Anda di halaman 1dari 21

AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal

ini terjadi karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara

alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Dan juga menolong suami-istri yang

memiliki penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh

keturunan. Tetapi dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi norma agama.

Metode bayi tabung yang dipelopori sejumlah dokter Inggris ini untuk pertama kali

berhasil menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada tahun 1978. Sebelum

ditemukannya teknik bayi tabung, untuk menolong pasutri tak subur digunakan teknik inseminasi

buatan, yakni dengan cara penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim dengan

bantuan alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma lebih mudah bertemu dengan sel telur.

Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%. Pada teknik bayi tabung atau in vitro fertilization

yang melahirkan Louis Brown, pertama-tama dilakukan perangsangan indung telur sang istri

dengan hormon khusus untuk menumbuhkan lebih dari satu sel telur. Perangsangan berlangsung

5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan sudah saatnya diambil. Selanjutnya,

folikel atau gelembung sel telur diambil tanpa operasi, melainkan dengan tuntunan alat

ultrasonografi transvaginal (melalui vagina). Sementara semua sel telur yang berhasil diangkat

dieramkan dalam inkubator, air mani suami dikeluarkan dengan cara masturbasi, dibersihkan,

kemudian diambil sekitar 50.000 - 100.000 sel sperma. Sperma itu ditebarkan di sekitar sel telur

dalam sebuah wadah khusus di dalam laboratorium. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai
dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Sampai dengan hari ketiga,

maksimal empat embrio yang sudah berkembang ditanamkan ke rahim istri. Dua minggu

kemudian dilakukan pemeriksaan hormon Beta-HCG dan urine untuk meyakinkan bahwa

kehamilan memang terjadi.

Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin

populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali diterapkan di Rumah

Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi tabung yang kini disebut

IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei

1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat.

Sukses besar teknik bayi tabung (IVF) konvensional ternyata masih belum memuaskan dunia

kedokteran, apalagi kalau mutu dan jumlah sperma yang hendak digunakan kurang. Maka

dikembangkanlah teknik lain seperti PZD (Partial Zona Dessection) dan SUZI (Subzonal Sperm

Intersection). Pada teknik PZD, sperma disemprotkan ke sel telur setelah dinding sel telur dibuat

celah untuk mempermudah kontak sperma dengan sel telur. Sedangkan pada SUZI sperma

disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Namun,teknik pembuahan mikromanipulasi di luar tubuh

ini pun masih dianggap kurang memuaskan hasilnya.

Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses

pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan

menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun

pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann

menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian

data secara sistimatis.


Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi tabung

dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan yang

dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang

inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan

pembunuhan.

Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif Kristen adalah berhubungan dengan embrio-

embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam teknologi reproduksi memaksa

untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu embrio yang lebih unggul dan dapat

bertahan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Bayi Tabung?

2. Bagaimana pandangan semua agama di Indonesia mengenai Bayi Tabung?

3. Apakah Proses bayi Tabung disetujui oleh Agama Kristen Katolik?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, sebagai berikut :

1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan bayi tabung.

2. Agar Mahasiswa mengetahui bagaimana pandangan Agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha

tentang Bayi Tabung.

3. Agar Mahasiswa mengetahui apakah Agama Kristen Katolik menyetujui adanya proses bayi

tabung.
1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, dimana dalam

pengumpulan data yakni melalui penelitian dokumen, data diperoleh dari berbagai sumber baik

dalam media cetak maupun elektronik atau internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung adalah upaya pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Teknologi ini telah

dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan yang kesulitan

memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung. Prosedur bayi tabung ini dimulai

dengan perangsangan indung telur istri dengan hormon. Ini untuk memacu perkembangan

sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang berisi sel telur. Perkembangan folikel dipantau

secara teratur dengan alat ultrasonografi dan pengukuran kadar hormon estradional dalam darah.

Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel dengan

tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera dibawa ke

laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam inkubator.

Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya ( dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang

dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam

laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat

pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur

dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosenya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam

alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami

ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan

dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi

tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan

dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh
sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tsb akan mengalami kehamilan,

perkembangan selama kehamilan seperti biasa.

Sejarah bayi tabung

Setelah kita mengetahui pengertian bayi tabung, mari kita pahami sejarah bayi tabung. Inggris
merupakan negara yang menjadi tonggak awal sejarah bayi tabung di dunia . Di sanalah
sejumlah dokter untuk pertama kalinya menggagas pelaksanaan program bayi tabung. Bayi
tabung pertama yang berhasil dilahirkan dari program tersebut adalah Louise Brown yang lahir
pada tahun 1978.

Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan suami
isteri yang mengalami gangguan kesuburan. Sebelum program bayi tabung ditemukan,
inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut. Inseminasi
buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri
dengan menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu
dengan sel telur. Sayangnya, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%.

Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro
Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh
negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB
Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi
tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai
banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300
anak.

Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk
mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut. Jika selama ini masyarakat hanya
mengenal satu teknik proses bayi tabung secara IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-
macam bayi tabung dengan menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik
sebelumnya. Di antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan Subzonal Sperm
Intersection (SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma ke sel telur dengan
membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan kontak antara sperma
dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan secara langsung ke dalam sel
telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua teknik ini dianggap masih belum memuaskan.

Macam-macam bayi tabung selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik Intra Cytoplasmic
Sperm Injection (ICSI). Teknik ini sangat sesuai jika diterapkan pada kasus sperma yang mutu
dan jumlahnya sangat minim. Jika pada teknik IVF konvensional membutuhkan 50 ribu-100 ribu
sperma untuk membuahi sel telur, maka pada teknik ICSI hanya membutuhkan satu sperma
dengan kualitas bagus. Dengan bantuan pipet khusus, sperma kemudian disuntikkan ke dalam sel
telur. Langkah selanjutnya juga serupa dengan teknik IVF konvensional.
Menurut dr. Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit infertilitas Melati, RSAB
Harapan kita, di Indonesia program bayi tabung dengan menggunakan teknik ICSI sudah mulai
dilakukan sejak tahun 1995. Dengan pemakaian teknik tersebut, keberhasilan bayi tabung bisa
mencapai 30%-40%.

Sejarah bayi tabung nampaknya tidak akan berhenti sampai di sini. Dunia kedokteran akan terus
berusaha mengembangkan berbagai penelitian hingga didapatkan teknik bayi tabung yang bisa
memberikan tingkat keberhasilan yang paling memuaskan.

Jenis-jenis bayi tabung

Fertilisasi in vitro konvensional, yaitu mempertemukan 1 sel telur dengan 50.000 – 100.000
sperma di dalam cawan petri yang berisi medium kultur sehingga terjadi pembuahan.
Kelebihan: cara ini secara teknis lebih mudah dilakukan, tidak ada manipulasi pada sel telur
(lebih alami) dan biaya sedikit lebih murah.
Kelemahan: jika ada masalah pada sperma, maka sperma tidak dapat menembus sel telur
sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.

2. Teknik “Intra Cytoplasmic Sperm Injection” (ICSI), yaitu teknik injeksi dengan cara
menyuntikkan 1 sperma langsung ke dalam 1 sel telur sehingga terjadi pembuahan.

Kelebihan:

 Jika suami mengalami kasus Azoospermia (tidak ada sperma yang keluar bersama air
mani) atau sperma yang sangat sedikit jumlahnya atau sangat jelek kualitasnya, teknik ini
sangat membantu.
 Teknik ini didukung dengan sistem pengambilan sperma langsung dari testis atau
teknologi simpan beku sperma (sperma dibekukan dahulu sampai saatnya diperlukan)

Kelemahan: teknik ini lebih sulit karena memerlukan alat khusus yang disebut micromanipulator,

sehingga biaya lebih mahal tetapi dapat mengatasi faktor sperma yang ekstrim sekalipun untuk

bisa membuahi sel telur.

Teknik mana yang akan Anda pilih? Rajinlah berkonsultasi dengan dokter Anda dan dapatkan

saran dokter

Tindakan medis
Dari segi tehnik, karena prosedur konsepsi buatan ini sangat menegangkan, tingkat
keberhasilannya belum begitu tinggi, dan biayanya sangat mahal, maka pasangan suami istri
(pasutri) yang diterima untuk program ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas selengkapnya.
2. Terdapat indikasi yang sangat jelas.
3. Memahami seluk beluk prosedur konsepsi buatan secara umum
4. Mampu membiayai prosedur bayi tabung ini

2.1.2 Prosedur
2.1.2.1 Prosedur FIV ( fertilisasi in vitro )
Ada beberapa tahap–tahap pelaksanaan prosedur FIV (in vitro fertilasasi) adalah
sebagai berikut ;
1. Pemeriksaan penyaring pasutri dimana disini akan dilakukan melalui peninjauan kembali catatan
medis pengelolaan infertilitas, untuk meyakinkan bahwa pengelolaan infertilitas telah dilakukan
selengkapnya.
2. Pemilihan protocol stimulasi
a. Tanpa stimulasi : siklus haid normal + hCG ( human chorionic gonadotropin )
b. Clomiphene Citrat ( CC ) + hCG
c. hMG ( human Menopausal Gonadotropin ) + hCG
d. CC + hMG + hCG
e. FSH ( follicle stimulating hormone ) Murni
+ hCG
+ hMG + hCG
+ CC + hCG
+ hMG + CC + hCG
f. GnRHa ( Gonadotropin releasing hormone analogue ) + hMG + hCG
3. GnRH ( Gonadotropin releasing hormone ) + hCG
4. Stimulasi indung telur yang dijadwalkan
Tujuan stimulasi indung telur adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel yang
mengandung oosit matang sebanyak mungkin agar mudah diaspirasi pada saat sebelum terjadi
ovulasi.
5. Pemantauan perkembangan folikel
Walaupun sebagian besar tim konsepsi buatan memakai kombinasi pemeriksaan USG, kadar
E2 dan LH untuk memantau perkembangan folikel, bahkan dengan pemeriksaan mucus serviks,
tetapi belum ada consensus tentang apa yang dianggap stimulasi dan pemantauan folikel yang baik.
Kalau tentang stimulasi yang kurang baik terdapat lebih banyak kesepakatan, seperti kadar E2
yang rendah atau yang kadarnya meningkat lambat, terlampau sedikit folikel yang terbentuk atau
hanya terdapat satu folikel yang dominan, turunnya kadar E2 sebelum atau sesudah suntikan hCG,
puncak LH yang premature, dan kalau timbul keluhan akibat pengobatan, seperti demam atau
gatal-gatal, merupakan indikasi untuk menghentikan stimulasi.
6. Pengambilan Ovum ( PO )
Pada pertama kalinya dilakukan melalui laparoskopi dengan 2 atau 3 tusukan. Jarum aspirasi
dimasukan melalui alat laparoskop atau melalui tusukan khusus. Berbagai alat pengisap oosit telah
dipakai, sempritan 50 Dan alat pengisap dengan tekanan 150 mmHg. Kini PO dapat dilakukan
lebih mudah secara transvaginal dengan bimbingan USG.
7. Persiapan dan prosedur laboratorium
Seluruh prosedur laboratorium konsepsi buatan perlu dipersiapkan seoptimal mungkin.
laboratorium yang letaknya bersebelahan dengan kamar PO akan memudahkan transportasi
embrio. Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah air radiator yang digunakan,
incubator CO2, laminar air flow, mikroskop, alat habis pakai, system fertilisasi, dan aliran listrik
haruslah dalam keadaan prima.
Cairan pungsi harus segera dibawa ke laboratorium dan pencairan oosit di bawah mikroskop
segera dilakukan. Kalau cairan folikel itu jernih, dengan mata telanjang akan tampak mucul
sebagai gumpalan putih yang mungkin berisikan oosit. Oosit dibersihkan dari gumpalan darah lalu
dimasukkan ke dalam medium biakan dalam cawan petri. Semua oosit yang diperoleh segera
dimasukkan kedalam incubator CO2 , setelah terlebih dahulu dinilai tingkat kematangannya.
Penilaian tingkat kematangan ini perlu untuk menentukan saat inseminasi yang tepat. Oosit yang
matang, antara lain ditandai dengan cumulus yang menyebar dan koronanya padat. Berbagai jenis
medium yang akan dipakai, harus terlebih dahulu diuji, Baik parameter fisiknya, (pH, Osmolaritas,
Suhu), maupun efek biologiknya (perkembangan embrio tikus percobaan, uji ketahanan sperma).
Saat inseminasi ditentukan menurut tingkat kematangan oosit. Untuk oosit yang matang ,
inseminasi dilakukan 5-6 jam setelah oosit di inkubasikan, yang terlalu matang setelah 3 jam, dan
yang belum matang setelah 24-36 jam. Teknik pengolahan sperma dapat dilakukan dengan
berbagai cara dari yang paling sederhana seperti swim-up, sampai yang paling canggih seperti
pemisahan sperma dengan berbagai konsentrasi larutan percoll, yang semuanya bertujuan untuk
memperoleh sperma motil yang terbaik. Umumnya inseminasi dilakukan dengan sperma yang
telah diolah dengan konsentrasi 50.000 – 100.000/ml.
8. Perkembangan dalam media biakan
Terjadinya fertilisasi dimulai 18-20 jam setelah inseminasi. Fertilisasi yang normal ditandai
dengan adanya 2 inti (pronukleus), yang harus dibedakan secara cermat dari fertilisasi yang
abnormal (polispermia) yang ditanda idengan adanya lebih dari 2 pronukleus.
Oosit yang sudah dibuahi ( zigot ) dipindahkan kedalam medium segar, kemudian segera di
inkubasikan dalam inkubasi CO2, terjadinya fertilisasi tergantung dari banyaknya hal, yang
terpenting adalah kualitas dan kuantitas oosit serta sperma. Tingkat fertilisasi 60% dapat dikatakan
cukup baik. Kira-kira sekitar 24 jam sekitar inseminasi, oosit yang sudah dibuahi itu dikeluarkan
dari incubator yang biasanya sudah mencapai stadium embrio dengan tingkat pembuahan 2-6 sel.
dari semua embrio itu dipilih 4 embrio yang terbaik yang ditentukan berdasarkan morfologinya.
Embrio yang terpilih kemudian dimasukkan kedalam medium biakan segar dengan suplemen
protein
9. Pemindahan Embrio
Dilakukan 42-44 jam setelah inseminasi, pada waktu embrio telah mencapai stadium 2-6 sel.
Pada umumnya PE dilakukan dengan isteri dalam sikap litotomi, didampingi oleh suaminya. Tim
yang lain melakukan dalam sikap litotomi kalau seterusnya intervensi dan dalam sikap dengkul-
dada kalau uterusnya retroverni PE dilakukan dengan memakai kateter Teflon halus. Kadang-
kadang diperlukan bantuan kanula logam untuk membimbing kateter masuk kedalam rongga
uterus.
10. Pemantauan fase luteal
Kebanyakan tim konsepsi buatan memberikan suntikan atau progesterone dalam fase luteal.
Tidak cukup bukti untuk mendukung pengobatan ini, karena beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa pengeluaran progesterone akan berlangsung normal setelah dilakukan
aspirasi ovum. Namun ada juga yang melaporkan terjadinya fase luteal pendek setelah dilakukan
protocol superovulasi.
11. Diagnosis kehamilan
Kalau terjadi kehamilan, uji Beta-hCG akan memberikan hasil yang positif .tingkat
keberhasilan kehamilan berbeda-beda diantara berbagai tim konsepsi buatan. Pada umumnya
sekitar 20% pasutri akan mengalami kehamilan setelah dilakukan PE. Walaupun demikian,
keberhasilan lebih tergantung dari banyaknya oosit yang berhasil diaspirasi, dan banyaknya
embrio yang dipindahkan.
12. Analisa sebab kegagalan
a. Ovulasi premature atau ova gagal untuk dibuahi.
b. Oosit belum matang atau tidak normal. Inseminasi dilakukan pada saat yang kurang tepat.
c. Keadaan hormonal/kesehatan isteri kurang menguntungkan oosit.
d. Parameter stimulasi mungkin tidak sebaik yang diharapkan.
e. Embrio yang dipindahkan gagal untuk berimplantasi. Hal ini merupakan satu-satunya masalah
terbesar yang dialami oleh semua program konsepsi buatan pada masa kini.
f. Spermatozoa kurang baik kualitasnya.
g. Perkembangan endometrium kurang baik atau tidak sinkron untuk terjadinya implantasi yang baik.
13. Perawatan
Kalau konsepsi buatan berhasil, pelayanan obstetriknya tidak jauh berbeda dengan konsepsi
alamiah. Konsepsi buatan bukan merupakan indikasi untuk dilakukan amniosintesis atau tindakan-
tindakan obstetric lainnya.
14. Pertimbangan Psikologik
Bagian terpenting dari program konsepsi buatan adalah konseling pasca konsepsi buatan yang
gagal, karena kira-kira 80% pasutri akan mengalaminya. Konseling ini bertujuan untuk
meringankan pasutri dari segala kekecewaan dan kesedihan karena kegagalan yang baru saja
dialaminya .Reaksi kesedihan pasutri dapat disamakan dengan kesedihan setelah mengalami
keguguran atau kematian anak yang sangat diinginkannya.
Fungsi dari bayi tabung

Bagi pasangan menikah, kehadiran seorang anak merupan anugrah dan


momen yang ditunggu, namun jika belum memilikinya tentu akan terus
mengupayakan baik secara kedokteran dan juga tradisional, maka tidak ada
salahnya memeriksakan riwayat kesehatan kepada ahlinya (profesional).
Bisa dikatakan usia adalah faktor yang sangat penting dalam
menentukan tingkat keberhasilan bayi tabung. Usia perempuan berkaitan erat
dengan kondisi sel telurnya. Kemungkinan berhasil lebih tinggi bagi
perempuan pada usia 25 – 35 tahun. Pada usia 30 – 40 tahun, kualitas dan
kuantitas sel telur mulai menurun. Jika berhasil hamil, risiko mengalami
keguguran lebih besar pada perempuan berusia 40 tahuun keatas.
Bagi pasangan yang mempunyai kelainan pada organ reproduksinya,
bayi tabung menjadi solusi terbaik untuk menghasilkan keturunan. Beberapa
manfaatnya yaitu program bayi tabung merupakan sarana terbaik untuk bisa
hamil dengan cepat.
Tingginya angka kesuksesan bayitabung pada wanita dibawah usia 35
tahun menjadi pertimbangan tersendiri untuk menggunakan sarana
inseminasi buatan ini terutama bagi wanita dalam golongan usia tersebut.
Sedangkan bagi wanita diatas usia tersebut memang cukup sulit utuk bisa
hamil, namun memiliki kecenderungan terbantu melalui program bayi tabung.
Manfaat lain dari terapi infertilisasi buatan ini adalah embrio yang telah
diambil, dapat dibekukan dan disimpan untuk jangka waktu yang lama. Yang
berarti jika pasangan ingin anak kedua atau seterusnya, tidak perlu mengikuti
prosedur dari awal, hanya tinggal mengimplantasi embrio tang telah tersedia.
Mudahnya mengatur tanggal kelahiran sesuai yang pasien inginkan
dapat disesuaikan dengan menjadwalkan penanaman embrio ke pasien. Hal
inilah yang menyebabkan mengapa program bayi tabung menjadi semakin
populer.

2.2 . Tujuan Penemuan Bayi Tabung

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri

yang tidakmungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya

mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana

kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya

yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

2.3 Pandangan Agama Terhadap Bayi Tabung

A. Pandangan Agama Islam

Masalah ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di

tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam

Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana
diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam

Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi

tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma

suami dan ovum dari isteri sendiri.

Fatwa MUI:

1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah

(boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.

2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri

kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab

hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan

(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang

mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram

berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik

dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.

4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah

hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar

pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan

terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Hukum senada juga difatwakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai hasil dari forum Munas

Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Hanya saja NU memberikan penekanan bahwa

apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak

muhtaram, maka hukumnya juga haram. "Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’.

"Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan

istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang

diperbolehkan untuk bersenang-senang.

B. Pandangan Agama Kristen Katolik

Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung merupakan teknologi

fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli. Jika manusia mengolah bayi tabung, artinya

manusia itu sudah melampaui kewajaran atau melebihi kuasa Allah Bapa yang sudah menciptakan

manusia. Fertilisasi in vitro menghapuskan tindakan kasih perkawinan sebagai sarana terjadinya

kehamilan, dan bukannya membantu tindakan kasih suami isteri itu mencapai tujuannya yang

alami. Kehidupan baru tidak dibuahkan melalui suatu tindakan kasih antara suami dan isteri,

melainkan melalui suatu prosedur laboratorium yang dilakukan oleh para dokter atau ahli medis.

Suami dan isteri hanya sekedar sebagai sumber “bahan baku” telur dan sperma, yang kemudian

dimanipulasi oleh seorang ahli sehingga menyebabkan sperma membuahi telur. Tak jarang pula

dipergunakan telur atau sperma dari “donor”. Artinya, ayah atau ibu genetik dari anak bisa saja

seorang lain dari luar perkawinan. Hal ini dapat menimbulkan situasi yang membingungkan bagi

si anak kelak, apabila ia mengetahui bahwa salah satu dari orangtua yang membesarkannya,

bukanlah orangtua bilogisnya.

Menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk mendapatkan anak, tetapi ada tujuan

lain, yaitu untuk menyatukan seorang laki-laki dan seorang wanita yang sudah direncanakan

Tuhan. Dengan melihat janji pernikahan menurut agama katolik, yaitu:

1) Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.


2) Suka

3) Duka

4) Miskin dan

5) Kay a.

Seorang anak akan diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap. Karena apa yang

diberikan Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik buat manusia.

Persatuan cinta suami istri berlansung secara jasmaniah sedangkan bayi tabung mengingkari

kodrat perkawinan.

Seorang suami karena ingin memiliki anak lalu dia ingin menikah lagi dengan wanita lain sangat

dilarang oleh agama katolik. Karena pernikahan dilakukan untuk seumur hidup baik suka maupun

duka.

Praktek IVF / bayi tabung dan ET itu tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, karena beberapa

alasan, diantaranya :

a. Umumnya IVF melibatkan aborsi, karena embryo yang tidak berguna dihancurkan/dibuang.

b. IVF adalah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai manusia,

melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua.

c. Pengambilan sperma dilakukan dengan masturbasi. Masturbasi selalu dianggap sebagai perbuatan

dosa, dan tidak pernah dibenarkan.

d. Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang normal.

e. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk dikandung dengan normal,

melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika melibatkan ‘ibu angkat’, ini juga berarti

menghilangkan haknya untuk dikandung oleh ibunya yang asli.


C. Pandangan Agama Kristen Protestan

Menurut pandangan agama Kristen protestan, program bayi tabung diizinkan untuk

dilaksanakan. Asalkan, dalam konteks yang melaksanakannya adalah pasangan suami isteri yang

sudah diberkati atau dinikahi. Program ini dilaksanakan karena banyak orang yang masih

mendambakan anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Tuhan berfirman "Segala sesuatu

diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan."

Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (l korintus 10:23).

Program bayi tabung merupakan hasil pemikiran manusia. TUHAN Allah membentuk

manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya,- demikian

manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7).

bayi tabung boleh dilakukan asalkan dilakukan oleh pasangan suami isteri yang sah dan tidak

melibatkan orang lain. Maksudnya tidak menyewa rahim atau mengambil sel telur milik wanita

lain selain isterinya. Dan tidak mengambil atau menggunakan sperma laki-laki lain selain

suaminya. Mengapa? karena lebih baik orang itu suami atau isteri menikah lagi, dari pada

melakukan hal ini. Karena perbuatan ini adalah pebuatan berzinah. Sebab ada tertulis "Jangan

berzinah"(Keluaran 20:14). Alangkah baiknya jika pasangan suami isteri yang ingin memiliki anak

mengikuti program ini, dari pada suami tidak menikahi isteri orang lain dan melakukan hal-hal

yang tidak diinginikan. Demikain halnya dengan pasangan suami isteri yang tidak memiliki biaya

untuk mengikuti program bayi tabung bisa mengandalkan doa. Seperti yang terdapat di Lukas 1:5-

25 [Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembabtis). Dalam Bagian ini diceritakan bahwa

Elisabet adalah perempuan mandul. Karena Rlisabet dan suaminya Zakharia meminta dengan

sungguh-sungguh dan tanpa henti-henti akhirnya Tuhan menjawab doa mereka. TUHAN
mengutus malaikatnya untuk menyampaikan kabar ini kepada Zakaria pada saat Zakaria

membakar ukupan di Bait Suci. Malaikat juga mengatakan bahwa kerika anak itu lahir Zakaria

harus menamai anak itu Yohanes.

Bayi tabung bukan dilakukan melalui hubungan seks. Itulah sebabnya agama Kristen

menyetujui. Karena pada mulanya Tuhan Yesus lahir kebumi bukan melalui hubungan seks antara

Maaria dan Yusuf, melainkan melalui roh kudus. (Lukas 2:28-38; Pemberitahuan tentang

Kelahiran Yesus)

D. Pandangan Agama Hindu

Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia

(PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung

Indonesia (KASI).

Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh Brahman sudah ada

didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik

secara alarm" (hamil karena hubungan seks/tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan

kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi tabung) merupakan

suatu hasil ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan manusia.

Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar

ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan (Ranying

Hatalla) untuk menciptakan manusia.

Bayi Tabung:

1. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami-isteri.


Bayi tabung dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan mengingini seorang anak. tidak

ada satupun yang bisa meiarang termasuk hukum. Karena hak ini terdapat dalam UUD bab XA

Pasal 28B ayat l yaitu setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

melalui perkawinan yang sah.

2. Insemi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai

dengan tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.

Walaupun bayi tabung bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan mengingini anak,

Agama hindu kaharingan tidak mengizinkan atau memperbolehkan teknologi fertilisasi ini. Karena

perbuatan ini sudah melanggar hak cipta yang yang dilakukan oleh Ranying Hatalla.

Seperti yang diakui oleh umat hindu bahwa Ranying Hatala Katamparan yaitu Ranyaing Hatala

yang telah menciptakan manusia. Pada mulanya ranying Menciptakan nenek moyang (disebut Raja

Bunu) di Pantai danum Sangiang, sebelum diturunkan ke Pantai Danum Kalunen Ranying Hatalla

terlebih dahulu membekali Raja Bunu dengan segala aturan, tata cara, bahkan pengalaman

langsung untuk menuju ke kehidupan sempurna yang abadi.

E. Pandangan Agama Budha

Ketika banyak agama merasa terancam dengan pemikiran modern dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, Agama Buddha justru sebaliknya mendapatkan tempat untuk berjalan

beriringan. Ketika banyak agama menolak teori evolusi, perkembangan bioteknologi, maupun

teori tanpa batas tepi (teori kosmologi mengenai ketiadaan awal maupun akhir dari alam semesta

oleh Stephen Hawking), agama Buddha sebaliknya tidak langsung menolak hal-hal tersebut. Bagi

ajaran Buddha, perkembangan tekonologi bagaikan pisau yang di satu sisi dapat dimanfaatkan

untuk memotong di dapur, namun di sisi lain dapat dipakai untuk menusuk orang lain. Jadi, alih-
alih ajaran Buddha menolak pisau tersebut, melainkan alasan penggunaan pisau tersebut yang

ditolak oleh Beliau ketika dipakai untuk melukai.

Kesimpulannya, di dalam ajaran Agama Buddha itu sendiri tidak ditolak adanya bayi tabung.

Bahkan kloning pun juga tidak di tolak. Jadi, di lain kata dapat dikatakan bahwa bayi tabung atau

inseminasi buatan di dalam agama ini diperbolehkan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan yaitu :

Dalam agama islam dikatakan bahwa proses pembuatan bayi tabung yang sel telurnya berasal

dari isteri pertama dan dikembangkan dalam rahim isteri kedua, hukumnya tetap haram karekan

akan menyebabkan percampuran Nasab. Dalam agama kristen protestan Bayi tabung boleh

dilakukan asalkan dilakukan oleh pasangan suami isteri yang sah dan tidak melibatkan orang lain.

Dalam agama katolik bahwa bayi tabung tidak diperbolehkan sebab tujuan menikah bukanlah

untuk mendapatkan seorang anak. Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui

karena sudah melanggar hak cipta Ranying hatala langit.

3.2 Saran

Dari segi positif, Kita perlu mencintai dan menghargai semua ciptaan Tuhan baik itu

berupa bayi tabung dan sebagainya sebab karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Tuhan

menciptakan manusia dengan akal dan budi dan dapat mengembangkan diri ke arah penemuan

baru tetapi tanpa meleset dari aturan dari Keagamaan.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.antaranews.com/view/?i=1217079979&c=TEKS

1988. Pesan – Pesan Baku Program Kesehatan Menurut Agama.

Jakarta : Departemen Kesehatan.

Harfanto, hanafi. 2004. Keluarga Beralih kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.

-. Bayi Tabung dari Sudut Pandang Hukum Perdata Indonesia.

Dalam http://bayitabung.blogspot.com/ di download tanggal 01 November 2010.

Anda mungkin juga menyukai