COMBUSTIO
Disusun oleh :
DINDA NURRAHMADANI
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG – BANTEN
2019
A. DEFINISI
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent thermal, listrik, atau radioaktif
(Wong.2004). Hal lain dikemukakan pula oleh (Moenadjat, 2001) bahwa luka bakar
adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber
panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
B. ETIOLOGI
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika
kulit terkena panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi
kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999)
D. PATOFISIOLOGIS
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit
melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu
akibat suatu cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti
berikut ini.
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak
akan mengalami cedera bila terkena sugu di atas 115oF (46oC). Luasnya kerusakan
bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka
bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas
dari shower dengan suhu 68,9oc dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidemis
dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai
manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif
yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma
meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus. Cedera luka bakar dapat
menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan adanya demam,
peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung,
peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka.
Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut sampai penutupan luka
selesai.
Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir
MK:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
Gangguan
Konsep diri
Kurang
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit pengetahuan
Anxietas
2. Resusitasi cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada,
terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar
diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada
jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab
permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang
menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi
cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa
menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah
luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland : 24 jam
pertama. Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar. Contohnya pria dengan berat
80 kg dengan luas luka bakar 25 % membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4ml) =
8000 ml dalam 24 jam pertama :
½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
3. Perawatan Luka
a. Perawatan terbuka (exposure method)
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang
selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang enak karena melihat
luka yang tampak kotor. Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan
pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka harus diamati beberapa kali dalam
sehari. Cara ini baik untuk merawat luka bakar yang dangkal. Untuk luka bakar
derajat III dengan eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan
luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan
tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara
bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement.
b. Perawatan tertutup (occlusive dressing method)
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan
untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka
tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan tenaga dan
biaya yang lebih karena dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Untuk
menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat mungkin luka
ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi dan dikompres dengan antispetik.
Balutan kompres diganti beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut,
eskar yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga dilakukan
debridement. Tetapi untuk luka bakar luas debridement harus lebih aktif dan
dicuci yaitu dengan melakukan eksisi eskar.
4. Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat melewati fase aktif
adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan
kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme yang sulit diatasi. Eksisi
eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu
sampai fascia atau lebih dalam. Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang
dini adalah :
a. Keadaan umum cepat membaik.
b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
e. Sensitivitas lebih baik.
Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan parsial dan
ketebalan penuh. Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen) dari kulit yang
terbakar diikuti oleh pencangkokan kulit dapat meningkatkan fungsi dan penampilan
area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau kaki yang terlibat. Namun, jika
hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit biasanya ditunda. Cangkokan kulit
paling baik menggunakan kulit pasien itu sendiri. Cangkokan (autografts) idealnya
diambil dari lokasi yang tidak biasa terlihat, seperti bokong atau paha atas, karena
kulit donor tidak akan normal penampilannya setelah mereka sembuh. Namun,
ukuran cangkok yang dibutuhkan dan lokasi luka bakar juga akan menentukan
darimana cangkok diambil dari. Alat yang disebut dermatom listrik diatur ke
kedalaman kulit tertentu dan mengiris dari lapisan kulit yang sehat untuk graft ke
kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok kulit tergantung pada daerah yang
memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok tidak perlu pembedahan tertutup dan
biasanya akan membentuk lapisan atas kulit baru dalam 10 sampai 14 hari.
F. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan informasi pasien dilakukan secara sistematis
1) Identitas Klien
Meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa.
2) Penanggung Jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien.
3) Riwayat Kesehatan Klien
a) Keluhan utama
Pada pasien dengan luka bakar biasanya akan mendapat keluhan perih panas
diarea luka bakar atau Nyeri akut
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan dapat mempergunakan suatu pendekatan yaitu dengan
P, Q, R, S, T.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan terdahulu ajukan pertanyaan apakah klien pernah sakit
atau dirawat sebelumnya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan cara mengajukan pertanyaan
apakah ada anggota keluarga yang mempunya penyakit degenerative seperti
hipertensi, jantung dan diabetes.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum mencakup penampilan, tingkat kesadaran, tekanan darah,
suhu, denyut nadi, pernafasan, BB dan TB.
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka
bakar
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
c) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
d) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
e) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
f) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
g) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
h) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut
kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan
berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka
Reaksi emosi
Pusat otak
Nyeri di persepsikan
Do : Agen Injury Resiko tinggi kekurangan
- Inspeksi luas luka volume cairan
bakar, derajat dan Luka Bakar
kedalaman luka.
- Hitung berapa Kerusakan kulit
kehilangan cairan
pasien Penguapan meningkat
Ds :
- Klien mengeluh Peningkatan pembuluh darah
sering haus kapiler
Ektravasasi Cairan
Hipovolemi
Rencana Keperawatan
DAFTAR REFERENSI
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Doengea, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Muttaqin, Arif dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba
Medika