Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOETIKA

FERTILISASI INVITRO DAN TRANSPLANTASI EMBRIO PADA MANUSIA


BAYI TABUNG









Oleh :
Yonanda Nisyah
M0411080

JUEUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012/2013



BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pasangan suami istri yang normal dapat memiliki anak dengan kehamilan
yang alami. Pada umumnya dalam keadaan sehat dan normal, pasangan suami istri
yang melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi
dapat membuahkan kehamilan paling lama dalam waktu satu tahun. Sebaliknya, kalau
kehamilan belum juga terjadi dalam waktu satu tahun itu maka pasangan itu tergolong
pasangan yang tidak subur (infertil). Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk
menyebut pasangan suami istri yang belum mempunyai anak walaupun telah lama
menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum mempunyai anak setelah lama
menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang lebih banyak terjadi adalah
pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur.
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan
untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah proses bayi tabung yaitu
suatu proses pembuahan yang dilakukan diluar rahim, untuk mempersatukan sperma
dan ovum dalam sebuah alat medis/tabung kemudian dimasukkan dalam rahim
perempuan.

II. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
Mengetahui proses vertilisasi in vitro dan transplantasi embrio pada manusia
Mengatehhui manfaat dari vertilisasi invitro dan transplantasi embrio pada
manusia
Meninjau tanggapan dari segi hukum dan agama tentang vertilisasi in vitro
dan transplantasi embrio pada manusia




III. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
Bagaimana proses vertilisasi invitro dan transplantasi embrio pada manusia
bisa terjadi?
Apa manfaat dari vertilisasi invitro dan transplantasi embrio pada manusia?
Bagaimana tinjauan dari berbagai aspek tentang hukum vertilisasi invitro dan
transplantasi embrio yang dilakukan pada manusia?

























BAB II
PEMBAHASAN
I. Sejarah Vertilisasi Invitro
Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk mendapatkan keturunan bagi
pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan. Sebelum program bayi
tabung ditemukan, inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Inseminasi buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah
cairan semen suami ke dalam rahim isteri dengan menggunakan bantuan alat suntik.
Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu dengan sel telur. Sayangnya,
tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%.
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara
konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat
program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi
tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987.
Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia,
yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak
bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai
300 anak.
Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia
kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut.
Jika selama ini masyarakat hanya mengenal satu teknik proses bayi tabung secara
IVF, maka sekarang telah muncul bermacam-macam bayi tabung dengan
menggunakan teknik baru yang semakin canggih daripada teknik sebelumnya. Di
antaranya adalah Partial Zone Dessection (PZD) dan Subzonal Sperm Intersection
(SUZI). Teknik PZD dilakukan dengan menyemprotkan sperma ke sel telur dengan
membuat celah pada dinding sel telur terlebih dulu agar memudahkan kontak antara
sperma dengan sel telur. Sedangkan pada teknik SUZI, sperma disuntikkan secara
langsung ke dalam sel telur. Hanya saja dari sisi keberhasilan, kedua teknik ini
dianggap masih belum memuaskan.
Macam-macam bayi tabung selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik
Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ini sangat sesuai jika diterapkan
pada kasus sperma yang mutu dan jumlahnya sangat minim. Jika pada teknik IVF
konvensional membutuhkan 50 ribu-100 ribu sperma untuk membuahi sel telur, maka
pada teknik ICSI hanya membutuhkan satu sperma dengan kualitas bagus. Dengan
bantuan pipet khusus, sperma kemudian disuntikkan ke dalam sel telur. Langkah
selanjutnya juga serupa dengan teknik IVF konvensional.


II. Pengertian Vertilisasi Invitro
In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung
adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita. In vitro adalah
bahasa latin yang berarti dalam gelas atau tabung gelas, dan vertilization berasal dari
bahasa Inggris yang artinya pembuahan, sehingga dikenal dengan sebutan bayi
tabung.
Bayi tabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitri Fertilization (IVF). In
Vitro berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah
bahasaInggris yang memiliki arti pembuahan. Jadi bayi tabung adalah suatu upaya
untuk memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur
sehingga terjadi pembuahan dalam suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk
kaca berukuran kecil) khusus yang hal ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin
karena proses pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti tabung),
akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung. Bayi tabung
merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur (ovum) di
luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam
sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari
ditemukannyateknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila
dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -
321 derajat fahrenheit. Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong
pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah
disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan permanen. Namun kemudian
mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pada yang
memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.




III. Proses Vertilisasi Invitro
Secara teknis, IVF dibagi menjadi 4 (empat) tahap berikut:

Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi.
Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak mungkin
yang dilakukan dengan pemberian Follicle Stimulating Hormone (FSH). Saat ini, FSH
telah dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya
nama dagang Gonal-f, sehingga dapat digunakan untuk membantu stimulasi
pertumbuhan sel telur pada perempuan yang kekurangan hormon FSH. Setelah
dihasilkan cukup banyak sel telur, diberikan hormon human Chorion Gonadotropin
(hCG) untuk menstimulasi pelepasan sel telur yang matang. Seperti halnya FSH, hCG
juga telah diproduksi dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya Ovidrel yang
dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di bawah kulit. Jika tidak terdapat sel telur
yang matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat dilakukan dengan menggunakan
metode OS (Ovarian Stimulation).

Gambar 2. Perkembangan sel telur dimulai dari proses pematangan dalam ovarium.



(Sumber: Paladin, 1971)



Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur.
Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovarium diamati, misalnya
dengan menggunakan metode laparoskopi atau metode vaginal ultrasonik. Sel telur
yang telah matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum yang
runcing, kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium
pertumbuhan.

Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur.
Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metode swim-up
(Henkel dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel
telur, kemudian disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada
interval waktu antara fertilisasi dan maturasi. Setelah terjadi fertilisasi, embrio
dibiarkan di dalam inkubator selama 3 5 hari.

Gambar 3. Teknik Fertilisasi In Vitro dan Transplantasi Embrio



Sumber : http://www.justeves.com/ipl/ivf_et.shtml






Tahap keempat, yaitu transfer embrio.
Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi
yang telah mencapai tahap blastula. Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim
melalui kateter Teflon tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke
rumah segera setelah transfer embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya
kehamilan, maka beberapa embrio ditransplantasikan ke dalam rahim (Corabian,
1997).
Dalam aplikasinya, teknik IVF perlu mempertimbangkan tingkat kesuksesan.
Definisi tingkat kesuksesan dalam IVF adalah jumlah kehamilan yang diperoleh
setelah aplikasi IVF dibagi dengan jumlah aplikasi IVF yang telah dilakukan untuk
mendapatkan kehamilan. Ada beberapa variasi dalam perhitungan ini. Jumlah
kehamilan yang diperoleh setelah aplikasi IVF dapat dihitung yang menghasilkan
kelahiran hidup saja, maupun jumlah keseluruhan termasuk kelahiran mati.
Sedangkan jumlah aplikasi IVF yang telah dilakukan biasanya ditentukan berdasarkan
siklus IVF-ET termasuk teknik IVF itu sendiri sampai pemindahan embrio ke dalam
rahim.
Secara statistik, teknik IVF-ET dapat meningkatkan angka kehamilan pada
pasien yang mengalami masalah infertilitas penyumbatan saluran Fallopi secara
signifikan jika dibandingkan dengan teknik perawatan konvensional yang lainnya.
Kehamilan spontan yang terjadi pada pasien dengan penyumbatan saluran Fallopi
memiliki tingkat kelahiran hidup 1,4%, sedangkan dengan teknik IVF sekitar 8% -
12% per siklus perawatan (Corabian, 1997).

IV. Manfaat dan Masalah
Manfaat dari Vertilisasi Invitro seperti diketahui adalah dapat membantu
pasangan yang susah dalam mempunyai kuturunan untuk dapat mempunyai keturunan
dengan adanya bayi tabung. Namun timbul beberapa masalah yang terjadi yaitu
percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin
dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan
haram dikawini) dan kewarisan. Bertentangan dengan hukum alam. Inseminasi pada
hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran sperma dengan
ovum tanpa perkawinan yang sah. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa
menjadi sumber konflik didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan
donor merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-
sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya. Anak hasil inseminasi
buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan
donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal
dan nasabnya. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada
bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami
istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan
anatara anak dengan ibunya secara alami
V. Tinjauan dari Berbagai Aspek Hukum
A. Aspek Medis
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan
yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tenang
Kesehatan, pada pasal 127 ayat 1 disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di
luar cara alami dari suami atau istri yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim
istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang
kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Di dalam UU No.36 tahun 2009
tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin, yang dimaksud adalah
sperma dan ovum yang digunakan untuk bayi tabung harus berasal dari suami istri
dengan perkawinan yang sah dan embrio harus ditanam pada rahim istri di mana
ovum berasal.

B. Aspek Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor. Jika suami mandul dan istrinya
subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan
pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam
tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri.
Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya sepanjang si suami tidak menyangkalnya dengan
melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum pasal 250 KUHP.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar
hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan pasal 250 KUHP. Permasalahan mengenai bayi
tabung dengan sperma atau sel telur berasal dari orang lain atau orang yang sudah
meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu
segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai
hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.

C. Aspek Etik(Moral)
Pada kasus yang kita bahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan
budaya dan tradisi ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro
pada manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi
terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti
ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan.
Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses
alamiah yaitu melalui hubungan seksual antara suami-istri yang sah menurut agama.

D. Aspek Hak Asasi Manusia
Dalam HAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang
setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya
tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan bayi tabung dengan
donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari
pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik
hukum perdata, hukum pidana, hukum agama, hukum kesehatan serta etika (moral)
ketimuran yang berlaku di Indonesia.
Dalam UU No. 32 tahun 1996 tentang HAM dijelaskan bahwa setiap orang
berhak membentuk keluarga dan mendapatkan keturunan dari pernikahan yang sah,
jadi jelas bahwa bayi tabung dengan donor sperma dari laki-laki lain tidak sesuai
dengan hukum HAM.

E. Aspek Agama
Dalam kasus tersebut sperma yang dipakai berasal dari pendonor yang bukan
merupakan suami sah dari wanita yang rahimnya digunakan untuk implantasi embrio
tersebut. Maka sudah jelas bahwa hal tersebut tidak dibenarkan dalam agama karena
sperma dan sel telur bukan berasal dari laki-laki dan wanita yang menikah secara sah.
Menurut Agama Islam
Landasan Diharamkannya Bayi Tabung
a. Q.S Al-Isra ayat 70


Artinya : Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan
makhluk yang Telah kami ciptakan.(QS. Al-Isra: 70)

b. Q.S At-Tin ayat 4


Artinya: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .(QS. At-Tin: 4)
Hadits Nabi :


Artinya: Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allash dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain).
(Hadits Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu
Hibban) Kedua ayat dan Hadits di atas menerangkan bahwa bayi tabung dengan
sperma donor itu haram. Karena pada hakikatnya dapat merendahkan harkat dan
martabat manusia. Dalam hal itu manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Selain itu, diharamkannya bayi tabung dengan sperma donor karena akan
menimbulkan percampuradukkan dan penghilangan nasab, yang telah diharamkan
oleh ajaran Islam. Oleh karena itu, proses bayi tabung hendaknya dilakukan dengan
memperhatikan nilai moral Islami dan tetap harus menjunjung tinggi etika dan
kaidah-kaidah syariah.
Landasan Diperbolehkannya Bayi Tabung
Firman Allah SWT:


Artinya: Setiap ada kesulitan, ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5).
Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Anas Ra bahwa Nabi SAW telah bersabda:
Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak), sebab sesungguhnya
aku akan berbangga di hadapan para Nabi dengan banyaknya jumlah kalian pada hari
kiamat nanti. (HR. Ahmad)
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak
berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berusaha dalam menggapai karunia
Allah. Termasuk dalam kesulitan reproduksi manusia. Dengan adanya kemajuan
teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat
manusia agar mereka bersyukur dan menggunakannya sesuai dengan kaidah-kaidah
ajaran-Nya.




























BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan
sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan
proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan
pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi
tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer kedalam rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah hendaknya
juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan
siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
atau ovum donor.
Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan
tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan)
diperbolehkan oleh islam,jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan
benar-benar memerlukan.Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah
menurut Islam.














DAFTAR PUSTAKA

Corabian, P. 1997. In vitro fertilization and embrio transfer as a treatment for infertility -
Technology Assessment Report. Alberta Heritage Foundation for Medical Research.

Dulioust, E. Busnel, M. C., Carlier, M., Roubertoux, P., Auroux, M., 1999. Embrio
cryopreservation and development: facts, questions and responsibility. Human
Reproduction. 14, 1141-1145.

ESHRE Task Force on Ethics and Law. 2001. The moral status of the pre-implantation
embrio. Human Reproduction. 16, 1046-1048.

Gissler, M., Klemetti, R., Sevn, T., and Hemminki, E., 2004. Monitoring of IVF birth
outcomes in Finland: a data quality study. BMC Medical Informatics and Decision
Making. 4, 3.

Henkel, R. R. and Schill, W. B., 2003. Sperm preparation for ART. Reprod Biol
Endocrinol. 1, 108.

Hadiwardoyo, A. P. 1989. Etika Medis. Kanisius. Yogyakarta.

Koivurova, S., Hartikainen, A. L., Gissler, M., Hemminki, E., Sovio, U., Jrvelin, M. R.,
2002. Neonatal outcome and congenital malformations in children born after in-vitro
fertilization. Human Reproduction. 17, 1391-1398.

Paladin, 1971. Human Reproduction from the Science Journal. Granada. London.

Anda mungkin juga menyukai