Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui
carayang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah
ditetapkanAllah untuk manusia. Setiap pasangan suami istri pasti
mengharapkan hadirnyaseorang atau beberapa orang anak sebagai buah hati
perkawinan mereka. Akantetapi pembuahan alami ini terkadang sulit
terwujud, misalnya karena rusaknyaatau tertutupnya saluran indung telur
(tuba Fallopii) yang membawa sel telur kerahim, atau karena sel sperma
suami lemah sehingga tidak mampu menjangkaurahim istri. Semua ini akan
meniadakan kelahiran dan menghambat suami istiuntuk mendapatkan anak.
Dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi, kini banyak
teknologi-teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk
hasil teknologiyang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah di
bidang biologi.Salah satunya adalah bayi tabung untuk mengatasi
permasalahan yang telahdiuraikan di atas. Pada dasarnya orang-orang memuji
dengan kemajuan dibidangteknologi tersebut, namun mereka belum tahu pasti
apakah produk-produk hasilteknologi itu dibenarkan menurut hukum agama.
Oleh karena hal tersebut di atas,maka dalam makalah ini Penulis akan
menjelaskan lebih banyak mengenai bayitabung dan bagaimana menurut
hukum Islam tentang bayi tabung tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung?
2. Bagaimankah sejarah bayi tabung di dunia?
3. Apa tujuan dilakukannya bayi tabung?
4. Apa saja macam-macam proses bayi tabung?
5. Bagaimana proses pembuatan bayi tabung?
6. Apa saja dampak dari melakukan bayi tabung?
7. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian bayi tabung
2. Untuk mengetahui sejarah bayi tabung di dunia
3. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bayi tabung
4. Untuk mengetahui macam-macam proses bayi tabung
5. Untuk mempelajari proses pembuatan bayi tabung
6. Untuk mengetahui dampak dari melakukan bayi tabung
7. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung


 Assisted Reproductive Technology atau yang populer dengan
teknologi bayi tabung merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi
manusia. Bayitabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitri Fertilization
(IVF).In Vitro berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan
Fertilization adalah Bahasa Inggris yang memiliki arti pembuahan. Jadi, bayi
tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam
suatu wadah atau cawan petri(semacam mangkuk kaca berukuran kecil)
khusus yang hal ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin karena proses
pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca(seolah seperti tabung), akhirnya
masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung (Nurjannah, 2017).
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa
teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dar
i mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Awal berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik
pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam
gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321
derajat Fahrenheit (Nurjannah, 2017).
2.2 Sejarah Bayi Tabung
Tonggak sejarah bayi tabung diukir Profesor Robert Edwards di
Inggris pada 25 Juli 1978. Beliau seorang dokter yang pada hari itu berhasil
melahirkan Louise Brown, bayi tabung pertama di dunia hasil eksperimen
Edwards dan rekannya, Patrick Steptoe. Atas prestasi tersebut, Senin 4
Oktober, di Stockholm,Swedia, Edwards dinyatakan sebagai peraih Nobel
pada kategori kesehatan. “Prestasi Edwards telah membuka mata dunia
bahwa ketidaksuburan atau kemandulan bisa diatasi. Sekitar 4 juta bayi telah

3
dilahirkan dengan program bayi tabung itu. Hari ini, visi seorang Robert
Edwards menjadi nyata dan membawa kebahagiaan kepada
seluruh pasangan tidak subur di dunia." Begitulah bunyi pernyataan resmi
komite penyeleksi hadiahNobel. Edwards sekarang berumur 85 tahun. Dia ad
alah profesor emeritus di University ofCambridge. Sejak dekade 1950an, dia 
sudah meneliti berbagai hal soal reproduksi manusia. Buah penelitian tersebut
melahirkan in-vitro fertilization, nama resmi teknik bayi tabung. Lewat teknik
itu, sel telur diambil, lalu dibuahi di luar tubuh perempuan. Setelah
pembuahan, seltersebut ditanamkan kembali ke Rahim (Zahra, 2013).
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara
konvensional/ In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown
membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di
Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan
Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya
melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada
tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung
di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak (Zahra, 2013).
2.3 Tujuan Bayi Tabung
Program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan permanen, atau jika pasangan suami istri memiliki
penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk
memperoleh keturunan. Dalam kasus khusus, program ini digunakan oleh
wanita lajang yang ingin memperoleh keturunan tanpa harus mempunyai
suami atau pasangan.
2.4 Macam-Macam Proses Bayi Tabung
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Istri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan
bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa
persetubuhan. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan
menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan

4
wanita dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka
bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan
ilmu kedokteran dibidang pro-kreasi manusia. 
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke
dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-
alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang
disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian
sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi
kepentingansemua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa
biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa
memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan
hidup yang sehat dan baik.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul;dalam
arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk
pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit
karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama,
apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari
orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan
identitasnya. Kalauwanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk
mencari hubungan pribadidengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor
itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. 
Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
d. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank - bank
sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-
bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih - benih itu dengan
harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang
pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek

5
bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank
sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah
benih manusia itu suatu benda ekonomis. Hukum bayi tabung pada
manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan
dengan sperma atau ovum suami istri sendiri, baik dengan
cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalamvagina, tuba
palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya diluar rahim,
kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri;maka
hal ini dibolehkan, asal keadaan suami istri tersebut benar-benar
memerlukan proses inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami
istri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah‘al
hajatutanzilu manzilah al dharurat’(hajat atau kebutuhan yang sangat
mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat) (Yahya, 2003).
2.5 Cara Pembuatan Bayi Tabung
a) Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi
pasien,dimana baik suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada
indikasiuntuk mengikuti program bayi tabung. Jika memang diindikasikan,
baru bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
b) Melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk
memastikan banyaknya sel telur. Secara alami sel telur memang hanya ada
satu, namundalam program bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur
untukmemperoleh embrio.
c) Proses bayi tabung yang ke tiga adalah pemantauan pertumbuhan
folikelatau cairan berisi sel telur di dalam indung telur melalui
ultrasonografi. Pemantauan pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk
melihat apakah seltelur sudah cukup matang untuk dipanen atau belum.
Baru kemudian mematangkan sel telur, dengan cara menyuntikan obat
agar siap dipanen.
d) Sel telur diambil untuk di proses di laboratorium. Pada hari yang
sama,akan dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada
masalah, pengambilan dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila

6
ditemukankendala, maka akan dilakukan operasi pengambilan sperma
melalui buah zakar.
e) Pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium,sehingga
menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akandilakukan
proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadikehamilan. Jika
ada sisa embrio lebih, maka akan disimpan untuk proseskehamilan
berikutnya.
f) Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding
Rahimdengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi
obatselama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu
agarterjadi kehamilan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah telah
terjadikehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun
USG(Hanafiah, 1999).
2.6 Dampak Melakukan Bayi Tabung.
Dampak Negatif
a) Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan
terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa
keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera
makan. 
b) Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya
perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih,
usus, dan Pembuluh darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan
teknologi ultrasonografi,keadaan tersebut umumnya dapat dihindari.
c) Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat
dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan
memberikan risiko akan persalinan prematur yang
memerlukan perawatan lama.Dengan mempertimbangkan usia istri dan pe
mbatasan jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat
mengurangi risiko tersebut.

7
d) Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan.
Melalui pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan
ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
e) Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan,kelelahan
fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan
yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
Dampak Positif
a) Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak atau
mandul.
b) Membantu orang lain yang mengidap penyakit. 
c) Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak
bagi penderita kelainan organ reproduksi ataupun lainnya.
d) Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
e) Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk
kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit
keturunan.
f) Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.Tidak perlu
melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk mendapatkan anak,
melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari sang wanita dan sperma
dari sang pria
2.7 Hukum Bayi Tabung Menurut Islam
Jika hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam,
maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para
ahli ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an
dan Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang
melaksanakan ijtihadtentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup
tentang teknik dan prosesterjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim
yang ahli dalam bidang studiyang relevan dengan masalah ini, misalnya ahli
kedokteran dan ahli biologi.Dengan pengkajian secara multidisipliner ini,
dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan mendasar (Hasan,
1995).Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma

8
dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim
wanitalain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami),
makaIslam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami,
kemudiandisuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara
pembuahandilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam di dalamrahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri Tidak
 berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuaidengan hukum Fiqih Islam.Hajat
(kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalamkeadaan
terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itumembolehkan
melakukan hal-hal terlarang.Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu
dilakukan dengan bantuan donorsperma dan /atau ovum, maka diharamkan,
dan hukumnya sama dengan zina(prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya,
anak hasil inseminasi tersebut tidaksah dan nasabnya hanya berhubungan
dengan ibu yang melahirkannya. Menuruthemat penulis, dalil-dalil syar’i
yang dapat menjadi landasan hukum untuk  mengharamkan inseminasi buatan
dengan donor, ialah sebagai berikut :
a. Al-Qur’an
Surat Al-Isra ayat 70 :
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kamiangkat
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
 Surat At-Tin ayat 4 :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
 sebaik-baiknya”
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhansebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan
sehingga melebihimakhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri
berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa

9
menghormati martabatnya sendiridan juga menghormati martabat sesama
manusia. Sebaliknya inseminasi buatandengan donor itu pada hakikatnya
merendahkan harkat manusia (human dignity)sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.
b. Hadits Nabi :
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan
hariakhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina
istriorang lain)’’(Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini
dipandang sahiholeh Ibnu Hibban)
c. Hasil Ijtihad Para Ulama’
1) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
 Dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma
danovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh).
Sebab,ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, paraulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari
pasangan suami-istriyang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu
hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama
menegaskan, di kemudian hari hal ituakan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung
darisperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnyaharam. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalamkaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal
kewarisan," tulis fatwaitu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung
yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang
sah? MUI dalam fatwanya secarategas menyatakan hal tersebut
hukumnya haram. Alasannya, statusnya samadengan hubungan kelamin
antar lawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.
2) Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalahini
dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada

10
1981.Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah
bayi tabung.
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam
rahimwanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka
bayi tabunghukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis
yang diriwayatkanIbnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan perbuatan seoranglelaki yang meletakkan spermanya
(berzina) di dalam rahim perempuan yang
tidak halal baginya”.
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi
cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram.
“Mani muhtaram adalah mani yang keluar atau dikeluarkan dengan cara
yang tidak dilarang oleh syara”, papar ulama NU dalam fatwa itu.
Terkait mani yangdikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU
mengutip dasar hukum dariKifayatul Akhyar II/113. "Seandainya
seorang lelaki berusaha mengeluarkanspermanya (dengan beronani)
dengan tangan istrinya, maka hal tersebutdiperbolehkan, karena istri
memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-
senang”.
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan kedalam rahim
istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
3) Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah
menetapkanfatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri
di rahim istri kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid
mengungkapkan, berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para ahli fi
kih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang
diwakili Muhammadiyah,hukum inseminasi buatan seperti itu termasuk
yang dilarang. “Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari

11
sidang periode ke tiga dari MajmaulFiqhil Islamy dengan judul
Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung),” papar fatwaMajelis Tarjih PP
Muhammadiyah. Rumusannya, “cara kelima inseminasi itu dilakukan di
luar kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian
ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami itu). hal itu dilarang 
menurut hukum Syara”.
4) Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam)
Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengadakan
sidang di Amman pada tahun 1986untuk membahas beberapa teknik
inseminasi buatan/ bayi tabung, dan mengharamkan bayi tabung dengan
sperma dan/atau ovum donor (Mahjuddin, 1990).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa
bayitabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan
jalanmempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan
dalam suatuwadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran
kecil) khusus.Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa
teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dar
imengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur
dariovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.Bayi
tabung ini dapat memberikan dampak postif maupun dampak negatif,namun
hal tersebut tergantung pada kesesuaian proses yang dilakukan terhadap SOP.

3.2 Saran
Saran dari penulis hendaknya jika seseorang akan melakukan
program bayi tabung dokter hanya mengizinkan dan melayani permintaan bay
i tabungdengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer kedalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya
juga melarangkeras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan
siapa saja yangmelakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
dan atau ovum donor.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta . EGC.
Hasan,M.Ali.1995.Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah 
Kontemporer Hukum Islam. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Mahjuddin.1990. Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum
Islam Masa Kini. Jakarta. Kalam Mulia. 
Nurjannah. 2017. Hukum Islam Dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontem
porer).

Yahaya, A. S. 2003. Bayi Tabung Uj.


.
Zahra, A. N. 2013. Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam.

14

Anda mungkin juga menyukai