SURROGATE MOTHER
Laporan Pendahuluan Role Play Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Disusun Oleh:
Kelompok 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kemajuan jenis kemajuan di bidang kedokteran
adalah saat ditemukannya cara pengawetan sperma dan metode
pembuahan di luar rahim In Vitro Fertilization (IVF) pada tahun
1970-an, yaitu pembuahan benih laki-laki terhadap benih perempuan
pada suatu cawan petri (di laboratorium), setelah menjadi zygote akan
di implementasikan kembali ke rahim pada wanita yang punya benih
tersebut (program bayi tabung)atau di tanamkan pada rahim wanita
lain yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Untuk hal ini
dilakukan melalui perjanjian sewa (surrogency) yang dikenal dengan
istilah surrogate mother (ibu pengganti).
Banyak pasangan yang mengalami kesulitan mendapatkan
anak rela melakukan apa saja. Termasuk melakukan bayi tabung atau
bahkan mencari ibu pengganti alias sewa rahim atau surragate mother.
Saat ini surrogate mother atau yang biasa disebut dengan sewa rahim
ini telah marah didunia, bahkan isu sewa rahim telah sampai di
indonesia. Banyaknya pasangan suami istri yang menginginkan
keturunan namun belum juga dikaruniai keterunan. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi rahim yang
kurang sehat, suami tidak mengekskresikan sperma, kondisi rahim
yang tidak memungkinkan untuk hamil, faktor usia, serta di era
globalisasi ini wanita cenderung mementingkan karir.
Berkembangan sains dan teknologi berpengaruh juga pada
cara manusia mengembangkan keturunannya, sehingga bila kita
perhatikan sekarang, ada 2 cara manusia melangsungkan dan
memperoleh keturunanya. Pertama, dilakukan melalui hubungan
langsung antara lawan jenis. Kedua, dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan teknologi berupa inseminasi buatan. Ilmu dan
teknologi sekarang sangat canggih, tapi sedikit sekali perhatian
diberikan kepada studi mengenai masalah-masalah etis. Keperawatan
sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan manusia.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian surrogate mother
2. Mengetahui macam-macam surrogate mother.
3. Mengetahui akibat dan efek surrogate mother
4. Mengetahui kebijakan di indonesia, hukum agama, undang-
undang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Surrogate Mother.
1. Pengertian.
Surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita
yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak
lainnya (suami-istri) untuk menjadi hamil terhadap hasil
pembuahan suami-istri tersebut yang dirtanamkan ke dalam
rahimnya, dan setelah melahirkan diharuskan menyerahkan bayi
tersebut kepada pihak suami-istri tersebut berdasarkan perjanjian
yang dibuat.
2. Tujuan.
a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung
secara biasa karena ditimpa penyakit atau kecacatan yang
menghalangi dari mengandung dan melahirkan anak.
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
c. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul
beban kehamilan, melahirkan, menyusui anak, karena ingin
menjaga kecantikan tubuh badanya.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus anak
karena monopause
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewa
rahim kepada orang lain.
3. Macam-Macam.
a. Surrogate Mother Tradisional.
Proses ibu pengganti yang di inseminasi buatan dengan
sperma ayah. Ibu pengganti tersebut akan membuahi sperma
dari ayah lalu hamil seperti ibu hamil. Sang ibu pengganti
tersebut masih memiliki ikatan genetika dengan anak yang
dilahirkan karena pembuahannya dilakukan dengan sel telur
ibu pengganti. Bisa dikatakan si ibu tersebut adalah ibu
kandung dari anak tersebut secara biologis.
b. Gestational Surrogate Mother.
Menggunakan teknik infitro fertilizetation atau teknik
bayi tabung. Cara melakukan surrogate mother ini adalah
dokter mengambil sel telur dari ibu dan sperma dari ayah.Sel
telur dan sperma itu dibuahi dengan teknik bayi tabung, lalu
embrio yang sudah siap di transfer ke uterus ibu pengganti.
Surrogate mother ini harus dilakukan dengan perjanjian yang
jelas dan biaya yang sangat mahal.
4. Akibat/Efek
Terdapat beberapa akibat program hamil surrogate mother
walaupun metode ini sangat membantu untuk pasangan lain agar
bisa memiliki anak. Resiko menjadi ibu pengganti seperti masalah
kehamilan pada umumnya yaitu mual, muntah, berat badan naik,
sehingga kemungkinan keguguran. Seorang ibu pengganti juga
harus memerhatikan kesehatan mental mereka karena pasti tidak
mudah tuk merawat dan menjaga janin untuk kemudian diberikan
pasangan lain serta kontrovensi dan hukum legalitas anak yang
belum di sahkan.
B. Prinsip Etika.
Masalah sewa rahim di Indonesia memang belum terlalu
tenar, mungkin karena batasan – batasan agama dan hukum yang
membuat hal ini kurang terdengar. Dalam beberapa agama kasus sewa
rahim dianggap suatu hal yang haram dan dilarang. Ada juga yang
menganggap kasus sewa rahim sama dengan konsep ibu penyusuan
yang memang diakui dalam agama, tetapi yang diperbolehkan
hanyalah jika pendonor sel sperma dan sel telur berasal dari suami istri
yang sah. Jika salah satu (sel ovum atau sel sperma) bukan dari suami
istri yang sah hal tersebut tidak di perbolehkan.
Hukum di Indonesia tidak mempersoalkan apakah benih itu
berasal dari orang lain, tetapi lebih kepada apakah anak itu lahir dari
perkawinan yang sah. Dengan kata lain, seorang anak yang lahir di
akui jika lahir dari ikatan perkawinan yang sah. Tanpa
mempersoalkan terjadinya hal tersebut (dari siapa benihnya dan
bagaimana caranya). Jika salah satu pendonor bukan berasal dari
pasangan suami istri yang sah di Indonesia hal itu dilarang secara
hukum dan agama. Secara moral itu disamakan dengan perzinaan, dan
anak yang lahir tidak diakui secara hukum dan agama.
Diluar negeri (USA, Inggris dan negara Eropa) diakui oleh
hukum, bahkan konstitusi Amerika menjamin hak konstitusional tiap
orang untuk menentukan cara mereka memilih anak kandung, baik
melalui senggama atau dengan cara lainnya. Oleh karena itu tidak
boleh ada yang melarang atau membatasi penggunaan cara – cara lain
dalam memperoleh anak seperti ibu pengganti atau donor gamet dari
orang lain. Tetapi pada umumnya yang dilarang adalah komersialisasi
dari cara itu.
D. Profesionalisme Keperawatan
Seorang perawat harus memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai perawat professional serta harus selalu menerapkan
prinsip – prinsip moral yaitu :
1. Otonomi
Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang baik bagi dirinya.
Tetapi perawat harus tetap memberikan informasi yang relevan.
2. Kemurahan Hati (Benefisien)
Perawat harus mempunyai prinsip melakukan yang baik dan tidak
merugikan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan
atau membahayakan pasien.
3. Keadilan (Justice)
Perawat harus melaksanakan konsep adil pada pasien sesuai
kebutuhannya.
4. Non Malefisien
Sebagai perawat keputusan yang diambil tidak melukai atau tidak
membahayakan pasien (kondisi fisik dan psikis pasien).
5. Kejujuran (Veracity)
Perawat harus menerapkan sikap jujur dalam praktek
keperawatan.
6. Ketaatan (Fidelity)
Perawat harus menepati janji dan komtmen pada pasien dan
memberikan perhatian atau kepedulian.
E. Nursing Advocacy.
Sebagai advokat perawat berfungsi sebagai penghubung, membela
dan membantu pasien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan dengan pendekatan tradisional maupun
pendekatan professional. Perwat juga bertindak sebagai narasumber
dan fasilitator dalam mempertahankan dan melindungi hka pasien,
antara lain :
1. Hak atas informasi
2. Hak mendapatkan informasi
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
A. KASUS
Sepasang suami istri datang ke klinik intervilitas untuk
konsultasi. Suami istri tersebut sudah 15 tahun menikah dan ingin
memiliki anak. Istri tersebut mengatakan bahwa mereka belum
memiliki anak dikarenakan tidak bisa hamil akibat ada tumor
dirahimnya, sementara suaminya sehat dan normal kesuburannya.
Mereka menyampaikan bahwa ini mencoba teknik surogate mother
(ibu sewa rahim) melalui klinik ini melalui klinik ini dan mereka
berdua juga telah memiliki seorang wanita yang bersedia disewa
rahimnya. Biaya yang dikeluarkan tidak menjadi masalah asalkan
mereka dapat memiliki anak dari sperma dan sel telur mereka sendiri.
Apa yang anda lakukan sebagai seorang perawat?
Bagaimana anda harus bersikap?
B. PEMBAGIAN PERAN:
Aditya Yogantara : Suami
Dian Prawita Sari : Istri
Ineke Olivia : Ibu Penyewa Rahim
Mayangsari Prihatiningrum : Dokter
Asih Sri Rahayu : Perawat
BAB IV
PEMBAHASAN
Surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita yang
mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak lainnya (suami-istri)
untuk menjadi hamil terhadap hasil pembuahan suami-istri tersebut yang
dirtanamkan ke dalam rahimnya, dan setelah melahirkan diharuskan
menyerahkan bayi tersebut kepada pihak suami-istri tersebut berdasarkan
perjanjian yang dibuat.
Pada sewa rahim, masalah etik yang mungkin terjadi dilihat dari
pendekatan teorotis, yaitu :
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
wewenangan untuk itu.
c. Pada fasilitas layanan kesehatan tertentu.
B. Saran
Agar pemerintah dan organisasi profesi memperkuat
pengawasan dan meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya
control etika dan moral dalam penerapan teknologi reproduksi buatan
serta membuat dan memerapkan peraturan yang jelas dalam rangka
memberikan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat
dalam penerapan teknologi reproduksi buatan
DAFTAR PUSTAKA
Ratman, Desriza. 2012. Surrogate Mother dalam Prosfektif Etika dan Hukum:
bolehkan Sewa Rahim di Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
https://books.google.com/books/about/Pengantar_Etika_Keperawatan.html?
hl=id&id=i6ZQ69M66VAC