Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ROLE PLAY

SURROGATE MOTHER

Laporan Pendahuluan Role Play Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan

Disusun Oleh:
Kelompok 5

 Aditya Yogantara ( 201811003 )


 Asih Sri Rahayu ( 201811007 )
 Dian Prawita Sari ( 201811011 )
 Ineke Olivia ( 201811015 )
 Mayangsari Prihatiningrum ( 201811019 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES JAYAKARTA PKP
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kemajuan jenis kemajuan di bidang kedokteran
adalah saat ditemukannya cara pengawetan sperma dan metode
pembuahan di luar rahim In Vitro Fertilization (IVF) pada tahun
1970-an, yaitu pembuahan benih laki-laki terhadap benih perempuan
pada suatu cawan petri (di laboratorium), setelah menjadi zygote akan
di implementasikan kembali ke rahim pada wanita yang punya benih
tersebut (program bayi tabung)atau di tanamkan pada rahim wanita
lain yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Untuk hal ini
dilakukan melalui perjanjian sewa (surrogency) yang dikenal dengan
istilah surrogate mother (ibu pengganti).
Banyak pasangan yang mengalami kesulitan mendapatkan
anak rela melakukan apa saja. Termasuk melakukan bayi tabung atau
bahkan mencari ibu pengganti alias sewa rahim atau surragate mother.
Saat ini surrogate mother atau yang biasa disebut dengan sewa rahim
ini telah marah didunia, bahkan isu sewa rahim telah sampai di
indonesia. Banyaknya pasangan suami istri yang menginginkan
keturunan namun belum juga dikaruniai keterunan. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi rahim yang
kurang sehat, suami tidak mengekskresikan sperma, kondisi rahim
yang tidak memungkinkan untuk hamil, faktor usia, serta di era
globalisasi ini wanita cenderung mementingkan karir.
Berkembangan sains dan teknologi berpengaruh juga pada
cara manusia mengembangkan keturunannya, sehingga bila kita
perhatikan sekarang, ada 2 cara manusia melangsungkan dan
memperoleh keturunanya. Pertama, dilakukan melalui hubungan
langsung antara lawan jenis. Kedua, dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan teknologi berupa inseminasi buatan. Ilmu dan
teknologi sekarang sangat canggih, tapi sedikit sekali perhatian
diberikan kepada studi mengenai masalah-masalah etis. Keperawatan
sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan manusia.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian surrogate mother
2. Mengetahui macam-macam surrogate mother.
3. Mengetahui akibat dan efek surrogate mother
4. Mengetahui kebijakan di indonesia, hukum agama, undang-
undang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

A. Surrogate Mother.
1. Pengertian.
Surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita
yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak
lainnya (suami-istri) untuk menjadi hamil terhadap hasil
pembuahan suami-istri tersebut yang dirtanamkan ke dalam
rahimnya, dan setelah melahirkan diharuskan menyerahkan bayi
tersebut kepada pihak suami-istri tersebut berdasarkan perjanjian
yang dibuat.

2. Tujuan.
a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung
secara biasa karena ditimpa penyakit atau kecacatan yang
menghalangi dari mengandung dan melahirkan anak.
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
c. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul
beban kehamilan, melahirkan, menyusui anak, karena ingin
menjaga kecantikan tubuh badanya.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus anak
karena monopause
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewa
rahim kepada orang lain.

3. Macam-Macam.
a. Surrogate Mother Tradisional.
Proses ibu pengganti yang di inseminasi buatan dengan
sperma ayah. Ibu pengganti tersebut akan membuahi sperma
dari ayah lalu hamil seperti ibu hamil. Sang ibu pengganti
tersebut masih memiliki ikatan genetika dengan anak yang
dilahirkan karena pembuahannya dilakukan dengan sel telur
ibu pengganti. Bisa dikatakan si ibu tersebut adalah ibu
kandung dari anak tersebut secara biologis.
b. Gestational Surrogate Mother.
Menggunakan teknik infitro fertilizetation atau teknik
bayi tabung. Cara melakukan surrogate mother ini adalah
dokter mengambil sel telur dari ibu dan sperma dari ayah.Sel
telur dan sperma itu dibuahi dengan teknik bayi tabung, lalu
embrio yang sudah siap di transfer ke uterus ibu pengganti.
Surrogate mother ini harus dilakukan dengan perjanjian yang
jelas dan biaya yang sangat mahal.

4. Akibat/Efek
Terdapat beberapa akibat program hamil surrogate mother
walaupun metode ini sangat membantu untuk pasangan lain agar
bisa memiliki anak. Resiko menjadi ibu pengganti seperti masalah
kehamilan pada umumnya yaitu mual, muntah, berat badan naik,
sehingga kemungkinan keguguran. Seorang ibu pengganti juga
harus memerhatikan kesehatan mental mereka karena pasti tidak
mudah tuk merawat dan menjaga janin untuk kemudian diberikan
pasangan lain serta kontrovensi dan hukum legalitas anak yang
belum di sahkan.

5. Kebijakan di indonesia, hukum agama, undang-undang.


Di Indonesia peraturan mengenai bayi tabung diatur secaara
umum dalam pasal 16 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
dan keputusan menteri kesehatan No. 72/menkes/per/ii/1999
tentang penyelenggaraan teknologi repruduksi buatan. Dari ke dua
peratusan tersebut dengan jelas dikatakana bahwa praktek
surrogacy dilarang pelaksanaannya di Indonesia, hal ini di
pertegas dengan adanya sanksi pidana yang dapat dikenakan bagi
yang melakukan (pasal 82 UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan). Akan tetapi apabila pasangan suami istri melakukan
praktek surrogacy di luar negeri yang mengizinkan praktek
tersebut dan kemudian anak yang lahir dari praktek surrogacy di
bawa ke Indonesia maka akan menimbulkan permasalahan hukum
mengenai status anak tersebut.
Dalam pasal 127 UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
(“UU Kesehatan”) diatur bahwa upaya kehamilan diluar cara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh sepasang suami istri yang sah
dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana
ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan wewenangan untuk itu.
c. Pada fasilitas layanan kesehatan tertentu.
Syarat-syarat sah perjanjian dalam pasal 1320 KUHPer yaitu:
1. Kesepakatan para pihak.
2. Kecakapan para pihak.
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Sebab yang halal

Pasal 27 UU No.23 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Anak.


Apabila terjadi perselisihan antara seseorang dengan si ibu
pengganti, maka penyelesaiannya harus mengendakan prinsip
kepentingan terbaik bagi si anak.
Dasar Hukum:

1. Kitab Undang-Undang hukum perdata (Burgerlijk Wetboek


Voor Indonesia atau BW, Staatblad 1847 N0.23)
2. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
3. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Pandangan Hukum Islam Terhadap Sewa Rahim


Bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil
dari pasangan suami istri yang sah dibenarkan oleh islam, selama
mereka berdua dalam ikatan perkawinan yang sah. Tetapi kalau
bayi tabung tersebut dari bantuan donor sperma atau ovum dari
orang lain yang tidak ada hubungan perkawinan yang sah atau
dari pembuahan percampuran ovum dan sperma suami yang sah,
kemudian dimasukan kedalam rahim orang ( sewa rahim), maka
hukumnya haram sama dengan zinah dan kedudukan bayi
tersebut sama dengan anak zinah.
Untuk memperjelas keharaman cara-cara yang lain, berikut ini
uraian penalarannya:
1. Nabi mengharamkan penempatan nutfah pada rahim
perempuan yang bukan istrinya.
2. Kedudukan ibu senantiasa dikaitkan dengan tugasnya
sebagai seorang yang mengandung dan melahirkan, seperti
yang ditegaskan Al-Qur’an dibeberapa ayat, misalnya surat
Al-Mujjadalah ayat 2, inummahatum illa al-al’iy
waladnahum (ibu-ibu mereka tidak lain adalah perempuan
yang melahirkan mereka), surat Al-Anfal ayat 15 Hamalathu
Ummuhu kurhan wa wadha’athu kurhan (ibunya
mengandung dengan susah payah dan melahirkan denga
susah payah: dan suarat Al-Baqarah ayat 223 la tudhara
walidatum bi waladiha (janganlah seorang ibu menderita
karena anaknya).
Oleh sebab itu islam mengharamkan menggunaan perkhidmatan
ibu tumpang ini bagi menjaga salah satu perkara tersebut yaitu
dengan pertujuan memelihara keturunan.

B. Prinsip Etika.
Masalah sewa rahim di Indonesia memang belum terlalu
tenar, mungkin karena batasan – batasan agama dan hukum yang
membuat hal ini kurang terdengar. Dalam beberapa agama kasus sewa
rahim dianggap suatu hal yang haram dan dilarang. Ada juga yang
menganggap kasus sewa rahim sama dengan konsep ibu penyusuan
yang memang diakui dalam agama, tetapi yang diperbolehkan
hanyalah jika pendonor sel sperma dan sel telur berasal dari suami istri
yang sah. Jika salah satu (sel ovum atau sel sperma) bukan dari suami
istri yang sah hal tersebut tidak di perbolehkan.
Hukum di Indonesia tidak mempersoalkan apakah benih itu
berasal dari orang lain, tetapi lebih kepada apakah anak itu lahir dari
perkawinan yang sah. Dengan kata lain, seorang anak yang lahir di
akui jika lahir dari ikatan perkawinan yang sah. Tanpa
mempersoalkan terjadinya hal tersebut (dari siapa benihnya dan
bagaimana caranya). Jika salah satu pendonor bukan berasal dari
pasangan suami istri yang sah di Indonesia hal itu dilarang secara
hukum dan agama. Secara moral itu disamakan dengan perzinaan, dan
anak yang lahir tidak diakui secara hukum dan agama.
Diluar negeri (USA, Inggris dan negara Eropa) diakui oleh
hukum, bahkan konstitusi Amerika menjamin hak konstitusional tiap
orang untuk menentukan cara mereka memilih anak kandung, baik
melalui senggama atau dengan cara lainnya. Oleh karena itu tidak
boleh ada yang melarang atau membatasi penggunaan cara – cara lain
dalam memperoleh anak seperti ibu pengganti atau donor gamet dari
orang lain. Tetapi pada umumnya yang dilarang adalah komersialisasi
dari cara itu.

C. Kode Etik Keperawatan Di Indonesia


Bioetik adalah etika yang menyangkut kehidupan dalam lingkungan
tertentu atau etika yang berkaitan dengan pendekatan terhadap asuhan
kesehatan. Pada sewa rahim, masalah etik yang mungkin terjadi
dilihat dari pendekatan teorotis, yaitu :
1. Perwata yang menggunakan pendekatan teologik terhadap isu etis
sewa rahim mempertimbangkan bahwa diperbolehkan untuk
menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki
keturunan secara alamiah karena penyakit atau kelainan, dan
mungkin bagi wanita yang secara sengaja menggunakannya untuk
menghindari kehamilan demi menjaga kecantikan dan bentuk
tubuhnya, yang mana hal tersebut merupakan hak pasien yang
harus dihargai oleh perawat.
2. Perawat yang menggunakan pendekatan deontologik terhadap
sewa rahim, mungkin akan mempertimbangkan secara moral
penyewaan rahim tersebut. Merupakan hal yang buruk untuk
dilakukan karena bila di pandang dari segi agama hal tersebut
sama dengan kehamilan dan kelahiran melalui perzinaan ataupun
tidak ada penetrasi langsung dari penis ke vagina sehingga
hukumnya haram karen terjadi percampuan nasab. Sedangkan
dalam segi hukum dapat menimbukan masalah dalam hal
kewarisan.

D. Profesionalisme Keperawatan
Seorang perawat harus memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai perawat professional serta harus selalu menerapkan
prinsip – prinsip moral yaitu :
1. Otonomi
Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang baik bagi dirinya.
Tetapi perawat harus tetap memberikan informasi yang relevan.
2. Kemurahan Hati (Benefisien)
Perawat harus mempunyai prinsip melakukan yang baik dan tidak
merugikan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan
atau membahayakan pasien.
3. Keadilan (Justice)
Perawat harus melaksanakan konsep adil pada pasien sesuai
kebutuhannya.
4. Non Malefisien
Sebagai perawat keputusan yang diambil tidak melukai atau tidak
membahayakan pasien (kondisi fisik dan psikis pasien).
5. Kejujuran (Veracity)
Perawat harus menerapkan sikap jujur dalam praktek
keperawatan.
6. Ketaatan (Fidelity)
Perawat harus menepati janji dan komtmen pada pasien dan
memberikan perhatian atau kepedulian.

E. Nursing Advocacy.
Sebagai advokat perawat berfungsi sebagai penghubung, membela
dan membantu pasien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan dengan pendekatan tradisional maupun
pendekatan professional. Perwat juga bertindak sebagai narasumber
dan fasilitator dalam mempertahankan dan melindungi hka pasien,
antara lain :
1. Hak atas informasi
2. Hak mendapatkan informasi
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

A. KASUS
Sepasang suami istri datang ke klinik intervilitas untuk
konsultasi. Suami istri tersebut sudah 15 tahun menikah dan ingin
memiliki anak. Istri tersebut mengatakan bahwa mereka belum
memiliki anak dikarenakan tidak bisa hamil akibat ada tumor
dirahimnya, sementara suaminya sehat dan normal kesuburannya.
Mereka menyampaikan bahwa ini mencoba teknik surogate mother
(ibu sewa rahim) melalui klinik ini melalui klinik ini dan mereka
berdua juga telah memiliki seorang wanita yang bersedia disewa
rahimnya. Biaya yang dikeluarkan tidak menjadi masalah asalkan
mereka dapat memiliki anak dari sperma dan sel telur mereka sendiri.
Apa yang anda lakukan sebagai seorang perawat?
Bagaimana anda harus bersikap?

B. PEMBAGIAN PERAN:
 Aditya Yogantara : Suami
 Dian Prawita Sari : Istri
 Ineke Olivia : Ibu Penyewa Rahim
 Mayangsari Prihatiningrum : Dokter
 Asih Sri Rahayu : Perawat
BAB IV
PEMBAHASAN
Surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita yang
mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak lainnya (suami-istri)
untuk menjadi hamil terhadap hasil pembuahan suami-istri tersebut yang
dirtanamkan ke dalam rahimnya, dan setelah melahirkan diharuskan
menyerahkan bayi tersebut kepada pihak suami-istri tersebut berdasarkan
perjanjian yang dibuat.

Masalah sewa rahim di Indonesia memang belum terlalu tenar,


mungkin karena batasan – batasan agama dan hukum yang membuat hal ini
kurang terdengar. Dalam beberapa agama kasus sewa rahim dianggap suatu
hal yang haram dan dilarang. Ada juga yang menganggap kasus sewa rahim
sama dengan konsep ibu penyusuan yang memang diakui dalam agama, tetapi
yang diperbolehkan hanyalah jika pendonor sel sperma dan sel telur berasal
dari suami istri yang sah. Jika salah satu (sel ovum atau sel sperma) bukan
dari suami istri yang sah hal tersebut tidak di perbolehkan.

Pada sewa rahim, masalah etik yang mungkin terjadi dilihat dari
pendekatan teorotis, yaitu :

1. Perawat yang menggunakan pendekatan teologik terhadap isu etis


sewa rahim mempertimbangkan bahwa diperbolehkan untuk
menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki
keturunan secara alamiah karena penyakit atau kelainan, dan mungkin
bagi wanita yang secara sengaja menggunakannya untuk menghindari
kehamilan demi menjaga kecantikan dan bentuk tubuhnya, yang mana
hal tersebut merupakan hak pasien yang harus dihargai oleh perawat.
2. Perawat yang menggunakan pendekatan deontologik terhadap sewa
rahim, mungkin akan mempertimbangkan secara moral penyewaan
rahim tersebut. Merupakan hal yang buruk untuk dilakukan karena
bila di pandang dari segi agama hal tersebut sama dengan kehamilan
dan kelahiran melalui perzinaan ataupun tidak ada penetrasi langsung
dari penis ke vagina sehingga hukumnya haram karen terjadi
percampuan nasab. Sedangkan dalam segi hukum dapat menimbukan
masalah dalam hal kewarisan.

Peran perawat sebagai advokat dalam kasus ini menjelaskan informasi


dan sebagai mediator pada tindakan surrogate mother. Perawat menjelaskan
bahwa surrogate mother sedang marak di dunia bahkan di Indonesia, tetapi
untuk kasus ini di Indonesia secara hukum tidak dapat dilakukan. Perawat
dapat membantu pasien dalam mengatasi masalahnya memilih dan
menetukan berbagai alternative menetapkan tujuan dan melakukan tindakan
khususnya dalam masalah etis sewa rahim ini dengan merujuk pasal 127 UU
No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan (“UU Kesehatan”) diatur bahwa upaya
kehamilan diluar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh sepasang suami
istri yang sah dengan ketentuan:

a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
wewenangan untuk itu.
c. Pada fasilitas layanan kesehatan tertentu.

Sebagai informasi tambahan, praktek transfer embrio ke rahim titipan


(bukan rahim istri yang memiliki ovum tersebut) telah difatwakan haram oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 26 Mei 2016.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita
yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak lainnya
(suami-istri) untuk menjadi hamil terhadap hasil pembuahan suami-
istri tersebut yang dirtanamkan ke dalam rahimnya, dan setelah
melahirkan diharuskan menyerahkan bayi tersebut kepada pihak
suami-istri tersebut berdasarkan perjanjian yang dibuat.
Indonesia belum ada pengaturan khusus tentang surrogate
mother ini, akan tetapi perundangan yang berlaku dapat dimaknai
sebagai jalan yang menolak adanya surrogate mother sekaligus
memberikan kelonggaran diberlakunya surrogate mother. Hal tersebut
dapat dilihat dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 127 dan
Permenkes No. 73/Menkes/PER/II/1999 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan yang memperbolehkan
pembuahan di luar rahim walaupun terbatas untuk suami istri yang
terikat perkawinan sah.

B. Saran
Agar pemerintah dan organisasi profesi memperkuat
pengawasan dan meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
control etika dan moral dalam penerapan teknologi reproduksi buatan
serta membuat dan memerapkan peraturan yang jelas dalam rangka
memberikan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat
dalam penerapan teknologi reproduksi buatan
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Surrogate Mother. http://oktavinola.blogspot.com./surrogate-


motheribu-pengganti_28.html

Goldfriend. 2009. Sewa Rahim Dari Segi Etika Kesehatan.


http://fertobhades.wordpress.com/bertanya dan etika kedokteran.html

Ratman, Desriza. 2012. Surrogate Mother dalam Prosfektif Etika dan Hukum:
bolehkan Sewa Rahim di Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

https://books.google.com/books/about/Pengantar_Etika_Keperawatan.html?
hl=id&id=i6ZQ69M66VAC

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: EGC

La’bah, Rosalia Aini. 2012. Surrogate Mother.


http://www.kompasiana.com/amp/rosaliaaini/surrogate-
mother_550d49838133116d2cb1e211

Anda mungkin juga menyukai