Disusun Oleh :
Pratiwi Rahayu
G3A021056
1. LATAR BELAKANG
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara
industri (Antman dan Braunwald, 2010). Infark miokard adalah kematian sel
miokard akibat iskemia yang berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard
diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG, dan enzim
jantung. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan elevasi
gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang ST
(NSTEMI) (Thygesen et al., 2012)
Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang.
Infark miokard akut adalah nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung
targanggu. Serangan jantung atau AMI adalah kondisi serius yang terjadi ketika
aliran darah ke jantung terhenti sehingga fungsi jantung untuk mengalirkan
darah ke seluruh tubuh pun ikut terganggu. Terganggunya aliran tersebut pun
dapat terjadi baik karena terhambat sebagian maupun berhenti total yang
kemudian menyebabkan kerusakan jaringan. Gejala Infark Miokard yang paling
umum tentunya adalah nyeri pada dada.
Nyeri dada yang dirasakan pada IMA dapat diatasi secara mandiri
maupun kolaborasi dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan farmakologi merupakan
pendekatan kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada
pemberian obat yang mampu menghilangkan nyeri. Sedangkan pendekatan non
farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan massage
kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf elektris transkutan, distraksi,
imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner &
Suddart, 2002).
Teknik relaksasi napas dalam merupakan intervensi mandiri keperawatan
dimana perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas
nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Burnner & Suddart, 2002).
2. TUJUAN
1) Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Nyeri Dada Pasien Acute Myocardial Infarction (Ami)
3. METODE PENULISAN
Pada metode penulisan makalah ini kami mengumpulkan referensi yang relevan
dari perpustakaan, dan mencari referensi yang relevan dari internet.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu;
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan
BAB II : Konsep teori berisi konsep dasar AMI, konsep dasar teknik
relaksasi nafas dalam, dan konsep asuhan
kegawatdaruratan
BAB III : Tinjauan kasus, berisi resum asuhan keperawatan secara
lengkap dari pengkajian sampai dengan evaluasi secara
komprehensif
BAB IV : Pelaksanaan dan pembahasan Evidence Based Nursing
Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Dada
Pasien Acute Myocardial Infarction (Ami) di ruang IGD
BAB V Penutup diantaranya yaitu kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR
4. Patofisiologi
Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis
yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit
aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam
dinding arteri. Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen,
sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan lumen mengganggu
aliran darah ke distal dari tempat penyumbatan terjadi.
Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri
koroner, maka terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).
Perkembangan perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI
karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah
kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner
tersumbat cepat.
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST
yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi
dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya
tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri coroner.
Infark miokard dapat bersifat transmural dan subendokardial
(nontransmural). Infark miokard transmural disebabkan oleh oklusi arteri
koroner yang terjadi cepat yaitu dalam beberapa jam hingga minimal 6-8
jam. Semua otot jantung yang terlibat mengalami nekrosis dalam waktu
yang bersamaan. Infark miokard subendokardial terjadi hanya di sebagian
miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah terjadi pada waktu
berbeda-beda.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q.
patologis
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
6. Pathways
B. KONSEP TEORI RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Pengertian
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah
pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan
nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
2. Manfaat
Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam
a. Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman
b. Mengurangi rasa nyeri
c. Pasien tidak mengalami stress
d. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan
yangbiasanya menyertai nyeri
e. Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri
f. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan
perhatian
3. Indikasi
a. Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan
sedang akibat penyakit yang kooperatif
b. Pasien yang nyeri kronis
c. Nyeri pasca operasi
d. Pasien yang mengalami stress
4. Teknik Terapi
a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam 3
hitungan (hirup, dua,tiga).
b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi
rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,
dua, tiga).
c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.
d. Ulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Biarkan
hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat meminta klien
mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
e. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran
pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.
f. Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara
perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara
dangkal dan cepat
2. Pengkajian Sekunder
Meliputi biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu.
3. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ; iskemia
(jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar- kapiler
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1. Nyeri akut Tujuan : Nyeri Observasi
berhubungan berkurang setelah karakteristik,
dengan agen dilakukan tindakan lokasi, ,
pencedera perawatan selama karakteristik,
fisiologis ; 3x24jam dengan durasi, frekuensi,
iskemia (jaringan kriteria hasil: kualitas, intensitas
sekunder terhadap a. Nyeri dada Anjurkan pada
sumbatan arteri) berkurang klien menghentikan
misalnya dari aktifitas selama ada
skala 3 ke 2, atau serangan dan
dari 2 ke 1 istirahat.
b. Ekpresi wajah Bantu klien
rileks / tenang,
melakukan tehnik
tak tegang
c. Tidak gelisah relaksasi, mis nafas
d. Nadi 60 - 100 x / dalam, perilaku
menit distraksi,
e. Tekanan Darah
120/80 mmHg visualisasi, atau
bimbingan
imajinasi.
Pertahankan
Olsigenasi dengan
bikanul contohnya
(2 - 4 lt/menit)
Monitor tanda-
tanda vital (Nadi &
tekanan darah) tiap
dua jam.
Kolaborasi dengan
tim kesehatan
dalam pemberian
analgetik.
1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas, tidak ada secret
2) Breathing
Sesak (+), retraksi dinging dada (+), RR 25x/m, menggunakan oksigen
nasal canul 5 lpm, SpO2 97%
3) Circulation
TD 154/61mmHg, suhu tubuh 36.40C, EKG tampak stemi inferior
dengan HR 51 x/menit, hemoglobin 13 g/dL.
4) Disability
Kesadaran klien composmentis, GCS E4M6V5
5) Exposure
Tidak terdapat jejas di tubuh
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas
Tanggal Pengkajian 24 Mei 2022
Nama : Tn. D
Umur : 59 Tahun (06-04-1963)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Purwodadi
No CM : C934XXX
Diagnosa Medis : Acute Myocardial Infarction
Tanggal Masuk : 24 Mei 2022
2) Status kesehatan
Keluhan utama :
Klien mengatakan dadanya terasa nyeri, skala nyeri 5
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan keluhan nyeri dada dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu tanggal 22 mei 2022 (pada minggu malam), senin pagi 23
mei 2022 berobat ke puskesmas. Dari puskesmas dirujuk ke RS
Permata, sampai ke IGD dan dirawat inap selama 1 malam, lalu di
RS Permata dirujuk ke RSDK karena detak jantung pasien lambat.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada mengalami penyakit yang sama
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas :
Dyspnea saat beraktivitas, lemah, lelah, sulit tidur
2) Sirkulasi :
Ada hipertensi dan DM
Jantung:
S1> S2 reguler, murmur(-), tidak ada bunyi suara tambahan
3) Paru-Paru
Retraksi dinding dada (+), Vocal vemitus normal.
4) Abdomen
Tidak ada nyeri tekan
5) Ekstremitas :
Kekuatan otot 4444/4444
6) Kulit : Turgor kulit tidak elastis, warna sawo matang, , CRT >3 detik
7) Genetalia : Terpasang kateter
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal/jam PES PE P
1. 24/5/2022 DS: Klien mengatakan Nyeri akut Agen
dadanya terasa nyeri, pencedera
skala 5 fisiologis
DO : (iskemia)
KU lemah
Terpasang O2 nasal
canul 5lpm
TD 154/61mmHg,
HR 51 x/menit,
RR 25x/m,
SpO2 97%
T 36.4
P : Nyeri bertambah
saat beraktifitas
Q : Tertimpa benda
berat
R : Nyeri di dada
sampai kebelakang
S : Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan
terus menerus
3. PATHWAYS KEPERAWATAN KASUS
Metabolism anaerob
Nyeri dada
4. FOKUS INTERVENSI
3. Identifikasi factor
Agar dapat
yang memperberat
menganjurkan klien
dan memperingan
hal-hal yang lebih baik
nyeri
dilakukan ataupun
tidak
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis Tindakan ini
untuk mengurangi memungkinkan klien
rasa nyeri: terapi untuk mendapatkan
relaksasi napas rasa control terhadap
dalem) nyeri
5. kolaborasi
pemberian Untuk mengurangi
analgetic, jika rasa nyeri klien
perlu.
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn.D
Umur : 59 tahun
Diagnosa Medis : AMI
B. DATA FOKUS
DS: Klien mengatakan dadanya terasa nyeri, skala 5
DO :
KU sedang
Terpasang O2 nasal canul 5lpm
TD 154/61mmHg, HR 51 x/menit, RR 25x/m, SpO2 97%, T 36.4
P : Nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : Tertimpa benda berat
R : Nyeri di dada sampai kebelakang
S : Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan terus menerus
Nyeri dada
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwa, tidak terdapat perubahan penurunan
intensitas nyeri pada pasien AMI setelah dilakukan tindakan terapi relaksasi nafas
dalam, dengan skala nyeri 5.
Data tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Herlina, dkk dengan
responden sebanyak 17. Nyeri sedang terdapat 15 responden, dan nyeri berat
terdapat 2 responden. Dari hasil observasi pengukuran tingkat nyeri dada sebelum
dan sesudah pemberian tehnik relaksasi napas dalam, didapatkan hasil bahwa 3
pasien (17,6%) mengalami penurunan nyeri dada, dan 14 responden dengan hasl
nyeri menetap atau tidak terdapat perubahan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan
karena pasien tidak kooperatif, sehingga kurang berkonsentrasi dalam melakukan
tehnik relaksasi napas dalam. Tehnik relaksasi napas dalam bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Poter & Perry, 2010).
Kelebihan
Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja
atau sewaktu-waktu
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tehnik relaksasi napas dalam merupakan metode yang tepat untuk
menghilangkan nyeri. Tehnik relaksasi napas dalam dan observasi perubahan
tingkat nyeri dada seharusnya diberikan secara berkesinambungan, namun pada
penelitian ini hanya diberikan pada satu waktu saja sehingga belum diketahui hasil
yang maksimal, yang seharusnya pemberian tehnik reaksasi napas dalam dapat
menurunkan nyeri, dalam penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan
artinya pemberian tehnik relaksasi napas dalam tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat nyeri dada pada pasien IMA
B. SARAN
Teknik ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan pasien,
dan memberikan posisi aman dan nyaman pada pasien, teknik ini juga harus
memperhatikan pemberian yang berkesinambungan sehingga dapat memberikan
efek penurunan skala nyeri yang lebih berarti.
DAFTAR PUSTAKA