Anda di halaman 1dari 28

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE PENGARUH TEKHNIK

RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI DADA PASIEN


ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (AMI)

Disusun Oleh :
Pratiwi Rahayu
G3A021056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara
industri (Antman dan Braunwald, 2010). Infark miokard adalah kematian sel
miokard akibat iskemia yang berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard
diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG, dan enzim
jantung. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan elevasi
gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang ST
(NSTEMI) (Thygesen et al., 2012)
Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang.
Infark miokard akut adalah nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung
targanggu. Serangan jantung atau AMI adalah kondisi serius yang terjadi ketika
aliran darah ke jantung terhenti sehingga fungsi jantung untuk mengalirkan
darah ke seluruh tubuh pun ikut terganggu. Terganggunya aliran tersebut pun
dapat terjadi baik karena terhambat sebagian maupun berhenti total yang
kemudian menyebabkan kerusakan jaringan. Gejala Infark Miokard yang paling
umum tentunya adalah nyeri pada dada.
Nyeri dada yang dirasakan pada IMA dapat diatasi secara mandiri
maupun kolaborasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan farmakologi merupakan
pendekatan kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada
pemberian obat yang mampu menghilangkan nyeri. Sedangkan pendekatan non
farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan massage
kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf elektris transkutan, distraksi,
imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner &
Suddart, 2002).
Teknik relaksasi napas dalam merupakan intervensi mandiri keperawatan
dimana perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Burnner & Suddart, 2002).

2. TUJUAN
1) Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Nyeri Dada Pasien Acute Myocardial Infarction (Ami)

2) Tujuan Intruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar AMI
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Relaksasi Nafas Dalam
3. Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
pada penurunan nyeri dada pasien AMI

3. METODE PENULISAN
Pada metode penulisan makalah ini kami mengumpulkan referensi yang relevan
dari perpustakaan, dan mencari referensi yang relevan dari internet.

4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu;
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan
BAB II : Konsep teori berisi konsep dasar AMI, konsep dasar teknik
relaksasi nafas dalam, dan konsep asuhan
kegawatdaruratan
BAB III : Tinjauan kasus, berisi resum asuhan keperawatan secara
lengkap dari pengkajian sampai dengan evaluasi secara
komprehensif
BAB IV : Pelaksanaan dan pembahasan Evidence Based Nursing
Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Dada
Pasien Acute Myocardial Infarction (Ami) di ruang IGD
BAB V Penutup diantaranya yaitu kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP TEORI AMI


1. Pengertian
Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. AMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung)
akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat.
AMI merupakan kematian jaringan miokard akibat penurunan secara
tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya peningkatan
kebutuhan oksigen secara tiba-tiba tanpa perfusi arteri koronaria yang
cukup (sudiarto, 2011).

2. Etiologi atau Faktor Risiko


AMI terjadi jika suplai oksigen yang  tidak sesuai dengan kebutuhan
tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel
jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi
tersebut diantaranya:
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:
1) Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa
mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa
juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit
jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa
hal antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress
emosional atau nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d)
merokok.
2) Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini
tidak akan lepas dari factor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang
terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put (COP).
Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi
menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan
adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
3) Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian
tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun
jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut
tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya
daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
b. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu
dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk
meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap
penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin
memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. Oleh karena itu
segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi,
makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard  bisa memicu
terjadinya infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai
oksigen, sedangkan  asupan oksien menurun akibat dari pemompaan
yang tidak efektive.
c. Faktor resiko Akut Miokard Infark (AMI)
Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang
untuk terkena AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan
factor resiko yang tidak bisa dimodifikasi:
Yang bisa di modifikasi
1) Merokok
2) Konsumsi alkhol
3) Obesitas
4) Hipertensi sistemik
5) Diabetes
Yang tidak bisa dimodifikasi
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keluarga
:
3. Tanda dan Gejala
a. Nyeri Dada
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti
angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa
penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya
kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan
angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang
biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan
istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah
mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang
berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,
mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari
mana ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau
abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis,
cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut).
b. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hipervenntilasi.Pada infark yang tanpa gejala nyeri,
sesak nafas merupakan tanda adanya  disfungsi ventrikel kiri yang
bermakna
c. Gejala Gastrointestinal, peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual
dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan
stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan
cegukan terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
d. Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu
dengan berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda
klinis dari syok tidak dijumpai.
e. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit
atau inkomplit.

4. Patofisiologi
Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis
yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit
aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam
dinding arteri. Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen,
sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan lumen mengganggu
aliran darah ke distal dari tempat penyumbatan terjadi.
Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri
koroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).
Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI
karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah
kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner
tersumbat cepat.
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST
yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi
dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya
tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri coroner.
Infark miokard dapat bersifat transmural dan subendokardial
(nontransmural). Infark miokard transmural disebabkan oleh oklusi arteri
koroner yang terjadi cepat yaitu dalam beberapa jam hingga minimal 6-8
jam. Semua otot jantung yang terlibat mengalami nekrosis dalam waktu
yang bersamaan. Infark miokard subendokardial terjadi hanya di sebagian
miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah terjadi pada waktu
berbeda-beda.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q.
patologis
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan  dapat  mempengaruhi  konduksi  dan 
kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.

i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

6. Pathways
B. KONSEP TEORI RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Pengertian
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah
pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan
nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
2. Manfaat
Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam
a. Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman
b. Mengurangi rasa nyeri
c. Pasien tidak mengalami stress
d. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan
yangbiasanya menyertai nyeri
e. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri
f. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan
perhatian
3. Indikasi
a. Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan
sedang akibat penyakit yang kooperatif
b. Pasien yang nyeri kronis
c. Nyeri pasca operasi
d. Pasien yang mengalami stress
4. Teknik Terapi
a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam 3
hitungan (hirup, dua,tiga).
b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi
rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,
dua, tiga).
c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.
d. Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Biarkan
hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
e. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran
pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.
f. Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara
perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara
dangkal dan cepat

C. KONSEP ASUHAN KEGAWAT DARURATAN


1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar
e. Exposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan

2. Pengkajian Sekunder
Meliputi biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu.

3. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ; iskemia
(jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar- kapiler
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri

1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1. Nyeri akut Tujuan : Nyeri  Observasi
berhubungan berkurang setelah karakteristik,
dengan agen dilakukan tindakan lokasi, ,
pencedera perawatan selama karakteristik,
fisiologis ; 3x24jam dengan durasi, frekuensi,
iskemia (jaringan kriteria hasil: kualitas, intensitas
sekunder terhadap a. Nyeri dada  Anjurkan pada
sumbatan arteri) berkurang klien menghentikan
misalnya dari aktifitas selama ada
skala 3 ke 2, atau serangan dan
dari 2 ke 1 istirahat.
b. Ekpresi wajah  Bantu klien
rileks / tenang,
melakukan tehnik
tak tegang
c. Tidak gelisah relaksasi, mis nafas
d. Nadi 60 - 100 x / dalam, perilaku
menit distraksi,
e. Tekanan Darah
120/80 mmHg visualisasi, atau
bimbingan
imajinasi.
 Pertahankan
Olsigenasi dengan
bikanul contohnya
(2 - 4 lt/menit)
 Monitor tanda-
tanda vital (Nadi &
tekanan darah) tiap
dua jam.
 Kolaborasi dengan
tim kesehatan
dalam pemberian
analgetik.

2. Gangguan Tujuan : pertkaran 1. Catat frekuensi &


pertukaran gas gas berkurang setelah kedalaman
berhubungan dilakukan tindakan pernafasan,
dengan perubahan perawatan selama penggunaan otot
membran 3x24jam dengan Bantu pernafasan
alveolar- kapiler kriteria hasil: 2. Auskultasi paru
a. dyspnea untuk mengetahui
berkurang dari penurunan / tidak
skala 4 ke 3, adanya bunyi nafas
b. Ekpresi wajah dan adanya bunyi
rileks / tenang, tambahan misal
tak tegang
krakles, ronki dll.
c. Pola nafas
membaik dari 3. Lakukan tindakan
skala 4 ke skala untuk memperbaiki
3
/ mempertahankan
jalan nafas
misalnya , batuk,
penghisapan lendir
dll.
4. Tinggikan kepala /
tempat tidur sesuai
kebutuhan /
toleransi pasien
5. Kaji toleransi
aktifitas misalnya
keluhan kelemahan
/ kelelahan selama
kerja atau tanda
vital berubah.

3. Perfusi perifer Tujuan :perfusi 1. Monitor Frekuensi


tidak efektif perifer efektif setelah dan irama jantung
2. Observasi
berhubungan dilakukan tindakan
perubahan status
dengan penurunan perawatan selama mental
aliran arteri 3x24jam dengan 3. Observasi warna
kriteria hasil: dan suhu kulit /
membran mukosa
a. Tekanan darah 4. Ukur haluaran urin
sistolik dan catat berat
membaik jenisnya
b. Tekanan 5. Kolaborasi :
diastolic Berikan cairan IV l
membaik sesuai indikasi
c. Pengisian 6. Pantau
kapiler Pemeriksaan
membaik diagnostik / dan
laboratorium mis
EKG, elektrolit ,
GDA (Pa O2, Pa
CO2 dan saturasi
O2). Dan
Pemberian oksigen
BAB III
RESUME ASKEP

1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas, tidak ada secret
2) Breathing
Sesak (+), retraksi dinging dada (+), RR 25x/m, menggunakan oksigen
nasal canul 5 lpm, SpO2 97%
3) Circulation
TD 154/61mmHg, suhu tubuh 36.40C, EKG tampak stemi inferior
dengan HR 51 x/menit, hemoglobin 13 g/dL.
4) Disability
Kesadaran klien composmentis, GCS E4M6V5
5) Exposure
Tidak terdapat jejas di tubuh

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas
Tanggal Pengkajian 24 Mei 2022
Nama : Tn. D
Umur : 59 Tahun (06-04-1963)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Purwodadi
No CM : C934XXX
Diagnosa Medis : Acute Myocardial Infarction
Tanggal Masuk : 24 Mei 2022
2) Status kesehatan
 Keluhan utama :
Klien mengatakan dadanya terasa nyeri, skala nyeri 5
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan keluhan nyeri dada dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu tanggal 22 mei 2022 (pada minggu malam), senin pagi 23
mei 2022 berobat ke puskesmas. Dari puskesmas dirujuk ke RS
Permata, sampai ke IGD dan dirawat inap selama 1 malam, lalu di
RS Permata dirujuk ke RSDK karena detak jantung pasien lambat.
 Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada mengalami penyakit yang sama

c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas :
Dyspnea saat beraktivitas, lemah, lelah, sulit tidur
2) Sirkulasi :
Ada hipertensi dan DM
Jantung:
S1> S2 reguler, murmur(-), tidak ada bunyi suara tambahan
3) Paru-Paru
Retraksi dinding dada (+), Vocal vemitus normal.
4) Abdomen
Tidak ada nyeri tekan
5) Ekstremitas :
Kekuatan otot 4444/4444
6) Kulit : Turgor kulit tidak elastis, warna sawo matang, , CRT >3 detik
7) Genetalia : Terpasang kateter
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tanggal/jam PES PE P
1. 24/5/2022 DS: Klien mengatakan Nyeri akut Agen
dadanya terasa nyeri, pencedera
skala 5 fisiologis
DO : (iskemia)
KU lemah
Terpasang O2 nasal
canul 5lpm
TD 154/61mmHg,
HR 51 x/menit,
RR 25x/m,
SpO2 97%
T 36.4
P : Nyeri bertambah
saat beraktifitas
Q : Tertimpa benda
berat
R : Nyeri di dada
sampai kebelakang
S : Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan
terus menerus
3. PATHWAYS KEPERAWATAN KASUS

Terganggunya aliran darah ke jantung

Oksigen dan nutrisi menurun

Terjadi jaringan miocard iskemik

Necrose selama 30 menit

Suplay kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Suplay oksigen ke miocard turun

Metabolism anaerob

Timbunan asam laktat meningkat

Nyeri dada

4. FOKUS INTERVENSI

No Tanggal/jam Intervensi Rasional


1. 24/5/2022 1. Poteksi diri dengan  Meminimalkan resiko
20:00 masker kontaminasi, dan
cegah masuknya
kuman ke tubuh

2. Identifikasi lokasi,  Mengindikasikan


karakteristik, kebutuhan untuk
durasi, frekuensi, intervensi dan juga
kualitas, intensitas tanda-tanda
nyeri perkembangan/resolusi
komplikasi

3. Identifikasi factor
 Agar dapat
yang memperberat
menganjurkan klien
dan memperingan
hal-hal yang lebih baik
nyeri
dilakukan ataupun
tidak
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis  Tindakan ini
untuk mengurangi memungkinkan klien
rasa nyeri: terapi untuk mendapatkan
relaksasi napas rasa control terhadap
dalem) nyeri

5. kolaborasi
pemberian  Untuk mengurangi
analgetic, jika rasa nyeri klien
perlu.
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn.D
Umur : 59 tahun
Diagnosa Medis : AMI

B. DATA FOKUS
DS: Klien mengatakan dadanya terasa nyeri, skala 5
DO :
KU sedang
Terpasang O2 nasal canul 5lpm
TD 154/61mmHg, HR 51 x/menit, RR 25x/m, SpO2 97%, T 36.4
P : Nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : Tertimpa benda berat
R : Nyeri di dada sampai kebelakang
S : Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan terus menerus

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN JURNAL


EVIDANCE BASED NURSING RISET
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (iskemia)

D. EVIDANCE BASED NURSING PRACTICE YANG DITERAPKAN


“Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Dada Pasien Acute
Myocardial Infarction (AMI)”
E. ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI/ ALASAN PENERAPAN EBN

Terjadi penyumbatan pembuluh darah

Fatty plaque dalam lumen

Diameter lumen menyempit

Gangguan aliran darah ke distal

Terjadi Infark miokard

Timbunan asam laktat meningkat

Nyeri dada

Teknik relaksasi nafas dalam

Nyeri dada berkurang

F. LANDASAN TEORI TERKAIT PENERAPAN EVIDANCE BASED


NURSING PRACTICE
Infark miokard akut atau dikenal juga sebagai serangan jantung atau serangan
koroner, umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba
akibat pecahnya plak lemak aterosklerosis pada arteri koroner, yang mengakibatkan
terbentuknya sumbatan atau oklusi sehingga memutuskan aliran darah ke otot
jantung.
Nyeri sedang sampai berat pada IMA bersifat akut karena berlangsung lebih dari
30 menit, retrosternal, berlokasi di tengah atau dada kiri, menjalar ke rahang,
punggung, dan lengan kiri. Rasa nyeri digambarkan oleh pasien, sebagai perasaan
seperti ditekan benda berat, terbakar, diremas-remas, atau ditusuk (Prasetyo, 2010).
Teknik relaksasi napas dalam merupakan intervensi mandiri keperawatan
dimana perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
napas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidence Based Nursing Practice


Infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis
miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. Akut Miokard Infark (AMI)
disimpulkan sebagai suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian otot
jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya aliran darah
koroner secara tiba-tiba sehingga kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai
perfusi arteri koroner yang cukup. Tanda gejala yang terjadi ketika pasien
mengalami AMI adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak, biasanya diatas
region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama. Nyeri
sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala
terasa melayang dan mual muntah.
Tehnik relaksasi napas dalam merupakan metode yang tepat untuk
menghilangkan nyeri, hal ini berhubungan dengan adanya sumbatan pada arteri
koroner yang menyebabkan suplai oksigen dalam darah berkurang, yang
mempengaruhi dalam metabolisme di koroner, sehingga menyebabkan peningkatan
asam laktat yang dapat menimbulkan nyeri dada.

B. Mekanisme Penerapan EBN


Mekanisme penerapan dari EBN yang dilakukan adalah:
1. Pada hari kamis tanggal 24 Mei 2022 jam 20:00 saya melakukan penerapan EBN
pada Tn.D dengan diagnosa medis sementara AMI berjenis kelamin laki-laki
2. Menyiapkan persiapan, mencuci tangan
3. Berikan salam kepada pasien
4. Jelaskan maksud dan prosedur tindakan
5. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
6. Posisikan pasien dengan tepat dan nyaman
7. Anjurkan untuk rileks dan tenang
8. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
9. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
10. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
11. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan, membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
12. Anjurkan untuk tetap konsentrasi / mata sambil terpejam, kemudian pusatkan
pada daerah yang nyeri
13. Menganjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
14. Ulangi hingga 15x dengan istirahat singkat setiap 5 kali
15. Evaluasi tindakan, nyeri yang di rasakan pasien post teknik relaksasi

C. Hasil yang dicapai


Hasil sebelum dan sesudah dilakukan suction terhadap saturasi oksigen pasien :
Pasien Tanggal Nyeri pasien
Sebelum Sesudah
Tn. D 24/5/2022 DS: Klien mengatakan DS: Klien mengatakan
dadanya terasa nyeri, dadanya masih terasa nyeri,
skala 5 skala nyeri 5
DO : DO :
Tampak meringis Tampak sedikit rileks
Terpasang O2 nasal canul Terpasang O2 nasal canul
5lpm 5lpm
TD 154/61mmHg, HR 51 TD 113/88mmHg
x/menit, RR 25x/m, N 70x/m
SpO2 97%, T 36.4 RR 24x/m
P : Nyeri bertambah saat T 36.4
beraktifitas SpO2 99%
Q : Tertimpa benda berat P : Nyeri bertambah saat
R : Nyeri di dada sampai beraktifitas
kebelakang Q : Tertimpa benda berat
S : Skala nyeri 5 R : Nyeri di dada sampai
T: Nyeri dirasakan terus kebelakang
menerus S : Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan terus
menerus

Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa, tidak terdapat perubahan penurunan
intensitas nyeri pada pasien AMI setelah dilakukan tindakan terapi relaksasi nafas
dalam, dengan skala nyeri 5.
Data tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Herlina, dkk dengan
responden sebanyak 17. Nyeri sedang terdapat 15 responden, dan nyeri berat
terdapat 2 responden. Dari hasil observasi pengukuran tingkat nyeri dada sebelum
dan sesudah pemberian tehnik relaksasi napas dalam, didapatkan hasil bahwa 3
pasien (17,6%) mengalami penurunan nyeri dada, dan 14 responden dengan hasl
nyeri menetap atau tidak terdapat perubahan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan
karena pasien tidak kooperatif, sehingga kurang berkonsentrasi dalam melakukan
tehnik relaksasi napas dalam. Tehnik relaksasi napas dalam bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Poter & Perry, 2010).

D. Kekurangan dan Kelebihan


Kekurangan
Harus dilakukan di tempat yang tenang dan berkesinambungan agar penerapan
terapinya bisa lebih efektif dan memberi dampak penurunan intensitas nyeri yang
baik.

Kelebihan
Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja
atau sewaktu-waktu
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tehnik relaksasi napas dalam merupakan metode yang tepat untuk
menghilangkan nyeri. Tehnik relaksasi napas dalam dan observasi perubahan
tingkat nyeri dada seharusnya diberikan secara berkesinambungan, namun pada
penelitian ini hanya diberikan pada satu waktu saja sehingga belum diketahui hasil
yang maksimal, yang seharusnya pemberian tehnik reaksasi napas dalam dapat
menurunkan nyeri, dalam penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan
artinya pemberian tehnik relaksasi napas dalam tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat nyeri dada pada pasien IMA
 
B. SARAN
Teknik ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan pasien,
dan memberikan posisi aman dan nyaman pada pasien, teknik ini juga harus
memperhatikan pemberian yang berkesinambungan sehingga dapat memberikan
efek penurunan skala nyeri yang lebih berarti.
DAFTAR PUSTAKA

Patricia& Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7, Jakarta: Salemba Medika,


hal 225.
Prasetyo, SN. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu,
hal 41-49.
Kabo Peter. 2010. Bagaimana Menggunakan Obat Kardiovaskuler Secara Mandiri,
Edisi Pertama. Jakarta: FKUI, hal 142.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai