembar. Berita keberhasilan ini telah tersebar melalui
berbagai media massa. Cara ini ditempuh ketika sang istri mengalami masalah pada
saluran sel telurnya. Hukum cara ini adalah boleh menurut tinjauan agama, ketika
sangat terpaksa, dengan tetap menjaga ketentuan-ketentuan umum yang di atas sudah
terpenuhi.

Pada dua cara yang diperbolehkan ini, majelis agama menetapkan bahwa nasib si anak
dihubungkan ke pasangan suami istri pemilik sperma dan sel telur, kemudian diikuti dengan
hak waris serta hak-hak lainnya sebagaimana pada penetapan nasab. Ketika nasab ditetapkan
pada pasangan suami istri, maka hak waris serta hak-hak lainnya juga ditetapkan antara si
anak dengan orang yang memiliki hubungan nasab dengannya.

3. Sperma seorang lelaki diambil lalu diinjeksikan pada rahim istri orang lain sehingga
terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel pada dinding

8
rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang suami mandul,
sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.
4. Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara sperma yang diambil dari
seorang suami dan sel telur yang diambil dari sel telur wanita lain yang bukan
istrinya, dikenal dengan sebutan donatur. Kemudian setelah terjadi pembuahan baru
dimasukkan ke rahim istri pemilik sperma. Cara ini dilakukan ketika sel telur sang
istri terhalang atau tidak berfungsi, akan tetapi rahimnya masih bisa berfungsi untuk
tempat perkembangan janin.

5. Pembuahan di luar yang diproses pada tabung-tabung antara sperma laki-laki dan sel
telur dari wanita bukan istrinya. Kemudian setelah pembuahan terjadi, baru ditanam
pada rahim wanita lain yang sudah berkeluarga. Cara ini dilakukan ketika ada
pasangan suami-istri yang sama-sama mandul, tetapi ingin punya anak; sedangkan
rahim sang istri masih bisa berfungsi sebagai tempat pertumbuhan janin.

6. Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara dua benih pasangan suami istri.
Kemudian setelah pembuahan itu berhasil, baru ditanamkan pada rahim wanita lain
(bukan istrinya) yang bersedia mengandung janin pasangan suami istri tersebut. Cara
ini dilakukan ketika sang istri tidak mampu mengandung, karena ada kelainan pada
rahimnya, sementara organnya masih mampu memproduksi sel telur dengan baik.
Cara ini juga ditempuh ketika sang istri tidak mau hamil dengan berbagai alasan.
Maka dia meminta atau menyewa wanita lain untuk mengandung bayinya.

7. Sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, lalu setelah mengalami proses
pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke dalam rahim
istri lain (kedua misalnya) dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan
kesediaannya untuk mengandung janin madunya yang (misalnya) telah diangkat
rahimnya.

Pandangan agama terhadap macam ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh,
baik yang pembuahannya di dalam ataupun di luar rahim merupakan cara-cara yang
diharamkan dalam agama, tidak ada alasan untuk memperbolehkan walaupun salah satu
diantaranya. Karena kedua benih, sperma dan sel telur dalam proses tersebut tidak berasal
dari satu pasangan suami istri atau karena wanita yang menyatakan kesediaannya untuk
mengandung janin tersebut adalah wanita orang lain.

9
2.3. UNTUNG DAN RUGINYA BAYI TABUNG
Proses Bayi Tabung dilakukan untuk menolong pasangan suami – isteri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan Tuba Falopi isterinya mengalami
kerusakan yang permanen.
Menurut Drs. Muhammad Djumhana, S.H. Bayi Tabung pada suatu pihak merupakan
hikmah. Dapat membantu pasangan suami – isteri yang subur tetapi karena suatu gangguan
pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak.
Keuntungan dari proses Bayi Tabung yaitu memberikan peluang kehamilan bagi
pasutri yang sebelumnya menjalani pengobatan infertilitas biasa namun tidak pernah
membuahkan hasil dan untuk mempermudah melakukan pembuahan kepada pasangan suami
– isteri yang memiliki kesulitan untuk itu. Serta dapat memberikan keturunan yang
merupakan genetik dari suami dan isteri tersebut.
Kerugiannya sendiri adalah mendapat pandangan yang tidak etis apabila bahan
pembuahan tersebut diambil dari orang yang sudah meninggal. Selain program ini tingkat
keberhasilannya belum mencapai 100% juga rentang waktu untuk mengikuti program ini
cukup lama dan memerlukan biaya yang mahal, berkisar antara 35 juta rupiah-40 juta rupiah.
Satu hal lagi, program ini sering kali tidak bisa sekali jadi, sehinga perlu diulang.

10
2.4. HAL-HAL YANG MUNCUL BERKAITAN DENGAN
BAYI TABUNG BESERTA PANDANGAN AGAMA

Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi
yang canggih, maka teknologi bayi tabung juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi
bayi tabung ini ditangani oleh orang-orang yang kurang beriman dan bertaqwa,
dikhawatirkan dapat merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa, serta akibat-akibat
yang negatif lainnya yang tidak terbayangkan oleh kita sekarang ini. Sebab apa yang bisa
dihasilkan dengan teknologi, belum tentu bisa diterima dengan baik menurut agama, etika,
dan hukum yang hidup di masyarakat. Kemunculan bayi tabung telah memunculkan hal-hal
sebagai berikut :

a. Rahim Pinjaman/Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak


Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke
dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain.
Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk
mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan
banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita
yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami-stri
bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang
sehat dan baik. Praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga
kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu menolak
uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan. Hal ini terbukti dengan misalnya
timbulnya kasus bayi tabung di Amerika Serikat, di mana ibu titipannya bernama
Mary Beth Whitehead dimejahijaukan, karena tidak mau menyerahkan bayinya
kepada keluarga William Stern sesuai dengan kontrak. Dan setelah melalui proses
peradilan yang cukup lama, akhirnya Mahkamah Agung memutuskan, keluarga Mary
harus menyerahkan bayi tabungnya kepada keluarga William sesuai dengan kontrak
yang dianggap sah menurut hukum di sana.

b. Seleksi Jenis Kelamin

11
Dalam proses bayi tabung jenis kelaminnya dapat dipilih sesuai keinginan kita
dan secara teknis dapat dilakukan. Misalnya pada pembuatan bayi tabung dilakukan
pemisahan kromosom X dan Y, baru kemudian dilakukan pembuahan in vitro sesuai
dengan jenis kelamin yang diinginkan. Dalam agama hal ini jelas tidak diperbolehkan.
Selain menyalahi keinginan yang Maha Pencipta, pemilihan jenis kelamin tentu akan
mengganggu keseimbangan dan keharmonisan komunitas.

c. Pembunuhan Janin Bayi Tabung


Perkembangan biologi molekuler kedokteran saat ini juga memungkinkan
dilakukan diagnosis awal apakah ada kelainan pada bakal janin. Diagnosis biasanya
dilakukan pada stadium kedelapan sel. Salah satu dari delapan sel diambil dan
kemudian dianalisa apakah ada kelainan genetik atau tidak. Dari segi etika hal ini
tidak masalah, tapi melihat risikonya yang cukup besar, mungkin perlu
dipertimbangkan. Dengan mengambil satu sel berisiko  karena bisa menyebabkan
cacat bahkan kematian. Sedangkan pemeriksaan janin yang telah ditanam rahim
melalui intrauterin, bila masih dini dan yakin bahwa ada kelainan  genetik atau
penyakit yang membahayakan serta belum ada obatnya, dalam islam tidak apa-apa
digugurkan. Tapi kalau dalam katolik jelas dilarang. Tapi menurut pihak medis pada
pembuatan bayi tabung hal ini malah baik dilakukan, sehingga benar-benar dipilih
yang gen-nya baik baru ditanam.

d. Menjamurnya Bank Sperma atau ovum

Inilah salah satu efek negatif yang muncul dari bayi tabung. Bila sebelum-
belum kita hanya tahu bank untuk uang saja maka sekarang tersedia bank sperma.
Dengan adanya bank ini, pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari
bank-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga
yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang nobel di bidang
kedokteran, matematika, dll. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik
bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya
seolah-olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara
itu bank-bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Perempuan yang ingin
mempunyai anak namun tak memiliki suami bisa memilih sperma di bank sperma

12
dengan banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan mutu intelektual dari
pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada
wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

e. Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau Legalitas Bayi Tabung
Bayi yang benihnya berasal dari suami-istri namun dikandung dan dilahirkan
oleh wanita sewaan dapat menimbulkan persoalan siapakah orang tua bayi itu. Bisa
dikatakan bahwa bayi orang tua itu adalah pasangan yang memilki benih tadi. Tetapi
wanita sewaan juga telah menyumbangkan darah dan dagingnya selama mengandung
bayi tersebut. Sudah pernah terjadi bahwa seorang wanita sewaan tidak mau
mengembalikan bayi yang telah dikandung dan dilahirkannya. Orang tua bayi tersebut
menuntut di pengadilan, namun hukum yang dipakai untuk menyelesaikan masalah
tersebut belum dibuat.
Kalau benih diambil dari seorang donor, maka timbul persoalan juga tentang
siapakah orang tua bayi itu. Secara biologis orang tua bayi itu adalah donor yang telah
memberikan benihnya, tetapi secara legal, orang tua anak itu adalah orang tua yang
menerima dan membesarkannya dalam keluarga. Mana yang disebut orang tua?
Orang tua biologis atau orang tua legal. Sebelum ada teknik bayi tabung, maka orang
tua biologis adalah orang tua legal.

f. Single parent yang Ingin memiki Anak.


Wanita bisa mempunyai anak lewat bayi tabung. Sekalipun bibitnya berasal dari laki-
laki, tapi itu diperoleh berdasarkan hubungan dagang. Wanita membeli bibit itu dari
satu warung yang menjual bibit. Untuk laki-laki misalnya bila ingin mempunyai anak
cukup membeli bibit yang berasal dari wanita di warung sama lalu mencampurnya di
satu mesin macam incubator. Single parent lewat proses ini yang mungkin perlu
dikhwatirkan. Apakah anak-anak yang lahir dari prose mekanik semacam ini nanti
tidak seperti robot. Memilki otak cerdas dan perkasa, tapi tak punya perasaan.

Masalah bayi tabung telah banyak dibicarakan, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat internasional. Misalnya Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamarnya tahun
1980 mengharamkan bayi tabung dengan donor sperma. Lembaga Fiqh Islam OKI
(Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di Amman pada tahun 1986 untuk
membahas beberapa teknik bayi tabung, dan mengharamkan bayi tabung dengan sperma

13
dan/atau ovum donor. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan
buatan, bayi tabung, ibu titipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak
bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Kemudian Kartono Muhammad, Ketua
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memberi informasi, bayi tabung pertama Indonesia yang
diharapkan lahir di Indonesia sekitar bulan Mei yang akan datang ditangani oleh dokter-
dokter Indonesia sendiri. Ia mengharapkan agar masyarakat Indonesia bisa memahami dan
menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri.

Dalam pandangan agama Islam bayi tabung apabila dilakukan dengan sel sperma dan
ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk
istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam membenarkan, baik
dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus
istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized
ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan
benar-benar memerlukan cara bayi tabung untuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum
Fiqih Islam “Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal
terlarang”. Sebaliknya, kalau dilakukan dengan bantuan donor sperma dan atau ovum, maka
diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya,
anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya.

Dalam pandangan agama Budha jika seseorang wanita tidak mampu untuk
mengandung dengan cara normal, dan jika ia sangat ingin memiliki seorang bayi dengan
menggunakan metode kesehatan modern, tidak ada bagian dalam ajaran agama budha yang
menyatakan bahwa hal tersebut tidak bermoral atau tidak religious. Agama harus
memberikan penghargaan tingkat inteligensi manusia dan untuk menerima penemuan-
penemuan medis baru jika penemuan tersebut tidak berbahaya dan bermanfaat bagi umat
manusia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selama kondisinya benar, pembuahan
dapat dibenarkan untuk terjadi, baik secara alami maupun buatan.

Dalam pandangan agama Hindu tentu disalahkan adanya bayi tabung apabila
mengambil sperma atau ovum dari orang lain, menyewa rahim orang lain dan dalam proses

14
pembuatannya pihak perempuan belum menikah atau tanpa kehadiran ayahnya karena
nantinya akan berakibat fatal pada psikologis sang anak. Pada akhirnya kerinduan untuk
menghasilkan anak suputra akan jauh dari target. Dewi Sakuntala dan Dewi Sita (yang nota
bene sudah tahu siapa ayah kandung putra mereka) saja masih menghadapi cercaan yang
banyak sebagai akibat kesendirianya, bagaimana dengan perempuan yang belum bersuami
tapi melahirkan anak?
Bagaimana pun dalam ajaran Hindu, terdapat tahapan grahasta, yang memberikan
tempat yang sangat penting kepada kehidupan berumah tangga. Rumah tangga itu tetap
artinya dimulai dari seorang (calon) ayah dan seorang (calon) ibu. Perkawinan tujuannya
adalah untuk menerukan keturunan (melahirkan putra yang artinya dia yang membayar
hutang orang tuanya). Jadi proses bayi tabung itu tidak boleh dilakukan bila pihak perempuan
tersebut belum menikah dan mengambil sperma yang bukan suaminya, atau menyewa rahim
oaring lain. Proses ini hanya boleh dilakukan oleh suami istri yang terikat perkawinan secara
sah.

Dalam pandangan agama Kristen tak berbeda jauh dengan agama lainnya. Bayi
tabung tidak diperbolehkan bila pihak perempuan belum menikah dan membeli sperma di
bank sperma ataupun menyewa rahim orang lain. Hal ini hanya boleh dilakukan oleh suami
istri yang terikat perkawinan secara sah.

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai


kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan
sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati
martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya bayi tabung
dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar
dengan hewan yang diinseminasi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Proses bayi tabung memiliki dampak positif dan negatif bagi manusia.

2. Perkembangan Bayi Tabung dapat memberikan solusi dalam membantu pasangan –


pasangan yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan.

3. Bayi tabung dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak di transfer
embrionya ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan) diperbolehkan oleh agama jika
keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada
hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-main). Dan status anak hasil
macam ini sah menurut agama.

4. Bayi tabung dengan sperma dan atau ovum donor diharamkan (dilarang keras).
Hukumnya sama dengan zina dan anak yang lahir dari hasil macam ini / bayi tabung
ini statusnya sama dengan anak yang lahir di luar perkawinan yang sah.

5. Bayi tabung tanpa ikatan perkawinan bukanlah suatu cara untuk mendapatkan
keluarga yang bahagia. Hal ini akan menimbulkan pelecehan dari masyarakat.

6. Pada dasarnya semua agama beranggapan sama seperti 5 kesimpulan di atas. Se;mua
agama menghargai akan kemajuan teknologi ini, namun alangkah baiknya bila
teknologi ini sesuai dengan ajaran agama. Bagaimana pun seleksi kelamin,
mengkomersilkan sperma di bank sperma, wanita sewaan, single parent yang ingin

16
punya anak tidak diperbolehkan. Dalam pandangan agama hal ini seolah-olah
menyalahi kehendak Tuhan.

3.2. SARAN
Perlu memperhatikan masalah pandangan hukum dan agama dalam proses bayi tabung:

1. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Bank Nuthfah / Sperma dan Bank
Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral, serta
merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasi tanpa perlu
adanya perkawinan.

2. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung


dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam
rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga melarang keras
dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa yang melakukan
inseminasi buatan pada manusia dengan sperma dan/atau ovum donor.

17
DAFTAR PUSTAKA

Webcerdas.blogspot.com

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.

http://www.majalah-farmacia.com

http://qurandansunnah.wordpress.com/

http://www.iloveblue.com

18

Anda mungkin juga menyukai