Anda di halaman 1dari 8

Bayi Tabung dalam Pandangan Islam

1.Pengertian dan Proses Bayi Tabung

Dalam bahasa Inggris bayi tabung dikenal dengan sebutan In Vitro Festilisation
yang dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada th 1977. Bayi tabung adalah bayi hasil
dari pertemuan antara sel telur dan sperma yang dilakukan dalam sebuah tabung yang
dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat
menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu. Temperatur dan
situasinya persis sama dengan aslinya.

Prosesnya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi
dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel
telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang
suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut
dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan
ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya embrio itu diharapkan akan tumbuh
sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Wanita tersebut akan mengalami kehamilan,
perkembangan selama kehamilan seperti kehamilan normal.

2.Risiko melakukan Program Bayi Tabung

Program bayi tabung sekarang ini semakin banyak dipilih oleh pasangan yang sulit
memperoleh keturunan meskipun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ada baiknya,
sebelum menjalani program ini pasangan suami istri terlebih dulu memahami prosedur,
peluang, dan risiko yang harus ditanggung selama menjalani program bayi tabung ini.Hal ini
penting guna mempermudah dan menambah kesiapan mental.

peluang untuk mendapatkan suatu kehamilan melalui proses bayi tabung ditentukan
oleh banyak faktor, di antaranya cadangan sel telur, lamanya gangguan kesuburan yang
dialami pasangan, riwayat ada atau tidaknya kehamilan sebelumnya, derajat kelainan,
sarana dan fasilitas teknologi laboratorium, ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh tenaga
medis klinik bayi tabung. Angka keberhasilan bayi tabung bervariasi dan tergantung pada
usia wanita.
Pada usia kurang dari 30 tahun angka keberhasilannya 35-45 persen, pada usia 31-35 tahun
peluang untuk terjadinya kehamilan 30-45 persen, pada usia 36-40 tahun peluang terjadinya
kehamilan 25-30 persen dan pada usia lebih dari 40 tahun peluangnya 10-15 persen.

3.Beberapa faktor risiko yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri yang
mengikuti program bayi tabung.

Pertama, terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan terjadinya


penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti rasa
kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.

Kedua, saat pengambilan sel telur dengan jarum, dapat memungkinkan terjadinya
perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus, dan pembuluh
darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan teknologi ultrasonografi, keadaan tersebut
umumnya dapat dihindari.

Ketiga, risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan banyaknya
embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan memberikan risiko akan persalinan
prematur yang memerlukan perawatan lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan
pembatasan jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko
tersebut.

Keempat, risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui pemberian
hormon dan pemindahan embrio dengan panduan ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan
tidak terjadi.

Kelima, risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik,
dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang terjadi selama
mengikuti bayi tabung.

4.Bayi Tabung (Macam Tehnik)

Pengembangan teknologi bayi tabung pada dasarnya ditujukan untuk membantu


pasutri yang mengalami gangguan kesuburan (infertilitas) sehingga kesulitan mendapatkan
keturunan. Infertilitas sebenarnya merupakan permasalahan global. Menurut data WHO, 167
(tidak termasuk China) pasangan di dunia yang menikah dalam rentan umur 15-49 tahun
mengalami masalah infertilitas (2001). Dengan demikian, keberadaan teknologi bayi tabung
diharapkan bisa menjadi alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Seiring dengan waktu, teknologi bayi tabung semakin mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Selama ini ada tiga macam teknik bayi tabung yang sangat populer dilakukan.

Pertama, teknik In Vitro Fertilization (IVF). Pada teknik ini, 50ribu-100ribu sperma
dipertemukan dengan satu buah sel telur di dalam cawan petri yang berisi medium kultur
sehingga terjadi pembuahan. Teknik IVF diperkenalkan oleh Robert Edward, seorang
ilmuwan Inggris, pada tahun 1950-an. Ia melakukan riset bersama Patrick Steptoe, seorang
ahli bedah kandungan.. Bayi tersebut bisa tumbuh normal bahkan sekarang telah melahirkan
anak laki-laki dengan proses persalinan yang normal. Hingga saat ini, sudah ada sekitar
empat juta orang di dunia yang terlahir dengan teknik IVF. Kelebihan dari teknik IVF antara
lain sangat mudah dilakukan, biayanya relatif murah, dan tidak ada manipulasi pada sel telur
(lebih bersifat alami). Namun demikian kelemahannya jika sperma bermasalah maka sperma
tidak akan mampu menembus sel telur sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.

Kedua, teknik Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSA). Teknik ini lakukan dengan
menginjeksi satu sperma ke dalam satu sel telur sehingga terjadi pembuahan. Kelebihan
teknik ini sangat membantu seorang suami yang mengalami kasus azoospermia (tidak adanya
sperma yang keluar bersama air mani) atau juga jumlah spermanya sangat sedikit dengan
kualitas yang jelek. Teknik ICSA harus didukung oleh sistim pengambilan sperma secara
langsung dari testis atau teknologi simpan beku sperma. Hanya saja teknik ini sangat sulit
dilakukan karena membutuhkan alat khusus yang disebut micromanipulator sehingga
membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.

Ketiga, teknik In Vitro Maturation (IVM). Teknik bayi tabung ini merupakan teknik
terbaru. Teknik tersebut dilakukan dengan mematangkan dahulu sel telur di laboratorium
baru kemudian dibuahi. Tingkat keberhasilan teknik ini dinilai sangat memuaskan. Selain itu
prosedurnya juga sangat sederhana. Yakni dilakukan hanya pada satu siklus haid saja
sehingga bisa meminimalisasi penggunaan obat hormonal. Biayanya juga relatif lebih murah
jika dibandingkan dengan teknik IVF. Tidak mengherankan jika teknik ini sangat diminati
oleh negara-negara di dunia.
5.HUKUM BAYI TABUNG MENURUT ISLAM

Menurut data yang penulis dapatkan, berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi
landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai
berikut:

1. Al-Qur’an
A.Surat Al-Isra ayat 70 :

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

B.Surat At-Tin ayat 4 :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.Kedua


ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya.
Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakanmanusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia.
Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat
manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

C.Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari
pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah-kaidah agama. Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi
tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. “Itu hukumnya
haram,” papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari
hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama
MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami
yang telah meninggal dunia hukumnya haram. “Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah
yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan,”
tulis fatwa itu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak
berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan
hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin
antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.

d. Nahdlatul Ulama (NU)

NU juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim Ulama di
Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait
masalah bayi tabung:

Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan
pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada
dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak
halal baginya.

Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam
fatwa itu. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar
hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan
spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan,
karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk
muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi
mubah (boleh).

Hukum Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung

Hukum inseminasi buatan di dalam rahim atau di luar rahim dapat dirinci sebagai
berikut.

Pertama: Jika metodenya adalah dengan mendatangkan pihak ketiga -selain suami istri- baik
dengan memanfaatkan sperma, sel telur, atau rahimnya, atau pula dilakukan setelah berakhir
ikatan perkawinan, maka metode ini dihukumi haram.
Kedua: Jika metodenya adalah dengan inseminasi buatan di luar rahim antara sperma dan sel
telur suami istri yang sah namun fertilisasi (pembuahan) dilakukan di rahim wanita lain yang
menjadi istri kedua dari si pemilik sperma, maka para ulama berselisih pendapat. Yang lebih
tepat dalam masalah ini, tetap diharamkan karena ada peran pihak ketiga dalam hal ini.

Ketiga: Jika metodenya adalah dengan inseminasi setelah wafatnya suami, para ulama pun
berselisih pendapat. Yang lebih tepat, tetap diharamkan karena dengan wafatnya suami, maka
berakhir pula akad pernikahan. Dan jika inseminasi tersebut dilakukan pada masa ‘iddah, itu
suatu pelanggaran karena dalam masa ‘iddah masih dibuktikan rahim itu kosong.

Keempat: Jika inseminasi buatan dilakukan saat masih dalam ikatan suami istri, metode ini
dibolehkan oleh mayoritas ulama kontemporer saat ini. Akan tetapi ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi:

a.Inseminasi berlangsung ketika masih dalam status suami istri.

b. Dilakukan atas ridho suami istri.

c. Dilakukan karena dalam keadaan darurat agar bisa hamil.

D. Diperkirakan oleh dokter kemungkinan besar akan membuahkan hasil dengan menempuh
cara ini.

e. Aurat wanita hanya boleh dibuka ketika dalam keadaan darurat saja (tidak lebih dari
keadaan darurat).

f. Urutannya yang melakukan pengobatan adalah dokter wanita (muslimah) jika


memungkinkan. Jika tidak, dilakukan oleh dokter wanita non-muslim. Jika tidak, dilakukan
oleh dokter laki-laki muslim yang terpercaya. Jika tidak, dilakukan oleh dokter laki-laki non-
muslim. Urutannya harus seperti itu.

Di antara alasan sampai membolehkan inseminasi buatan ini:

a.Inseminasi buatan adalah di antara cara mengambil sebab dengan berobat.

b. Memiliki anak adalah kebutuhan darurat karena tanpa adanya keturunan hubungan suami
istri bisa retak sebab banyaknya percekcokan.

c.Majma’ Al Fiqh Al Islami berkata bahwa kebutuhan istri yang tidak hamil dan keinginan
suami akan anak dianggap sebagai tujuan yang syar’i sehingga boleh diobati dengan cara
yang mubah lewat inseminasi buatan.
d.Memang melakukan inseminasi buatan memiliki dhoror (bahaya). Namun tidak adanya
keturunan punya mafsadat (kerusakan) lebih besar. Sedangkan dalam kaedah fikih
disebutkan,

‫إذا تعارض مفسدتان روعي أعظمهما ضررا بارتكاب أخفهما‬

“Jika bertabrakan dua bahaya, maka diperhatikan bahaya yang paling besar lalu dipilih
bahaya yang paling ringan.” (Al Asybah wan Naszhoir karya As Suyuthi, 1: 217)

Kelima: Inseminasi buatan dilakukan untuk menghasilkan anak dengan jenis kelamin yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Problematika Hukum Islam Kontemporer, Editor Chuzaimah. T. Yanggo, Hafiz Anshry,


Buku Keempat, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus)

http://gamma-kosala.blog.ugm.ac.id/2012/06/06/bayi-dalam-tabung/

http://health.kompas.com/read/2011/06/21/08585086/Peluang.dan.Risiko.Bayi.Tabung

http://www.sekolahterangdunia.org/bayi-tabung.html

Diringkas dari Al Bunuk Ath Thibbiyah Al Basyariyah wa Ahkamuhaa Al Fiqhiyyah, Dr.


Ismail Ghozi Marhaban, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1429 H, hal. 389-
455.

Anda mungkin juga menyukai