Anda di halaman 1dari 22

EVIDENCE BASED NURSING

PENCEGAHAN PENYEBARAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN (BEEB)


BATUK EFEKTIF DAN ETIKA BATUK DI RUANG MELATI RSD BALUNG

Oleh:
Kelompok Keperawatan Medikal Bedah

Nur Aini Kamelia NIM. 19020109

Nur Rowaidah NIM. 19020110

Bayu Saputro NIM. 19020111

Yoga Kusyono NIM. 19020112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Evidance Based Nursing yang berjudul “Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan
(Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk Di Ruang Melati Rsd Balung” Telah di sahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :Rumah Sakit Daerah Balung

Yang mengesahkan,

Jember, 2021

Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

(…………………………………..) (……………………………..)
NIP/NIK. NIK.

Kepala Ruang
Ruang Melati RSD Balung

(………………………………………..........……..)

NIP/NIK
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
BAB1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Evidence Based Nursing
1.4 Manfaat Evidence Based Nursing
BAB 2 TUJUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Konsep Teori
2.2 Literatur Review
BAB 3 ANALISIS JURNAL................................................................................
3.1 Metode
3.2 Hasil
3.3 Pembahasan
BAB 4 PENATALAKSANAAN .........................................................................
4.1 Rancangan Studi Kasus
4.2 Subjek Studi Kasus
4.3 Fokus Studi
4.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus
4.5 Instrumen Pengumpulan Data
BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................
BAB 6 PENUTUP ................................................................................................
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga dapat menyelesaikan Evidence Based Nursing untuk memenuhi salah satu
persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners STIKES dr. Soebandi Jember
dengan judul “Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan
Etika Batuk Di Ruang Melati Rsd Balung”
Terselesaikannya Evidence Based Nursing ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada pembimbing dosen dan pembimbing klinik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna. Untuk
itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Semoga Evidence Based Nursing ini bermanfaat bagi pengembang pembelajaran untuk ilmu
kesehatan khususnya bagi keperawatan.

Jember, 23 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis atau biasa di singkat dengan sebutan TB merupakan penyakit menular
yang menyebabkan kematian tertinggi kedua di dunia setelah HIV/AIDSS (WHO.2020).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan jumlah
kasus baru tuberkulosis (TBC) pada tahun 2015 mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari
sebelumnya yang hanya 9,6 juta. Indonesia menempati urutan kedua dalam jumlah
pasien TB didunia yaitu sebesar 1,2 juta kasus, dengan angka kematian akibat TB paru
mencapai 100.000 jiwa per tahun (Global Tuberculosis Report,2020). Data di indonesia
menunjukkan prevelensi penyakit TB paru pada tahun 2015 yaitu sebesar 396 per
100.000 jiwa dengan angka kematian sebesar 40 orang per 10.000 populasi. (Dinkes
RI.2019).
Sebanyak 3.105 kasus baru BTA positif (BTA+) ditemukan di sulawesii tenggara
pada tahun 2016. Kasus baru tersebut ditemukan di 3 daerah yaitu kabupaten Muna,
kabupaten Konawe dan kabupaten Kendari. Meskipun penderita BTA+ pada tahun 2016
menurun dibandingkan dengan data tahun 2015 yaitu sebesar 3.268 orang, namun
mengingat dampak yang ditimbulkan akibat TB paru sangat besar pada jumlah penderita
tersebut. Data penderita TB kasus baru pada tahun 2016 dikota Kendari yaitu sebanyak
583 kasus (Dinkes. Sultra,2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Bahteramas Kendari
tercatat sebesar 334 penderita TB paru yang dirawat inap pada tahun 2015 dan
mengalami peningkatan menjadi 385 penderita pada tahun 2016. Angka tersebut
cenderung menurun pada tahun 2017 yaitu sebesar 265 kasus penderita TB yang
dirawat inap. (Rekam Medik RS.Bahteramas Kendari )
Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
yaitu M,Mycobacteria bakteri yang berbentuk batang, bersifat aerobik, dan tidak
membentuk spora. Bentuk yang paling sering menyerang manusia adalah
mycobacterium tuberculosis homonis yang merupakan penginfeksi melalui udara,
memiliki partikel yang tak terlihat oleh mata, disebut sebagai droplet nuclei yang
banyak berada dalam saluran napas orang yang memiliki tuberculosis.
M,Tuberculosis dapat bertahan dari mekanisme tubuh untuk merusaknya, dapat
bertahan pada sel yang telah mati, dan dapat terus tumbuh walaupun
M.Tuberculosis dapat menyerang bagian tubuh lain selain paru, tetapi paru
merupakan lingkungan kaya oksigen yang mendukungnya untuk hidup.
Selanjutnya, bakteri tersebut akan menyerang jaringan paru, merusak paru-paru,
dan menyebar kebagian paru lainnya, hingga dapat menimbulkan kematian
apabila tidak segera ditanggulangi. TB ditularkan dari orang ke orang melalui
udara. Ketika penderita TB batuk atau bersin, mereka akan menyebarkan bakteri
M.Tuberculosis keluar ke udara. Gejala yang terjadi pada umumnya adalah batuk
dengan cairan (dahak) dan darah, nyeri pada bagian dada, lemah, terjadi
penurunan berat badan, demam, dan berkeringat pada malam hari. (Asri
Susanti.2018)
Kerusakan pada jaringan paru-paru menyebabkan penderita TB paru akan
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Dampak lanjut
penurunan oksigen dalam tubuh adalah menurunkan cadangan energi sehingga

tubuh akan merasa mudah lelah dan jika keluhan tersebut tidak ditangani, maka
kerusakan menetap pada sel akan terjadi termasuk kerusakan pada organ penting
ditubuh. Otak merupakan bagian sensitive terhadap kekurangan oksigen. Otak
masih menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit, apabila kekurangan
oksigen lebih dari 5 menit, dapat menimbulkan kerusakan sel otak secara
permanen. Kekurangan oksigen juga dapat mengakibatkan hipoksia. Jika ada
hambatan di jalan nafas karena penumpukan sekret maka harus dilakukan terapi
untuk mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan. Gangguan yang diakibatkan
oleh penumpukkan sekresi pada jalan nafas akan berdampak pada penurunan
asupan oksigen pada pasien. Masalah tersebut diidentifikasi sebagai
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.(Asri Susanti.2018)
Menurut NANDA (2015), menyebutkan bahawa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. Batasan
karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah tidak ada batuk,
suara nafas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,
sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara, mata terbuka lebar, gelisah,
othopneu, batuk yang tidak efektif, sputum dalam jumlah berlebihan, dispneu,dan
penurunan bunyi nafas. Masalah keperawatan tersebut dapat diterapi dengan
memberikan intervensi untuk memudahkan dalam memobilisasi sekret dari jalan
nafas. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Menurut teori Kapuk (2012) menyatakan bahwa standar

oprasional prosedur (SOP) tujuannya yaitu membebaskan jalan nafas dari


akumulasi secret, mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
laboratorium dan mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.
Menurut Pranowo (2018), pada dasarnya jika sputum tidak segera
dikeluarkan maka akan menjadi gumpalan sekresi pernafasan pada area jalan
nafas dan paru-paru sehingga menutup sebagian jalan nafas yang kecil sehingga
menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat dan gangguan pernafasan, maka
tindakan yang harus dilakukan adalah mobilisasi sputum. Pada tahun 2011,
Nugroho mengemukakan batuk efektif merupakan salah satu upaya untuk
mengeluarkan dahak dan menjaga paruparu agar tetep bersih, disamping dengan
pemberian tindakan nebulizer. Sedangkan menurut (Kapuk,2012) Batuk efektif
merupakan latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan menggangu
saluran di saluran nafas dengan cara di batukkan.
Mardiono S,2017. Latihan batuk efektif dalam pengeluaran sputum dapat
membantu mengeluarkan sputum pada jalan nafas dan mengurangi kesulitan
bernafas pada pasien rawat inap di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus. Penelitian Septherisa (2012) menunjukkan bahwa latihan batuk efektif
dapat meningkatkan sekresi mukus dan membantu mengatasi keluhan sesak nafas
pada pasien asma bronchial di ruang penyakit dalam di Teratai Rumah Sakit
AK.Gani (Septherisa,2017).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara mencegah penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk
Efektif Dan Etika Batuk ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui cara mencegah penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk
Efektif Dan Etika Batuk.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Dapat menambah wawasan mahasiswa program profesi ners dalam pencegahan
penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk.
1.4.2 Bagi RSD Balung
Di harapkan dapat bermanfaat dan di terapkan sebagai perkembangan ilmu
keperawatan di RSD Balung.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Batuk Efektif dan Etika Batuk


2.1.1 Pengertian Batuk Efektif
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal. Menurut teori Kapuk (2019) menyatakan bahwan standar oprasional
prosedur (SOP) tujuannya yaitu membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret,
mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium dan mengurangi
sesak nafas akibat akumulasi sekret.
Menurut Pranowo (2018), pada dasarnya jika sputum tidak segera
dikeluarkan maka akan menjadi gumpalan sekresi pernafasan pada area jalan nafas
dan paru-paru sehingga menutup sebagian jalan nafas yang kecil sehingga
menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat dan gangguan pernafasan, maka
tindakan yang harus dilakukan adalah mobilisasi sputum. Pada tahun 2020, Nugroho
mengemukakan batuk efektif merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan
dahak dan menjaga paruparu agar tetep bersih, disamping dengan pemberian
tindakan nebulizer. Sedangkan menurut (Kapuk,2020) Batuk efektif merupakan
latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan menggangu saluran di saluran
nafas dengan cara di batukkan. Pada indikasi tertentu, biasanya nafas dalam dan
batuk efektif dilakukan secara bersamaan dalam satu periode.
2.1.2 Pengertian Etika Batuk
Tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan mulut
dengan tisu atau lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak
menular ke orang lain Pranowo (2018).

2.2 Jenis – jenis batuk


Jenis-jenis batuk batuk berdasarkan waktu :
a) Akut
Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh. Jangka waktunya
kurang daritiga minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri, virus, penyempitan
saluran nafas atas.
b) Sub akut
Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikan
subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi karena gangguan pada epitel.
c) Kronis
Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan penyempitan
saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis
biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih
berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan batuk kronis,
misalnya asma, TBC, gangguan refleks lambung, penyakit paru
obstruksi kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis
harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan
diatasi sesuai dengan penyebabnya itu. (Nadesui,Hendrawan.2018).

2.3 Berdasarkan sebabnya


2.3.1 Batuk berdahak
Yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan. Batuk
berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka terhadap paparan
debu, lembab berlebih, alergi dan sebagainya. Batuk berdahak merupakan
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat-zat asing dari saluran nafas, temasuk
dahak. Batuk ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Pada batuk berdahak produksi dahak meningkat dan kekentalannya juga
meningkat sehingga sukar dikeluarkan ditambah terganggunya bulu getar
bronchii (silia) yang bertugas mengeluarkan dahak sehingga diperlukan obat
yang berlabel ekspektoran. Obat-obat ini biasanya juga merangsang terjadinya
batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Selain itu ada juga obat-obat yang bisa
membantu mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan yang disebut
mukolitik. Contoh obat-obat ekspektoran adalah amoniumklorida, gliseril
guaiakol, ipekak, dan lain-lain. Sedangkan contoh obat mukolitik adalah
bromheksin, asetilsisitein, dan ambroksol. Batuk berdahak, jumlah dahak yang
dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan.
2.3.2 Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga
merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila batuknya
terlalu keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
2.3.3 Batuk yang khas
Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkan pita
suara radang dan suara parau. Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan,
kecil-kecil, timbul sekali- sekali, kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC
batuk bisa disertai bercak darah segar. Batuk karena asma, sehabis serangan
asma lendir banyak dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnya batuk.
Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini yang
merangsang timbulnya batuk. Batuk karena kanker paru-paru yang menahun
tidak sembuh. Batuknya tidak tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas,
batuk semakin bertambah. Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat
saluran pernafasan berusaha mengeluarkan benda asing maka akan
menimbulkan batuk.

2.4 Manfaat batuk efektif


Memahami pengertian batuk efektif beserta tekhnik melakukannya akan
memberikan manfaat. Diantaranya, untuk melonggarkan dan melegakan saluran
pernapasan maupun mengatasi sesak napas akibat adanya lendir yang memenuhi
saluran pernapasan. Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret
dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun
karena sejumlah penyakit yang di derita seseorang. Bahkan bagi penderita
tuberkulosa (TB), batuk efektif merupakan salah satu metode yang dilakukan
tenaga medis untuk mendiagnosis penyebab penyakit. Tidak sedikit penderita
yang justru mengalami kondisi yang semakin memburuk meski pengobatan telah
dilakukan. Bahkan sejumlah penelitian menemukan, tak kurang satu orang dari 4
atau 5 penderita TB mengalami kematian, terutama akibat terlambat
memberikan pengobatan maupun kesalahan dalam melakukan diagnosis
sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.

2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan


a) Evaluasi perubahan dari ekspansi dada sebelum dan sesudah melakukan nafas
dalam dan batuk efektif.
b) Pada klien yang mempunyai resiko bronkospasme, lakukan inhalasi
bronkodilator 30 menitsebelum dilakukannya latihan nafas dalam dan batuk
efektif.

2.6 Latihan Batuk Efektif


Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan, latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien tb paru untuk mengeluarkan lendir atau sekret pada jalan
nafas, batuk mempengaruhi interaks latihan batuk efektif merupakan cara untuk
melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan
untuk membersihkan laring, trakhea, dan bronkioulus dari sekret atau benda asing di
jalan napas. Sebagian besar orang mencari pertolongan medis untuk batuk akut
supaya mereda, sementara itu ada orang yang takut batuknya menjadi penyakit yang
serius. Batuk terjadi sebagai akibat stimulasi mekanik atau kimia pada nervus
afferent pada percabangan bronkus. Batuk efektif tergantung pada intaknya busur
refleks afferent-efferent, ekspirasi yang adekuat dan kekuatan dinding otot dada dan
normalnya produksi dan bersihan mukosiliar.

2.7 Pengkajian
Identifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa klien membutuhkan terapi
latihan batuk efektif, seperti adanya secret, ketidakmampuan batuk efektif,
kelemahan yang diakibatkan masalah otot pernafasan, suara nafas yang abnormal,
ketidakmampuan melakukan nafas dalam.
a) Identifikasi alasan mengapa klien tidak mampu melakukan batuk efektif.
b) Kaji kemampuan dan pengetahuan klien tentang latihan batuk efektif
2.7.1 Masalah keperawatan yang terkait
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Kurang pengetahuan tentang tata cara batuk efektif dan etika batuk
2.7.2 Rencana tindakan keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, intervensi yang dapat dilakukan
adalah penyuluhan tentang latihan batuk efektif dan etika batuk menggunakan
leaflet.
2.7.3 Implementasi tindakan keperawatan
Mengajarkan latihan batuk efektif. dan etika batuk
2.7.4 Evaluasi formatif
Evaluasi kemampuan klien melakukan batuk efektif dan etika batuk
BAB 3
ANALISIS JURNAL

3.1 Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika
Batuk Di Rw. VI Sambikerep Surabaya
Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah dengan
penelusuran yang bersumber dari electronic data base yaitu google scholar dengan
kata kunci Tuberkulosis Paru (TBC), Batuk Efektif, Etika Batuk. Peneliti hanya
menjaring artikel atau jurnal yang dipublikasikan dalam kurun waktu 2016-2021. Data
yang diperoleh kemudian ditelaah, disusun secara sistematis, dibandingkan 1 sama lain
dan dibahas literature terkait. Dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
3.1.1 Kriteria Inklusi :
a. Penderita Tb Paru
b. Usia ≥25 tahun
c. Sikap kooperatif
d. Gender apa pun (laki- laki / perempuan)
3.1.2 Kriteria Ekslusi :
a. Usia ≥25 tahun
b. Tidak sadar
c. Sikap tidak kooperatif

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia


No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. 25-34 tahun 10 12,2
2. 35-44 tahun 39 47,5
3. 45-54 tahun 11 13,4
4. 55-65 tahun 16 19,5
5. > 65 tahun 6 7,4
Total 82 100

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa hampir setengahnya adalah usia 35-44 tahun
yaitu sebesar 39 responden (47,5%) dan sebagian kecil adalah usia > 65 tahun yaitu sebesar
6 peserta (7,4%).
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. Laki-laki 14 17
2. Perempuan 68 83
Total 82 100
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil bahwa hamper seluruhnya adalah perempuan yaitu
sebesar 68 responden (83%).
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pre Test (N=82 responden) Post Test (N=82 responden)
Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang
n % N % N % N %
3 3,7 79 96,3 74 90,2 8
9,8

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dinyatakan bahwa hasil pre test responden berpengetahuan
baik sebesar 3(3,7%) dan setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi responden
berpengetahuan baik menjadi 74(90,2%).

3.2 Hasil
Hasil literature review didapatkan bahwa pasien hasil pre test responden
berpengetahuan baik sebesar 3(3,7%) dan setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi
responden berpengetahuan baik menjadi 74(90,2%). Media yang digunakan dalam literature
ini adalah leaflet tata cara batuk efektif dan etika batuk. Adapun jurnal terkait adalah sebagai
berikut :
Latar Belakang, Tujuan,
No Sumber Pustaka Hasil dan Kesimpulan
Metode
1. Judul : Latar belakang : Hasil :
Pencegahan Kasus tuberkulosis paru Kegiatan pengabdian
Penyebaran merupakan penyakit dan masyarakat ini
Tuberkulosis Paru menular yang disebabkan didapatkan peningkatan
Dengan (Beeb) mycobacterium pengetahuan warga
Batuk Efektif Dan tuberculosis dan menjadi sebelum dilakukan
Etika Batuk Di Rw. permasalahan yang serius kegiatan hasil pre test
VI Sambikerep di Indonesia. Penderita responden
Surabaya tuberkulosis paru berpengetahuan baik
menyebarkan kuman ke sebesar 3(3,7%) dan
udara dalam bentuk setelah diberikan
droplet (percikan dahak). penyuluhan dan
Droplet yang mengandung demonstrasi responden
kuman dapat bertahan di berpengetahuan baik
udara pada suhu kamar menjadi 74(90,2%).
selama beberapa jam.
Infeksi terjadi apabila Kesimpulan :
seseorang menghirup Dengan adanya
udara yang mengandung program pengabdian
percikan dahak infeksius masyarakat ini,
tersebut. masyarakat dapat
Tujuan : menerapkan batuk
untuk menambah efektif dan etika batuk
pengetahuan masyarakat dalam mencegah
tentang pentingnya penyebaran
pencegahan penyebaran Tuberkulosis paru
tuberkulosis paru dengan secara mandiri dan
BEEB dan merubah mempertahankannya
perilaku hidup sehat dan untuk hidup lebih
bersih agar terhindar dari bersih dan sehat agar
penyakit Tuberkulosis terhindar dari penyakit
Metode : menular lainnya.
penyuluhan dan
demostrasi dengan media
leaflet
BAB 4
PENATALAKSANAAN

4.1 Rancangan Studi Kasus


Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan observasi melalui
studi kasus untuk mendapatkan gambaran terhadap pengetahuan cara mencegah penyebaran
TB paru dengan batuk efektif dan Etika Batuk.

4.2 Subjek Studi Kasus


Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pada pasien TB paru yang berada di RSD
balung berjumlah satu orang.
4.1.1 Dengan kriteria inklusi
a. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian.
b. Pasien dengan diagnosa medis TB paru
c. Pasien dengan kesadaran komposmentis.
d. Pasien yang tidak mengalami gangguan pada thorax dan
punggung atau tulang belakang.
4.1.2 Dengan kriteria eksklusi:
a. Pasien yang tidak ingin menjadi subjek penelitian
b. Pasien pulang atau meninggal sebelum 3 hari perawatan
4.3 Fokus Studi
Dalam penelitian studi kasus ini difokuskan :
a. Pasien TB paru
b. Demonstrasi batuk efekktif dan etika batuk

4.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus


Penelitian ini telah dilakukan di RSD Balung di Ruang Melati pada tanggal 23 sampai
30 April 202.

4.5 Instrumen pengumpulan data


Data yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah data primer. Data
primer diperoleh dengan cara observasi responden. Alat ukur penelitian ini memakai
Leaflet cara pencegahan penyebaran Tb paru dengan batuk efektif dan etika batuk.

4.5.1 Leaflet batuk efektif


4.5.2 Leaflet etika batuk
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berdinas di Ruang Melati Rumah Sakit Daerah
Balung ditemukan beberapa kasus Tb paru salah satu nya adalah pada Tn M dan Tn H
mengalami sesak nafas disertai batuk dengan banyak pengeluaran sputum. Tindakan
independen yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu salah satunya demonstrasi batuk
efektif dan etika batuk.
Batuk efektif dan etika batuk bertujuan agar pasien/klien tidak menularkan penyakit
pada orang disekelilingnya dan pasien dengan mudah dapat mengeluarkan dahak atau
sekret, mengeluarkan sputum (lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus, dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan), dan
membebaskan jalan nafas karena akumulasi sekret. Cara ini juga dapat menghemat
energi klien agar klien tidak mudah lelah.
Hasil yang didapatkan setelah mendapat perlakuan tentang tata cara BEEB atau
batuk efektif dan etika batuk pasien menunjukkan sudah memahami dan mampu
menirukan tentang cara pencegahan penyebaran Tb paru tersebut.
BAB 6
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru
Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk Di Ruang Melati Rsd Balung,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan pada hari
pertama pasien memahami cara mencegah penyebaran Tb paru dengan cara
batuk efektif dan etika batuk. Pencegahan penyebaran Tb paru sangatlah
penting dilakukan karena untuk mengatasi penyebaran yang lebih luas.

5.2 SARAN
Diharapkan agar pasien dapat mengerti dan mau menerapkan setiap hari cara
mencegah penyebaran Tb paru dengan cara batuk efektif dan etika batuk yang
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani,Ratna.,Lestari.R.,Miradwiyana.B.,Mulyani,S.,Mumpuni.,Sumiati.,Tutiany.
(2019). Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. MKM-Jakarta : TIM.
Data & Informasi Profil Kesehatan 2016.(2017). Kemenkes RI 2017. Diperoleh
tanggal 16 Maret 2018 dari www.depkes.go.id
Bayyinah.Yeni.(2017). Batuk Efektif. Diperoleh tanggal 25 Juli 2018 dari
https://www.kompasiana.com/batuk-efektif
Manurung,Santa.,Ekarini L.N.,Krisant P., & Suratun.(2008). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Akibat Infeksi.Jakarta : TIM.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetenai dan Praktiknya.
Jakarta : PT BumiAksara.
Muttaqin,Arif.(2008). Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :SalembaWedika.
Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.(2017). Dinas Kesehatan
Sulawesi Tenggara 2017. Diperolehtanggal 16 maret 2018 dari
www.dinkes.sultraprov.go.id
Soedarto.(2009). Penyakit Menular Di Indonesia, Cacing Protozoa Bakteri
Virus Jamur. CV SagungSetu.
Somantri,Irman.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. (cet. Ke-2). Jakarta :SalembaMedika.
World Heart Organization (WHO).2016. Global Tuberculosis Report 2016.
Aryani,Ratna.,Lestari.R.,Miradwiyana.B.,Mulyani,S.,Mumpuni.,Sumiati.,Tutiany.
(2009). Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. MKM-Jakarta : TIM.
Data & Informasi Profil Kesehatan 2016.(2017). Kemenkes RI 2017. Diperoleh
tanggal 16 Maret 2018 dari www.depkes.go.id
Bayyinah.Yeni.(2014). Batuk Efektif. Diperoleh tanggal 25 Juli 2018 dari
https://www.kompasiana.com/batuk-efektif
Manurung,Santa.,Ekarini L.N.,Krisant P., & Suratun.(2018). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Akibat Infeksi.Jakarta : TIM.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetenai dan Praktiknya.
Jakarta : PT BumiAksara.
Muttaqin,Arif.(2008). Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :SalembaWedika.

Anda mungkin juga menyukai