Disusun Oleh :
SAMSUL HADI
2022207209108
TAHUNU 2022/2023
1
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA BERAT
A. Pengertian
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2018).
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial (Smeltzer, 2012).
Cedera Kepala berat adalah suatu trauma yang menyebabkan kehilangan Hilang
kesadaran dan/ amnesia lebih 24 jam. Meliputi kontosio cerebral, laserasi atau
hematoma intrakranial dan mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 3-8.
(Smeltzer, 2012).
B. Etiologi
1. Kecelakaan lalu lintas.
2. Penganiyayaan
3. Tertembak
4. Kecelakaan dalam olah raga (Peloncat indah).
C. Gambaran Klinis
1. Nyeri kepala menetap, biasanya menunjukan fraktur.
2. Pola pernapasan abnormal.
3. Respon pupil lenyap.
4. Timbul muntah-muntah.
5. Perubahan perilaku dan perubahan fisik pada bicara dan gerakan motorik dapat
timbul segera atau secara lambat.
6. Fraktur pada basal tulang tengkorak dan dapat menyebabkan hemoragik
(perdarahan) dari hidung, faring dan telinga.
2
D. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60
ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan
mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler
menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan
simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu
besar.
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
a. Gegar kepala ringan
b. Memar otak
c. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
3
a. Hipotensi sistemik
b. Hipoksia
c. Hiperkapnea
d. Udema otak
e. Komplikasi pernapasan
f. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
E. Pathway
Cidera kepala TIK - oedem
- hematom
Kelainan metabolisme
Kontusio
Pulmonal
4
Asam laktat tek. Hidrostatik Asupan nutrisi kurang
Cerebral
5
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena
pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena. Tanda dan gejalanya : Nyeri
kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral,
dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan
kaku kuduk.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemetiksaan tengkorak dengan sinar X dapat mengidentifikasi lokasi fraktur
atau hematom.
2. CT scan atau MRI dapat dengan cermat menentukan letak dan luas cedera.
H. Penatalaksanaan :
1. Medis
a. Bedrest total
b. Pemberian obat-obatan
c. Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.
d. Konkusio biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring.
e. Kraniotomi.
f. Ventrikulustomi.
g. Kranioplasti.
h. Oksigenasi.
i. Pengobatan : Antikonvulsan, Diuretik, Analgetik, Barbiturat,
Kortikosteroid.
2. Perawatan
a. Memaksimalkan perfusi/fungsi otak
b. Mencegah komplikasi
6
c. Pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.
d. Mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga
e. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana
pengobatan, dan rehabilitasi.
KONSEP DASAR
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama, Jenis kelamin, Usia, Status, Agama, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan,
Suku bangsa, Dx Medis, No. RM, Tanggal masuk RS
2. Primary survey
Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011).
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2010).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara
lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernafas dengan bebas?
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara
lain:
1) Adanya snoring atau gurgling
7
2) Stridor atau suara napas tidak normal
3) Agitasi (hipoksia)
4) Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
5) Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas
bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :
1) Muntahan
2) Perdarahan
3) Gigi lepas atau hilang
4) Gigi palsu
5) Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
1) Chin lift/jaw thrust
2) Lakukan suction (jika tersedia)
3) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway,
Laryngeal Mask Airway
4) Lakukan intubasi
Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada
pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus
dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi
buatan (Wilkinson & Skinner, 2010).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara
lain :
8
a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
1) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
2) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
3) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d. Penilaian kembali status mental pasien.
e. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
1) Pemberian terapi oksigen
2) Bag-Valve Masker
3) Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan
4) Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
g. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien,
antara lain (Wilkinson & Skinner, 2010 ) :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
9
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
1) Menentukan ada atau tidaknya
2) Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
3) Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
4) Regularity
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary refill).
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
Disability
Tingkat kesadaran GCS, AVPU( Alern, verbal / vocalises, respinds to
pain only, unresponsive to pain )
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang
diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bisa
dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas
10
Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan.
3. Medication
Obat - obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan
hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat.
4. Past illness / Pertinent medical history
Riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita, obatnya
apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal.
5. Last meal
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam
sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini.
6. Even / Environment
Hal - hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
B. Diagnosa Keperawatan Yang Bisa Muncul
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah
(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik atau
hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan akumulasi sekret
pada jalan napas.
c. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat
pernapasan otak), kerusakan persepsi atau kognitif, obstruksi
trakeobronkhial.
C. Intervensi Keperawatan
11
Kriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan
intrakranial.
Rencana tindakan :
12
5) Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat
kejang.
Kriteria HAsil : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak
ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-
batas normal.
Rencana tindakan :
13
R : Pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis
respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan PaCo2 dan
menyebabkan asidosis respiratorik.
Kriteria Hasil: Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada
selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak
ada.
14
Rencana tindakan :
R: Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta :
EGC
Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Grace, P, A & Borley, N, R. 2017. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Brunner & Suddart . 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hardhi, Kusuma. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta : MediAction
16
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y DENGAN GANGGUAN
TRAUMA KEPALA BERAT
Disusun Oleh :
SAMSUL HADI
2022/2023
17
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y DENGAN GANGGUAN
TRAUMA KEPALA BERAT
1. Identitas Mahasiswa
Nama : Rozihan Amri
NIM : 2021207209094
2. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Usia : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Diagnosis Medis : Trauma Cavitis / Cedera Kepala Berat GCS 3
Alamat : Waway Karya lampung timur
Warna Triage : Merah
3. Pengkajian
PRIMARY SURVEY :
Airway : Hidung / Mulut
- Bebas √ Tersumbat
- Sputum √ Adanya Darah
- Spasme - Benda Asing
- Pangkal lidah jatuh -
Suara Napas
- Normal √ Stridor
√ Gurgling - Wheezhing
- Ronchi - Lain-lain
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
18
- Teratur - Tidak Teratur
- Apnea - Dispnea
- Bradipnea √ Takipnea
√ Retraksi dada √ Pernapasan Cuping Hidung
√ Pernapasan - Kusmaul / Chyne Stokes
dada/perut
Suara Napas
- Normal √ Stridor
√ Gurgling - Wheezhing
- Ronchi - Lai
-lain
Msalah Keperawatan:
19
√ Hangat - Dingin - Edema
Turgor
Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan
- Isokor - Miosis
√ Anisokor - Midriasis
- Muntah Proyektil - Riwayat kejang
Fungsi Bicara
- Normal - Afasia
- Pelo - Mulut Mencong
Kekutan otot
0 0
0 0
Ket:
0: Tidak dapat berkontraksi
1: Hanya dapat berkontraksi
2: Ada pergerakan tidak mamu melawan gaya gravitasi
3: Adapergerakan hanya dapat mengatasi gaya gravitasi
4: Mampu melawan gaya gravitasi dan melawan sedikit tahanan
5: Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan yang maksimal
Sensabilitas
20
- Normal √ Gangguan Menelan
air
√ Gangguan Menelan Air
dan Makanan
Masalah Keperawatan:
Exposure Trauma :
Jejas :Terdapat jejas di daerah mata dan pipi sebelah kanan, luka
3cm di kepala belakang sebelah kanan
Luas :
Kedalaman :-
SECONDARY SURVEY
a. Wawancara
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran post KLL
21
serta alat bantu nafas ventilator pada tanggal 24
februari 2023 jam 09.00 WIB.Pada 25 februari
2023 pukul 09:30 di lakukan pengkajian kasus
keperawatan dan didapatkan hasil klien mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS 2t (E1VtM1),
terpasang ventilator, terpasang monitor EKG,
terpasang IVFD Ringerfundin gtt 20x/menit,
terpasang kateter, TD= 100/60 mmHg , RR=
30x/menit, T= 37,50C, HR= 65x/menit, adanya
jejas di daerah mata, pipi, luka di bagian kepala
belakang sebelah kanan berukuran 3cm dan
terdapat darah dari mulut.
b. Pemeriksaan Fisik
3 Kepala
22
Nyeri
√ Echymosis - tekan
4 Mata
RC Midriasis Miosis
5 Telinga
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Lain-lain : -
23
6 Hidung
- Cairan, Warna:-jumlah: -
√ Lecet/kemerahan/laserasi
- Lain-lain : -
7 Leher
Distensi Vena
- Deviasi trakea - Jugularis
Lain-lain: -
- Krepitasi
8 Dada/Paru
BJ BJ
Suara Jtg : I II - Murmur - Gallop
Nyeri dada
24
Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Lain-lain :
- ……………………
9 Abdomen
- Perdarahan/bengkak √ Laserasi/jejas/lecet
Luka
- Luka tusuk - sayat Ukuran: …………
Lain-lain :
……………………
10 Genetalia
√ Simetris - Asimetris
25
- Lain-lain : -
11 Ekstremitas
Perdaraha
- Kelainan bentuk √ n √ Bengkak
Keterbatasan
- Jari-jari hilang √ gerak
- Fraktur, Lokasi: -
- Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Lain-lain : -
12 Kulit
√ Echymosis - Ptechie
- Gatal-gatal/pruritus
Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
26
Spiritual : Tidak dikaji
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Kimia darah
Tanggal pemeriksaan 24 februari 2023
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
Pengobatan
Tabel 3.4
Terapi obat
Cara
No Nama Terapi Dosis Golongan Obat
Pemberian
1 Ceftriaxone 2x1 Gr I.V Antibiotik
27
2 Paracetamol 3x1 gr I.V Antipiretik
3 Omeperazole 1x40 ml I.V Analgetik
4 Dobutamin 150 gr Kontinyu I.V Obat jantung
5 Ringer Fundin 500cc Kontinyu I.V Elektrolit
5. ANALISA DATA
Tabel 3.5
Analisa Data Keperawatan
No DATA ETIOLOGI MASALAH
28
1 DS : tidak dapat dinilai Ketidakefektifan
Cidera kepala
DO : bersihan jalan
1. Ku: penurunan nafas
Cidera otak primer
kesadaran
2. Kesadaran: coma
Kerusakan Sel otak
3. Terpasang
Ventilator,
rangsangan simpatis
4. RR: 30x/m,
N : 65x/M
tahanan
T : 37,50C
vaskulerSistemik &
TD: 100/60 mmHg TD
5. Terdapat secret di tek.
selang ETT dan Pemb.darahPulmonal
mulut
6. Suara nafas tek. Hidrostatik
tambahan stridor
kebocoran cairan kapiler
oedema paru
Penumpukan cairan/secret
Difusi O2 terhambat
Ketidakefektifbersihan
jalan napas
29
2 DS : tidak dapat dinilai Ketidak
Cidera kepala
DO : efektifan
1. Ku: penurunan perfusi
Cidera otak primer
kesadaran jaringan
2. Kesadaran: coma serebral
Kerusakan Sel otak
3. GCS: 2t (E1VtM1)
4. Terpasang
Gangguan autoregulasi
Ventilator,
5. RR: 30x/m,
Aliran darah keotak
N : 65x/M
T : 37,50C
O2
TD: 100/60 mmHg
6. Pupil anisokor
gangguan
7. Kebiruan sekitar
metabolisme
mata (jejas)
8. Kepala bengkak
Asam laktat
dan asimetris
Asam laktat
Ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral
30
3 DS : tidak dapat dinilai Ketidak
Kecelakaan lalu lintas
DO : efektifan Pola
1. Ku: penurunan Cidera kepala Nafas
kesadaran
2. Kesadaran: coma Cidera otak primer
3. Terpasang
Ventilator,
4. RR: 30x/m, Kerusakan sel otak
N : 65x/M
T : 37,50C Rangsangan simpatis
TD: 100/70 mmHg
5. Suara nafas
Kebocoran cairan kapiler
tambahan stridor
Oedema paru
Penumpukan cairan /
secret
1. Masalah keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c) Ketidakefektifan pola nafas
2. Prioritas masalah
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b) Ketidakefektifan pola nafas
c) Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
31
3. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Obtruksi jalan nafasditandai
dengan:
DS : tidak dapat dinilai
DO :
32
c) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral bd trauma di tandai dengan
DS : tidak dapat dinilai
DO :
33
INTERVENSI
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG ICU RSUD SUKADANA
TANGGAL : 25-02-2023 Jam : 08.30 Wib
N PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC: Status Pernapasan: Kepatenan NIC: manajemen jalan napas
nafas b/d obtruksi jalan nafas jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan oksigenisasi
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24
2. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
DS : tidak dapat dinilai jam status pernafasan klien tidak
atau jaw thrust
DO : terganggu dengan kriteria hasil:
3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial
1. Ku: Penurunan kesadaran
untuk memasukkan alat membuka jalan
2. Kesadaran: coma No Skala Awal Akhir
nafas
3. GCS: E1VtM1, 1 Suara nafas 2 5
4. Masukkan alat nasopharingeal airway
4. Terpasang Ventlator, tambahan
(NPA) atau oro[haringeal airway (OPA)
5. RR: 30x/m, 2 Pernapasan cuping 4 5
5. Posisikan klien untuk memaksimalkan
N : 65x/M hidung
ventilasi
T : 37,50C 3 Akumulasi 3 5
6. Lakukan penyedotan melalui endotrakea
TD: 100/60 mmHg sputum
34
6. Terdapat secret di selang 4 Frekuensi 3 5 dan nasotrakea
ETT dan mulut pernafasan 7. kelola nebulizer ultrasonik
7. Suara nafas stridor Indikator: 8. posisikan untuk meringankan sesak napas
1. Sangat berat 9. auskultasi suara nafas, catat area yang
2. berat ventilasinya menurun atau tidak ada dan
3. sedang adnaya suara tambahan
4. ringan 10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
5. tidak ada klien.
11. Kolaborasi dengan timdokter dala
pemberian obat
2 Ketidakefektifan pola nafas b/d NOC: Status Pernapasan: Kepatenan NIC: manajemen jalan napas
gangguan neurologis ditandai jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan oksigenisasi
dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24
2. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
DS : tidak dapat dinilai jam status pernafasan klien tidak
atau jaw thrust
DO : terganggu dengan kriteria hasil:
3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial
1. Ku: Penurunan kesadaran
untuk memasukkan alat membuka jalan
2. Kesadaran: coma No Skala Awal Akhir
nafas
3. GCS: E1VtM1, 1 Suara nafas 2 4
4. Masukkan alat nasopharingeal airway
4. Terpasang Ventlator, tambahan
35
5. RR: 30x/m, 2 Pernapasan cuping 4 5 (NPA) atau oropharingeal airway (OPA)
N : 65x/M hidung 5. Posisikan klien untuk memaksimalkan
T : 37,50C 3 Akumulasi 3 5 ventilasi
TD: 100/60 mmHg sputum 6. Lakukan penyedotan melalui endotrakea
6. Terdapat secret di selang 4 Freuensi 3 5 dan nasotrakea
ETT dan mulut pernafasan 7. kelola nebulizer ultrasonik
7. Suara nafas stridor Indikator: 8. posisikan untuk meringankan sesak napas
1. Sangat berat 9. auskultasi suara nafas, catat area yang
2. berat ventilasinya menurun atau tidak ada dan
3. sedang adnaya suara tambahan
4. ringan 10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
5. tidak ada klien.
11. Kolaborasi dengan timdokter dala
pemberian obat
3 Ketidakefektian perfusi jaringan NOC: perfusi jaringan: cerebral NIC: Monitor tekanan intra kranial
serebral b/d trauma Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 1. Monitor status neorologis
DS : tidak dapat dinilai jam perfusi jaringan serebral klien tidak 2. Monitor intake dan ouput
DO : ada masalah dengan kriteria hasil: 3. Moniotr tekanan aliran darah ke otak
1. Ku: penurunan kesadaran No Skala Awal Akhir 4. Monitor tingkat CO2 dan pertahankan
36
2. Kesadaran: coma 1 Muntah 4 5 dalam parameter yang ditentukan
3. GCS: E1VtM1, 2 Demam 4 5 5. Periksa klien terkait adanya tanda kaku
4. Terpasang Ventilator, 3 Kognisi terganggu 1 5 kuduk
5. RR: 30x/m, 4 Penurunan tingkat 1 5 6. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
N : 65x/M kesadaran mengoptimalkan perfusi jaringan serebral
T : 37,50C 5 Refleks saraf 1 5 7. Berikan informasi kepada keluarga/
TD: 100/60 mmHg terganggu orang penting lainnya
6. Pupil anisokor Indikator: 8. Beritahu dokter untuk peningkatan TIK
7. Kebiruan sekitar mata 1. Berat yang tidak bereaksi sesuai peraturan
(jejas) 2. Besar perawatan.
8. Kepala bengkak dan 3. Sedang 9. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
asimetris 4. Ringan pemberian obat
5. Tidak ada
37
IMPLEMENTASI
38
N : 65x/M nafas belum teratasi
(semi fowler)
T : 37,50C P: Intervensi di hentikan (klien
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang
TD: 100/60 mmHg 09:55 meninggal)
ventilasinya menurun atau tidak ada dan
6. Terdapat secret Wib
adanya suara tambahan
ditenggorokan dan
R/:suara nafas tambahan stridor
mulut
7. Suara nafas
6. Mengedukasi keluarga klien tentang keadaan
gargling 09:57
klien.
Wib
R/: keluarga klien menerima keadaan apapun
yang terjadi pada klien karena klien sudah
kritis
39
e) Dobutamin
40
selang ETT dan 10:00
pemberian obat
mulut Wib
f) Ceftriaxone
7. Suara nafas stridor
g) Omeprazole
h) Paracetamol
i) Ringe Fundin
j) Dobutamin
3 Ketidak efektipan perfusi Sabtu, 1. Memonitor status neorologis Sabtu, 25 februari 2023
jaringan serebral b/d 25 R/: GCS :2T, E:1 V:T M:1 Pukul 14:30
trauma februari S:-
Di tandai dengan 2023 2. Menyesuaikan kepala tempat tidur untuk O:
DS : tidak dapat dinilai 10.15 mengoptimalkan perfusi jaringan serebral 1. Ku: Plus
DO : Wib R/:posisi klien terlentang 2. Kesadaran: -
1. Ku: penurunan 3. GCS: -
kesadaran 3. Memberikan informasi kepada keluarga/ 4. Terpasang Ventlator,
2. Kesadaran: coma 09:57 orang penting lainnya keadaan klien 5. RR: -x/m,
3. GCS: E1VtM1, Wib R/: Keluarga klien menerima dan pasrah N : -x/M
4. Terpasang dengan keadaan klien yang semakin kritis T : - 0C
41
Ventlator, TD: - mmHg
5. RR: 30x/m, 4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam A: Ketidakefektifan perfusi jaringan
N : 65x/M 10:00 pemberian obat serebral belum teratasi
T : 37,50C Wib a) Ceftriaxone P : Intervensi di hentikan (klien
TD: 100/60 mmHg b) Omperazole meninggal )
6. Pupil anisokor c) Paracetamol
7. Kebiruan sekitar d) Ringe Fundin
mata (jejas) e) Dobutamin
8. Kepala bengkak
dan asimetris
42