“BAYI TABUNG"
KELOMPOK 7
Disusun Oleh :
KELAS 2A
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran sering dikenal dengan
istilah fertilisasi-in-vintro yang merupakan pembuahan sel telur oleh sel sperma di
dalam tabung petri
yang dilakukan oleh petugas medis. Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi
berupa teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan
pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini
bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama
bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321
derajat fahrenheit.
Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang
tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana
kemudian program ini diterapkan pada yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan bakal anak.
Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan.
Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja
tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai
hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan
antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang
menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke dalam
rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan - alasan lain. Dalam
kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi
pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk
melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa
biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita
sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik
seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa
wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka
pastilah sulit dipecahkan.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti
bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu
berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang
lain.
Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari
orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan
orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah
didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank - bank sperma.
Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank - bank tersebut.
Bahkan orang bisa menjual belikan benih - benih itu dengan harga yang sangat mahal
misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan
lain-lain.
Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank
sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah olah benih manusia itu
suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu
bank - bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan
pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia
lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan
dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa
atau siapapun.
Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan
memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum
ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan
umat.
Masalahnya dari bayi tabung adalah bisa membantu pasangan suami istri yang keduanya
atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi
bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau
ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:
1. Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin
dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan
haram dikawini) dan kewarisan.
2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran
sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
4. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah
tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik
yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak
dengan bapak ibunya.
5. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung
dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada
umumnya diketahui asal dan nasabnya.
6. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung
lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang
punya. Benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak
dengan ibunya secara alami Surat Al-Lugman ayat 14 Mengenai status anak hasil
inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah
dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.
E. HUKUM-HUKUM TENTANG BAYI TABUNG TINJAUAN DARI SEGI HUKUM
PERDATA TERHADAP INSEMINASI BUATAN (BAYI TABUNG)
Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis
ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang
mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini
suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes
golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari
donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim
istri. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU
No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan yang berbunyi:
i. Ayat 1 Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapat keturunan.
ii. Ayat 2 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
- Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu berasal.
- Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.
- Ada sarana kesehatan tertentu.
iii. Ayat 3 Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P
Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya
dan tradisi ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro pada manusia,
sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi terhadap “karya Illahi”.
Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal
penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut
bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual
antara suami-istri yang sah menurut agama.
Aspek Human Rigths Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas
dengan martabat yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international,
salah satunya tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi
buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari
pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum
perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang
berlaku di Indonesia.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia
tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/makalah-bayi-tabung-18-pdf-free.html