Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MA KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALLIATIVE NURSING


PADA KASUS LUKA BAKAR AKIBAT TERKENA AIR RAKSA
DIMUKA PADA WANITA

DOSEN : LUCIA ANDI , M.Kep

DI SUSUN

O
L
E
H

NAMA : PRIYADI
NIM : 113063C1221063
PENUGASAN

1. BUAT PATOFISIOLOGI SINGKAT UNTUK KASUS LUKA BAKAR


AKIBAT TERKENA AIR RAKSA DIMUKA PADA WANITA

2. FASE KEHILANGAN YANG BISA DIRASAKAN OLEH PASIEN /


KELUARGA SELAMA KASUS LUKA BAKAR AKIBAT TERKENA
AIR RAKSA DIMUKA PADA WANITA
3. BAGAIMANA SIKAP PERAWAT DALAM MEMBERIKAN DORONGAN
KEPADA KELUARGA YANG MENGALAMI KASUS TERSEBUT
1. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh, yang
mungkin dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektromagnetik.Kulit dengan luka
bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas
tersebut.Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gamgguan integritas kulit
dan kematian sel-sel. Akibat luka bakar fungsi kulit yang normal hilang, berakibat
terjadi perubahan fisiologis .

Bila luka bakar terjadi dimuka kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau
uap yang terhisap.Edema laring yang terjadi dapat menyebabkan gangguan hambatan
jalan napas.Gejala yang timbul adalah seseka napas, takipnea, stridor, suara serak dan
dahak berwarna gelap.Tingkat hipovolemi dimulai dari terjadinya luka bakar dan
berlangsung sampai 48-72 jam pertam. Kondisi disertai dengan pergeseran cairan dari
kompartemen vaskular keruang interstitium.Bila terjadi syok hipovolemi dan terjadi
penurunan desakan darah yang berat dan etrjadi pengaliran cairan yang tidak adekuat
ke ginjal yang memburuk kondisi syok dan timbul. anuri.Akibat pergeseran cairan bisa
mnyebabkan dehidrasi kepada jaringan yang tidak menderita kerusakan. Jadi
menimbulkan banyak cairan dan gara mhilang dari kapiler pada protein. Perfusi
jaringan yang tidak sempurna menyebabkan metabolisme anaerob dan hasil akhir
produk asam ditahan karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul asidosis
metabolik. (Sjamsuhdajat,1998).

Air raksa atau raksa atau disebut juga dengan merkuri adalah salah satu unsur kimia
dalam golongan unsur transisi dengan simbol Hg (hydrargyrum). Unsur ini menempati
nomor atom 80 dalam sistem periodik unsur-unsur kimia. Air raksa merupakan salah
satu logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Hal ini disebabkan air raksa bersifat toksik, persisten, bioakumulasi, dan dapat
berpindah-pindah di atmosfer dalam jarak yang cukup jauh. Air raksa atau merkuri
dapat ditemui dalam logam yang berbentuk batuan livingstonite, corderoite, cinnabar
dan mineral. Air raksa cair mudah sekali menguap atau berubah bentuk menjadi gas
bahkan pada suhu ruangan.
Air raksa atau merkuri adalah unsur alami yang dapat ditemukan di tanah, air, dan
udara. Namun, jika terserap oleh kulit, terhirup, atau tertelan, bisa membahayakan
kesehatan.Luka bakar akibat terkena air raksa merupakan luka yang diakibatkan oleh
zat kimia yang merusak jaringan kulit lainnya jika terkena kulit.

Luka bakar akibat terkena air raksa merupakan salah satu entitas trauma luka bakar
yang membutuhkan penanganan secara khusus. Pedoman klinis penanganan luka bakar
akibat air raksa terdiri dari menghilangkan agen kimia, menilai manajemen awal dan
luka bakar inhalasi maupun luka bakar pada muka.
Bahan kimia seperti air raksa yang berkontak dengan kulit akan menyebabkan
kerusakan jaringan melalui berbagai reaksi kimia, seperti oksidasi, reduksi, denaturasi,
dan dehidrasi. Reaksi kimiawi ini juga mungkin menghasilkan panas sehingga luka
bakar akibat air raksa dapat disertai luka bakar termal.
Luka bakar akibat terkena air raksa akan menyebabkan nekrosis koagulasi sehingga
terbentuk lapisan eschar yang keras. Lapisan ini menghambat senyawa kimia untuk
masuk lebih dalam ke jaringan tubuh akan mengakibatkan nekrosis liquefaktif sehingga
kerusakan jaringan yang timbul semakin lama akan semakin dalam.
Luka bakar akibat terkena air raksa dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi.
Komplikasi pada kulit berupa infeksi luka, selulitis, skar hipertrofik, dan keloid. Infeksi
pada luka yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan sepsis.
Kondisi ini dapat menyebabkan kematian apabila kadar kalsium darah menjadi
sangat rendah sehingga fungsi jantung dan metabolisme sel lainnya terganggu. Cedera
akibat terkena air raksa pada muka sehingga saluran napas terganggu dapat
menyebabkan gangguan airway.
Gambar Luka bakar akibat terkena air raksa dimuka pada wanita
PATHWAY

Air Raksa

Biologis LUKA BAKAR Psikologis MK :


- - Gangguan
Pada wajah Di ruang Kerusakan kulit - konsep diri
tertutup - Kurang pengetahuan
- Ancietas
Kerusakan mukosa Penguapan meningkat
Keracunan gas
Oedema laring CO Peningkatan pembuluh
darah kapiler MK :
Obstruksi - Resiko tinggi terhadap infeksi
jaringan napas CO mengikat - Gangguan rasa nyaman
Extravasasi cairan
Hb - Gangguan aktifitas
(H2O2 Elektrolit)
- Kerusakan integritas kulit
Gagal nafas Hb tidak mampu
mengikat O2 Tekanan osmotic
menurun
MK: Jalan
Nafas tidak Cairan intravaskuler
Hypoxia otak
efektif menurun

MK :
Hipovolemia dan
- Kekurangan volume cairan
hemokonsentrasi - Gangguan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi
mukosa

Gangguan pertusi organ penting Gangguan sirkulasi seluler

Gangguan
perfusi
Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi
Imun
traktus
Laju
Hipoksia Kebocoran Hypoxia Pelepasan Gangguan Daya
metabolisme
kapiler sel ginjal ketekolamin neurologi tahan
meningkat
tubuh
Dilatasi menurun
Sel otak lambung
Penurunan Fungsi ginjal hypoxia
Hambatan Glukogeo
Gagal curah hepatik pertumbuhan genesis
fungsi Gagal ginjal
sentral Gagal jantung
Gagal hepar MK :

Perubahan
nutrisi
2. Fase kehilangan yang bisa dirasakan oleh pasien/keluarga selama kasus luka bakar terkena
air raksa di muka.

 Fase Penyangkalan (Denial)


Reaksi : Terkejut, tidak percaya, merasa terpukul, menyangkal pernyataan kehilangan,
kadang berhalusinasi (seolah-olah masih melihat atau mendengar suara orang)
Reaksi fisik : Keletihan, kelemahan, wajah pucat, mual, diare, sesak nafas, detak
jantung cepat, menangis,tidak tahu berbuat apa, gelisah.

 Fase marah (Anger)


Individu menolak kehilangan
Menunjukan perasan marah meningkat yang diproyeksikan pada orang lain atau pada
diri sendiri / yang ada di lingkungannya.
Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan,
menuduh dokter-perawat yang tidak becus.
Reaksi fisik : wajah merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

 Fase tawar menawar (Bargaining)


Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan
Reaksi : Mulai melakukan tawar menawar baik diucapkan atau dipikirkan,
menyatakan kata- kata “seandainya saya hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada saya”,
“kalau saja yang sakit bukan saya “.
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau
saja yang sakit, bukan anak saya”.

 Fase Depresi ( Depression)


Reaksi : menarik diri, tidak mau bicara, putus asa, perasaan tidak berharga, ada
keinginan bunuh diri,
Reaksi fisik : menolak makan, susah tidur, letih, libido menurun.

 Fase Penerimaan (Acceptance)


Penataan kembali perasaan yang hilang
Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya.
Gambaran objek atau orang yang hilang mulai dilepas perlahan, perhatian dialihkan
pada objek baru.
Fase ini biasanya dinyatakan dengan “apa yang dapat saya lakukan agar cepat
sembuh”.

3. Sikap perawat dalam memberikan dorongan dan dukungan kepada keluarga yang
mengalami kasus luka bakar terkena air raksa di muka.
I. Secara umum :
1. Membina dan meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara :
 Mendengarkan pasien berbicara.
 Memberi dorongan agar pasien mau mengungkapkan perasaannya.
 Menjawab pertanyaan pasien secara langsung.
 Menunjukkan sikap menerima dan empati.
2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin menghambat.
3. Mengurangi faktor penghambat.
4. Memberi dukungan terhadap respon kehilangan pasien
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga
6. Menentukan tahap keberadaan pasien

II. Secara Khusus :


a. Fase Penyangkalan (Denial)
Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya :
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa
3. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan menghukum atau menghakimi
4. Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi
5. Beri dukungan non verbal : memegang tangan, menepuk bahu
6. Memberi jawaban jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan
dengan sederhana, jelas dan singkat
7. Amati respon pasien selama bicara
b. Fase marah (Anger)
Mengijinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara verbal
tanpa melawan kemarahan :
1. Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak ditujukan
kepada mereka
2. Dengarkan dengan empati, jangan memberi respon mencela
3. Membiarkan pasien menangis
4. Memdorong pasien untuk membicarakan kemarahannya

c. Fase tawar menawar (Bargaining)


Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut :
1. Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian
2. Mendorong pasien dan keluarga untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya
3. Bila pasien selalu mengungkapan”kalau” atau”seandainya……” beritahu pasien
bahwa perawat hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata
4. Membahas Bersama pasien dan mengenai penyebab rasa bersalah dan rasa
takutnya.

d. Fase Depresi (Depression)


Membantu pasien menidentifikasi rasa bersalah dan takut :
1. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya
2. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat resikonya

Membantu pasien mengurangi rasa bersalah :


1. Menghargai perasaan pasien
2. Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan dengan
kenyataan
3. Memberi kesempatan menangis dan mengungkapkan perasaan
4. Bersama pasien dan keluarga membahas pikiran negatif yang yang selalu timbul

e. Fase penerimaan (Acceptance)


Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan :
1. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
2. Membantu keluarga berbagi rasa
3. Membahas rencana bersama pasien dan keluarga setelah masa berduka terlewati
4. Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga

Tindakan:
Observasi
- Identifikasi kehilangan yang dihadapi
- Identifikasi proses berduka yang dialami
- Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang
- Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan

Terapeutik

- Tunjukkan sikap menerima dan empati


- Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
- Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman
- Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan

Edukasi

- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap penyangkalan, marah, tawar
menawar, depresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
- Anjurkan mengekpresikan perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses kehilangan secara bertahap

Anda mungkin juga menyukai