BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti
perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang.
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin
menurun.
Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada
umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa
penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan
dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit
tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada usia
lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu
memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna
lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif
itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya:
penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung koroner
pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang
sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun
2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner
13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit
Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
B. Tujuan
a. Untuk Mengetahui apa itu “PJK” pada Lansia
b. Untuk Mengetahui apa saja penyebab dari “PJK” pada Lansia
c. Untuk Mengetahui apa tanda dan gejala dari “PJK” pada Lansia
d. Untuk Mengetahui bagaimana cara mengobati “PJK” pada Lansia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh
akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar
obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran
darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,
1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya
endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri
koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk
secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang
mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan
ateroma ini disebut aterosklerosis. (Medicastore.com,2008)
B. Anfis (Anatomi Fisiologi) Jantung
Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah, Berat jantung kira – kira 300 gram. Kedudukan jantung berada
dalam rongga toraks, antara kedua paru – paru dan di belakang sternum, dan lebih menghadap ke
kiri dari pada ke kanan. Kedudukannya yang tepat dapat di gambarkan pada kulit dada. Sebuah
garis yang di tarik dari tulang rawan iga ketiga kanan, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke
tulang rawan iga kedua kiri. 1 sentimeter dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung,
tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Titik di sebelah kiri antara iga kelima dan keenam,
atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 sentimeter dari garis medial, menunjuk kedudukan
apex jantung yang merupakan ujung tajam dari ventrikel (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yakni kiri dan kanan.
Sesudah lahir tidak ada hubungan satu dengan yang lain antara kedua belahan ini. Setiap belahan
kemudian di bagi lagi dalam ruang, yang atas disebut atrium, dan yang di bawah ventrikel. Maka
di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga 1 atrium dan 1 ventrikel. Di setiap sisi
ada hubungan antara ada hubungan atrium dan ventrike melalui lubang atrio–ventrikuler dan
pada setiap lubang tersebut tersebut terdapat katup yang kanan bernama katup trikuspidalis dan
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus oleh membran yang
disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah membran
serus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat
keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan ini
maka jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium, dan di antara dua lapisan itu ada
cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka jantung dapat bergerak bebas. Di
sebelah dalam jantung dilapisi Endotelium, lapisan ini disebut endokardium. Katup-katupnya
hanya merupakan bagian yang lebih tebal. Tebal dinding jantung dilukiskan sebagai terdiri atas
tiga lapisan:perikardium (pembungkus luar), miokardium (lapisan otot tengah), dan endokardium
(batas dalam). Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan
dinding di sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan. Sebab kekuatan kontraksi
dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan. Dinding atrium tersusun atas otot yang lebih
jantung dan nervus parasimpatis, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja
memperlambat kerja jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup yang
disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini
diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena
cava yang disebut nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan akan
diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus atrioventrikuler
melalui berkas wenkebach. Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundel atrioventrikuler
(berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut
anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik. Seterusnya rangsangan tersebut
akan di teruskan ke bagian apeks kordis dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh
Lubang dari aorta dan arteri pulmonaris dijaga oleh katup semilunar. Katup antara ventrikel
kiri dan aorta disebut katup aortik, yang menghindarkan darah mengalir kembali dari aorta ke
ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menghindarkan darah
mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan.Dalam kerja jantung mempunyai tiga periode:
1. Periode kontraksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan
menguncup. Katup bukus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup vulva semilunaris aorta dan
vulva semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke
arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah darah dari ventrikel
2. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan
trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari
atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena kava msuk ke atrium dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira
1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit.
Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc
(Syarifudin, 2006).
Daya pompa jantung pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70
kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah
yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 X 70 atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak
bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150
ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.
C. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti
oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-
lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini
akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan
dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada)
sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat
4. Merokok
5. Diabetes Mellitus
6. Kegemukan
9. Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat
diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika
anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah
tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit
jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok,
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis
sebagai berikut:
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-
sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu
kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak
tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner,
maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis
D. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik
dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara
permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk
metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi
jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di
perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption
(MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan
pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi
untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang
mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi
terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian
dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic
berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat
sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan
asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan
dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume,
pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir
diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan
jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
E. Manisfestasi Klinis
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar;
dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
Nyeri bag. dada
Sesak napas
Berdebar-debar
Denyut jantung lebih cepat
Pusing
Mual
Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan
perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik
banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis
sebagai berikut:
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-
sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu
kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan
perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa
tindakan berikut:
Berhenti merokok
F. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.
Elektrokardiogram (EKG)
pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu,
penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping
itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah
juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat
olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat
aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai
tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak
100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria
sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%,
artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu
Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi.
Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan
lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat
rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan
cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat
adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga
sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan
dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau
balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak
mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan
prosedur khusus.
Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
Berhenti merokok
Olah raga
Kurangi stress
b. Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit
jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
Anti koagulan
Penyekat BETA
Penyekat kalsium
Nitrogliserin
Nitrat
Obat Trombolitik
c. Prosedur khusus :
Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini
meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan
jantung.
Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari
bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
Latihan / exercise
d. Pencegahan :
resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau
H. Komplikasi
Diabetes
I. Patoflow Diagram
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Biodata
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu RT
Keluhan Utama
Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak ± 3 hari yang lalu. Nyeri
bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat. Skala nyeri 5.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 4 Maret 2010 pasien dibawa ke RS. Baptis Kediri. ± 3 hari yang lalu pasian
mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung, mual, pusing keringat dingin. Setelah
periksa oleh dokter pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter disuruh opname.
Pasien pernag menderita / mempunyai riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan pasien
Genogram
M P
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Mama
: Papa
: Sudah Mati
Psikososial : pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat maupun anggota keluarga.
Spiritual : Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5 waktu. Di rumah sakit tidak
mual
Minum air putih ± 6-7 gelas/hari Minum air putih ± 5-6 gelas/hari
Aktivitas
Keadaan umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.
Suhu tubuh : 37 º C
Respirasi : 22 x/menit
TB/BB : -
Pemeriksaan Fisik ( diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya)
Kepala
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh pusing
Mata
Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris
Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung, pasien dapat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
Kulit
Tidak terkaji
Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan kiri bersamaan, ada
Paru : Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Jantung
6. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri tekan
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus otot
MMT 5 4
5 4
Ket :
4 : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu menahan beban minimal
5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan tekanan penuh
8. Pemerikasaan Neurologi
GCS : 4 – 5 – 6
Ket:
4 : Bingung
6 : Mengikuti perintah
Kesadaran composmentis
HCT 35.4 %
MCV 75.5 Fl
MCH 25.8 pg
RDW 13.8 %
11. Pelaksanaan/Terapi
Vaclo 4 tab 1x
Adalat 30 mg -0-0
Simuastatin 0-0-10
Inj. Arixtra 0.6 v Qh
Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bias cepat pulang
B. ANALISA DATA
Umur : 50 tahun
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
Data Subyektif : Gangguan rasa nyaman nyeri Iskemia jaringan jantung atau
Data Obyektif :
- Pasien kelihatan
menyeringai kesakitan
- TD : 160/100 mmHg
- Skala nyeri 5
Data Obyektif :
- TD : 160/100 mmHg
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
- P : 96 x/mnt
- Kulit dingin
- N : 22 x/mnt
Pasien mengeluh sesak bila Intoleransi aktivitas suplai dan kebutuhan oksigen
Data Obyektif :
langsung duduk
TD : 170/100 mmHg
P : 100x/mnt
N : 28x/mnt
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umur : 50 tahun
x/mnt
P : 100x/mnt. N : 28x/mnt
Umur : 50 Tahun
DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN
berhubungan dengan tindakan keperawtan karakteristik dan lokasi penampilan dan perilaku
iskemia jaringan atau dalam waktu 2 x 24 jam nyeri passien karena nyeri
sumabtan pada arteri pasien mampu 2. Monitor tanda-tanda terjadi sebagai temuan
koronaria yang ditandai menunjukkan rasa nyeri vital ( tekanan darah, pengkajian
nyeri dada sebelah kiri, Kriteria hasil : tekanan darah dan nadi
rangsang eksternal
5. Pilihan untuk
Penurunan cardiac output dalam waktu 2×24 jam tekanan darah ( miokard
menutunnya kontraksi otot cardiac output dengan pada posisi berdiri, duduk, 1. Perubahan terjadi
yang ditandai dengan pasien criteria hasil : dan tiduran jika pada TD ( hipertensi atau
nyeri dada, TD : 160/100 - kulit normal tidak dokter dalam pemeriksaan 2. Sirkulasi perifer
mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin serial EGC, foto thorax, menurun bila curah
menungkat
3. S3 dan S4 atau
Intoleransi aktivitas peningkatan kemampuan 2. Anjurkan pasien agar arteri koroner yang
sesak bila angun dari posisi - N : 20 x/mnt menghindari peningkatan terhadap aktivitas dan
tidur, berkeringat dingin bila - Pasien nyaman dalam tekanan abdomen contoh dapat mengindikasikan
merubah posisi dari tidur tidur mengejan saat defekasi penurunan oksigen
memerlukan menahan
manuvervalsalva) dapat
mengakibatkan
bradikardi, juga
menurunkan curah
dengan peningkatan TD
memberikan kontrol
jantung, meningkatkan
aktivitas berlebihan
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Umur : 50 tahun
9 am S : 37oC N : 22 x/menit
dalam
2 2 6-3-2010 1. Melakukan auskultasi bunyi nafas dan
TD : 160/100 mmHg
P : 96 x/mnt
N : 22 x/mnt
11 am lebih banyak
E. EVALUASI
Umur : 50 tahun
Tanggal : 6-3-2010
- Skala nyeri 0
- TD : 140/90 mmHg
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
– tidak sesak
- N : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
3. 3 12 am
S : Pasien mengatakan sudah mengalami
peningkatandalam aktivitas
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling
tumpang tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung
koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung.
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga
kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka