Anda di halaman 1dari 19

EVIDENCE BASED PRACTICE

PADA PASIEN MULTIPLE FRAKTUR TERPASANG VENTILATOR

DI RUANG ICU

Dosen Pembimbing :

Ibu Arimbi Karunia Estri, Ns., M.Kep

Disusun oleh :

1. Antonius Yoga Setiawan 202143040


2. Fransiska Andika Maharani 202143017
3. Regina Nanda 202143026

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Evidence Nased Practice pada Pasien Multiple Fraktur Terpasang Ventilator di
Ruang ICU” tepat pada waktunya.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Kritis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Arimbi Karunia Estri, Ns., M.Kep selaku koordinator dan dosen mata
kuliah Keperawatan Kritis.

2. Teman - teman kelompok 5 yang sudah bekerja sama dalam menyelesaikan


tugas pembuatan makalah.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi acuan
bagi penulis untuk lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya. Terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 3

BAB 2 ANALISIS JURNAL .................................................................................. 4

BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................................... 12

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................ 15

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15

4.2 Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2018, World Health Organization (WHO) mencatat lebih


dari 5,6 juta orang meninggal karenakecelakaan lalu lintas dan 1,3 juta orang
menderita fraktur. Insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
salah satunya adalah insiden fraktur ekstremitas bawah dengan angka
prevalensi sebesar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi (WHO, 2018).
Riskesdas provinsi (2018) mencatat provinsi DIY Responden yang mengalami
cedera berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas dapat sebagai pengemudi atau
penumpang kendaraan yang terlibat kecelakaan, atau sebagai pejalan kaki
sebesar 7,2 yang mengalami patah tulang, bagian anggota gerak atas sebesar
33,6 dan anggota gerak bawah 64,5.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh trauma
langsung atau tidak langsung. Ketika tulang mengalami fraktur maka struktur
sekitarnya akan ikut terganggu (Smeltzer, 2013 dalam Nur, dkk 2020 ). Pada
keadaan patah tulang atau fraktur jaringan yang ada disekitar tulang yang patah
akan mengalami edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
(Manarung, 2018 dalam Nur, dkk 2020 ). Fraktur pada ekstremitas atas dan
bawah dapat menyebabkan perubahan pada pemenuhanaktivitas. Perubahan
yang timbul diantaranyaadalah terbatasnya aktivitas, karena rasa nyeriakibat
tergeseknya saraf motorik dan sensorik,pada luka fraktur.
Multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan
tulang lebih dari satu garis fraktur. Salah satu penyebab fraktur yang masih
sering terjadi di Indonesia bahkan luar negeri adalah kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia,
khususnya di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas dapat dialami oleh
siapa saja dan kapan saja dan dapat mengakibatkan kerusakan fisik hingga
kematian.

1
Pada Tirah baring atau dapat disebut dengan imobilitas merupakan suatu
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara aktif atau bebas
dikarenakan kondisi yang mengganggu aktivitas. Beberapa kondisi dapat
menyebabkan terjadinya tirah baring diantaranya gangguan sendi dan tulang,
penyakit yang berhubungan dengan saraf, jantung, dan pernapasan serta
penyakit kritis yang memerlukan tirah baring. Dampak negatif dari tirah baring
terhadap fisik yaitu akan mengalami kerusakan integritas kulit salah satunya
dapat terjadi atau mengalami ulkus dekubitus atau dapat dikenal dengan luka
tekan/pressure ulcer (Rismawan, 2014 dalam Badrujamaludin, Melani dan
Nurdiantini, 2021).
Pasien kritis terpasang ventilator mekanik dan mengalami imobilisasi di ICU
memiliki resiko lebih besar mengalami luka tekan disebabkan oleh penurunan
sensasi dan kesadaran, perburukan kondisi hemodinamik dan sirkulasi (Morton
dan Fontaine, 2014 dalam Safitri, Daro dan Sulahyunningsih, 2019 ). Selain itu
pasien ICU memiliki tingkat ketergantungan cukup tinggi. Tingkat
ketergantungan yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya luka tekan
lebih besar dibandingkan pasien non ICU dengan tingkat ketergantungan
minimal (Okatiranti, dkk, 2013 dalam Safitri, Daro dan Sulahyunningsih,
2019).
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok tertarik untuk untuk mengambil
judul “Bagaimana mencegah luka tekan pada pasien tirah baring dengan
multiple fraktur ekstremitas dengan dyspnea karena emboli yang terpasang
ventilator?”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mencegah luka tekan pada pasien tirah baring dengan multiple
fraktur ekstremitas dengan dyspnea karena emboli yang terpasang ventilator?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


1.3.1.1 Untuk mengetahui bagaimana mencegah luka tekan pada pasien tirah baring
dengan multiple fraktur ekstremitas dengan dyspnea karena emboli yang
terpasang ventilator.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu membuat analisa PICO dari minimal 3 jurnal yang
berkaitan dengan keperawatan kritis cara mencegah luka tekan pada pasien
tirah baring dengan multiple fraktur ekstremitas dengan dyspnea karena
emboli yang terpasang ventilator.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menerapkan hasil penelitian ini kedalam asuhan
keperawatan yang berhubungan dengan keperawatan kritis cara mencegah
luka tekan pada pasien tirah baring dengan multiple fraktur ekstremitas
dengan dyspnea karena emboli yang terpasang ventilator.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu mengembangkan penelitian ini menjadi pemecahan
masalah keperawatan yang berhubungan dengan keperawatan kritis cara
mencegah luka tekan pada pasien tirah baring dengan multiple fraktur
ekstremitas dengan dyspnea karena emboli yang terpasang ventilator.

1.4 Manfaat

Telaah jurnal ini dapat menjadi bahan bacaan dan masukan bagi perawat di area
keperawatan kritis dalam mengembangkan intervensi untuk mengatasi masalah
keperawatan yang dialami pasien di ruang kritis.

3
BAB 2

ANALISIS JURNAL

Analisis PICO

1 2 3
Judul Jurnal Efektivits Minyak Sumbawa Dan Virgin Pengaruh mobilisasi dan massage Pengaruh Pijat Efleurage
Coconut Oil Dalam Pencegahan Luka terhadap pencegahan risiko luka Menggunakan Virgin Coconut Oil
Tekan Pada Pasien Kritis Di Icu Rsud tekan pada pasien tirah baring Terhadap Tingkat Risiko Pressure
Sumbawa Ulers Pada Pasien Intensive Care
Nama Pengarang (Alfia Safitri1, Yasinta Aloysia Daro, (Asep Badrujamaludin, Ritha (Rycco Darmareja, Cecep Eli
Evie Sulahyunningsih, 2019) Melanie , Nenden Nurdiantini, Kosasih, Ayu Prawesti
2022) Priambodo, 2020)
Tahun 2019 2022 2020
P (Problem, Problem : Studi pendahuluan yang Problem : Angka insiden luka Problem : Insiden PU dalam
Population, dilakukan pada bulan Maret 2019 di ICU tekan atau ulkus dekubitus di perawatan intensif bervariasi
patient) RSUD Sumbawa didapatkan data bahwa Indonesia terbilang cukup besar antara rumah sakit dan negara. Cox
kejadian luka tekan dapat disebabkan oleh antara 27-29% dari total pasien dan Roche (2015) menyatakan

4
perawat tidak melakukan mobilisasi yang menjalani rawat inap. Dari bahwa pasien unit perawatan
pasien secara rutin dan tidak melakukan angka tersebut penyakit intensif (ICU) memiliki risiko PU
perawatan kulit dengan pemberian kardiovaskular memegang 12-42% lebih tinggi dibandingkan
pelembab kulit tertentu. persentase jumlah kasus terbesar pasien rawat inap lainnya. Data
(41%), diikuti penyakit neurologi lain menunjukkan perbedaan besar
Populasi, Patient : Populasi pada akut (27%), dan trauma ortopedi mulai dari 8,1% hingga 44%
penelitian ini adalah 45 pasien kritis yang (15%). Kasus ortopedi berupa (Becker et al., 2017). Gurusinga
menggunakan ventilator mekanik dan fraktur femur menunjukkan angka (2015) menjelaskan bahwa
berisiko mengalami luka tekan di ICU komplikasi ulkus dekubitus prevalensi PU pada perawatan
RSUD Sumbawa Besar sebesar 66%. Pada pasien yang jangka panjang di Amerika Serikat
menjalani rawat inap di ICU, pada tahun 2012 relatif tinggi yaitu
angka insiden ulkus dekubitus 15–25%. Di Indonesia, sebaliknya,
mencapai 33% mengingat prevalensi PU pada pasien
sebagian besar penderita yang perawatan intensif mencapai
dirawat di ICU adalah penderita 33,33%, lebih tinggi dari semua
dengan imobilitas atau dengan negara lain di ASEAN (Utomo et
kemampuan mobilitas terbatas al., 2012).
Mizan, Rosa, and Yuniarti (2015)
menyatakan bahwa PU paling

5
Populasi, Patient : Jumlah sampel sering terjadi tiga sampai lima hari
sebanyak 30 partisipan yaitu 15 setelah imobilisasi. Kondisi ini
sampel kelompok I yang diberikan menjadi masalah serius karena
mobilisasi dan massage serta 15 menyebabkan nyeri
sampel kelompok II yang berkepanjangan (akibat gangguan
diberikan mobilisasi sistem hemodinamik),
peningkatan komplikasi terkait
sepsis dan peningkatan mortalitas
(2,8% pasien sepsis meninggal
akibat PU). Hal ini juga
menyebabkan peningkatan
program rehabilitasi, serta
peningkatan durasi dan biaya
perawatan.

Populasi, patient : Sebanyak 34


pasien ICU di rumah sakit Tipe B
di Cimahi, Jawa Barat, Indonesia.
Pasien harus berusia lebih dari 45

6
tahun, imobilisasi dan memiliki
hemodinamik yang stabil (yaitu
detak jantung normal, MAP,
tingkat saturasi oksigen dan EKG).
Pasien tidak boleh mengalami
malnutrisi (yaitu kadar albumin
normal dan tidak diberikan terapi
nutrisi parenteral) dan harus
mendapatkan intervensi harian
yang sama berupa mobilisasi
setiap dua jam dengan
menggunakan matras dan pakaian
anti PU yang sama, dan pasien
tidak boleh memiliki PU sebelum
intervensi.
I (Intervensi) Jumlah sampel sebanyak 45 responden Pada kelompok I diberikan Intervensi terdiri dari 20 menit
yang terbagi menjadi 15 responden pada intervensi mobilisasi dan message pijat effleurage menggunakan
masing-masing kelompok yaitu kelompok effleurage, sedangkan pada VCO mengikuti protokol yang
yang diberikan perawatan minyak kelompok II diberikan mobilisasi dibuat untuk penelitian. Pijat

7
sumbawa, kelompok yang diberikan sesuai dengan standar operasional effleurage dilakukan pada area
perawatan VCO dan perawatan standar prosedur pencegahan luka tekan di tulang mastoid, belakang leher,
sesuai SOP RSUD Sumbawa. Pembagian ruangan. Setelah 3 hari punggung, glutei, sakrum, tangan,
responden pada setiap kelompok dipilih pelaksanaan intervensi pada dan kaki. Intervensi dilakukan dua
dengan teknik random sederhana masing-masing kelompok, kali sehari setelah pencucian,
selanjutnya dilakukan pengukuran selanjutnya dilakukan pengamatan
posttest untuk melihat risiko luka berkala lebih lanjut.
tekan yang terjadi pada masing-
masing kelompok setelah
diberikan intervensi menggunakan
skala Braden.
C (Komparasi) Pada jurnal 1, didapatkan hasil analisis perbedaan kejadian luka tekan derajat I pada responden yang diberi
perawatan dengan minyak Sumbawa, VCO dan perawatan standar. Responden yang mengalami luka tekan derajat I
pada kelompok intervensi I dan II masing-masing sebanyak 3 orang (20,0%) dan responden yang tidak mengalami
luka tekan derajat I masing-masing sebanyak 12 orang (80,0%). Pada kelompok kontrol diperoleh responden yang
mengalami luka tekan derajat I sebanyak 9 orang (60,0%) dan yang tidak mengalami luka tekan derajat I sebanyak
6 orang (20,0%). Hasil uji fisher exact menyimpulkan terdapat perbedaan proporsi kejadian luka tekan derajat I antara
responden yang diberi perawatan pencegahan dengan minyak sumbawa, VCO dan perawatan standar (p value 0,027)

8
Pada jurnal 2 didapatkan hasil resiko luka setelah diberikan intervensi antara antara kelompok yang diberikan
mobilisasi dan message dengan kelompok yang diberikan mobilisasi secara statistik tidak berbeda. Akan tetapi,
kelompok yang diberikan mobilisasi dan message mempunyai risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan kelompok
yang diberikan mobilisasi. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan mobilisasi dan message dapat meminimalisir
terjadinya risiko luka tekan dengan dua proses, yaitu mencegah risiko luka tekan dengan cara meminimalisir tekanan
terlalu lama melalui mobilisasi, serta kedua adalah mencegah risiko luka tekan dengan cara meminimalisir kerusakan
integritas kulit dengan melembabkan kulit melalui pelaksanaan message.

Pada jurnal 3 didapatkan hasil bahwa Rata-rata tingkat risiko PU responden sebelum intervensi adalah 10,29,
sedangkan setelah intervensi rata-rata tingkat risiko adalah 12,41 yang berarti tingkat risiko menurun rata-rata 2,118.
Hasil dari Dependent t-test pada taraf signifikansi 95% dengan alpha (ÿ) 0,05 diperoleh dengan p-value 0,0001.
Artinya effleurage massage berpengaruh signifikan terhadap tingkat risiko PU pada pasien ICU. Pijat effleurage
menghasilkan pola perbedaan yang signifikan dari waktu ke waktu, dibuktikan dengan hasil signifikansi time by time
< 0,05. Namun, jika awalnya pemeriksaan dibandingkan dengan data setelah intervensi hari ketiga, pemeriksaan
akhir akan menunjukkan perbedaan rata-rata -2.147 dan -2.118 yang signifikan (p=0,000 dan p=0,002). Hal ini
menunjukkan bahwa pijat effleurage efektif jika dilakukan minimal tiga hari berturut

Kesimpulan dari ketiga jurnal diatas bahwa massage dengan VCO dan minyak Sumbawa efektif dalam
mencegah luka tekan pada pasien tirah baring di ruang perawatan kritis ICU.

9
O (Outcome) Hasil penelitian menunjukan bahwa Gambaran risiko luka tekan Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan pijat effleurage menggunakan
kejadian luka tekan antara kelompok mobilisasi dan massage pada VCO memiliki efek yang
responden yang diberikan perawatan kelompok I diketahui pada saat signifikan dalam mengurangi
pencegahan dengan minyak Sumbawa, pretest sebanyak 10 partisipan tingkat risiko berkembangnya PU
VCO dan perawatan standar. Jika dilihat (66,7%) dengan risiko tinggi pada pasien imobilisasi di ICU
dari jumlah kejadian luka tekan, sedangkan pada saat posttest
responden yang diberikan perawatan sebanyak 10 partisipan (66,7%)
pencegahan dengan pemberian Minyak dengan risiko sedang.Gambaran
Sumbawa dan VCO masing-masing risiko luka tekan sebelum dan
sebanyak 3 responden, sedangkan angka setelah dilakukan mobilisasi pada
kejadian luka tekan pada kelompok kelompok II diketahui pada saat
responden yang diberikan perawatan pretest sebanyak 8 partisipan
pencegahan tanpa pemberian Minyak (53,3%) dengan risiko tinggi
Sumbawa atau VCO sebanyak 9 sedangkan pada saat posttest
responden. Hasil tersebut menunjukan sebanyak 8 partisipan (53,3%)
bahwa Minyak Sumbawa dan VCO sama- dengan risiko sedang.Terdapat
sama efektif dalam pencegahan kejadian perbedaan risiko luka tekan antara
luka tekan dan lebih efektif dibandingkan sebelum dan setelah dilakukan

10
perawatan tanpa pemberian Minyak mobilisasi dan massage pada
Sumbawa dan VCO kelompok I (p 0,001).Terdapat
perbedaan risiko luka tekan antara
sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi pada kelompok II (p
0,008).
Tidak terdapat perbedaan risiko
luka tekan antara kelompok yang
diberikan mobilisasi dan message
dengan kelompok yang diberikan
mobilisasi pada pasien tirah baring
di ruang ICU Rumah Sakit Dustira
Cimahi (p 0,456), akan tetapi
pelaksanaan mobilisasi dan
message lebih mampu dalam
menurunkan risiko luka tekan dari
tinggi menjadi sedang
dibandingkan hanya melakukan
mobilisasi saja.

11
BAB 3

PEMBAHASAN

Multiple fraktur adalah keadaan hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari
satu garis yang disebabkan adanya tekanan eksternal yang ditandai rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, dan gangguan pada area fraktur (Susanti, 2021). Ada
berbagai macam komplikasi dari multiple fraktur yang menyebabkan seseorang
mengalami masa kritis dan membutuhkan perawatan di ICU untuk menstabilkan
keadaan hemodinamik. Pasien multiple fraktur bisa mengalami keadaan dimana
terjadi dyspnea yang disebabkan oleh emboli. Kondisi ini menyebabkan pasien
harus menggunakan alat bantu napas yaitu ventilasi mekanik atau ventilator yang
berfungsi untuk memberikan bantuan napas dengan cara memberikan tekanan
positif pada paru-paru melalui jalan napas buatan untuk membantu
mempertahankan proses oksigenasi (Smletzer, Bare, Hinkle dan Cheever, 2008).
Pasien dengan multiple fraktur terpasang ventilator yang tirah baring tentu
mengalami imobilisasi karena kondisi yang dihadapinya. Kondisi ini memiliki
resiko lebih besar untuk mengalami luka tekan karena penurunan sensasi dan
kesadaran serta perburukan kondisi hemodinamik dan sirkulasi
(Morton dan Fontaine, 2014).

Pencegahan luka tekan perlu dilakukan karena menimbulkan beberapa dampak


negatif seperti nyeri dan infeksi yang akan memperpanjang durasi hari rawat inap
yang mengakibatkan peningkatan biaya perawatan yang harus dibayar. Perawat
memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan luka tekan pada pasien
imobilisasi. Hasil penelitian dari DeLaune dan Ladner (2011) yang disitasi oleh
Safitri, Daro dan Sulahyunningsih (2019) menyatakan bahwa kondisi kulit yang
terlalu kering dapat menurunkan kemampuan kulit dalam menahan tekanan dan
gesekan yang menimbulkan kejadian luka tekan, perawat dapat mencegah
terjadinya luka tekan dengan menjaga kelembaban kulit pasien melalui pemberian
agen pelembab tertentu. Pemberian minyak dapat memberikan kelembaban karena
mengandung asam-asam lemak.

Ketiga jurnal diatas telah membahas bagaimana massage dengan minyak efektif
dalam pencegahan luka tekan pada pasien imobilisasi. Hasil penelitian pada jurnal

12
pertama oleh Safitri, Daro dan Sulahyunningsih (2019) menjelaskan bahwa minyak
Sumbawa dan Virgin Coconut Oil (VCO) keduanya sama-sama efektif digunakan
untuk pencegahan luka tekan pada pasien imobilisasi di ICU. Intervensi yang
dilakukan yaitu perawatan luka tekan meliputi mengkaji resiko luka tekan dan
mencegah luka tekan dengan cara menjaga kebersihan kulit dengan mandi dan
memberikan pelambab (minyak sumbawa atau VCO) 2 kali sehari serta mengubah
posisi pasien setiap 2 jam dengan menggunakan sanggahan bantal atau kassa untuk
mengurangi tekanan dan gesekan pada kulit dan tahanan pada tumit.

Pada hasil penelitian jurnal kedua oleh Badrujamaludin, Melanie dan Nurdiantini
(2021) menjelaskan bahwa pemberian massage effleurage dengan VCO efektif
untuk menurunkan risiko luka tekan pada pasien tirah baring di ICU. Intervensi
yang dilakukan adalah mobilisasi dengan menaikkan posisi tempat tidur menjadi
30 derajat dan selanjutnya gerakan miring kanan dan miring kiri yang dilakukan
setiap 2 jam untuk perpindahan tiap posisi 2 kali sehari selama 3 hari. Kemudian
untuk massage effleurage dilakukan setelah mandi pagi dan dilakukan selama 3
hari. Pemberian massage effleurage dengan VCO dibagian punggung sampai
dengan bokong, tumit kaki, lutut dan siku tangan.

Hasil penelitian jurnal ketiga oleh Darmareja, Kosasih dan Priambodo (2020)
menjelaskan bahwa massage effleurage dengan VCO efektif dalam menurunkan
risiko luka tekan pada pasien imobilisasi di ICU. Intervensi yang dilakukan yaitu
massage effleurage selama 20 menit dengan VCO 2 kali sehari selama 3 hari. Pijat
effleurage dilakukan pada area tulang mastoid, belakang leher, punggung, glutei,
sacrum, tangan dan kaki.

Menurut Agustina (2016) dan Ziki (2017) yang disitasi oleh Safitri, Daro dan
Sulahyunningsih (2019) menyatakan bahwa minyak sumbawa mengandung
38,26% asam lemak linoleate. Selain itu, VCO juga memiliki kandungan asam
lemak laurat 48%. Kedua produk olahan kelapa ini mengandung asam lemak yang
berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit. Asam lemak linoleate pada
minyak sumbawa berfungsi untuk memperkuat lapisan kulit dan mencegah
penguapan air sehingga menjaga kelembaban kulit yang meningkatkan kemampuan
kulit menahan tekanan dan gesekan. Kondisi kulit yang dapat menahan tekanan dan

13
gesekan dapat mencegah terjadinya luka tekan. Selain itu pembuatan VCO yang
diekstrak dari kelapa juga melalui proses fermentasi atau pengeringan dibawah
suhu terkontrol lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh terutama asam
laurat. Penggunaan asam laurat pada kulit dapat meningkatkan kelembaban kulit.
VCO juga mengandung antioksidan serta antimikroba dan antijamur yang dapat
melindungi kulit dari radikal bebas dan degenerasi jaringan. VCO mudah diserap
oleh kulit, mengandung vitamin E dan memiliki pH yang mendekati pelembab kulit
komersial sehingga aman untuk digunakan sebagai pelembab.

Massage adalah perawatan yang aman dan efektif yang dapat diberikan kepada
pasien ICU untuk mengurangi masalah fisik dan psikologis. Massage bermanfaat
karena dapat meningkatkan aliran oksigen dalam darah, memfasilitasi pembungan
sisa metabolism dan meningkatkan kesejahteraan karena peningkatan produksi
endorphin serta membuat kulit lebih bercahaya dan bertekstur (Darmareja, Kosasih
dan Priambodo, 2020).

Berdasarkan ulasan diatas, hasil penelitian dari ketiga jurnal ini dapat diterapkan
pada kasus pasien multiple fraktur yang terpasang ventilator di ICU. Untuk
intervensi yang dilakukan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien.
Massage dengan minyak VCO dapat diberikan pada bagian tubuh yang tidak
mengalami fraktur, sehingga risiko luka tekan karena imobilisasi dapat dicegah
ataupun diminimalisir.

14
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Multiple fraktur yang mengalami dyspnea karena emboli menyebabkan pasien


mengalami kondisi kritis dan harus dipasang alat bantu napas yaitu ventilasi
mekanik atau ventilator untuk membantu mempertahankan proses oksigenasi.
Kondisi tersebut mengharuskan pasien untuk tirah baring agar menjaga
hemodinamik stabil. Tirah baring yang lama dapat berdampak pada terjadinya
luka tekan atau decubitus pada pasien. Luka tekan akan menyebabkan pasien
merasakan nyeri sehingga mengganggu kenyamanan pasien, selain itu juga
menyebabkan infeksi yang akan memperpanjang durasi hari rawat inap yang
mengakibatkan peningkatan biaya perawatan yang harus dibayar.

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan luka tekan pada
pasien imobilisasi. EBN untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien tirah
baring perlu diketahui oleh perawat agar dapat diterapkan untuk meminimalkan
hal tersebut. Salah satu EBN pencegahan terjadi luka tekan pada pasien
imobilisasi adalah massage dengan VCO. Massage dengan VCO dapat
diterapkan oleh perawat klinisi dan terbukti efektif dilakukan untuk mencegah
luka tekan pada pasien imobilisasi di ruang perawatan kritis.

4.2 Saran

Massage dengan VCO dapat menjadi salah satu terapi komplementer yang
dapat dilakukan perawat dan terbukti efektif dapat mencegah terjadinya luka
tekan atau decubitus pada pasien tirah baring yang mengalami kondisi kritis di
ruang perawatan ICU.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andri, J., Febriawati, H., Padila, P., Harsismanto, J., & Susmita, R. (2020). Nyeri
pada Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan
Mobilisasi dan Ambulasi Dini. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1), 61-
70.

Darmareja, R., Kosasih, C. E., & Priambodo, A. P. (2020). The Effect Of Effleurage
Massage Using Virgin Coconut Oil On The Risk Level Of Pressure Ulcers
In Intensive Care Unit Patients. Jurnal Keperawatan Soedirman, 15(3).

Badrujamaludin, A., Melanie, R., & Nurdiantini, N. (2021). Pengaruh mobilisasi


dan massage terhadap pencegahan risiko luka tekan pada pasien tirah
baring. Holistik Jurnal Kesehatan, 15(4), 610-623.

Morton, & Fontaine. (2014). Critical Care Nursing: a Holistic Approach 10th
Edition . Philadelphia: Wolters Kluwer & Lippincott Williams & Wilkins.

Nur, S. A., Morika, H. D., & Sardi, W. M. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Op Fraktur Di Bangsal Bedah Rs Dr
Reksodiwiryo Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(2), 175-183.

Safitri, A., Daro, Y. A., & Sulahyunningsih, E. (2019). Efektivits Minyak Sumbawa
dan Virgin Coconut Oil dalam Pencegahan Luka Tekan pada Pasien Kritis
di ICU RSUD Sumbawa. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019.

Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever. (2008 ). Brunner & Suddarth's Textbook of
Medical Surgical Nursing . Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins .

WHO. (2018). Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia TenggaraTahun


2018.

16

Anda mungkin juga menyukai