Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEGAWATDARURATAN PADA KEGAWATAN SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun oleh:

1. Maximilius Satria Mahardika (202143025)


2. K Damayati (202143022)
3. Maria Dwi Setya Ningsih (202143057)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan pelayanan kebutuhan dasar dibidang kesehatan,
karena kesehatan merupakan hal yang terpenting bagi warga masyarakat untuk
tercapainya kesejahteraan. Disamping itu juga rumah sakit termasuk klasifikasi
pelayanan publik pada pelayanan umum dibidang jasa. Karena rumah sakit juga
menyediakan pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik. Instalansi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit Rumah
Sakit yang memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit ini dipimpin oleh
seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli dan berpengalaman dalam
menangani PGD (Pelayanan Gawat Darurat), yang kemudian bila dibutuhkan
akan merujuk pasien kepada dokter spesialis tertentu (Yunita, 2018).

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian
pada hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma atau
luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru
(syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus
vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok
anafilaktik) (Fachrurrazi, 2022).

Syok hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh


darah atau keluaran jantung yang tidak cukup tinggi untuk mempertahankan
peredaran darah,sehingga pasokan oksigen dan bahan bakar ke organ vital,
terutama otak, jantung dan ginjal tidak cukup sehingga untuk mempertahankan
organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup nadi pada organ yang
kurang vital seperti kulit, usus (Ermin, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan Syok Hemoragik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Pengkajian Keperawatan pasien dengan Syok Hemoragik
1.3.2 Diagnosa Keperawatan pasien dengan Syok Hemoragik
1.3.3 Rencana Keperawatan Keperawatan pasien dengan Syok Hemoragik
BAB II

PATOFLODIAGRAM
Kehilangan cairan eksternal :
Perpindahan cairan internal :
Trauma
Luka bakar
Pembedahan
Asites
Muntah-muntah
Peritonitas
Diare
Diuresis
Diabetes insipidus
Tubuh kekurangn darah dan oksigen

Oksigen menurun
Resiko Metabolisme dan karbondioksida
Hipovolemia
ketidakseim anaerob meningkat
bangan
Cardiac elektrolit
filling Menghasilkan Hipoperfusi
energi alveoli
Angeotensin 1
Cardiac
output
Sel Nafas Cepat
Angeotensin 2 membengkak
Tekanan
Darah
Membran sel Pola nafas
Pelepasan lebih tidak efektif
Tonus Peningkatan Aldostereon
Simpatik permeabel
nadi dan dari
Elektrolit dan Iskemik gastro
korteks
Vasokontriksi cairan mudah
adrenal
pembulu merembes
Ulserati akibat
darah Retensi Na + Air stress lambung
Kematian Sel
Kulit Pelepasan ADH Resiko tinggi
oleh kelenjar nutrisi kurang
pituitari dari kebutuhan
Akral dingin

Pelepasan
Ginjal menahan Toksin
air lebih banyak

Perfusi perifer
tidak efektif Oliguri
20ml/jam

Gangguan
eliminasi urin
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 pengkajian
1. Identitas pasien,Meliputi nama, umur jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa,
2. Keluhan utama , pasien merasakn sesak nafas
3. Riwayat kesehatan dahulu ada riwayat jatuh
4. Sirkulasi, tekanan darah normal/ sedikit dibawah normal ( selama hasil curah
jantungtetap meningkat, Denyut perifer kuat, cepat ( perifer
hiperdinamik ):lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem ( syok ). Suara
jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan
disfungsimiokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit
hangat, kering, bercahaya ( vasodilatasi ), pucat,lembab,burik( vasokontriksi ).
5. Pernapasa, Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan,penggunaan
kortikosteroid,
3.2 Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspensi paru
2. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
3.3 Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas
dengan penurunan ekspensi paru kepeerawatan selama 2x24 jam 2. Monitor bunyi nafas tambahan
diharapkan pola nafas membaik 3. Posisikan semi fowler atau fowler
dengan kriteria hasil: 4. Anjurkan asupan cairan
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator
1. Dyspnea menurun
jika perlu
2. Penggunaan otot bantu
nafas menurun
3. Frekuensi nafas membaik
4. Kedalaman nafas membaik
3.4 Tindakan yang diberikan di IGD
3.4.1 Resusitasi Cairan

Resusitasi cairan merupakan tindakan medis yang digunakan sebagai pengganti


cairan yang hilang dengan tujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang ada pada intraseluler dan ekstraseluler agar relative konstan. Jika kondisi
tidak dalam gawat darurat resusitasi cairan dapat diberikan melalui oral, namun jika
sebaliknya maka resusitasi cairan diberikan melalui intravena (Aisyah, 2019). Tujuan
resusitasi adalah mengembalikan perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Ditandai dengan
haluaran urin, fungsi SSP, warna kulit yang kembali membaik serta frekuensi nadi dan
tekanan darah yang kembali normal (Aminatar Rakhiah, 2022).

a. Kristaloid

NaCl 0,9% mengandung natrium dan klorida, digunakan untuk menggati cairan
tubuh yang hilang, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh
agar tetap terhidrasi dengan baik (Tarigan, 2017).

b. Koloid

Selain mendapatkan cairan kristaloid juga diberikan cairan koloid. Koloid dapat
mengoksigenasi jaringan lebih baik dan menjaga hemodinamik lebih stabil, memiliki
sifat plasma expander yang merupakan suatu sediaan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan (Nasriyah, 2021).

c. Produk darah

Selain pemberian cairan berupa kristaloid dan koloid, pasien juga mendapatkan
terapi transufisi darah. Penggunaan darah sebagai cairan resusitasi memiliki keuntungan
yang dapat membantu proses transportasi oksigen (Afiani, 2015). Berkurangnya
kemampuan untuk mengangkut oksigen akan mempersulit pengelolaan perdarahan atau
syok hemoragik, yang mengakibatkan iskemia jaringan walupun dengan curah jantung
yang tinggi (Posangi, 2012).
3.4.2 Status Hemodinamik

Selain pemberian resusitasi cairan kristaloid, koloid serta transfusi darah, harus
dipantau status hemodinamiknya. Pemantauan hemodinamik dilakukan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan
untuk mendapatkan keseimbangan hemostatik. Pemantauan hemodinamik sangat penting
pada pasien perdarahan untuk menilai respon terapi cairan. Produksi urin merupakan salah
satu indikator utama dalam pemantauan resusitasi cairan dengan memantau status cairan
dengan menghitung input dan output cairan serta balance cairan (Tarigan, 2021).
BAB IV

KESIMPULAN

Syok hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau keluaran
jantung yang tidak cukup tinggi untuk mempertahankan peredaran darah,sehingga pasokan
oksigen dan bahan bakar ke organ vital, terutama otak, jantung dan ginjal tidak cukup. Hal ini
muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma
atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak
adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
DAFTAR PSUTAKA

Afiani, N. (2015). Resusitasi Cairan pada Cedera Kepala. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media
Husada, 4(1), 75- 83.

Aisyah, F. (2019). Resusitasi Cairan Pada Pasien Penyakit Kulit Gawat Darurat.

Aminatar Rakhiah. (2022). Resusitasi Cairan Pada Anak Dengan Hipovolemia di Ruang Picu:
Sebuah Studi Kasus. JIM FKep Volume 1 (1).

Ermin Wiryani Aprilia, Wahyu Rima Agustin, dan Sunardi. (2017). Hubungan Pengetahuan
Perawat Tentang Syok Hipovolemik Dengan Penatalaksanaan Awal Pasien
Dehidrasi. Artikel Ilmiah. https://digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/28/01-gdl-erminwirya-
1400-1-erminwi-a.pdf

Fachrurrazi, Arini Nashirah, dan Lambang Rizki Perwira Awaludin. (2022). Pengelolaan Pasien
Syok karena Perdarahan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa
Malikussaleh Vol.1 No.3. https://ojs.unimal.ac.id/galenical/article/view/8923/pdf

Nasriyah, C. (2021). Efektivitas Cairan Kristaloid Dengan Cairan Koloid Pada Dengue
Hemorrhage Fever. Prosiding Diseminasi Hasil Penelitian Dosen Program Studi
Keperawatan dan Farmasi Volume 3 Nomor 2 Bulan September Tahun 2021, 3(2)

Posangi, I. (2012). Penatalaksanaan cairan perioperatif pada kasus trauma. Jurnal Biomedik, 5-
12.

Tarigan, R. G. R. (2021). Literature review: pengaruh resusitasi cairan pada pasien dengan
syok hipovolemik terhadap perubahan hemodinamik.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik (I). Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (SIKI). Jakarta: PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: PPNI.
Yunita Gobel, Wahidin, dan Muttaqin. (2018). Kualitas Pelayanan Kesehatan Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar. Jurnal Administrasi Negara,
Volume 24 Nomor 3.

Anda mungkin juga menyukai