Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fifi Maghfiroh

NIM : 33010180036

Kelas: Masail Fiqhiyyah B

Tugas Resume

BAYI TABUNG

A. Sejarah bayi tabung

Bayi tabung ( In vitro fertilisation ) pertama di dunia setelah pencarian dan penelitian
yang cukup lama, akhirnya pada 25 juli 1978 lahirlah bayi tabung pertama di dunia. Bayi
tersebut adalah seorang bayi perempuan dan diberi nama Louise Brown.

Brown dilahirkan di Rumah Sakit Bristol di London, Inggris.


Sukses kelahiran Louise dengan teknik bayi tabung ini tidak lepas dari peran Patrick
C.Steptoe, ahli kandungan dan kebidanan dari Rumah Sakit Oldham, dan Robert Edwards,
seorang dokter dan peneliti medis. Louise kini hidup di inggris dan aktif bekerja di sebuah
pusat perawatan bayi. Teknologi bayi tabung kini telah menjadi sumber harapan utama bagi
pasangan yang ingin memperoleh keturunan dan telah dipakai oleh setidaknya 70% dari
semua pasangan yang mencoba mencari pemecahan atau terapi mendapatkan keturunan.

Di Indonesia sendiri, teknologi bayi tabung sudah cukup populer. Bayi tabung pertama
yang dilahirkan di Indonesia adalah Nugroho Karyanto yang lahir pada 2 mei 1988. Bayi
tersebut dilahirkan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan kita, jakarta. Sampai
sekarang, RSAB Harapan kita telah memproses lebih dari 300-an bayi tabung.

B. Dasar Hukum

 Kifayatu Al-akhyar, II: 113

‫لى إستمىى الزجل مىٍة بٍد امزأتً او امتً جاس ألوها محل استمتاعها‬
 Jika seorang suami sengaja mengeluarkan air maninya dengan perantara tangan istrinya,
maka boleh, karena perempuan tersebut tempat istima' (senang-senang) bagi seorang
suami.

C. Pengertian Bayi Tabung

 Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah sebuah tehnik pembuahan atau
reproduksi dimana sel telur (ovum) dibuahi diluar tubuh wanita. Bayi tabung adalah suatu
metode untuk mengatasi masalah kesuburan (keturunan) dimana akan dilakukan bila
metode lainnya sudah tidak berhasil. Adapun proses dari bayi tabung itu sendiri adalah
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, yaitu pemindahan sel telur dari ovarium
dan pembuahan oleh sperma dilakukan dalam sebuah medium cair.

 Program bayi tabung adalah suatu tehnik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan
sel telur matang dan sperma diluar tubuh manusia (In vitro fertilizition). Tehnik ini
sekarang menjadi semakin diminati oleh pasangan yang sulit mempunyai keturunan.
Meskipun memerlukan pengorbanan dan biaya yang tidak sedikit.

Sedangkan peluang untuk hamil dalam program bayi tabung ditentukan oleh banyak
faktor. Diantaranya adalah usia wanita, cadangan sel telur, lamanya gangguan kesuburan
yang di alami pasangan, riwayat ada atau tidaknya kehamilan sebelumnya, derajat kelainan,
sarana dan fasilitas teknologi laboratorium serta ilmu dan pengalaman dari tenaga medis dari
rumah sakit yang akan melakukan program bayi tabung itu sendiri. Tetapi dari semua itu
faktor terpenting yang menentukan kehamilan adalah usia wanita. Semakin tua usia wanita
semakin sedikit pula peluang kehamilan atau keberhasilan dari program itu.

D. Proses bayi tabung

Proses teknologi bayi tabung,

1. Sel sperma ayah

2. Sel telur ibu bertemu di luar tubuh ibu.

3. Dokter mengambil sel sperma dari ayah dan sel telur dari ibu.
4. Kemudian, dalam keadaan steril, sel sperma dan sel telur tersebut dipertemukan.
Biasanya, tempat pertemuannya didalam tabung atau cawan.

5. Setelah sel sperma dan sel telur bertemu, calon bayi pun akan terbentuk.

6. Selanjutnya, calon bayi dipindahkan keperut ibu.

7. Ibu pun menjalani kehamilan seperti ibu lain pada umumnya sampai bayi dilahirkan.

Namun, teknik bayi tabung ini biasanya adalah cara terakhir dokter anjurkan kepada
pasangan yang tidak memiliki keturunan. Hal tersebut karena memang teknik bayi tabung ini
relatif cukup mahal biayanya

E. Resiko program bayi tabung

 Resiko terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan
cairan di rongga perut yang menyebabkan keluhan berupa mual, kembung, muntah dan
hilangnya selera makan. Dengan pemantauan yang rutin akan menghindari resiko
stimulasi yang berlebihan.

 Resiko kehamilan kembar lebih dari dua akan meningkat akibat banyaknya embrio yang
dimasukkan ke rahim. Dan berakibat terjadinya resiko terjadinya persalinan prematur
yang akan memerlukan perawatan lebih lama. Untuk mengurangi resiko tersebut dengan
mempertimbangkan usia maka akan dilakukan pembatasan embrio yang akan
dimasukkan ke rahim.

 Resiko terjadinya pendarahan dan infeksi akibat pengambilan sel telur dengan jarum.
Karena kemungkinan jarum akan mengenai kandung kemih, usus dan pembuluh darah.
Tetapi dengan tehnologi USG hal itu bisa dihindari.

 Resiko mengalami keguguran dan kehamilan diluar kandungan. Dengan pemberian


hormon dan panduan tehnologi USG maka diharapkan hal itu tidak akan terjadi.

 Resiko lainya adalah tentang biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik dan emosi dalam
menyikapi harapan dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti program bayi tabung
tersebut.
F. Fatwa MUI Tentang Bayi Tabung

1. Bayi tabung dengan sperma clean ovum dari pasangan suami istri yang sah hukumnya
adalah mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.

2. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd Adz-Dzariyah sebab hal ini akan menimbulkan masalah
yang rumit kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan
dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkan dan
sebaliknya).

3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram. Berdasarkan Sadd Adz-Dzariyah, sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dengan hal
pewarisan.

4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd Adz-Dzariyah yaitu
untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

5. Fatwa MUI tentang ketidkbolehan inseminasi dengan cara donor Didasarkan Pada
Firman Allah

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” (QS
Al-Israa’:70). Maksudnya : Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan
di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.

Berdasarkan ayat di atas, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk mulia. Allah
SWT telah berkenan memuliakan manusia, maka seharusnya manusia menghormati
martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia dalam hal ini, inseminasi
buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia.
 Hadits Nabi SAW yang artinya :

“Dari Ruwaifi Ibnu Tsabit Al-Ansyari ra ia berkata : saya pernah bersama Rasulullah
SAW telah perang Hunain, kemudian beliau bersabda : “Tidak halal bagi seseorang yang
beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman
orang lain (istri orang lain)”.

Nahdlatul Ulama (NU) dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981.
Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :

 Apabila sperma yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan sperma suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu
didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rosulallah SAW
bersabda “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina)
didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya..”

 Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Sperma Muhtaram adalah sperma yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’.

 Apabila sperma yang ditabung itu sperma suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi
tabung menjadi mubah (boleh).

G. Hukum Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam di Indonesia

Para ulama di tanah air telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) mengatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasutri yang
sah hukumnya adalah “Mubah” atau diperbolehkan. Namun, jika bayi tabung dengan sperma
dan ovum dari pasutri yang sah tapi setelah dibuahi, dimasukkan atau dititipkan di rahim
wanita lain maka hukumnya haram.
H. Analisis
Pengambilan sel telur Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama:
indung telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi
sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara kedua (USG)
folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan
pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi. Yusuf Qardawi
mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang aurat diperbolehkan
dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:

ُ ْ‫ض ُز ْو َراتُ تُبٍِْ ُح المح‬


‫ظ ْى َرات‬ َّ ‫ال‬
Maksudnya: Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa
(darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.
Pengambilan sel sperma Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan
cara :
1. Istimna’ ( onani)
2. Azl ( senggama terputus)
3. Dihisap dari pelir ( testis)
4. Jima’ dengan memakai kondom
5. Sperma yang ditumpahkan kedalam vagina yang disedot tepat dengan spuit
6. Sperma mimpi malam.

Diantara kelima cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani
(mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit. Pendapat para ulama :

1. Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak berdasarkan Al-


Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk
menjaga kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri dan budak.
2. Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga
sependapat dengan ulama Hanabilah.
3. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun
istimna’ diperbolehkan dalam keadaan tertentu bahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh
kepada perbuatan zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:

ِ‫صا ِلح‬ ِ ‫س ِد أ َ ْولَى ِم ْه َج ْل‬


َ ‫ب ا ْل َم‬ ِ ‫د َْر ُء ا ْل َمفَا‬
Maksudnya: Menghindari madarat (bahaya) harus didahulukan atas mencari/menarik
maslahah/kebaikan.
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
1. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan
inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan.

Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:

1. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan
mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Dan hadist Rasulullah Saw:
َ ‫ع‬
.‫غٍْ ِز ِي‬ ْ ٌَ ‫هللا َوا ْلٍَ ْى ِم ْاَ ِخ ِزأ َ ْن‬
َ ‫س ِق ًَ َما َءيُ ُس ْر‬ ِ ‫الٌََ ِح ُّل ِال ْم ِز ٍئ ٌُ ْؤ ِم ُه ِبا‬

) ‫( رواي أبىداودوالتزمذي وقال حدث حسه‬

Artinya: Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air
spermanya kepada tanaman orang lain (vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud Al-
Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, di antaranya :

1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidahkaidah agama. Asal keadaan
suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak.
2. Para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri yang
dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara
anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung
kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal
tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.

Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami
istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak
diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
Pandangan penulis tentang bayi tabung bahwa boleh saja asalkan sperma yang diambil
merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut
(bukan rahim orang lain) dan juga yang menanganinya dahlah dokter yang ahli dari kaum wanita
tidak boleh dan lawan jenis (laki – laki).

Anda mungkin juga menyukai