Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA KESEHATAN

INTRAUTERIN INSEMINATION

Oleh :

1. Eva Agustin
151530100

2. Fitriyah
15153010049

3. Fitriyani 15153010050

4. Hilyatus Sakinah 15153010051

5. Ira Farizanty D.R 15153010052

6. Istaadah 15153010053

7. Jamila Innashofa 15153010054

PRODI DIV KEBIDANAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

2015
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan
untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan. Salah satunya adalah kesulitan
mempunyai anak dengan berbagai faktor.Tetapi terkadang kecanggihan teknologi
mempengaruhi etika-etika terhadap islam. Kemungkinan kehamilan dipengaruhi
oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin muda usia makin baik
hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah
embrio yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang
dipindahkan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi
kemungkinan terjadinya kehamilan multipel dengan masalah yang berhubungan
dengan kelahiran prematur juga lebih besar. Pengertian mandul bagi wanita ialah
tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak
mampu menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel
spermatozoa sama sekali.
Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual
yang normal. Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian
mengalami gangguan fungsi seksual sebagai akibat hambatan psikis karena
menyadari kekurangan yang dialaminya.
Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk menyebut pasangan
suami istri yang belum mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal
pasangan suami istri yang belum mempunyai anak setelah lama menikah tidak
selalu mengalami kemandulan. Yang lebih banyak terjadi adalah pasangan yang
infertil atau pasangan yang tidak subur.Tulisan tentang bayi tabung ini
dimaksudkan agr masyarakat terutama dari kalangan agama memberikan
tanggapan dan masukan tentang proyek/tim pengembangan Bayi tabung
Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung.Sebagai akibat dari
kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi yang
canggih,maka teknologi bayi tabung juga maju dengan pesat,sehingga kalau
teknologi bayi tabung ini ditanagani oleh orang-orang yang kurang beriman dan
bertaqwa,dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia,bias merusak
nilai-nilai agama,moral,dan budaya bangsa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Inseminasi buatan?
2. Apa Macam-macam Proses Bayi Tabung?
3. Apa Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi
Tabung)?
4. Bagaimana Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal, Etik dan
HAM ?
5. Apa Pandangan Agama Terhadap Inseminasi Bayi Tabung?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Inseminasi buatan
2. Untuk mengetahui tentang Latar Belakang Inseminasi Buatan atau Bayi
Tabung
3. Untuk mengetahui tentang Macam-macam Proses Bayi Tabung
4. Untuk mengetahui tentang Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap
Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)
5. Untuk mengetahui tentang Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis,
Legal,Etik dan HAM
6. Untuk mengetahui tentang Pandangan Agama Terhadap Inseminasi Bayi
Tabung

1.4.Manfaat
1. Bagi mahasiswa untuk memahami etika dan hukum kesehatan terutama
mengenai inseminasi bayi tabung
2. Bagi masyarakat sebagai masukan dan informasi mengenai inseminasi bayi
tabung.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Inseminasi Buatan


Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah inggris artificial
insemination. Dalam bahasa arab di sebut yang berasal dari kata -
yang artinya mempertemukan / mengawinkan. Dalam bahasa Indonesia
ada yang menyebut pemanian buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan
buatan.
Inseminasi buatan atau bayi tabung ialah upaya pembuahan yang
dilakukan dengan cara mempertemukan sperma dan ovum tidak melalui
hubungan langsung (bersenggama). Hal ini dilakukan melalui proses
pembuahan sperma dan sel telur (Fertilisasi) di dalam gelas (in vitro, latin)
atau dengan kata lain ikhtiar mempertemukan sel telur (ovum) dengan
sperma di luar kandungan, kemudian dimasukkan lagi ke rahim setelah
pembuahan terjadi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh keturunan yang diharapkan,
maksudnya, dengan cara inseminasi buatan atau bayi tabung itu si pasien
mendapatkan anak sesuai dengan keinginannya.

2.2. Latar Belakang Inseminasi Buatan atau Bayi Tabung


Dalam dunia kedokteran sistem inseminasi buatan atau bayi tabung
ini bukan merupakan hal yang baru. Bangsa Arab telah mempraktekan sistem
ini pada abad 14 dalam upaya mengembangbiakan peternakan kuda dan
mulai dikenal di dunia Barat pada akhir abad ke-18. John Hanter adalah
dokter pertama dari Inggris yang merekayasa sistem ini tahun 1899 M, yaitu
dengan experimen pada sepasang suami isteri.
Pada tahun 1978 di Inggris, dokter Step Toe berhasil melakukan
inseminasi ini pada pasangan tuan dan nyonya Brown. Pada tahun 1918 M di
Perancis terjadi inseminasi buatan atau bayi tabung dengan benih selain dari
suami isteri. Kemudian muncul bank-bank sperma untuk mendukung
penemuan baru tersebut. Yang menjadi persoalan dalam praktek inseminasi
buatan/ bayi tabung ini bukan prosesnya itu sendiri, tapi sperma siapa yang
digunakan, dan sel telur siapa yang dibuahi. Karena itu praktek inseminasi
buatan ini ditinjau dari aspek subyeknya (Pasien) adalah sebagai berikut :
1. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang
dimasukkan kedalam rahim isterinya sendiri.
2. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang
dimasukkan ke dalam rahim selain isterinya. Atau disebut juga sewa
rahim.
3. Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari
bukan suami/isteri. Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma yang
dibekukan dari suaminya yang sudah meninggal.

2.3. Langkah-langkah Bayi Tabung


Sebelum menjalani program bayi tabung, di Brawijaya Fertility
Centre, pasutri akan mendapat penjelasan proses, kemudian menjalani
pemeriksaan awal apakah memenuhi syarat yang akan diputuskan dalam
rapat tim ahli. Secara umum proses bayi tabung terdiri dari 8 tahap :
1. Pemeriksaan USG, hormon, saluran telur dan sperma
2. Penyuntikan obat penekan hormon
3. Penyuntikan obat untuk membesarkan sel telur
4. Pengambilan sel telur
5. Pembuahan
6. Pengembangan embrio
7. Penanaman embrio
8. Menunggu hasil
Waktu yang diperlukan dalam menjalani bayi tabung 4 hingga 6
minggu, sebagi berikut: Embrio yang ditanamkan dalam proses bayi
tabung adalah 2 - 3 embrio stadium 6-8 sel akan ditanam ke dalam
rahim. Menurut sejumlah ahli, inseminasi buatan atau bayi tabung secara
garis besar dibagi menjadi dua :
1. Pertama : Pembuahan di dalam rahim. Dilakukan dengan dua cara yaitu :
Cara pertama: Sperma laki-laki diambil, kemudian disuntikan pada
tempat yang sesuai dalam rahim sang istri sehingga sperma tersebut akan
bertemu dengan sel telur istri kemudian terjadi pembuahan yang akan
menyebabkan kehamilan. Cara seperti ini dibolehkan oleh Syareah,
karena tidak terjadi pencampuran nasab dan ini seperti kehamilan dari
hubungan seks antara suami dan istri.
Cara kedua : Sperma seorang laki-laki diambi, kemudian
disuntikan pada rahim istri orang lain, atau wanita lain, sehingga terjadi
pembuahan dan kehamilan. Cara sperti ini hukum haram, karena akan
terjadi percampuran nasab, halini sebagaimana seorang laki-laki yang
berzina dengan wanita lain yang menyebabkan wanita tersebut hamil.
2. Kedua : Pembuahan di luar rahim.
Cara pertama: Sperma suami dan sel telur istrinya diambil
dan dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan.
Setelah dirasa cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke
dalam rahim istrinya yang memiliki sel telur tersebut Hasil
pembuahan tadi akan berkembang di dalam rahim istri tersebut,
sebagaimana orang yang hamil kemudian melahirkan anak yang
dikandungnya. Bayi tabung dengan proses seperti di atas hukumnya
boleh, karena tidak ada percampuran nasab.
Cara kedua : Sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel
telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung
dengan tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan
tadi dimasukkan ke dalam rahim istri laki-laki tadi. Bayi tabung
dengan cara seperti ini jelas diharamkan dalam Islam, karena akan
menyebabkan tercampurnya nasab.
Cara ketiga : Sperma seorang laki-laki dicampur dengan sel
telur seorang wanita yang bukan istrinya ke dalam satu tabung
dengan tujuan terjadinya pembuahan. Setelah itu, hasil pembuahan
tadi dimasukkan ke dalam rahim wanita yang sudah berkeluarga. Ini
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak
mempunyai anak, tetapi rahimnya masih bia berfungsi. Bayi tabung
dengan proses seperti ini jelas dilarang dalam Islam.
Cara keempat : Sperma suami dan sel telur istrinya diambil
dan dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi pembuahan.
Setelah dirasa cukup, maka hasil pembuahan tadi dipindahkan ke
dalam rahim seorang wanita lain. Ini jelas hukumnya haram.
Sebagian orang menamakannya Menyewa Rahim .
Cara kelima : Sperma suami dan sel telur istrinya yang
pertama diambil dan dikumpulkan dalam sebuah tabung agar terjadi
pembuahan. Setelah dirasa cukup, maka hasil pembuahan tadi
dipindahkan ke dalam rahim istri kedua dari laki-laki pemilik
sperma tersebut. Walaupun istrinya pertama yang mempunyai sel
telur telah rela dengan hal tersebut, tetap saja bayi tabung dengan
proses semacam ini haram, hal itu dikarenakan tiga hal :
a. Karena bisa saja istri kedua yang dititipi sel telur yang sudah dibuahi
tersebut hamil dari hasil hubungan seks dengan suaminya, sehingga
bisa dimungkinkan bayi yang ada di dalam kandungannya kembar,
dan ketika keduanya lahir tidak bisa dibedakan antara keduanya,
tentunya ini akan menyebabkan percampuran nasab yang dilarang
dalam Islam.
b. Seandainya tidak terjadi bayi kembar, tetapi bisa saja sel telur dari
istri pertama mati di dalam rahim istri yang kedua, dan pada saat yang
sama istri kedua tersebut hamil dari hubungan seks dengan suaminya,
sehingga ketika lahir, bayi tersebut tidak diketahui apakah dari istri
yang pertama atau istri kedua. Anggap saja kita mengetahui bahwa sel
telur dari istri pertama yang sudah dibuahi tadi menjadi bayi dan lahir
dari rahim istri kedua, maka masih saja hal tersebut meninggalkan
problem, yaitu siapakah sebenarnya ibu dari bayi tersebut, yang
mempunyai sel telur yang sudah dibuahi ataukah yang
melahirkannya ? Tentunya pertanyaan ini membutuhkan jawaban.

2.4. Macam-macam Proses Bayi Tabung


1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri
dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat
dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada
kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.
Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai
hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.
Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka
bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari
kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
2. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa
dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan
kesehatan atau alasan alasan lain. Dalam kasus ini, maka
diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung
anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini
ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan
semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya
meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa
memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya
kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya
belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus
bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak
uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri
mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak
mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang
mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk
unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan
yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan
identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya
untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah
pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah
didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
4. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank
bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari
bank bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih benih
itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang
pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek
bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank
sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah olah
benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non komersial.
Sementara itu bank bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat.
Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu
dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu
intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan
tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa
atau siapapun.

2.5. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan


1. Jika benihnya berasal dari suami istri
Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam
rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis
mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari
pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain
yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah
dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam
hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan
tes DNA.
2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan
tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di
dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan
ke dalam rahim istri. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim
wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan
anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU
No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
3. Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak
terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim
seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir
mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena
dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang
sah.
4. Undang-Undang Bayi Tabung
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal
16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi :
Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan
sebagai upaya terakhir untuk membantu uami istri
mendapat keturunan
Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah,
dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu
berasal
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu
c. Ada sarana kesehatan tertentu

Ayat 3
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar
cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditentukan dengan P.P

2.6 Pandangan Agama Terhadap Inseminasi Bayi Tabung


Manusia sebagai makhluk yang memiliki naluri untuk melangsungkan
hidupnnya didunia ini, salah satu dari sifat insaniahnya itu ialah melanjutkan
keturunannya sebagai pewaris peradapannya. Sebagia upaya manusia untuk
memperoleh keturunan tersebut maka Tuhan memberikan aturan serta batasan-
batasan yang akan membawa manusia kedalam kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Nikah istibdha tidak dilakukan pada orang sembarangan, tapi pada orang-
orang tertentu yang mempunyai kedudukan terhormat, seperti kepala suku, para
bangsawan, dll. Inilah yang dimaksud kontrak rahim yang akan menjadi
permasalahan dalam inseminasi buatan atau bayi tabung.
Yang menjadi persoalan dalam praktek inseminasi buatan atau bayi
tabung ini bukan proses itu sendiri, tapi sperma sipa yang digunakan, dan sel telur
siapa yang dibuahi. Karena itu praktek insiminasi buatan ini ditinjau dari aspek
subyeknya (pasien) adalah sebagai berikut :
1. Inseminasi buatan atau bayi tabung dari sperma dan ovum suami istri yang di
masukkan kedalam istrinya sendiri.
Para ulama dalam menyelesaikan masalah bayi tabung memberikan
beberapa alternatif hukum disesuaikan dengan praktik ini dibolehkan. Sebab
hal itu termasuk kategori ikhtiar yang sesungguhnya ia lakukan perbuatan itu
tidak lain karena ingin mendapatkan keturunan anak yang baik. Pernikahan
seperti ini disebut pernikahan istibdha.
2. Inseminasi atau bayi tabung dari sperma dan ovum suami istrio yang
dimasukkan kedalam rahim selain istrinya.
Praktek diatas dikenal dengan istilah Sewa Rahim. Dalam hal
ini para ulama telah sepakat menarik hukumnya haram sebagaimana
pendapat Syekh Jad Al-Haq Ali Zad Al-Haq, Shekh Al-Azhar bahwa hal
tersebut hukumnya haram, karena akan menimbulkan
percasmpuradukkan nasab dan akibat-akibat hokum yang pelik.
Argumen yang dikemukakan para ulama antara lain :
Oleh Dr. Jurnalis Udin : Memasukkan Benih Kedalam Rahim
Wanita Lain sama dengan bersetubuh dengan wanita itu.
Qaidah usul mengatakan kontrak rahim termasuk meletakkan sperma
pada sebuah rahim yang tidak halal baginya. Sedangkan perempuan
yang rahimnya dikontrakkan jelas bukan istrinya. Sperma dari siapapun
kecuali sperma suaminya, haram dimasukkan kedalam rahimnya.
Dalam surat Al-Maarij ayat 31 : barang siapa yang menghendaki
selain yang demikian itu maka mereka itu adalah orang-orang yang
melewati batas.
3. Inseminasio buatan atau bayi tabung dengan sperma dan ovum yang di ambil
dari bukan suami atau istri.
Kasus ini sudah banyak terjadi dibelahan eropa, terutama dilakukan oleh
mereka dengan tujuan mendapatkan keturunan yang berkualitas dari bibit
yang terpilih, seperti yang terjadi Doron Blake yang lahir dari Afton Blake,
seorang psikologi, hasil dari pembuahan sperma seorang pemenang hadiah
Nobel.
Praktik diatas dikembangkan lagi menjadi kasus lain yang pada dasarnya
sejenis, diantaranya :
a. Bila sperma dan ovum bukan dari suami istri, tapi disimpan pada rahim
istri dari suami yang spermanya dipadukan.
b. Bila sperma dibekukan, kemudian dimasukkan kerahim istri setelah
sisuami tadi meninggal.
Dengan merujuk pada alasan-alasan sebelumnya, maka kedua kasus diatas
termasuk yang dilarang (haram). Namun dalam kasus kedua ulama berbeda
pendapat. Sebagian mengatakan bahwa hal itu dapat dibenarkan, selama
masih dalam iddah. Sebab tidak ada dalil yang mengharamkannya, hal ini
sejalan dengan kaidah Al-ashlfi Al-manafi Al-ibahah, pada dasarnya
segala sesuatu yang bermanfaat itu hukumnya mubah. Ulama lain
berpendapat, hal tersebut hukumnya haram dan dihukumi jinah. Kalau
kemudian lahir anak, maka anak itu dinasabkan ke ibunya, tidak ke
bapaknya. Hal ini berlaku, baik dalam masa iddah maupun habis iddah.
Alasannya, ketika iddah, ststus istri itu seperti wanita yang ditalaq bain,
dimana suami tidak boleh rujuk terhadapnya. Selain itu pada dasarnya adalah
sadd Al-dzariah (mencegah penyandraan nasab yang pelik).
Pengembangan bayi tabung tidak dilarang dalam islam asalkan penyatuan
terjadi antara gen suami dan istri. Kekhawatiran bahwa proses ini
mencampuri kehendak Allah sama sekali tidak berdasar. Prosesnya sama
dengan pembenihan bibit tanaman dalam suatu kondisi yang terkendali,
kemudian dipindahkan ketempat yang tepat ketika bibit tersebut telah cukup
kuat untuk tumbuh di tempat itu. Yang dikhawatirkan bukanlah bahwa orang
mencoba menyaingi Allah dengan melakukan hal tersebut, melainkan jika
orang mencoba bersaing dengan setan dan menyimpangkan sifat manusia.
Islam tidak mengizinkan penyatuan gen antara laki-laki dan perempuan yang
bukan suami istri karena itu merupakan perzinaan.
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Dari pengetahuan yang didapat diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan
tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu titipan)
DIPERBOLEHKAN oleh islam, jika keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan.Dan status anak hasil inseminasi
macam ini sah menurut Islam.
2. Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh
Islam. Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil
inseminasi macam ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar
perkawinan yang sah.
3. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah (Sperma) dan Bank
Ovum untuk perbuatan bayi tabung,karena selain bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945. Juga bertentangan dengan norma agama dan
moral, serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan.
4. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi
tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer kedalam rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah hendaknya
juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan
siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
atau ovum donor.

3.2. Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa
namun manusia tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai