Anda di halaman 1dari 33

TREND DAN ISSU SISTEM REPRODUKSI BAYI

TABUNG, CLONNING DAN STUNTING

NAMA KELOMPOK :

01  NURUL LIGA.

02  PRIYADI

03  RABIATUL ADAWIYAH

04  PUNGKAS HUSADA MUKTI

TUGAS KELOMPOK
MATERNITAS
BAYI TABUNG

DEFENISI BAYI TABUNG

Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh
dan setelah menghasilkan embrio akan ditanamkan ke rahim wanita.

https://kesehatan.kontan.co.id/news/apa-yang-dimaksud-dengan-bayi-tabun
g-dan-bagaimana-prosesnya?page=all
.
PROSES BAYI TABUNG

Prosedur bayi tabung Prosedur untuk melakukan bayi tabung kemungkinan berbeda
tergantung pada masing-masing klinik atau rumah sakit yang menanganinya. Namun,
secara umum berikut adalah prosedur bayi tabung:

 Menekan siklus menstruasi alami Calon ibu menerima obat, biasanya dalam
bentuk suntikan setiap hari selama sekitar 2 minggu, untuk menekan siklus
menstruasi alami mereka.

 Stimulasi produksi sel telur Obat kesuburan yang mengandung hormon kesuburan
hormon perangsang folikel (FSH) diberikan kepada wanita tersebut. FSH membuat
ovarium menghasilkan lebih banyak sel telur dari biasanya. Pemindaian USG
vagina dapat memantau proses di ovarium.

 Mengambil sel telur Sel telur diambil melalui prosedur pembedahan kecil yang
dikenal sebagai aspirasi folikel. Jarum yang sangat tipis dimasukkan melalui
vagina dan masuk ke dalam ovarium. Jarum tersebut dihubungkan dengan alat
penghisap untuk menyedot sel telur. Proses ini diulangi untuk setiap ovarium. Pada
tahun 2011, para peneliti menyarankan bahwa mengumpulkan 15 sel telur dari
ovarium dalam satu siklus memberikan peluang tertinggi untuk keberhasilan
kehamilan dalam proses bayi tabung.
PROSES BAYI TABUNG

 Inseminasi Telur yang telah terkumpul ditempatkan bersama dengan sperma jantan
dan disimpan dalam ruang yang terkontrol. Setelah beberapa jam, sperma akan
memasuki sel telur. Terkadang sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Ini
dikenal sebagai injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI).

 Telur yang telah dibuahi membelah dan menjadi embrio Pada titik ini, beberapa
klinik atau rumah sakit menawarkan diagnosis genetik pra-implantasi atau pre-
implantation genetics diagnosis (PGD) yang dapat menyaring embrio dan
mendeteksi adanya kelainan genetik. Hal ini agak kontroversial dan tidak selalu
digunakan. Satu atau dua embrio terbaik dipilih untuk dipindahkan. Calon ibu
kemudian diberikan progesteron atau human chorionic gonadotrophin (hCG) untuk
membantu lapisan rahim menerima embrio.

 Transfer embrio Terkadang, lebih dari satu embrio ditempatkan di dalam rahim.
Penting bagi dokter dan pasangan yang ingin memiliki anak untuk mendiskusikan
berapa banyak embrio yang harus dipindahkan. Biasanya, dokter hanya akan
mentransfer lebih dari satu embrio jika tidak ada embrio ideal yang tersedia.
Pemindahan embrio dilakukan dengan menggunakan tabung tipis atau kateter yang
memasuki rahim melalui vagina. Saat embrio menempel di lapisan rahim,
pertumbuhan dan perkembangan embrio yang sehat bisa dimulai.
ETIOLOGI BAYI TABUNG

1. Faktor tuba

Salpingitis, perlekatan tuba, kelainan kongenital tuba, pembedahan sebelumnya,


endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba dan kelainan ektopik
sebelumnya.

2. Kelainan zigot

Kelainan kromosom dan malformasi

3. Faktor ovarium

Migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuaba kiri atau sebaliknya),
pembesaran ovarium dan unextruded ovum

4. Penggunaan hormon estrogen seperti pada kontrasepsi oral

5. Faktor lain

Aborsi tuba dan pemakaian IUD


MANIFESTASI KLINIK

1. Amenore

2. Gejala hamil muda

3. Nyeri perut bagian bawah. Nyeri goyang (Bila serviks digerakkan


akan menimbuilkan rasa nyeri). Pada rubtur tuba dapat berubah
menjadi desidua karena pengaruh pingsan sampai syok. Pada
abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat
lain. Bila darah sampai ke diafragma bisa menyebabkan nyeri
bahu dan bila terjadi hemotokel retrouterina terdapat nyeri
defekasi.

4. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua


MANIFESTASI KLINIK

1. Tuba fallopi

a. Pars interstitisialis

b. Insthmus 3. Ovarium

c. Ampula 4. Intraligamenter

d. Infundibulum 5. Abdominal

e. Fibria a. Primer

2. Uterus b. Sekunder

a. Kanalis servikalis 6. Kombinasi kehamilan dalam

b. Devertikulum dan luar uterus

c. Kornua

d. Tanduk rudimenter
PATOFISIOLOGI

Kehamilan ektopik berupa kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter,


kehamilan servikal dan kehamilan intraabdominal. Yang paling sering terjadi adalah kehamilan tuba.
Kehamilan tuba dapat terjadi pada pars interstisialis, pars ismika, pars ampularis dan infundibulum tuba.

Kehamilan intrauterina dapat terjadi bersamaan dengan kehamilan ektopik. Disebut combined
ectopic pregnancy bila terjadi bersamaan dan compound ectopic pregnancy bila kehamilan ektopik terjadi
lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.

Hasil konsepsi bernidasi kolumnar atau interkolumnar dan biasanya akan terganggu pada kehmilan
6-10 minggu, berupa

1. Hasil konsepsi mati dan diresopsi

2. Abortus ke dalam lumen tuba

3. Rupture dinding tuba

Uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua karena pengaruh
estrogen dan progesteron dari korpus graviditas dan trofoblas. Pada endometrium juga ditemukan
fenomena arias-stella.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Kadar hemoglobin

Leukosit

Tes kehamilan bila baru terganggu

2. Dilatasi Kuretase

3. Kuldosentesis

Suatu cara pemeriksaaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum dauglas


terdapat darah.

4. USG

5. Laparoskopi atau laparotomi


DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Amenore dan kadang terdapat anda kehamilan muda, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus dan perdarahan pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.

2. Pemeriksaan umum

Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan
tanda-tanda syok.

3. Pemeriksaan ginekologi

Ditemukan tanda-tanda kehamilan muda, rasa nyeri pada pergerakan serviks, uterus dapat
teraba agak membesar dan kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang
sukar ditentukan, kavum dauglasi menonjol, berisi darah dan nyeri bila diraba.

4. Pemeriksaan laboratorium

Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
PENATALAKSANAAN

Pasien dirujuk ke rumah sakit. Dirumah sakit dilakukan

1. Laparotomi

2. Salpingektomi

3. Kemoterapi
KLONNING
DEFENISI KLONNING

Menurut Pratiwi Sudarsono, yang dimaksud dengan kloning adalah


perbanyakan sel atau organism secara aseksual. Hasil kloning adalah klon,
yakni populasi yang berasal dari satu sel atau organisme yang mempunyai
rangkaian kromosom yang sama dan sifat yang identik dengan induk asalnya.

Klon kemudian diartikan sebagai kumpulan organisme baik tanaman maupun


hewan yang mengandung perangkat gen yang sama. Anak kembar yang
berasal dari satu telur akan memiliki perangkat gen yang sama sehingga sulit
dibedakan karena adanya kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya.
Apabila dipandang dari kesamaan perangkat gennya, maka dua saudara
kembar dari satu telur dapat dianggap sebagai suatu klon yang terjadi secara
alami atau kembar alami yang merupakan teknologi Tuhan.
KLONNING
DEFENISI KLONNING

Menurut Pratiwi Sudarsono, yang dimaksud dengan kloning adalah perbanyakan sel atau organism
secara aseksual. Hasil kloning adalah klon, yakni populasi yang berasal dari satu sel atau
organisme yang mempunyai rangkaian kromosom yang sama dan sifat yang identik dengan induk
asalnya.

Klon kemudian diartikan sebagai kumpulan organisme baik tanaman maupun hewan yang
mengandung perangkat gen yang sama. Anak kembar yang berasal dari satu telur akan memiliki
perangkat gen yang sama sehingga sulit dibedakan karena adanya kemiripan antara yang satu
dengan yang lainnya. Apabila dipandang dari kesamaan perangkat gennya, maka dua saudara
kembar dari satu telur dapat dianggap sebagai suatu klon yang terjadi secara alami atau kembar
alami yang merupakan teknologi Tuhan.

Pada prinsipnya mengklon individu baru ialah mengganti inti telur


dengan inti sel definitif, lalu merangsang telur itu tumbuh.
KLONNING

METODE KLONNING

Metode yang digunakan dalam proses kloning ini ada dua macam,
melalui proses fertilization in vitro (pembuahan luar tubuh) yang
menggunakan sperma dan fertilization invitro dengan sel somatik sebagai
sumber gen
KLONNING
METODE KLONNING

Pada metode pertama, langkah awal yang dilakukan adalah


fertilization in vitro, setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai
empat sampai delapan sel, kemudian dilakukan spiliting (pemotongan dengan
cara mikro manipulasi) menjadi dua atau empat bagian. Bagian embrio ini
dapat ditumbuhkan dalam inkubator hingga tumbuh menjadi embrio yang
normal dan memiliki genetik yang sama. Setelah mencapai fase blastosis
embrio tersebut ditransfer kembali kedalam rahim ibu sampai umur sembilan bulan.
KLONNING METODE KLONNING

pada metode kedua, fertilization tidak dilakukan dengan


menggunakan sperma, melainkan hanya sebuah sel telur yang terfertilisasi
semu yang dilakukan pronukleusnya, kemudian diambilkan inti sel somatik
dan dikembangkan melalui kejutan listrik atau cairan kimia. Mula-mula
nukleus (inti) sel telur yang mengandung DNA diambil dari sel telur wanita,
sehingga sel telur tersebut dalam keadaan kosong tanpa nucleus. Kemudian sel
telur yang kosong tersebut ditanami inti sel somatik dari orang yang akan
diklon. Inti sel somatik difusikan (digabungkan) dengan sel telur wanita yang
telah dihilangkan intinya dengan cara memberikan kejutan listrik lemah,
sehingga sel donor yang ditanam itulah satu-satunya penyedia gen yang ada.

Kejutan listrik tersebut selain menghasilkan fusi juga merangsang inti sel untuk
membelah jadi dua, empat dan seterusnya. Embrio peleburan tersebut ditanam dalam
rahim wanita pengganti (surrogate mother). Dalam tubuh wanita tersebut embrio akan
terus berkembang dan pada saatnya nanti akan lahir anak baru melalui proses alami yang
sepenuhnya merupakan duplikat orang yang mendonorkan sel.
Gambar Kloning terapeutik pada manusia
Kloning terapeutik pada manusia

Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia (Gambar)
adalah mengambil biopsy sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik tersebut
ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan intinya.21 Sel telur hasil
manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses
akan didapatkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik ini diarahkan
perkembangannya menjadi suatu jaringan atau organ tertentu yang akan dapat digunakan
untuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun
pada pasien itu sendiri
Tahapan-tahapan dalam mengkloning manusia yaitu:

1. Sebuah sel diambil dari pria atau wanita donor, kemudian mengambil sel telur

ibu yang subur.

2. Nukleus diambil, sel telur dipisahkan dari kode genetiknya, kemudian DNA

diambil dari nukleus

3. Nukleus sel donor digabung dengan sel telur, kemudian sel telur diberi kode

genetik donor.

4. Sel dikembangkan di laboratorium sampai menjadi embrio.

5. Embrio ditanam di uterus ibu atau ibu pengganti (surrogate mother).

6. Janin menjadi salinan genetik yang persis dari sel donor.


MANFAAT KLONING

1. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu

sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.

2. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan- jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat

syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena

penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh

manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil

kloning.

3. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuwan medis untuk menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan

demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak

kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.

4. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit keturunan. Dengan

teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung,

dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan

bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.


STUNTING
PENGERTIAN STUNTING

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi kronis yang


ditunjukkan dengan nilai z-score panjang badan menurut umur (PB/U)
kurang dari -2 SD (Al-Anshori, 2013). Stunting adalah masalah kurang
nutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan
gizi (Farid, dkk. 2017)
STUNTING
ETIOLOGI STUNTING

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak.


Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah
asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak
langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI, kurangnya pengetahuan
orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan masih
banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).
STUNTING
1. Faktor penyebab langsung.

a. Asupan Gizi.
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Usia anak 1 – 2 tahun merupakan masa kritis dimana
pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat.
Konsumsi makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang
dapat menyebabkan stunting (Kinasih dkk, 2016).
Hasil penelitian Kurniasari dkk, 2016 di Kabupaten Bogor melaporkan
setiap penambahan satu persen tingkat kecukupan energi balita, akan
menambah z-score TB/U balita sebesar 0,032 satuan.

b. Penyakit infeksi kronis


Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh
terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier.
Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan
gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan
berkurang. Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun
penyakit infeksi yang diderita tidak tertangani tidak akan dapat
memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi,
2016).
STUNTING
2. Faktor penyebab tidak langsung.

a. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI.

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman


tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi
karena memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada
ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan
tubuh, foremik (susu awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air
tinggi dan lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki
kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi energi dan memberi
rasa kenyang lebih lama (Ruslianti dkk, 2015).

Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang


semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-
ASI adalah sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi
sepenuhnya oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan,
pengenalan rasa.
Hasil penelitian dari Aridiyah dkk, 2015 mengatakan bahwa pemberian ASI
dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali mengalami stunting
STUNTING
b. Pengetahuan orang tua.
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan memberikaan
asuhan pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orang tua tentang gizi
akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi Nikmah, 2015.

c. Faktor ekonomi.
Dengan pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang
lebih murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang
tinggi umumnya mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi
penghasilan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik.
Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah
kesempatan untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi
makanan yang disukai meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi
Ibrahim dan Faramita, 2014
STUNTING

d. Rendahnya pelayanan kesehatan


Perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan di mana
masyarakat yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya
karena merasa dirinya tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari dan beranggapan bahwa gejala penyakitnya akan hilang
walaupun tidak di obati. Berbagai alasan dikemukakan mengapa
masyarakat tidak mau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti
jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap petugas yang kurang simpati dan
biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010).
STUNTING
TANDA DAN GEJALA

Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Tanda pubertas terlambat.
2. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
3. Pertumbuhan gigi terlambat.
4. Usia 8 - 10 tahun anak menjadi lebih pendiam
5. Tidak banyak melakukan eye contact.
6. Pertumbuhan melambat.
7. Wajah tampak lebih muda dari usianya
STUNTING
PATOFISIOLOGI

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi


ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar
tumbuh (catch up growth) yang memadai (Mitra, 2015).
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau
non patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada
asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan
diare, sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita
(Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi
berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,
pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta
pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada
kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena
kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting
atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan
sehingga tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani,
2016)
STUNTING
PATHWAY
STUNTING
DAMPAK STUNTING

Menurut Kementrian desa, 2017 dampak buruk yang ditimbulkan akibat


stunting antara lain:
1. Anak akan mudah mengalami sakit.
2. Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.
3. Kemampuan kognitif berkurang.
4. Saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.
5. Fungsi tubuh tidak seimbang.
6. Mengakibatkan kerugian ekonomi.
STUNTING
Klasifikasi dan Pengukuran Stunting.

Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran


antropometri, secara umum pengukuran antopometri berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh. (SDIDTK, 2016).
Indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur
(BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi
badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan
stunting dapat diketahui berdasarkan pengukuran TB/U lalu dibandingkan
dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih pendek dari
balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi
badan per umur (TB/U) (SDIDTK, 2016).

Kategori Status Gizi Ambang batas Z-score


Sangat pendek z score <- 3.0

z score ≥ - 3,0 sampai dengan z


Pendek
score < - 2.0

Normal z score ≥ -2,0


STUNTING
Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2016 mengatakan pemeriksaan penunjang


untuk stunting antara lain:
1. Melakukan pemeriksaan fisik.
2. Melakukan pengukuran antropometri BB, TB/PB, LILA, lingkar kepala.
3. Melakukan penghitungan IMT.
4. Pemeriksaan laboratorium darah: albumin, globulin, protein total,
elektrolit serum
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai